Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Albert Chandra Wijaya / 11-2016-215
Dosen Pembimbing:
dr. Sri Woroasih, SpKJ
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
Kanabis adalah nama singkat untuk tanaman rami Cannabis sativa. Semua bagian dari
tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif, dimana (T9-tetrahydrocannabinol(T9-THC)
adalah yang paling banyak. Tanaman kanabis biasanya dipotong, dikeringkan,dipotong kecil-
kecil, selanjutnya digulung menjadi rokok (biasanya disebut “joints”),yang selanjutnya
dihisap seperti rokok. Nama yang umum untuk kanabis adalah mariyuana, grass, pot, weed,
tea, dan Mary Jane. Nama lain untuk kanabis yang menggambarkan tipe kanabis dalam
berbagai kekuatan, adalah hemp, chasra, bhang, ganja, dagga, dan sinsemilla. Bentuk kanabis
yang paling poten berasal dari ujung tanaman yang berbunga atau dari eksudat resin yang
dikeringkan dan berwarna cokelat-hitam yang berasal dari daun, yang disebut sebagai hashish
atau hash. Efek euforia dari kanabis telah dikenali selama beribu-ribu tahun. Efek medis yang
potensial dari kanabis sebagai analgesik, antikonvulsan, dan hipnotis telah lama dikenali pada
abad ke-19 dan ke-20. belakangan ini kanabis dan komponen aktifnya yang utama, T9-THC,
telah berhasil digunakan untuk mengobati mual sekunder karena obat terapi kanker dan untuk
menstimulasi nafsu makan pada pasien dengan sindrom imunodefisiensi (AIDS).
3
EPIDEMIOLOGI
FARMAKOLOGI
Komponen utama dari kanabis adalah d9-THC; tetapi, tanaman kanabis mengandung
lebih dari 400 zat kimia, yang kira-kira 60 buah diantaranya secara kimiawi berhubungan
dengan d9-THC. Pada manusia d9-THC secara cepat dikonversi menjadi 11-hidroksi-d9-
THC, suatu metabolit yang aktif didalam sistem saraf pusat. Suatu reseptor spesifik untuk
kanabiol telah diidentifikasi, diklon dan dikarakterisasi. Reseptor kanabinoid diikat dengan
protein G inhibitor (Gi), yang berikatan dengan adenilil siklase di dalam pola menginhibisi.
4
Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsentrasi yang tertinggi di ganglia basalis
(fungsi kontrol gerakan), hipokampus (fungsi daya tangkap dan ingatan), dan serebelum
(fungsi koordinasi gerak tubuh), dengan konsentrasi yang lebih rendah di korteks serebral
(fungsi-fungsi kognitif yang lebih tinggi). Reseptor tidak ditemukan di batang otak, suatu
kenyataan yang konsisten dengan efek kanabis yang minimal pada fungsi pernafasan dan
jantung. Penelitian pada binatang telah menemukan bahwa kanabinoid mempengaruhi neuron
monoamin dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Selain itu, suatu perdebatan tentang
apakah kanabinoid menstimulasi yang disebut pusat kesenangan (reward centers) di otak,
seperti neurondopaminergik dari area tegmental ventralis.
Efek psikologis dan kesehatan yang segera setelah seseorang mengkonsumsi kanabis
adalah euphoria, relaksasi, perubahan persepsi, dan intensifikasi dari pengalaman pancaindra
yang luar biasa, seperti makan, melihat film, dan mendengarkan musik.
Efek kognitifnya meliputi berkurangnya memori jangka pendek, ketrampilan dan reaksi motoriknya
juga mengalami kemunduran.
Efek tidak nyaman yang biasa terjadi dari kanabis adalah gelisah, panik, dan perasaan
tertekan. Pengaruh ini hanya terjadi pada mereka yang belum terbiasa dengan kanabis dan
pasien yang diberikan THC untuk tujuan pengobatan. Bagi mereka yang telah terbiasa dengan
kanabis maka mereka akan menginginkan harapan-harapan yang lebih tinggi lagi
dengan konsumsi yang lebih banyak sehingga menimbulkan efek delusi dan halusinasi.
Tetapi, toleransi terhadap kanabis memang terjadi, dan ketergantungan fisikologi
adalah tidak kuat. Gejala putus kanabis pada manusia adalah terbatas sampai peningkatan
ringan dalam iritabilitas, kegelisahan,insomnia, anoreksia, dan mual ringan; semua gejala
tersebut ditemukan hanya jika seseorang menghentikan kanabis dosis tinggi secara
mendadak.Jika kanabis digunakan seperti rokok, efek euforia tampak dalam beberapa menit,
mencapai puncak dalam kira-kira 30 menit, dan berlangsung 2 sampai 4 jam. Beberapa efek
motorik dan kognitif berlangsung selama 5 sampai 12 jam. Kanabis juga dapat digunakan
peroral jika disiapkan dalam makanan. Kira-kira harus digunakan dua sampai tiga kali lebih
banyak kanabis yang digunakan peroral untuk sama kuatnya dengan kanabis yang digunakan
melalui inhalasi asapnya. Banyak variabel yang mempengaruhi sifat psikoaktif dari kanabis,
termasuk potensi penggunaan kanabis, jalur pemberian, teknik mengisap, efek pirolisis dari
kandungan kanabinoid, dosis, lingkungan, pengalaman masa lalu pemakai, harapan pemakai,
dan kerentanan biologis unik dari pemakai terhadap efek kanabinoid
5
Keracunan secara cepat pada pengguna ganja sangat rendah dan tidak ditemukan
kasus yang fatal dari keracunan akibat penyalahgunaan kanabis pada manusia. Tentu saja ini
juga dipengaruhi oleh cara penggunaan dengan merokok dan ditelan yang mengakibatkan lambatnya
reaksi dalam tubuh, disamping juga ditentukan oleh kandungan THC dari ganja yang
dikonsumsi
Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis dapat ditegakkan
berdasarkan PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia,
Edisi III) dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth
Edition).
Efek fisik yang paling sering dari kanabis adalah dilatasi pembuluh darah konjungtiva
(yaitu, mata merah) dan takikardi ringan. Pada dosis tinggi, hipotensi ortostatik dapat terjadi.
Peningkatan nafsu makan dan mulut kering adalah efek intoksikasi kanabis yang sering.
Belum pernah dicatat secara jelas kasus kematian yang disebabkan oleh intoksikasi kanabis
saja yang mencerminkan tidak adanya efek dari zat pada kecepatan pernafasan. Efek
merugikan potensial yang paling serius dari dari penggunaan kanabis berasal dari inhalasi
hidrokarbon karsinogenik yang sama-sama ditemukan dalam tembakau konvensional, dan
beberapa data menyatakan bahwa penggunaan kanabis yang berat berada dalam resiko
mengalami penyakit pernafasan kronis dan kanker paru-paru.
6
tetapi, laporan tersebut belum secara pasti ditegakkan, dan hubungan antara efek tersebut
dengan penggunaan kanabis tidak pasti.
Intoksikasi Kanabis
Pengaruh subjektif dari intoksikasi kanabis bervariasi dari satu individu ke individu
yang lain, menetapkan pada tingginya variable farmakokinetik dosis cara pemberian, latar
belakang pengalaman dan harapan, dan kerentanan individu terhadap efek psikotis tertentu.
DSM-IV meresmikan kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis. Kriteria
diagnostik menyebutkan bahwa diagnosis dapat diperkuat dengan kalimat ´dengan gangguan
persepsi´. Secara khas, intoksikasi dicirikan oleh periode awal “high” yang digambarkan
sebagai perasaan kesejahteraan dan kebahagiaan. Tanda dan gejala intoksikasi ini berupa
euphoria diikuti periode mengantuk atau sedasi. Intoksikasi kanabis sering kali meninggikan
kepekaan pemakai terhadap stimuli eksternal, mengungkapkan perincian yang baru, membuat
warna-warna tampak lebih terang dari pada sebelumnya dan perlambatan waktu secara
subjektif. Persepsi waktu berubah, pendegaran dan penglihatan terganggu. Efek subjektif dari
intoksikasi sering berupa reaksi disosiasi.
Pada dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan derealisasi
serta bisa mempengaruhi tingkat kesadaran, dimana lebih jelas pengaruhnya terhadap
penilaian kognitif. Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan
pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah menghilang.
Selama 8 sampai 12 jam setelah menggunakan kanabis, pemakai mengalami suatu gangguan
7
keterampilan motorik yang mengganggu operasi kendaraan bermotor dan mesin mesin berat
lainnya. Kanabis membangkitkan delirium organik toksis yang menetap lama
dikarakteristikkan sebagai kebingungan dengan proses fikir yang kacau, afek yang labil,
waham dan halusinasi pernah dilaporkan.
8
Tampaknya gejala kecemasan berhubungan dengan dosis dan merupakan efek
merugikan yang paling sering terhadap pemakaian sedang kanabis yang diisap seperti rokok.
Pemakai yang tidak berpengalaman lebih mungkin mengalami gejala kecemasan
dibandingkan pemakai yang berpengalaman.
Sindrom Amotivasional
Sindrom berhubungan kanabis lain yang kontroversial adalah sindrom amotivasional.
Perdebatan adalah tentang apakah sindrom ini berhubungan dengan penggunaan kanabis
atau apakah mencerminkan sifat karakterologis pada sekelompok orang, tidak tergantung
pada penggunaan kanabis. Biasanya, sindrom amotivasional telah dihubungkan dengan
pemakaian kanabis jangka panjang dan berat dan ditandai oleh ketidakmauan seseorang
9
melakukan suatu tugas di sekolah, pada pekerjaan, atau tiap situasi yang memerlukan
pemusatan perhatian yang lama.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan urin untuk kanabis dan zat lainnya telah umum pada beberapa keadaan
seperti program pengobatan dan tempat penempatan tenaga kerja. Kebanyakan laboratorium
menggunakan Enzym-Multiplied Immunoassay Technique (EMIT), meskipun Radio
Immunoassay (RIA) adalah yang paling sering digunakan. Kedua tes diatas relatif sensitif
dan tidak mahal. Membantu sebagai penyaringan (screening) awal karena jauh dari
sempurna. Perbandingan terbaru menunjukkan ketidaksesuaian pada positif palsu dan
negatif palsu meskipun penyaringan dan kondisi laboratorium dalam penerapan yang
terbaik.
Untuk mengkonfirmasi tes, digunakan Chromatography-Mas Spectroscopy (GC-MS).
Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml pada 42-72 jam
setelah efek psikologis menurun. Karena metabolit kanabinoid adalah larut lemak, menetap
di cairan tubuh dalam periode yang agak lama dan diekskresikan secara perlahan. Uji saring
untuk kanabinoid pada individu yang menggunakan kanabis secara ringan dapat memberikan
hasil positif untuk 7-10 hari dan pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif
2-4 minggu.
DIAGNOSIS
Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis dapat ditegakkan
berdasarkan PPDGJ-III (pedoman Penggologan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia,
Edisi III) dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth
Edition).
DIAGNOSIS BANDING
1. Gangguan mental primer
2. Gangguan distimik
PROGNOSIS
Ketergantungan kanabis terjadi perlahan, yang mana mereka akan mengembangkan
pola peningkatan dosis dan frekuensi penggunaan. Efek yang menyenangkan dari kanabis
sering berkurang pada penggunaan berat secara teratur.
Sejarah gangguan tingkah laku pada masa anak, remaja, dan gangguan kepribadian
antisosial adalah faktor resiko untuk berkembangnya gangguan terkait zat, termasuk
gangguan terkait kanabis. Sedikit data yang tersedia pada perjalanan efek jangka panjang dari
ketergantungan dan penyalahgunaan kanabis.
11
BAB III
KESIMPULAN
Kanabis adalah nama singkat untuk tanaman rami Cannabis sativa. Semua bagian dari
tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif, dimana D9-tetrahydrocannabinol ( D9-THC)
adalah yang paling banyak. Nama yang umum untuk kanabis adalah mariyuana, grass, pot,
weed, tea, dan Mary Jane. Prevalensi seumur hidup dari penyalahgunaan zat sekitar 20%.
Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsentrasi yang tertinggi di ganglia basalis,
hipokampus, dan serebelum, dengan konsentrasi yang lebih rendah di korteks serebral.
Reseptor tidak ditemukan di batang otak, suatu kenyataan yang konsisten dengan efek
kanabis yang minimal pada fungsi pernafasan dan jantung. Efek fisik yang paling sering dari
kanabis adalah dilatasi pembuluh darah konjungtiva (mata merah) dan takikardi ringan. Pada
dosis tinggi, hipotensi ortostatik dapat terjadi.peningkatan nafsu makan dan mulut kering.
Intoksikasi kanabis dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan
derealisasi. Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan pada
keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah menghilang. Delirium
yang berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas
kinerja yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat, waktu
reaksi, persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Gangguan psikotik akibat
kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara adalah lebih sering. Jika gangguan
psikotik akibat kanabis memang terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan
kepribadian yang telah ada sebelumnya pada orang yang terkena. Gangguan Kecemasan
Akibat Kanabis adalah suatu diagnosis umum untuk intoksikasi kanabis akut, dimana banyak
orang mengalami keadaan kecemasan singkat yang sering kali dicetuskan oleh pikiran
paranoid. Kategori gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukan ini adalah untuk
gangguan yang berhubungan dengan pemakaian kanabis yang tidak dapat diklasifikasikan
sebagai ketergantungan kanabis, penyalahgunaan kanabis, intoksikasi kanabis, delirium
intoksikasi kanabis, gangguan psikotik akibat kanabis, atau gangguan kecemasan akibat
kanabis. Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml pada
42-72 jam. Uji saring untuk kanabinoid pada pengguna kanabis ringan dapat memberikan
hasil positif untuk 7-10 hari dan pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif
2-4 minggu. Perawatan di rumah sakit, atau melalui monitoring ketat atas dasar rawat jalan
dengan menggunakan skrining obat dalam urin. Dukungan dapat dicapai dengan
menggunakan psikoterapi individual, keluarga, dan kelompok.
12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
13
1. Kaplan H I and Saddock BJ, Sinopsis Psikiatri: ed saddock BJ. Vol. 1. 6 th Edition.
USA. William and Wilkins, 2010: 640-646
2. Kaplan H I and Saddock BJ, Comprehensive Textbook of Psychiatry: ed saddock BJ.
Vol.1. 6th Edition. USA. William and Wilkins, 1995: 810-816.
3. Kusumawardani, dkk. Buku Ajar Psikiatri : ed Elvira, Hadisukanto. FKUI, 2010. 142-
143.
4. Camellia V, Gangguan Sehubungan Kanabis. Tersedia di
http://http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3396/1/10E00568.pdf. diunduh
pada 7 Maret 2012
5. Cannabis Related Disorder. Tersedia di http://www.minddisorders.com/Br-
Del/Cannabis-and-related-disorders.html. diunduh pada 7 Maret 2012.
6. Cannabis and Mental Health. Tersedia di
http://www.rcpsych.ac.uk/mentalhealthinfo/problems/alcoholanddrugs/cannabis.aspx.
diunduh pada 7 Maret 2012
14