Anda di halaman 1dari 18

1.

a Kesenjangan sosial merupakan sesuatu yang menjadi pekerjaan bagi pemerintah yang butuh
perhatian yang lebih. Kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat sangatlah mencolok dan
makin memprihatinkan yang perlu di bahas serta dicari penyebab-penyebab terjadinya suatu
kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial yang muncul dalam masyarakat perlunya sebuah
keberanian dalam pengungkapanpannya.

b. Pengertian bonus demografi adalah suatu kondisi dimana komposisi jumlah penduduk yang
berusia produktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif.
Penduduk usia produktif adalah penduduk yang berada pada rentang umur 15-64 tahun.

Bonus demografi memiliki nilai positif dan keuntungan besar dari segi pembangunan bila
dikelola secara profesional karena potensi rasio beban ketergantungan penduduk akan
berkurang. Rasio ketergantungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia non
produktif dengan jumlah penduduk usia produktif.

Namun bonus demografi juga memiliki dampak negatif pada upaya pembangunan. Ketika
negara tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyongsong periode bonus demografi
tersebut, konsekuensi yang terjadi adalah dampak negatif yang harus dipikul oleh semua pihak.

2. Nilai sosial adalah sejumlah sikap perasaan ataupun anggapan terhadap suatu hal mengenai
baik-buruk, benar-salah, patut-tidak patut, mulia-hina, maupun penting-tidak penting. Pada
kenyataannya, masyarakat mengakui adanya nilai individual, yaitu nilai-nilai yang dianut oleh
individu sebagai orang-perorangan yang mungkin saja selaras dengan nilai-nilai yang dianut
orang lain, tetapi dapat pula berbeda atau bahkan bertentangan. Nilai-nilai yang dianut oleh
sebagian besar anggota masyarakat dinamakan sebagai nilai-nilai sosial.

jenis dan ragam nilai sosial

1) Nilai Material, yaitu nilai yang meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang
berguna bagi jasmani manusia.

2) Nilai Vital, yaitu nilai yang meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu
yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai akitivitas.

3) Nilai Kerohanian, yaitu nilai yang meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia, seperti: a) nilai kebenaran, yaitu
nilai yang bersumber pada akal manusia (cipta) b) nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber
pada unsur perasaan (estetika) c) nilai moral, nilai yang bersumber pada unsur kehendak (karsa)
d) nilai keagamaan (religiusitas), yaitu nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari Tuhan

b. Ciri-ciri Nilai Sosial

1) Nilai sosial merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi di antara para
anggota masyarakat. Nilai sosial tercipta secara sosial bukan secara biologis ataupun bawaan
lahir.Nilai sosial diimbaskan, artinya nilai dapat diteruskan dan diimbaskan dari satu orang atau
kelompok ke orang atau kelompok lain melalui berbagai macam proses sosial seperti kontak
sosial, komunikasi, interaksi, difusi, adaptasi, adopsi, akulturasi, maupun asimilasi. 3) Nilai sosial
dipelajari, artinya nilai diperoleh, dicapai, dan dijadikan milik diri melalui proses belajar, yaitu
sosialisasi yang berlangsung sejak masa kanak-kanak dalam keluarga. 4) Nilai sosial memuaskan
manusia dan mengambil bagian dalam usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial. Nilai
yang disetujui dan yang telah diterima secara sosial itu menjadi dasar bagi tindakan dan tiangkah
laku, baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. 5) Nilai sosial
merupakan asumsi-asumsi abstrak di mana terdapat konsensus sosial tentang harga relatif dari
objek dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial secara konseptual merupakan abstraksi dari
unsurunsur nilai dan bermacam-macam objek di dalam masyarakat. 6) Nilai sosial cenderung
berkaitan satu dengan lain dan membentuk pola-pola serta sistem nilai dalam masyarakat.
Dalam hal ini apabila tidak terjadi keharmonisan jalinan integral dari nilai-nilai, akan timbul
problema sosial dalam masyarakat. 7) Sistem nilai beragam bentuknya antara kebudayaan yang
satu dengan kebudayaan yang lain, sesuai dengan penilaian yang diperlihatkan oleh setiap
kebudayaan terhadap bentuk-bentuk kegiatan tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan.
Dengan kata lain, keanekaragaman kebudayaan dengan bentuk dan fungsi yang saling berbeda,
menghasilkan sistem nilai yang berbeda pula 8) Nilai sosial selalu memberikan pilihan dari
sistem-sistem nilai yang ada, sesuai dengan tingkatan kepentingannya. 9) Masing-masing nilai
sosial dapat mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap orang perorangan dan masyarakat
sebagai keseluruhan. 10) Nilai-nilai sosial juga melibatkan emosi atau perasaan. 11) Nilai-nilai
sosial dapat memengaruhi perkembangan pribadi dalam masyarakat secara positif maupun
negatif. c. Fungsi Nilai Sosial 1) Sebagai faktor pendorong, yakni berkaitan dengan nilai-nilai yang
berhubungan dengan cita-cita atau harapan.

2) Sebagai petunjuk arah, ialah cara berpikir, berperasaan, dan bertindak, serta panduan
menentukan pilihan, sarana untuk untuk menimbang penilaian masyarakat, penentu dalam
memenuhi peran sosial, dan pengumpulan orang dalam suatu kelompok sosial. 3) Nilai dapat
berfungsi sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan pengikat tertentu. Nilai mendorong,
menuntun, dan kadang-kadang menekan individu untuk berbuat dan bertindak sesuai dengan
nilai yang bersangkutan. Nilai menimbulkan perasan bersalah dan menyiksa bagi pelanggarnya.
4) Nilai dapat berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan kelompok atau masyarakat. 5) Nilai
dapat berfungsi sebagai benteng perlindungan atau penjaga stabilitas budaya kelompok atau
masyarakat.

b. Norma sosial adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam
masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan kendali tingkah laku yang sesuai serta
diterima. Menurut Robert M.Z. Lawang, norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok
tertentu. Norma memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana
tindakan itu akan dinilai oleh orang lain. Norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk
mendukung atau menolak perilaku seseorang.

Norma-norma dalam masyarakat memiliki kekuatan yang mengikat yang berbeda-beda, ada
yang lemah, dan ada yang kuat. Oleh karena itu, pengertian norma-norma tersebut kemudian
dibeda-bedakan. Berdasarkan kekuatan mengikatnya, norma dapat dibagi sebagai berikut.

a. Cara (Usage), norma yang menunjuk pada suatu bentuk perbuatan dan memiliki kekuatan
yang sangat lemah dibanding kebiasaan, Cara ini lebih menonjol di dalam hubungan
antarindividu dan penyimpangan terhadapnya tidak mengakibatkan hukuman berat, tetapi
mendapat celaan. Misalnya, cara makan yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Jika dalam
masyarakat tertentu rasa puas diungkapkan dengan sendawa, namun pada masyarakat lainnya
cara tersebut dianggap tidak sopan.

b. Kebiasaan (Folkways), kebiasaan merupakan norma yang memiliki kekuatan yang lebih besar
dari cara dan merupakan perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, Menurut Mac
Iver dan Page, kebiasaan merupakan perikelakuan yang diakui dan diterima masyarakat.
Misalnya, kebiasaan memberi hormat kepada orang tua. Jika perbuatan tersebut tidak dilakukan,
dianggap sebagai penyimpangan.

c. Tata Kelakuan (Mores), merupakan norma yang berkembang dari kebiasaan, di mana
kebiasaan tersebut tidak semata-mata dianggap sebagai cara berperilaku saja, tetapi bahkan
diterima sebagai normanorma pengatur. Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari
kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar atau tidak sadar oleh
masyarakat terhadap anggotaanggotanya.

d. Adat Kebiasaan (Custom), merupakan tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan
pola-pola perilaku masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggarnya akan menerima sanksi
keras yang kadang-kadang secara tidak langsung diperlakukan. Misalnya, di suatu masyarakat,
perceraian merupakan hal yang tidak boleh terjadi sehingga apabila terjadi perceraian, seluruh
keluarga akan merasa tercemar. Pria dan wanita indekost di suatu perkampungan dan ternyata
mereka bukan suami istri, akan mendapat sanksi dari masyarakat, seperti digunjingkan, diusir,
dan diarak keliling kampung ketika mereka melakukan perbuatan zina.

Di dalam masyarakat, norma-norma sosial dibagi berdasarkan bidang-bidang tertentu yang tidak
selalu berdiri sendiri dan saling berhubungan satu dengan lainnya, yang terdiri atas:

a. Norma Agama, merupakan norma yang mengandung peraturanperaturan yang sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianut oleh seseorang atau masyarakat, yang mengandung
kewajiban untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan dalam ajaran agama. b. Norma
Kesopanan, merupakan petunjuk yang mengatur bagaimana seseorang harus bertingkah laku
dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya, pada saat memberikan atau menerima sesuatu dari
orang lain, sebaiknya dengan tangan kanan. c. Norma Kebiasaan, merupakan tata aturan
seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu kegiatan yang didasarkan pada tradisi atau
perilaku yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Misalnya,
Upacara Sekatenan di Yogyakarta. d. Norma Kesusilaan, merupakan salah satu aturan yang
berasal dari akhlak atau dari hati nurani sendiri tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
Misalnya berciuman di depan umum adalah hal yang tabu bagi masyarakat Indonesia. e. Norma
Hukum, adalah tata aturan yang paling tegas sanksi dan hukumnya, terdiri dari norma tertulis
seperti KUHP, KUH Perdata, dan norma tidak tertulis, yaitu hukum adat.

3 a. Multikultural merupakan sebuah kata atau istilah yang dipakai dalam menggambarkan
pandangan atau anggapan seseorang mengenai berbagai kehidupan yang ada di bumi.

Atau kebijakan yang menekankan penerimaan keragaman budaya, serta beragam budaya,
bergam nilai (multikultural) masyarakat, sistem, budaya, adat istiadat, dan juga politik yang
mereka anut.

Multikultural yang berhubungan dengan budaya, memiliki kemungkinan untuk dibatasi oleh
konsep nilai-sarat atau mempunyai kepentingan tertentu.

Dan pengertian dari masyarakat multikultural sendiri adalah masyarakat yang terdiri atas
berbagai jenis suku bangsa dan juga budaya.

Dan Masyarakat multikultural juga dapat didefiniskan sebagai segolongan manusia yang memiliki
tempat tinggal yang lengakap dengan beragam jenis kebudayaan dan karakteristik atau ciri
tersendiri untuk membedakan masyarakatsatu dengan masyarakat yang lain.

Menurut Para Ahli

Adapun beberapa pengertian dari masyarakat multikural yang disampaikan oleh para ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut:

Nasikun

Suatu masyarakat plural atau multikultural merupakan masyarakat yang terdiri atas dua maupun
lebih dari tatanan sosial, masyarakat, ataupun kelompok yang secara kultural, ekonomi, dan juga
politik dipisahkan atau diisolasi, serta mempunyai struktur kelembagaan yang berbeda antara
satu sama lain.

Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra,( 2007)

Masyarakat multikultural merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas beberapa macam
komunitas budaya dengan semua kelebihan yang ada, dengan sedikit adanya perbedaan
konsepsi tentang dunia, sebuah sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta
kebiasaan

“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their
overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms
of social organizations, historis, customs and practices”

Azyumardi Azra, (2007)

“Multikulturalisme” pada umumnya merupakan sebuah anggapan atau pandangan dunia yang
selanjutnya bisa diartikan ke dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan
penerimaan kepada kenyataan keagamaan, pluralitas, serta multikultural yang ada di dalam
kehidupan masyarakat.

Multikulturalisme bisa juga kita artikan sebagai pandangan atau anggapan dunia yang
selanjutnya direalisasikan ke dalam bentuk kesadaran politik.

J. S Furnival

Menurut pendapat yang disampaikan oleh J.S Furnival, masyarakat multikultural merupakan
masyarakat yang terdiri atas dua maupun lebih kelompok atau komunitas yang secara kultural
sekaligus ekonomi terfragmentasi serta mempunyai struktur kelembagaan yang berbeda dengan
satu sama lain.

Lawrence Blum, dikutip Lubis (2006: 174)

Multikulturalisme termasuk di dalamnya adalah apresiasi, pemahaman, serta penilaian terhadap


budaya seseorang, dan penghormatan serta rasa keingintahuan mengenai budaya etnis dari
orang lain.

karakteristik masyarakat multikultural

Sobat, sebenarnya, seperti apa sih masyarakat multikultural itu? Menurut Van Den Berghe ini,
terdapat 6 karakteristik yang dipunyai oleh masyarakat multikultural.

1. Terjadinya segmentasi ke dalam berbagai bentuk kelompok sosial

Keanekaragam yang ada dalam kehidupan masyarakat bisa memicu masyarakat untuk
menciptakan kelompok atau golongan tertentu yang didasari dengan identitas yang sama
sehingga nantinya akan menghasilkan sub kebudayaan yang berbeda antara satu kelompok
dengan kelompok yang lain.

Sebagai contoh, dalam pulau Jawa ada suku Sunda, Jawa, serta Madura yang mana ketiga dari
suku tersebut hidup rukun di pulau Jawa serta mempunyai kebudayaan yang berbeda.

2. Memiliki pembagian struktur sosial ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-


komplementer.

Masyarakat yang berbeda-beda membuat struktur masyarakat pun akan mengalami beragam
perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain.

Perbedaan struktur masyarakat itu bisa kita lihat melewati berbegai lembaga sosial yang sifatnya
tidak saling melengkapi.

Sebagai conoth, dalam lembaga agama Indonesia yang menaungi beberaga agama dan
mempnyai stuktur yang berbeda.

Beberapa lembaga agama itu tidak saling melengkapi sebab memiliki ciri atau karakteristik dari
keanekaragaman masyarakat (agama) pun yang berbeda.
3. Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan bersama).

Masyarakat yang berbeda-beda ini mempunyai dasar atau standar nilai dan juga norma sendiri
yang berbeda dan biasanya diwujudkan lewat perilaku pada masyarakat tersebut.

Hal itu dikarenakan ciri atau karakteristik masyarakat yang beragam lalu diselaraskan dengan
keadaan lingkungan fisik dan juga sosialnya.

Sebab, keadaan atau kondisi masyarakat yang berbeda-beda tersebut akan membuat
kesepakatan bersama yang cenderung susah untuk dikembangkan.

4. Relatif sering terjadi konflik.

Keanekaragama yang terdapat dalam diri masyarakat menjadi salah satu pemicu utama
terjadinya konflik. Konflik yang berlangsung sangatlah beragam, mulai dari konflik antar individu
hingga konflik antar kelompok.

Hal tersebut dapat disebabkan oleh minimnya toleransi antara satu sama lain, baik dari individu
ataupun dari kelompok yang bersangkutan.

5. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh karena paksaan dan saling ketergantungan di bidang
ekonomi.

Apabila masyarakat plural dapat terkoordinasi dengan baik, maka integrasi sosial akan sangat
mungkin berlangsung.

Namun, apabila integrasi sosial yang ada pada masyarakat muncul karena bukan adanya
kesadaran, melainkan karena adanya paksaan dari luar diri atau luar kelompok maka integrasi
sosial tidak akan terjadi.

Contoh: peraturan mengenai anti-diskriminasi pada pemakaian fasilitas publik.

Tak haya itu, masyarakat yang mempunyai ketergantungan dalam bidang ekonomi juga dapat
mendorong berlangsungnya integrasi sebab adanya suatu kebutuhan tersebut.

Contoh: seorang individu yang bekerja kepada perusahaan atau individu lain yang membuat
dirinya harus mentaati semua aturan yang dibuat.

Berlangsungnya keadaan patuh dan integrasi seperti di atas akan muncul sebab terdapat
peraturan yang bersifat mengikat individu dalam melaksanakan pekerjaannya serta hal itu
berfungsi unuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

6. Adanya dominasi politik

Beberapa kelompok atau golongan tertentu pada masyarakat multikultural bisa mempunyai
kekuatan politik yang dapat digunakan untuk mengatur kelompok lain.
Hal tersebut dapat kita sebuat sebagai bentuk penguasaan (dominasi) dari sebuah kelompok
terhadao kelompok lain yang tidak mempunyai kekuatan politik.

Dari ciri di atas, dapat kita ringkas kembali bahwa masyarakat majemuk memiliki ciri seperti dib
bawah:

·0 Memiliki lebih dari satu struktur budaya.

·1 Nilai dasar merupakan persetujuan atau kesepakatan bersama yang sulit berkembang.

·2 Struktur sosial bersifat non-komplementer

·3 Terdapat dominasi ekonomi, politik dan juga sosial budaya.

·4 Proses integrasi berlangsung dengan kurun waktu yang lambat.

·5 Terdapat konflik sosial yang berbau SARA.

Berdasarkan kecenderungan perkembangan dan juga praktik multikulturalisme, masyarakat


multikultural terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut:

·6 Multikulturalisme Isolasionis

Multikulturalisme isolasionis merupakan golongan atau kelompok masyarakat majemuka yang


menjalankan kehidupan secara otonom dengan interaksi antar kelompok seminimal mungkin.

·7 Multikulturalisme Akomodatif

Multikulturalisme akomodatif adalah salah satu jenis masyarakat yang memiliki kultur dominan
yang membuat penyesuaian tertentu kepada kaum minoritas.

Masyarakat ini akan memberi hak kebebasan terhadap setiap kaum minoritas guna
mempertahankan apa yang menjadi kebudayaan mereka.

·8 Multikultural Otonomis

Multikultural otonomis adalah salah satu jenis masyarakat multikultural yang hidup bersama
serta berusaha menciptakan kesetaraan budaya mereka.

·9 Multikultural Kritikal Atau Interaktif

Multikultural kritikal atau interaktif merupakan adalah salah satu jenis masyarakat yang tidak
fokus kepada kehidupan kultural otonom, namun lebih menekankan kepada hal guna
menciptakan kultur bersama yang mencerminkan sekaligus menegaskan perspektif dari tiap-tiap
kelompok masyarakat.

·10 Multikulturalisme Kosmopolitan


Multikulturalisme kosmopolitan adalah salah satu jenis masyarakat yang berupaya untuk
menghilangkan batas kultural pada kehidupan mereka sehingga akan tercipta masyarakat yang
tidak terikat ke dalam budaya tertentu.

b. Pengertian Pendidikan Multikultural

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Multikultural berarti berenekaragam kebudayaan. Multikulturalisme secara sederhana dapat


diartikan sebagai pengakuan atas pluralisme budaya. Akar dari multikulturalisme adalah
kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan
manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah membentuk suatu
ideologi yang disebut multikulturalisme. Multikulturalisme adalah berbagai pengalaman yang
membentuk persepsi umum terhadap usia, gender, agama, status sosial ekonomi, jenis identitas
budaya, bahasa, ras, dan berkebutuhan khusus.

Dilihat dari kedua pengertian diatas, pendidikan multikultural adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai
macam status sosial, ras, suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam menghadapi
masalah-masalah keberagaman budaya.

Tujuan Pendidikan Multikultural

Tujuan utama dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpatik, respek,
apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda.

Imron Mashadi (2009) pendidikan multikultural bertujuan mewujudkan sebuah bangsa yang
kuat, maju, adil, makmur, dan sejahtera tanpa perbedaan etnik, ras, agama, dan budaya. Dengan
semangat membangun kekuatan diseluruh sektor sehingga tercapai kemakmuran bersama,
memiliki harga diri yang tinggi dan dihargai bangsa lain. Sutarno (2008:1-24) tujuan pendidikan
multikultural mencakup 8 aspek,yaitu:

·11 Pengembangan leterasi etnis dan budaya. Memfasilitasi siswa memiliki pengetahuan dan
pemahaman tentang berbagai budaya semua kelompok etnis.

·12 Perkembangan pribadi. Memfasilitasi siswa bahwa semua budaya setiap etnis sama nilai
antar satu dengan yang lain. Sehingga memiliki kepercayaan diri dalam berinteraksi
dengan orang lain (kelompok etnis) walaupun berbeda budaya masyarakatnya.

·13 Klarifikasi nilai dan sikap. Pendidikan mengangkat nilai-nilai inti yang berasal dari prinsip
martabat manusia, keadilan, persamaan, dan, dan demokratis. Sehingga pendidikan
multikultural membantu siswa memahami bahwa berbagai konflik nilai tidak dapat
dihindari dalam masyarakat pluralistik.

·14 Untuk menciptakan pesamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda
ras, etnis, kelas sosial, dan kelompok budaya.

·15 Untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat
demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi
dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat
bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama.

·16 Persamaan dan keunggulan pendidikan. Tujuan ini berkaitan dengan peningkatan
pemahaman guru terhadap bagaimana keragaman budaya membentuk gaya belajar,
perilaku mengajar, dan keputusan penyelenggaraan pendidikan. Keragaman budaya
berpengaruh pada pola sikap dan perilaku setiap individu. Sehingga guru harus mampu
memahami siswa sebagai individu yg memiliki ciri unik dan memperhitungkan
lingkungan fisik dan sosial yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

·17 Memperkuat pribadi untuk reformasi sosial. Pendidikan multikultural memfasilitasi


peserta didik memiliki dsan mengembangkan sikap, nilai, kebiasaan, dan keterampilan
sehingga mampu menjadi agen perubahan sosial yang memiliki komitmen tinggi dalam
reformasi masyarakat untuk memberantas perbedaan (disparaties) etnis dan rasial.

·18 Memiliki wawasan kebangsaan atau kenegaraan yang kokoh.

Prinsip-prinsip Pendidikan Multikultural

Terdapat tiga prinsip pendidikan multikultural yang dikemukakan oleh Tilaar, antara lain sebagai
berikut:

Pendidikan multikultural didasar pada pedagogik kesetaraan manusia (equity pedagogy).

Pendidikan multikultural ditujukan kepada terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas dan
mengembangkan pribadi-pribadi Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dengan sebaik-
baiknya.

Prinsip globalisasi tidak perlu ditakuti apabila bangsa ini arah serta nilai-nilai baik dan buruk yang
dibawanya.

Ketiga prinsip pendidikan multikultural yang dikemukakan Tilaar tersebut diatas sudah dapat
menggambarkan bahwa arah dari wawasan multikulturalisme adalah menciptakan manusia yang
terbuka terhadap segala macam perkembangan zaman dan keragaman berbagai aspek dalam
kehidupan modern.

4. a. Macam-macam Penyebab Konflik dalam Masyarakat


Penyebab konflik dalam masyarakat sangat bermacam-macam. Dari yang simple dan sepele
sampai dengan permaslahan yang besar. Berikut Penjelasan dari Penyebab Konflik dalam
masyarakat.

1. Adanya Perbedaan

Salah satu penyebab konflik adalah adanya perbedaan antar perorangan atau antar golongan.
Perbedaan merupakan salah satu hal yang sangat wajar terjadi. Terlebih lagi di Indonesia yang
memiliki banyak perbedaan suku, ras, agama, dan golongan tentunya ini bisa menjadi faktor
pemicu adanya konflik. Setiap individu tentunya memiliki pandangan yang berbeda-beda.

Bahkan jika memiliki suku, ras, agama, ataupun golongan yang berbeda tentunya juga akan
memiliki kebudayaan yang berbeda pula. Inilah yang menyebabkan terjadinya konflik di dalam
masyarakat.

2. Perbedaan Kepentingan

Faktor yang kedua adalah perbedaan kepentingan. Dalam kehidupan tidak dapat dipungkiri
bahwa kebutuhan dan kepentingan itu selalu ada. Perbedaan kebutuhan inilah yang
menyebabkan masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan kepentingannya dan tujuannya
masing-masing. Tentu saja fenomena ini juga menjadi faktor pendorong terjadinya konflik.

3. Persaingan

Penyebab yang ketiga adalah karena adanya persaingan. Persaingan terjadi akibat adanya
masyarakat yang berlomba-lomba untuk mencapai tujuan hidup masing-masing serta mencari
keuntungan dalam hidup. persaingan ini bisa dilakukan antar individu ataupun antar kelompok.

4. Perubahan Sosial

Faktor yang keemapat adalah perubahan sosial yang yang terlalu cepat. Perubahan sosial yang
terlalu cepat justru akan menimbulkan bentrokan. Hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat
tidak siap dengan adanya perubahan yang terlalu cepat tersebut. Inilah sedikit ulasan mengenai
faktor pendorong terjadinya konflik dalam masyarakat. Semoga dengan adanya ulasan dan
penjelasan di atas bisa meambah pengetahuan anda dan bsa bermanfaat untuk anda.

b. Mengatasi Konflik Secara Umum

·19 Kompromi

Cara ini dengan menghadirkan kedua belah pihak yang bertikai mau saling mengalah.

·20 Toleransi

Sikap saling menghormati/menghargai pendirian masing-masing.

·21 Konversi
Penyelesaian dengan salah satu pihak ada yang bersedia mengalah.

·22 Paksaan (Coersion)

Cara ini bisa dilakukan secara fisik atau psikis jika salah satu pihak ada dalam posisi yang lemah.

·23 Mediasi (Mediation)

Penyelesaian dengan menggunakan pihak ketiga bertindak sebagai penasehat, namun keputusan
penyelesaian bukan berada di pihak ketiga.

·24 Perwasitan (Arbitration)

Menggunakan pihak ketiga yang memiliki kekuasaan dan wewenang lebih tinggi sehingga pihak
ketiga dapat memaksakan keputusannya.

·25 Konsiliasi (Consiliasi)

Pengendalian konflik melalui lembaga-lembaga tertentu yang mengusahakan adanya diskusi dan
pengambilan keputusan.

·26 Ajudikasi

Menyelesaikan konflik melalui jalur hukum dengan keputusan berada dipihak pengadilan

·27 Segregrasi

Upaya saling menghindari di antara pihak yang bertentangan agar mengurangi kete-
gangan/menghilangkan konflik.

·28 Genjatan Senjata (Détente)

Melakukan pendekatan kepada pihak yang sedang bertentangan dalam mencapai perdamaian.

Pengendalian Menggunakan Manajemen Konflik

·29 Tindakan Menghindari

Bersikap tidak kooperatif dan assertif, menarik diri dari situasi yang berkembang atau bersikap
negral dalam segala macam cuaca.

·30 Kompetisi atau Komando Otoritatif

Bersikap tidak kooperatif, tetapi asertif, bekerja dengan cara menentang keinginan pihak lain,
berjuang untuk mendominasi dalam situasi menang atau kalah dan memaksakan segala sesuatu
agar sesuai dengan kesimpulan tertentu dengan menggunakan kekuasaan yang ada.

·31 Akomodasi atau Meratakan


Bersikap tidak kooperatif, tetapi tidak asertif, membiarkan keinginan pihak lain menonjol,
meratakan perbedaan-perbedaan guna mempertahankan harmoni yang diusahakan secara
buatan.

·32 Kompromis

Berusaha untuk menawarkan solusi yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang berkonflik.

5. a. Pengertian Dan Perbedaan Gender Dengan Seks

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan gender? Gender dapat didefinisikan sebagai keadaan
dimana individu yang lahir secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan yang kemudian
memperoleh pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut
maskulinitas dan feminitas yang sering didukung oleh nilai-nilai atau sistem dan simbol di
masyarakat yang bersangkutan.

Lebih singkatnya, gender dapat diartikan sebagai suatu konstruksi sosial atas seks, menjadi peran
dan perilaku sosial.

Istilah gender seringkali tumpang tindih dengan seks (jenis kelamin), padahal dua kata itu
merujuk pada bentuk yang berbeda. Seks merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis
kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Contohnya jelas terlihat, seperti laki-laki memiliki penis, scrotum, memproduksi sperma.
Sedangkan perempuan memiliki vagina, rahim, memproduksi sel telur. Alat-alat biologis tersebut
tidak dapat dipertukarkan sehingga sering dikatakan sebagai kodrat atau ketentuan dari Tuhan
(nature), Sedangkan konsep gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki
maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya, laki-laki itu
kuat, rasional, perkasa. Sedangkan perempuan itu lembut, lebih berperasaan, dan keibuan. Ciri-
ciri tersebut sebenarnya bisa dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang lembut dan lebih
berperasaan. Demikian juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa. Perubahan ini
dapat terjadi dari waktu ke waktu dan bisa berbeda di masing-masing tempat. Jaman dulu, di
suatu tempat, perempuan bisa menjadi kepala suku, tapi sekarang di tempat yang sama, laki-laki
yang menjadi kepala suku. Sementara di tempat lain justru sebaliknya. Artinya, segala hal yang
dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari waktu ke
waktu serta berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain, komunitas ke komunitas yang lain,
dikenal dengan gender.

Perbedaan gender dengan seks dapat dengan lebih mudah diamati melalui tabel berikut:

Seks Gender

Biologis, dibawa sejak lahir (nature) Dibentuk oleh Sosial (nurture)

Tidak dapat diubah Dapat diubah


Bersifat Universal Berbeda di setiap budaya

Sama dari waktu ke waktu Berbeda dari waktu ke waktu

Gender bisa diartikan sebagai ide dan harapan dalam arti yang luas yang bisa ditukarkan antara
laki-laki dan perempua, ide tentang karakter femini dan makulin, kemampuan dan harapan
tentang bagaimana seharusya laki-laki dan perempuan berperilaku dalam berbagai situasi. Ide-
ide ini disosialisasikan lewat perantara keluarga, teman, agama dan media. Lewat perantara-
perantara ini, gender terefleksikan ke dalam peran-peran, status sosial, kekuasaan politik dan
ekonomi antara laki-laki- dan peempuan. (Bruynde, jackson, Wijermans, Knought & Berkven,
1997 : 7).

b. B. Hal-hal Yang Melatar belakangi Ketidakadilan Gender

Isu kesetaraan gender muncul dari menguatnya kesadaran publik bahwa telah terjadi
ketimpangan antara laki-laki dan perempuan pada penyelenggaraan kehidupan bersama.
Ketimpangan ini tidak saja ada di negara-negara berkembang, namun telah menjadi fenomena
global.Pada tahun 2006 Komnas perempuan mencatat sebanyak 557 dari 16.709 kasus kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) dilakukan oleh pejabat publik dan aparat Negara yang melakukan
kekerasan itu terdiri atas pegawai negri sipil (PNS) 391 kasus, Guru 53 kasus, anggota DPR/DPRD
tujuh kasus, dan TNI/Polri 106 kasus. Selain itu, terdapat juga 22 kasus kekerasan yang dilakukan
oleh kapasitas oleh aparat Negara dan penegak hukum, yakni kekerasan dalam peradilan, dari
penangkapan, penahanan, hingga persidangan. Realitas tersebut sungguh sangat ironis. Orang
seharusnya paling bertanggung jawab untuk menghapus kekerasan terhadap perempuan,
namun menjadi pelanggaran terhadap hak asasi perempuan itu sendiri. Merujuk pada pasal 28
huruf (i) ayat (4) UUD 1945 disebutkan bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggungjawab negara, terutama pemerintah. Bentuk
tanggung jawab pemerintah tersebut tidak hanya menyediakan regulasi serta sarana dan
prasarana, namun lebih dari itu.9 Di bawah ini terdapat beberapa hal-hal yang melatarbelakangi
ketidakadilan gender, diantara lain:

a. Stereotipe

Pelabelan atau penandaan negatif terhadap kelompok atau jenis

kelamin tertentu, secara umum dinamakan stereotipe. Akibat dari

stereotipe ini biasanya timbul diskriminasi dan berbagai ketidakadilan.

Salah satu bentuk stereotipe ini adalah yang bersumber dari pandangan

gender. Banyak sekali stereotipe yang terjadi di masyarakat yang

dilekatkan kepada umumnya kaum perempuan sehingga berakibat

menyulitkan, membatasi, memiskinkan, dan merugikan kaum perempuan.


Diantara akibat stereotipe ini adalah mengenai pendidikan

perempuan, “apalah artinya perempuan sekolah tinggi-tinggi, nanti juga

akan kembali kepekerjaan rumah yaitu mencuci dan memasak” contoh

yang lain, misalnya, adanya keyakinan didalam masyarakat bahwa laki

laki adalah pencari nafkah maka setiap pekerjaaan yang dilakukan oleh

perempuan dinilai hanya sebagai tambahan saja sehingga pekerjaan

perempuan boleh saja dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Kemudian adanya angapan di masyarakat bahwa perempuan bersolek

biasanya dilakukan dalam rangka memancing perhatian lawan jenis,

sehingga pada kasus kekerasan maupun pelecehan seksual hal ini selalu

dikaitkan bahkan perempuan sebagai korban yang disalahkan.

b. Subordinasi

Subordinasi timbul sebagai akibat pandangan gender terhadap

kaum perempuan. Sikap yang menepatkan perempuan pada posisi yang

tidak penting muncul dari adanya anggapan bahwa perempuan itu

emosional atau irasional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin

merupakan bentuk dari subordinasi yang dimaksud.

Peroses subordinasi ini disebabkan karena gender terjadi dalam

segala macam bentuk dan mekanisme yang berbeda dari waktu ke waktu

dan dari tempat ke tempat. Dalam kehidupan di masyarakat, rumah tangga,

dan bernegara, banyak kebijakan yang dikeluarkan tanpa menganggap

penting kaum perempuan. Bentuk ketidakadilan ini antara lain berupa

penepatan perempuan hanya pada posisi yang kurang penting, posisi yang

20
tidak punya wewenang untuk mempengaruhi peroses pembentukan

keputusan bahkan keputusan-keputusan yang mempengaruhi masa

depannya seperti kebijakan kependudukan dan reproduksi, hak kerja dan

lain-lain. Hal ini sesungguhnya muncul dari kesadaran gender yang tidak

adil.

c. Marginalisasi

Sesungguhnya, timbulnya kemiskinan yang terjadi dalam

masyarakat dan negara merupakan sebagai akibat dari peroses

marginalisasi yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan. Bentuk

marginalisasi yang paling dominan terjadi terhadap kaum perempuan yang

disebabkan oleh gender. Meskipun tidak setiap bentuk marginalisasi

perempuan disebabkan oleh gender inequalities (ketidakadilan gender),

namun, yang di permasalahkan disini adalah bentuk marginalisasi yang

disebabkan oleh gender differences (perbedaan gender).

Gender differences ini disebabkan akibat dari beberapa perbedaan

jenis dan bentuk, tempat dan waktu, serta mekanisme dari peroses

marginalisasi kaum perempuan. Gender differences ini bila ditinjau dari

sumbernya dapat berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir

agama, keyakinan tradisi dan kebiasaan atau bahkan asumsi ilmu

pengetahuan.

Bentuk marginalisasi terhadap kaum perempuan juga terjadi dalam

rumah tangga, masyarakat atau kultur dan bahkan negara. Di dalam rumah

tangga, marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi dalam bentuk

diskriminasi atas anggota keluarga yang laki-laki dan perempuan.


Timbulnya peroses marginalisasi ini juga diperkuat oleh tafsir keagamaan

maupun adat istiadat. Misalnya, pembagian hak waris di dalam sebagian

tafsir keagamaan porsi untuk laki-laki dan perempuan berbeda, dimana

pembagian hak waris untuk laki-laki lebih besar dari perempuan.

d. Beban kerja berlebihan

Peran gender pada perempuan dalam anggapan masyarakat luas

adalah mengelola rumah tangga sehingga banyak perempuan yang

21

menanggung beban kerja domestik lebih banyak dan lebih lama

dibandingkan kaum laki-laki. Kaum perempuan memiliki sifat memelihara

dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat

bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab

perempuan. Bahkan, bagi kalangan keluarga miskin, beban yang

ditanggung oleh perempuan sangat berat apalagi jika si perempuan ini

harus bekerja di luar sehingga harus memikul beban kerja yang ganda.

Beban kerja yang disebabkan dari bias gender tersebut kerap kali

diperkuat dan disebabkan oleh adanya keyakinan atau pandangan di

masyarakat bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai jenis

pekerjaan perempuan, seperti semua pekerjaan domestik, dianggap dan

dinilai lebih rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap

sebagai pekerjaan laki-laki, dan dikategorikan sebagai pekerjaan yang

bukan produktif sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi

negara. Sementara itu kaum perempuan, berkaitan dengan anggapan


gender, sejak dini telah disosialisasikan untuk menekuni peran gender

mereka. Dilain pihak kaum laki-laki di wajibkan secara kultural untuk

menekuni berbagai jenis pekerjaan domestik.

e. Violence

Violence (kekerasan) merupakan assoult (invasi) atau serangan

terhadap fisik maupun integritas mental pisikologis seseorang yang

dilakukan terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan sebagai

akibat dari perbedaan gender. Bentuk dari kekerasan ini seperti

pemerkosaan dan pemukulan hingga pada bentuk yang lebih halus lagi,

seperti; sexsual harassment (pelecehan) dan penciptaan ketergantungan.

Violence terhadap perempuan banyak sekali terjadi karena stereotipe

gender. Pemerkosaan yang merupakan salah satu bentuk violence yang

sering kali terjadi, ini sebenarnya disebabkan bukan karena unsur

kecantikan melainkan karena kekuasaan dan stereotipe gender yang

dilekatkan kepada kaum perempuan. Gender violence pada dasarnya

disebabkan karena ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat.

Bentuk dan macam kejahatan yang masuk dalam kategori gender

violence dapat meliputi, antara lain:

1) Bentuk pemerkosaan terhadap perempuan, pemerkosaan dalam

perkawinan juga termasuk di dalamnya. Artinya pemerkosaan yang

terjadi jika seseorang untuk mendapatkan pelayanan seksual dilakukan

secara paksa tanpa kerelaan dari yang bersangkutan.

2) Serangan fisik dan tindakan pemukulan yang terjadi dalam rumah


tangga (domestic violence), termasuk diantaranya penyiksaan terhadap

anak-anak.

3) Penyiksaan yang mengarah kepada organ alat kelamin, misalnya

penyunatan terhadap anak perempuan. Penyunatan ini dilakukan

dengan berbagai alasan yang diungkapakan dalam suatu kelompok

masyarakat. Namun, salah satu alasan terkuat yaitu adanya anggapan

dan bias gender di masyarakat, yakni untuk mengontrol kaum

perempuan.

4) Prostitusi (pelacuran) merupakan bentuk kekerasan lain terhadap

perempuan yang dilakukan dengan motif ekonomi yang merugikan

kaum perempuan. Setiap masyarakat dan negara selalu menggunakan

standar ganda terhadap pekerja seksual ini. Di satu sisi pemerintah

melarang dan menanggapi, tetapi di sisi lain juga menarik pajak dari

praktik prostitusi tersebut. Seorang pelacur dianggap rendah oleh

masyarakat, namun tempat praktiknya selalu ramai dikunjung orang.

5) Pornografi merupakan jenis kekerasan lain terhadap perempuan. Jenis

kekerasan ini termasuk kekerasan nonfisik, yakni berupa pelecehan

terhadap kaum perempuan di mana tubuh perempuan dijadikan objek

demi keuntungan seseorang.

Anda mungkin juga menyukai