Bab III KDK Final

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

BAB III

HASIL KUNJUNGAN RUMAH

III.1 Identitas Pasien dan Keluarga


a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Dadapan Rt 007/004, Dusun Kalisalak, Desa
Ngadirejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

b. Identitas Suami
Nama : Tn. A
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Dadapan Rt 007/004, Dusun Kalisalak, Desa
Ngadirejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
Pekerjaan : Tukang Ojek

34
III.2 Karakteristik Kedatangan Pasien ke Pelayanan Kesehatan
Pasien datang ke Puskesmas Salaman 1 dengan keluhan batuk lama yang
tidak kunjung sembuh selama hampir 2 bulan, Pasien juga mengeluh nafsu makan
berkurang dan sering merasa keringat berlebihan saat malam hari. Pasien
kemudian diminta melakukan pemeriksaan dahak dan disarankan untuk dilakukan
rontgen di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM). Hasil yang diperoleh dari
pemeriksaan dahak yaitu BTA (+), dan hasil rontgen didapatkan TB paru aktif.
Lalu pasien diberi surat untuk mengambil obat selama 6 bulan di puskesmas
Salaman I, dan saat ini dalam masa pengobatan 6 bulan dimulai bulan November
2019 dan pada bulan Desember 2019 telah memasuki minggu ke 3 pengobatan.

III.3 Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan


III.3.1 Anamanesis
Anamnesis dengan Ny.S dilakukan pada tanggal 11 November 2019 pukul
16:00 WIB di rumah pasien
a. Keluhan Utama
Ny. S : Batuk ± sejak 2 bulan yang lalu.
b. Keluhan Tambahan
Ny. S : Keringat malam hari dan Penurunan berat badan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. S mengeluhkan batuk berdahak sejak ±2 bulan yang lalu, terkadang
pasien mengeluh sesak nafas, keringat dingin di malam hari dan adanya
penurunan berat badan dari 62 kilogram hingga 60 kg. Awalnya pasien
tidak menyadari dengan keluhan tersebut, pasien mengira bahwa keluhan
tersebut hanya sakit masuk angin biasa. Pasien mencoba beli obat dari
warung, namun tidak ada perubahan. Karena keluhan semakin parah
akhirnya pasien datang berobat ke Puskesmas Salaman I. Pasien datang
dengan keluhan batuk lama yang tidak kunjung sembuh selama hampir 2
bulan lebih, Pasien juga sering merasa keringat berlebihan setiap malam.
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan dahak yaitu BTA (+), dan hasil
rontgen didapatkan TB paru aktif.

35
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, Riwayat
dengan Hipertensi disangkal, DM disangkal, penyakit jantung disangkal,
asma disangkal, riwayat alergi disangkal.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluhan serupa pada Keluarga Pasien.
f. Riwayat Pengobatan
Saat ini pasien dalam masa pengobatan 6 bulan di Puskesmas Salaman I.
Selama masa pengobatan pasin mengeluh setelah minum obat memiliki
efek seperti badan merah-merah dan gatal-gatal namun itu dirahasakan
beberapa menit setelah minum obat, setelah itu menghilang. Selama pasien
menjalani pengobatan pasien tidak pernah putus semangat untuk berobat
apabila obat habis pasien berusaha untuk ambil obat lagi di puskesmas
Salaman I dan melakukan cek dahak berkala.
g. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
Pasien menyangkal konsumsi rokok dan meminum alkohol maupun obat-
obatan terlarang. Pasien juga jarang berolah raga.

II.3.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 11 november 2019 pukul 16:00
WIB di rumah Ny.S
Tabel 5. Pemeriksaan Fisik Pasien
Pemeriksaan Hasil Kesan
Keadaan umum Tampak Sakit Sedang Tidak emergency
Kesadaran E4M6V5, GCS 15 Compos mentis
Status Gizi BB 60 kg, TB 158 cm, BMI 24 kg/m2 Normal
Tanda Vital Normal
 Suhu Tubuh 36,9oC
 Tekanan Darah 120/80 mmHg
 Pernapasan 20x/menit

 Denyut Nadi 91 x/menit

 Sp O2 98%

Status Generalis

36
 Kepala  Normocephal Normal
 Wajah  Sclera ikterik (-), Konjungtiva anemis (-)
 Leher  Pembesaran KGB (-) Normal

 Thoraks  I : simetris, retraksi (-), ekspansi gerak baik


P : Taktil fremitus simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : vesikuler (+/+) di kedua lapang paru,
ronkhi (+/+), wheezing (-/-) Normal

 I : Datar, hernia umbilikalis (-)


A: Bising Usus ± 7 kali per menit
 Abdomen P : Massa (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), Normal

hepatosplenomegali (-)
P : Timpani seluruh abdomen
 Dalam batas normal
 Teraba hangat, lembab, tremor (-), CRT < 2
detik, kekuatan:
 Ekstremitas Akral hangat, capilary refill time < 2 detik
Superior
 Ektremitas Akral hangat, capilary refill time < 2 detik
Normal
Inferior

4444 4444
Normal
44444 4444

III.3.3 Diagnosis Kerja


TB Paru BTA (+) Positif dalam Pengobatan (kasus Baru)

II.3.4 Rencana Penatalaksanaan


Prinsip Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif
(2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 6 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri
dari paduan obat utama dan tambahan.
 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

37
 Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

a. Terapi Medikamentosa
Tablet FDC yang mengandung Isoniazid 2x300 mg, Rifampisin 1x450 mg,
serta Etambutol 1x250 mg

Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang


dosis yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih
termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik. Pada kasus yang mendapat obat
kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping serius harus dirujuk
ke rumah sakit/dokter spesialis paru/fasiliti yang mampu menanganinya.

Gambar 1. Kemasan warna merah untuk fase awal pengobatan

b. Non Medikamentosa
• Membuka pintu setiap hari agar terjadi pertukaran udara dan agar sinar
matahari dapat masuk ke dalam ruangan yang dapat membunuh bakteri TB.
• Minum OAT secara teratur.
• Menjelaskan pentingnya peranan PMO dalam pengobatan TB.

38
• Penderita memakai masker, dan keluarga yang tinggal satu rumah seperti
suami dan anak-anak memeriksakan diri ke dokter dan melakukan
pemeriksaan sputum

III.4 Hasil Penatalaksanaan Medis


 Pemeriksaan dilakukan saat kunjungan ke rumah pasien pertama kali
pada tanggal 11 November 2019, kondisi pasien seperti batuk dan sesak
nafas sudah mulai berkurang.
 Faktor pendukung : peran keluarga untuk mendukung minum obat
maupun hidup sehat, dan istirahat cukup, dan sadar untuk melakukan
pemeriksaan seluruh anggota keluarga ke Puskesmas Salaman I atau
BKPM untuk tes BTA.
 Faktor penghambat : lingkungan dan rumah pasien masih kurang
memenuhi syarat seperti masih belum adanya jendela/ventilasi rumah
yang layak. Rumah masih beralaskan semen yang ditutupi tikar plastic
dan kamar tidur dijadikan ruang keluarga dan ruang tamu. Suami pasien
sering merokok didalam rumah. Tingkat Pendidikan pasien dan suami
tergolong rendah.
 Indikator keberhasilan : pengetahuan keluarga terutama pada penderita
meningkat untuk menjaga kebersihan diri dalam etika batuk dan
menggunakan masker saat berpergian keluar rumah. Kesadaran anggota
keluarga untuk hidup sehat, meningkatkan sirkulasi udara dan
pencahayaan rumah, dan kepatuhan untuk minum obat mulai disadari.

III.5 Tabel Permasalahan pada Pasien

Tabel 11. Masalah Kesehatan dan Rencana Pembinaan


Risiko dan
No Masalah Rencana Pembinaan Sasaran
Kesehatan
1 Pasien TB  Edukasi pasien agar rutin dan teratur Pasien dan keluarga
meminum obat (OAT) untuk mencegah
putusnya obat.
 Edukasi pasien mengenai penularan
infeksi kuman Tuberkulosis agar pasien

39
dapat mengurangi rantai penularan
terutama penularan melalui
udara/droplet penderita.
2 Suami pasien  Edukasi mengenai cara penularan TB Suami pasien dan
paru agar dapat menjaga diri dan keluarga
menjaga kebersihan lingkungan rumah.
 Edukasi mengenai gejala gejala dini TB
Paru agar dapat mendeteksi lebih awal
penyakit TB.

III.6 Identifikasi Lingkungan Rumah


III.6.1. Gambaran Lingkungan Rumah
1. Kondisi Pasien
Pada saat kunjungan rumah, kondisi pasien tampak baik. Batuk sudah
berkurang
2. Keadaan Rumah
a. Lokasi
Dadapan Rt 007/004, Dusun Kalisalak, Desa Ngadirejo, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang
b. Kondisi Rumah
Rumah pasien terletak di pinggir desa. Rumah permanen satu lantai
dan memiliki halaman
c. Lantai dan Dinding Rumah
Seluruh lantai rumah di plester dan dinding dari seng.
d. Langit-langit dan Atap Rumah
Rumah tidak memiliki langit-langit dan atap rumah dari genteng.
e. Jendela Rumah
Tidak terdapat adanya jendela baik diruang tamu atau kamar tidur.
Rumah pasien juga tidak memiliki ventilasi.
f. Pencahayaan
Kurang baik dan tidak dapat digunakan untuk membaca normal.
g. Kebersihan dan Tata Letak Ruang
Tidak ada sampah yang bertebaran namun barang-barang tidak
terletak dengan . Rumah terdiri dari 1 ruang tamu yang menyatu

40
dengan ruang keluarga dan kamar tidur , 1 kamar mandi dengan WC
dan 1 dapur.
h. Sanitasi Dasar
Sumber air pasien menggunakan mata air yang terlindungi. Limbah
rumah tangga di alirkan ke parit, untuk sampah dapur sebagian
dibakar. Penampungan jamban menggunakan jamban tidak saniter.
i. Halaman
Rumah pasien memiliki halaman
j. Kesan Kebersihan
Kebersihan sangat kurang

DAPUR WC

M RUANG TAMU

A RUANG KELUARGA

N KAMAR TIDUR

U S

Gambar 2. Denah Rumah Keluarga Ny. S T

41
Tabel 12. Indikator Rumah Sehat
No Skor rumah pasien
Indikator Variabel Skor
(tanda  )
1 Lokasi a. Tidak rawan banjir 3 
b. Rawan banjir 1
2 Kepadatan rumah a. Tidak padat (>8m2/ orang) 3 
2
b. Padat (<8m / orang) 1
3 Lantai a. Semen, ubin, keramik, kayu 3
b. Tanah 1 
4 Pencahayaan a. Cukup 3
b. Tidak cukup 1 
5 Ventilasi a. Ada 3
b. Tidak ada 1 
6 Air bersih a. Air kemasan 3
b. Ledeng/ PAM 3
c. Mata air terlindung 2 
d. Sumur pompa tangan 2
e. Sumur terlindung 2
f. Sumur tidak terlindung 1
g. Mata air tidak terlindung 1
h. Lain-lain 1
7 Pembuangan a. Leher angsa 3
kotoran kakus b. Plengsengan 2
c. Cemplung/ cubuk 2
d. Kolam ikan/ sungai/ kebun 1
e. Tidak ada 1 
8 Septic tank a. Jarak > 10 meter 3
b. Lainnya 1 
9 Kepemilikan WC a. Sendiri 3
b. Bersama 2
c. Tidak ada 1 
10 SPAL a. Saluran tertutup 3
b. Saluran terbuka 2
c. Tanpa saluran 1 
11 Saluran got a. Mengalir lancer 3
b. Mengalir lambat 2

42
c. Tergenang 1
d. Tidak ada got 1 
12 Pengelolaan a. Diangkut petugas 3
sampah b. Ditimbun 2
c. Dibuat kompos 3
d. Dibakar 2 
e. Dibuang ke kali 1
f. Dibuang sembaragan 1
g. Lainnya 1
13 Polusi udara a. Tidak ada 3 
b. Ada gangguan 1
14 Bahan bakar a. Listrik, gas 3
masak b. Minyak tanah 2
c. Kayu bakar 1 
d. Arang/ batu bara 1
Total skor 22

Penetapan skor kategori rumah sehat:


a. Baik : Skor 35-42 (>83%)
b. Sedang : Skor 29-34 (69-83%)
c. Kurang : Skor <29 (<69%)
Pada rumah pasien termasuk ke dalam kategori rumah dalam kondisi Kurang baik

III. 7 Karakteristik Demografis Keluarga


Pasien tinggal di Dadapan, Dusun Kalisalak, Desa Ngadirejo, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang. Pasien tinggal dengan suaminya. Pasien memiliki
seorang suami berusia 58 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek dan
tinggal satu rumah dengan pasien. Pasien juga memiliki 3 orang anak. Anak yang
pertama seorang anak laki-laki berusia 26 tahun dengan pendidikan terakhirnya
tamat SMA atau pesantren dan saat ini sudah tidak tinggal bersama orang tuanya.
Anak yang kedua berusia 22 tahun dengan pendidikan terakhirnya tamat SMA
atau pesantren dan sudah menikah, memiliki 1 orang anak perempuan berusia 3
tahun dan tinggal bersama suaminya di Magelang. Anak ketiga berusia 17 tahun,
sedang bersekolah di pesantren dan tidak tinggal bersama orang tuanya. Pasien
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, adik pertama laki-laki berusia 46

43
tahun yang tinggal di Magelang, sudah menikah dan memiliki 2 anak. Adik kedua
adalah perempuan berumur 39 tahun telah menikah dan memiliki 2 anak, tinggal
berdekatan dengan pasien di Desa Ngadirejo.

Tabel 13. Kartu Keluarga

Kedudukan Umur Pendidikan


No. Nama Sex Pekerjaan Ket.
di keluarga (thn) Terakhir

1. (Tn.A) KK - 1 L 58 Tamat SD Tukang Ojek Sehat

TB
2. (Ny.S) KK - 2 P 59 Tamat SD Ibu Rumah Tangga
Paru
Pesantren/SMA
3. (Tn.S) Anak ke - 1 L 26 Wirausaha Sehat
sederajat
Pesantren/SMA Ibu Rumah
4. (Ny.A) Anak ke - 2 P 22
sederajat Tangga
Pesantren/SMA
5. (An.N) Anak ke – 3 L 17 Pelajar Sehat
sederajat
Sumber: Data primer hasil wawancara dengan pasien
III.8 Genogram Keluarga
X1 Y1 X2 Y2

1 2

Tn. F Ny.M Ny.S Tn.I Ny.P

3 4 5 6

Tn.S Ny.A Tn.M An.N

An. B

Bagan 4. Genogram Keluarga

44
Keterangan :
1. Suami pasien : Ny. S, 59 tahun, TB Paru
2. Pasien : Tn. A, 58 tahun, sehat
3. Anak kandung pasien ke 1 : Tn. S, 26 tahun, sehat
4. Anak kandung pasien ke 2 : Ny. A, 22 tahun, sehat
5. Anak kandung pasien ke 3 : An. N, 17 tahun, sehat
6. Menantu pasien : Tn. A, 25 tahun, sehat
7. Cucu ke-1 pasien : An. B, 3 tahun, sehat
X1. Bapak mertua pasien : Meninggal sebelum pasien menikah
Y1. Ibu mertua pasien : Meninggal sebelum pasien menikah
X2. Bapak pasien : Meninggal setelah pasien menikah akibat
stroke
Y2. Ibu pasien : Meninggal setelah pasien menikah akibat
penyakit jantung
: tinggal satu rumah

III.9 Family Gap

Ny. S

2
Tn. S
Tn.A
1 3

5 4
An.N Ny.A

Bagan 4. Family Gap Keluarga Ny. S

Keterangan: : Fungsional (Hubungan dekat)

Menurut gambar memperlihatkan bahwa hubungan antara pasien


dengan Keluarganya merupakan hubungan fungsional.

45
III.10 Bentuk dan Siklus Keluarga
Bentuk keluarga ini ialah nuclear family, yaitu dalam satu rumah terdiri
dari keluarga inti (ayah, ibu, anak).

Tabel 14. Skoring APGAR

Skor

Komponen Indikator 1 0
2
(kadang- (tidak sama
(selalu)
kadang) sekali)
Adaptation Saya puas bahwa saya dapat
kembali ke keluarga saya bila 
saya menghadapi masalah

Partnership Saya puas dengan cara


keluarga saya membahas dan

membagi masalah dengan
saya
Growth Saya puas dengan cara
keluarga saya menerima dan
mendukung keninginan saya

untuk melakukan kegiatan
baru atau arah hidup yang
baru
Affection Saya puas dengan cara
keluarga saya meng-
ekspresikan kasih sayangnya

dan merespon emosi saya
seperti kemarahan perhatian,
dll
Resolve Saya puas dengan cara
keluarga saya dan sara

membagi waktu bersama-sama

Klasifikasi :
a. Skor 8-10 : Fungsi keluarga sehat
b. Skor 4-7 : Fungsi keluarga kurang sehat
c. Skor 0-3 : Fungsi keluarga tidak sehat
Kesimpulan: Skor APGAR berjumlah 8, dengan kata lain fungsi keluarga sehat.

46
III.11 Sumber Daya Keluarga
Tabel 15. Family Screem Ny. S
Sumber Patologis

Pasien dan keluarga memiliki


waktu untuk berkumpul
SOCIAL bersama. Hubungan pasien, Tidak ada
keluarga pasien, dan tetangga
sekitar baik.

Pasien melakukan kegiatan di


lingkungan tempat tinggalnya
CULTURAL Tidak ada
sesuai dengan kebudayaan
Jawa yang berlaku.

Pasien dan keluarga beragama


RELIGIOUS Islam dan selalu menjalankan Tidak ada
ibadah dengan taat dan ikhlas.

Pasien bekerja sebagai ibu


rumah tangga dan sesekali
bekerja sebagai tenaga
pembantu di daerah Ekonomi yang kurang
Borobudur untuk mencukupi mengakibatkan makanan yang
ECONOMIC
kebutuhan sehari-hari pasien konumsi tidak gizi
Pekerjaan suami pasien seimbang
adalah tukang ojek. Pekerjaan
anak pasien dan menantu
pasien adalah wirausaha.

Pasien hanya menempuh


pendidikan hingga SD, anak –
Pasien tidak melanjutkan
anak pasien menempuh
EDUCATION pendidikan karena masalah
pendidikan hingga SMA,
biaya.
sedangkan cucu pertama
pasien belum bersekolah.

Jarak dari tempat tinggal ke


Puskesmas cukup jauh namun
MEDICAL mudah diakses. Jika sakit Tidak ada
pasien memiliki kartu KIS
BPJS untuk berobat.

47
III.12 Perjalanan Hidup Keluarga (Family Life Line)

Tabel 16. Family Life Line Ny. S

Tahun Usia Peristiwa Severity of Illness

Stress psikososial ringan akibat


Pasien menikah dengan
1987 27 tahun perubahan tanggung jawab yang
suaminya
dilakukan.

pasien hamil dan melahirkan Adaptasi peran sebagai seorang Ibu


1993 33 tahun
anak pertama dan perubahan kegiatan

pasien hamil dan melahirkan


1995 35 tahun -
anak kedua

pasien hamil dan melahirkan


2002 42 tahun -
anak ketiga
Pasien mulai mengeluhkan
2019 59 tahun batuk berdahak, lemas serta Pasien khawatir
nafsu makan dan BB menurun

III.13 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Tabel 17. Indikator PHBS
No. Indikator PHBS Ya Tidak
1 Persalinan di keluarga anda di tolong oleh tenaga
kesehatan terampil yang dilakukan di fasilitas kesehatan 
(bukan di rumah sendiri)
2 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama hamil 
3 Pemberian ASI eksklusif saja pada bayi sampai usia 6

bulan
4 Balita ditimbang secara rutin (minimal 8 kali setahun) 
5 Keluarga biasa makan dengan gizi seimbang 
6 Menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari 
7 Keluarga biasa BAB di jamban sehat 
8 Membuang sampah pada tempatnya sehari-hari 
9 Menggunakan lantai rumah kedap air (bukan tanah) 
10 Apakah keluarga anda biasa melakukan aktifitas fisik

minimal 30 menit perhari?
11 Tidak merokok 
12 Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan 

48
sesudah BAB
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari 
14 Membeli/menyimpan /menjual minum-minuman keras

(bir, alkohol, arak, anggur)/narkoba?
15 Anggota JPK/Dana Sehat/Asuransi

Kesehatan/JAMKESMAS (peserta JKN/BPJS)?
16 Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

seminggu sekali?
Interpretasi
 Skor 0-5 : Sehat Pratama
 Skor 6-10 : Sehat Madya
 Skor 11-15 : Sehat Utama
 Skor 16 : Sehat Paripurna
Pada keluarga ini mendapat skor 6
Kesimpulan : Perilaku Rumah Tangga Madya

III.14 Diagnostik Holistik


a. Aspek Personal
1. Aspek kedatangan
Pasien datang berobat ke puskesmas Salaman I karena keluhan batuk
kronis. Pasien kemudian melakukan pemeriksaan hasil positif didiagnosis
TB Paru BTA (+).
2. Kekhawatiran
Pasien khawatir keluhannya bertambah parah dan menyebabkan
kematian, serta dapat menularkan penyakitnya kepada anggota keluarga
yang lain.
3. Harapan
Pasien berharap sembuh dan tidak mengalami keluhan yang sama
dikemudian hari sehingga pasien semangat menjalani pengobatan dan
tidak akan putus obat.

49
b. Aspek Klinis
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang disimpulkan bahwa diagnosis pasien tersebut adalah TB Paru
BTA positif Kasus Baru.
c. Aspek Internal
1. Genetik
Tidak terdapat faktor genetik yang berkaitan dengan keluhan yang
dialami pasien.
2. Pola makan
Frekuensi makan pasien dan keluarga seadanya, yaitu 2 kali sehari dan
kurangnya variasi menu makanan.
3. Kebiasaan
Sehari-hari pasien paling sering berada di rumah, namun pada terkadang
pasien juga membantu suami untuk mencari nafkah dengan berdagang.
4. Spiritual
Pasien menerima penyakit yang dideritanya saat ini dan berdoa agar
diberikan kesembuhan dan yakin dapat sembuh.
d. Aspek Eksternal
Hubungan antar anggota keluarga cukup baik, suami dan anak pasien
berperan sebagai pengawas minum obat. Pasien tinggal di lingkungan
rumah yang padat penduduk. Rumah pasien kurang pencahayaan dan
sirkulasi udara sehingga memungkinkan kuman berkembang biak dengan
baik.
Penghasilan rata-rata per bulan berasal dari suami dan hasil berdagang
serabutan itupun hasil pendapatan tidak menentu, namun penghasilan
tersebut kurang untuk biaya hidup pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga
memiliki kartu KIS BPJS dan menggunakannya untuk pengobatan TB Paru
pasien. Jarak rumah pasien dengan fasilitas kesehatan mudah diakses, yaitu
Puskesmas Salaman I, dimana membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan
menggunakan sepeda atau becak.

50
e. Derajat Fungsional
Menurut skala, pasien termasuk derajat 2 dimana pasien dapat
melakukan aktivitas ringan secara mandiri.

III.15 Pengelolaan Komprehensif


a. Promotif
Edukasi untuk meningkatkan kondisi rumah menjadi rumah sehat,
seperti membuka pintu rumah agar ada pencahayaan yang masuk
kedalam rumah, membuka pintu setiap hari agar terjadi pertukaran udara,
membersihkan rumah setiap hari termasuk sudut-sudut rumah.
b. Preventif
Edukasi kepada pasien dan keluarga (minimal melibatkan 1 orang
anggota keluarga jika memungkinkan) mengenai :
1) Edukasi tentang penyakit TB meliputi penyebab, faktor risiko,
perjalanan penyakit, gejala, pemeriksaan terkait, pengobatan,
pencegahan, dan komplikasi.
2) Edukasi tentang penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit
menular yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar rumah yang
tidak memenuhi syarat rumah sehat dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
3) Edukasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat serta
syarat-syarat rumah sehat untuk mencegah penularan dan berulangnya
penyakit.
4) Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar rumah dengan
menerapkan prinsip rumah tangga sehat yang memperhatikan syarat
rumah sehat yang merupakan faktor risiko penularan penyakit TB
Paru.
5) Edukasi pasien dan keluarga pasien untuk menjaga jarak saat
berbicara, menerapkan etika bersin, batuk, dan membuang ludah yang
baik dan benar, menghindari pada anak kecil berusia kurang dari 5
tahun yang rentan terinfeksi penyakit paru dari jangkauan pasien, serta
jika ada dana lebih membeli masker untuk digunakan pasien.

51
6) Edukasi untuk membuka pintu jendela agar pencahayaan baik,
membuka setiap hari agar terjadi pertukaran udara, dan membersihkan
rumah setiap hari termasuk sudut-sudut rumah.
7) Menyarankan pemeriksaan sputum untuk semua keluarga pasien yang
tinggal serumah dengan pasien.
c. Kuratif
Tablet FDC yang mengandung Isoniazid 2x300 mg, Rifampisin
1x450 mg, serta Etambutol 1x250 mg.
d. Rehabilitatif
Belum perlu dilakukan.
e. Paliatif
Belum perlu dilakukan.

III.16 Identifikasi Fungsi Keluarga


a. Fungsi Keagamaan
Seluruh anggota keluarga pasien beragama Islam dan
menjalankan ibadah dengan taat di rumah, namun tidak ada ruangan
khusus untuk beribadah di rumah.
b. Fungsi Budaya
Keluarga pasien adalah suku Jawa dan mengikuti adat, etika, nilai,
serta norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya yang juga keturunan
Jawa. Keluarga pasien tidak melakukan ritual khusus terkait dengan
kebudayaan Jawa dan dilarang oleh agama yang dianutnya.
c. Fungsi Cinta Kasih
Hubungan antar anggota keluarga terjalin dengan baik. Seluruh
anggota keluarga pasien saling menyayangi, menghormati, dan
menghargai.
d. Fungsi Melindungi
Komunikasi yang baik dan terjalinnya rasa saling percaya antar
anggota keluarga pasien memperlihatkan bahwa sudah terpenuhinya
rasa aman, nyaman, dan penuh kehangatan di keluarga pasien.

52
e. Fungsi Reproduksi
Ny. S memiliki tiga anak kandung yang pertama laki-laki berusia
26 tahun. Anak kedua perempuan saat ini sudah berkeluarga sudah
menikah dan tinggal di rumah suaminya. Anak terakhir laki-laki saat ini
mondok di pesantren.
f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamatan SD. Pasien tidak
melanjutkan pendidikannya karena masalah ekonomi. Setelah lulus SD,
pasien bekerja membantu bapak dan ibunya untuk menafkahi keluarga.
Suami pasien juga hanya merupakan tamatan SD karena faktor
ekonomi. Pendidikan anak-anak pasien hanya mengaji di pondok
pesantren karena keterbatasan biaya.
g. Fungsi Ekonomi
Sumber penghasilan keluarga berasal dari suami yang bekerja
sebagai tukang ojek dan istri bekerja serabutan berjualan kerajinan
tangan di sekitar candi Borobudur. Pasien juga seorang ibu rumah
tangga yang banyak waktunya untuk dirumah. Rata-rata penghasilan
gabungan tidak menentu bisa untuk makan saja sudah bersyukur ± Rp.
50.000,- per hari. Penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga untuk membayar sekolah anak di pondok pesantren
dengan uang iuran Rp. 30.000,- per bulan.
h. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal suami dan anak pertamanya. Hubungan antar
anggota keluarga baik. Sehari-hari, pasien merupakan ibu rumah
tangga yang terkadang membantu suami mencari uang dengan
berdagang. Di dalam keluarga ini, jika terdapat suatu masalah eksternal
dan internal maka dibicarakan dengan terbuka, semua masalah yang
berhubungan dengan keluarga diselesaikan dengan musyawarah.
i. Fungsi Biologis
Pasien menderita TB Paru BTA (+) kasus baru. Saat ini pasien
sedang menjalani pengobatan OAT sudah kurang lebih hampir 1 bulan.
Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan seperti pasien,

53
begitupun dengan tetangga sekitar rumah pasien karena kurangnya
sosialisasi pasien dengan lingkungan tetangga sekitar.
j. Fungsi Sosial
Pasien tinggal di kawasan pedesaan yang padat penduduk.
Pergaulan umumnya berasal dari kalangan menengah kebawah.
Keluarga pasien jarang bersosialisasi dengan tetangga di sekitar
lingkungan rumah.

III.17 Pola Makan Keluarga


Frekuensi makan pasien dan keluarga seadanya atau tidak teratur, yaitu 2
kali sehari. Makanan diolah sendiri makanan tidak bisa bisa bervariasi. Variasi
makanan yang dikonsumsi keluarga, yaitu nasi, lauk (tahu, tempe, terkadang
telur), sayur (sup, bayam, sayur kangkung, dll), dan buah seadanya

III.18 Perilaku Kesehatan Keluarga


Pasien merupakan seorang istri dari suami yang bekerja sebagai tukang
ojek. Bila ada anggota keluarga yang sakit, yang pertama dilakukan adalah
mengobati sendiri dengan obat warung, apabila tidak sembuh maka baru
diperiksakan ke Puskesmas Salaman I. Apabila ada waktu luang, keluarga hanya
menghabiskan waktu bersama berkumpul di rumah, ataupun ke rumah saudara
yang tinggal di desa tersebut. Pasien dan keluarga tidak memiliki hobi khusus.

III.19 Identifikasi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan


a. Faktor Perilaku Keluarga
Sehari-hari pasien lebih sering di rumah, namun pada hari-hari
tertentu pasien berjualan di sekitar Candi Borobudur. Pasien jarang bertemu
atau bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumah di halaman rumah
mereka. Pasien dan keluarga jarang membuka pintu dan jendela rumah
dikarenakan faktor kenyamanan dan kondisi rumah tidak memiliki Jendela
rumah dimana sebelah rumah pasien adalah kebun sehingga keadaan rumah
lembab. Jika ada anggota keluarga yang sakit, pasien dan keluarga langsung
membawanya ke puskesmas Salaman I. Pendanaan kesehatan melalui KIS
BPJS.

54
b. Faktor Non Perilaku Keluarga
Sarana kesehatan di sekitar rumah cukup jauh, namun mudah diakses.
Puskesmas atau tempat praktik umum dapat ditempuh dengan angkutan desa
maupun sepeda motor milik pribadi. Pembiayaan pengobatan pasien
maupun keluarga menggunakan KIS BPJS

III.20 Diagram Realita yang Ada pada Keluarga

Tidak terdapat riwayat penyakit TB paru pada keluarga


pasien.

Keturunan

Dinding rumah
tidak permanaen,
lantai beralaskan
Sarana tanah, ventilasi
Derajat kamar kurang,
pelayanan
kesehatan
Yankes Kesehatan Lingkungan memiliki kamar
terjangkau Tn.N mandi namun
tidak memiliki
jamban keluarga,
kebersihan dapur
kurang baik, tidak
memiliki langit-
langit atap
Perilaku

Pekerjaan sebagai buruh

Gambar 3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

III.21 Pembinaan dan Hasil Kegiatan


Tabel 18. Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Keluarga
Tanggal Kegiatan yang Dilakukan Hasil Kegiatan
yang Terlibat
 Melakukan anamnesis dan  Mendapatkan diagnosis
11 November
pemeriksaan fisik kepada Pasien kerja pasien dan
2019
pasien di rumah pasien penyebab
 Memberikan gambaran  Pasien dan keluarga
penyakit TB Paru yang mengetahui dan
Pasien dan
23 November merupakan salah satu memahami tentang TB
keluarga
2019 penyakit menular yang Paru
dipengaruhi oleh kondisi  Pasien dan keluarga
lingkungan sekitar rumah melakukan prosedur

55
yang tidak sesuai syarat pengobatan dengan
rumah sehat, dan perilaku baik dan menunjukkan
dan etika batuk serta kondisi perbaikan kondisi
fisik yang memudahkan pasien
masuknya penularan
penyakit.
 Edukasi tentang TB Paru
meliputi penyebab,
perjalanan penyakit, faktor
resiko, pengobatan dan alur
penatalaksanaan TB Paru
serta lama waktu
pengobatan TB Paru, serta
komplikasi.

 Edukasi tentang pentingnya Kondisi pasien


minum obat hingga tuntas membaik, keluhan
serta edukasi anggota berkurang
keluarga agar senantiasa
mengingatkan pasien untuk
minum obat sekaligus
menjadi pengawas minum
30 November
obat bagi pasien Pasien
2019
 Edukasi tentang syarat –
syarat rumah sehat serta
pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat agar
terhindar dari penularan
penyakit

III.22 Kesimpulan Pembinaan Keluarga


a. Tingkat pemahaman
Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik. Pasien dan
keluarga sudah memahami hal-hal yang harus dilakukan dalam
menanggulangi penyakit TB Paru, serta keteraturan minum obat dan etika
batuk.
b. Hasil pemeriksaan
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Keluhan : batuk selama 2 bulan dan keringat berlebih saat
malam hari
TTV : Dalam Batas Normal

56
c. Faktor pendukung :
1) Pasien dan keluarga dapat memahami dan menangkap penjelasan yang
diberikan
2) Kesadaran keluarga pasien untuk hidup bersih, membuat sangat
kooperatif untuk mengubah perilaku yang tidak baik bagi kesehatan
sehingga dapat mencegah penularan penyakit TB Paru

d. Faktor penyulit : kurangnya kebersihan lingkungan rumah pasien..


e. Indikator keberhasilan :
1) Pengetahuan pasien dan keluarga meningkat mengenai penyakit TB
paru
2) Kesadaran pasien untuk meminum obat teratur dan menjaga kebersihan
diri dan rumah
3) Kesadaran pasien untuk berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan

57

Anda mungkin juga menyukai