Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Frozen shoulder adalah keadaan dimana bahu tidak dapat digerakkan dan terasa
menyakitkan serta kaku. Umumnya ditandai dengan gerakan bahu yang terbatas. Istilah ini
juga dikenal dengan adhesive capsulitis. Frozen shoulder merupakan suatu kondisi yang
ditandai dengan keterbatasan gerakan bahu fungsional baik aktif maupun pasif karena
perlekatan sendi glenohumeral yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan atau yang sering
dikenal dengan keterbatasan luas gerak sendi (LGS).1

Frozen shoulder terjadi pada 2-5% dari populasi umum dan hingga 20% dengan
pasien diabetes, penyakit tiroid, dan penyakit serebrospinal serta banyak diderita dengan usia
40-60 tahun. Penderita frozen shoulder biasanya pada periode awal hanya ditandai dengan
rasa pegal saat istirahat, nyeri saat digerakkan dan mengalami kesulitan tidur karena nyeri
bahu.1 Frozen shoulder termasuk ke dalam penyakit self-limiting yang dapat sembuh dengan
sendirinya dalam waktu sekitar 1-3 tahun.2

Struktur dari kapsul glenohumeral merupakan ciri frozen shoulder. Dengan hilangnya
cairan synovial sendi, sehingga terjadi perlekatan dari ketiak dan humerus secara keseluruhan
terjadi penurunan volume kapsuler. Secara khusus terjadi penebalan dan rotator interval
fibrotic merupakan struktur penting untuk stabilitas sendi glenohumeral. Rotator interval
berbatasan dengan tendon suprasinatur superior, tendon subskapularis inferior, jaringan ikat
transhumeral lateral dan coracoid medial.2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi

Frozen shoulder terjadi pada 2-5% dari populasi umum dan hingga 20% dengan pasien
diabetes, penyakit tiroid, dan penyakit serebrospinal serta banyak diderita dengan usia 40-60
tahun.1 Lebih banyak terjadi pada perempuan berusia lebih dari 40-60 tahun.2

2.2 Faktor Risiko

Wanita yang berusia lebih dari 40 tahun rentan mengalami frozen shoulder, selain itu
beberapa hal yang dapat menjadi faktor resiko sebagai berikut:1,2

1. Imobilisasi Berkepanjangan
Frozen shoulder dapat terjadi pada kasus-kasus pasien dengan imobilisasi dalam
jangka waktu tertentu dengan keadaan missal fraktur dimana pasien tidak dapat
menggerakkan bahunya. Untuk menghindari hal tersebut, setelah penanganan
disarankan agar pasien segera menggerakkan anggota tubuhnya secara perlahan.
2. Diabetes
Pada pasien-pasien yang memiliki penyakit diabetes lebih sering mengalami frozen
shoulder. Hal ini masih belum diketahui secara pasti namun, pasien yang menderita
diabetes memiliki resiko lebih besar untuk mengalami kekakuan sendi.
3. Penyakit Lainnya

2
2.3 Anatomi

Gambar 1. Anatomi Bahu (dilihat dari anterior)3

3
Gambar 2. Anatomi Bahu (dilihat dari posterior)3

Gambar 3. Anatomi Sendi Glenohumeral (dilihat dari Anterior)3

4
Gambar 4. Frozen Shoulder

2.4 Patogenesis

Frozen shoulder dianggap sebagai gangguan fibrosis primer atau mirip dengan
penyakit Dupuytren karena secara histologi menunjukkan bahwa spesimen fibroblast
bergabung dengan kolagen tipe I dan tipe III. Fibroblast dapat berubah menjadi fenotipe otot
polos (miofibroblast), dimana ini menunjukkan bahwa adanya respon pada kontraktur
kapsular.1 Adanya perubahan tingkat MMPs yang terlibat dalam renovasi jaringan parut.
MMP-14 merupakan penggerak MMP-2 yang terlibat dalam degradasi kolagen, dan ini dapat
menyebabkan produksi kolagen berlebihan. Pelepasan MMP-1 dan MMP-2 menurun pada
frozen shoulder, sedangkan pelepasan inhibitor jaringan TIMP-1 dan TIMP-2 ditingkatkan.1,2

Frozen shoulder merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara degradasi jaringan


matriks ekstraseluler, renovasi dan regenerasi. Frozen shoulder melibatkan peradangan
sebagaimana proses fibrosis. Terdapat peningkatan inflamasi sitokin termasuk IL-1,IL-1b,
TNF, COX-1 dan COX-2 pada kapsuler dan jaringan pada kasus dengan frozen shoulder.2

2.5 Diagnosis

Tidak semua kasus dengan keluhan bahu terasa kaku atau menyakitkan merupakan
frozen shoulder, dan ada beberapa kriteria untuk mendiagnosis frozen shoulder. Kekakuan
terjadi dalam berbagai kondisi seperti pada reumatik, pasca-trauma dan pasca operasi.2
Diagnosis klinis frozen shoulder mengacu pada dua kriteria: (1) adanya batas pergerakan
disertai nyeri dengan adanya hasil x-ray yang normal dan (2) perkembangan alami melalui
tiga fase berturut-turut.2,4
5
Untuk pertama kali melihat pasien dengan kekakuan dan nyeri harus mengeluarkan
beberapa hal berikut:4

1. Infeksi

Pada pasien dengan diabetes, sangat penting untuk tidak menilai langsung dengan
infeksi. Selama satu atau dua hari pertama, tanda-tanda peradangan mungkin tidak
ada.4

2. Kekakuan Pasca-Trauma

Setelah cedera bahu yang parah, kekakuan mungkin bertahan selama beberapa bulan.
Maksimal pada awalnya dan secara bertahap berkurang, tidak seperti pola frozen
shoulder.4

3. Kekakuan Difus

Jika lengan dirawat dengan sangat hati-hati (misalnya setelah fraktur lengan bawah)
bahu mungkin menjadi kaku. Sekali lagi, pola karakteristik frozen shoulder tidak ada.4

4. Distrofi Simpatis

Reflek nyeri bahu dan kekakuan dapat terjadi setelah infark miokard atau stroke.
Fitur-fiturnya mirip dengan frozen shoulder dan telah disarankan bahwa yang terakhir
adalah bentuk distrofi simpatis. Dalam kasus yang parah seluruh anggota tubuh atas
terlibat, dengan perubahan trofik dan vasomotor di tangan (Shoulder-hand
Syndrome).4

2.5.1 Anamnesis

1. Pasien datang dengan keluhan nyeri bahu dan susah digerakkan

2. Sejak kapan munculnya keluhan

3. Kronologi terjadinya keluhan

4. Lokasi berada pada bahu yang susah digerakkan

5. Kualitas nyeri dan kekakuan

6. Kuantitas nyeri dan kekakuan

7. Faktor apa saja yang dapat memperingan keluhan

6
8. Faktor apa saja yang dapat memperberat keluhan

9. Gejala penyerta lainnya

2.5.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan nyeri dan kaku pada bahu dapat dilakukan dengan cara Scratch Test :

Gambar 5. Scratch Test4

Pada pemeriksaan ini pasien diminta untuk menggaruk bagian skapula dengan
tangannya. Apabila pasien dapat menggaruk skapula secara berlawanan dengan tiga cara
seperti pada gambar 5, maka tidak ada kemungkinan pasien mengalami frozen shoulder.4

Apabila pasien mengalami frozen shoulder maka hal yang tampak sebagai gambar 6
berikut :

Gambar 6. Keterbatasan Gerakan Pada Pasien dengan Frozen Shoulder4

Tampak pada gambar 6 bahwa pada pasien dengan frozen shoulder kesulitan untuk
abduksi serta tidak dapat mencapai bagian punggungnya dengan tangan kiri.4

7
2.6 Pemeriksaan Penunjang

2.6.1 Pemeriksaan Radiologi X-Ray


Pada pemeriksaan radiologi biasanya didapatkan gambaran normal namun, tetapi
dapat melihat kelainan osseus, seperti osteoartritis glenohumeral. Temuan arthrografi dengan
frozen shoulder dari sendi kapsula berisi cairan kurang dari 10 sampai 12 mL dan pengisian
dari axilla serta subskapula.5

Gambar 7. Frozen Shoulder X-Ray


2.6.2 Pemerikasaan USG
Pada pemeriksaan dengan USG Doppler nampak peningkatan vaskularitas dan
ekotekstur pada interval rotator cuff.7

Gambar 8. USG frozen shoulder, C; coracoid, H; humerus

8
2.6.3 Pemeriksaan CT-Scan
CT-Scan dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang primer apabila terdapat
gejala nyeri sendi terutama sendi bahu pada kasus dengan frozen shoulder diluar dari trauma
lainnya.8

Gambar 8. CT-Scan Frozen Shoulder


Pada gambar CT-Scan di atas dengan potongan coronal oblik pada pasien dengan
adhesive capsulitis nampak bahwa tulang subchondral dari caput humerus penebalan kapsul
dan sinovium serta ceruk aksila menyempit.8
2.6.4 Pemeriksaan MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang dapat dipercaya sehinggan sangat menunjang
untuk diagnosis frozen shoulder. Pada MRI dapat ditemukan pengisian kapsul sendi
gleneohumeral dan peningkatan membrane synovial serta jaringan fibrovaskular.9

Gambar 9. MRI Frozen Shoulder

9
Pada gambar 9. Hasil pemeriksaan MRI dengan potongan sagittal menunjukkan
adanya obliterasi penuh dan jaringan lemak berbeda disekitarnya. Serta CHL yang tidak
beraturan.9

2.7 Diagnosa Banding

1. Tendinitis Rotator Cuff

Peradangan pada tendon supraspinatus di bahu. Cuff-rotator merupakan suatu sarung


tendon yang melekat erat pada kapsul dan dengan insersio pada tuberositas mayor
pada humerus.6

2. Fibromialgia

Fibromialgia adalah gangguan yang sering tidak diketahui bahkan tidak dikenali yang
menyebabkan nyeri dan kesakitan pada otot dengan area cukup luas. Gangguan ini
mempunyai kecenderungan dating dan pergi, serta bergerak ke seluruh tubuh. Pada
umumnya, gangguan yang bersifat kronis ini berhubungan dengan kelelahan dan
gangguan tidur.6

2.8 Terapi

2.8.1 Terapi Konservatif


Terapi konservatif ini digunakan untuk mengembalikan fungsi normal bahu ke sendi
dengan mengurangi rasa sakit. Terapi konservatif dapat berupa latihan otot dan sendi serta
obat-obatan untuk mengurangi keluhan.4
1. Injeksi Kortikosteroid
Injeksi kortikosteroid dapat mengurangi fibromatosis dan miofibroblast.2

2. Terapi Latihan Fisik


Stretching exercise dapat dilakukan dirumah dengan cara perlahan-lahan merayapkan
tangan ke tembok hingga batas kekuatan. Selain itu, gerakkan memutarkan sendi juga
dapat dilakukan dengan cara perlahan.2

10
2.8.2 Terapi Operatif
2.8.2.1 Operasi Tertutup
Manipulation Under General Anaesthesia (MUA) ini dapat mengurangi keluhan
namun perlu dilakukan di ruangan operasi karena memerlukan tindakan anastesi. MUA
dilakukan dengan cara menggerakkan atau memindahkan bahu dengan cara merotasikan
keluar perlahan namun tegas, kemudian lakukan gerakan abduksi dan fleksi.4
2.8.2.2 Operasi Terbuka
Terapi pembedahan ini sebenarnya masih belum jelas. Indikasi utama dilakukannya
pembedahan apabila terapi konservatif tidak menunjukkan hasil yang baik.4 Adapun terapi
pembedahan pada kasus ini berupa Arthroscopic capsulotomy yaitu sebuah metode yang
aman dilakukan untuk terapi pasien dengan frozen shoulder.2

Gambar 10. Arthroscopic Capsulotomy

Pada gambar 10A memulai arthroscopic dari portal posterior nampak sinovitis serta
adhesi. Gambar B menunjukkan capsul superior meningkat dari superior labrum, gambar C
merubah posisi ke anterior.10

11
BAB III

KESIMPULAN

Frozen shoulder merupakan sebuah penyakit dimana melekatnya sendi bahu pada
kapsul. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti menipisnya cairan sendi ataupun
peradangan pada sendi. Frozen shoulder umumnya dapat terjadi pada usia sekitar 40-60
tahun.

Keluhan frozen shoulder dirasakan dengan nyeri dan terdapat kekakuan pada bahu
sehingga membatasi pergerakan. Beberapa factor resiko diantaranya yaitu karena imobilisasi
lama, pasca-trauma, stroke, dan atau diabetes.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan menyingkirkan dari
diagnosis banding dengan cara (1) adanya batas pergerakan disertai nyeri dengan adanya
hasil x-ray yang normal dan (2) perkembangan alami melalui tiga fase berturut-turut.

Pada dasarnya terapi yang dapat dilakukan berupa terapi konservatif untuk
mengurangi keluhan serta memperbaiki keadaan dan terapi operatif atau pembedahan. Terapi
pembedahan dilakukan apabila tidak ada perbaikan dari hasil terapi konservatif.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Georgiannos, D., Markopoulos, G., Devetzi, E., & Bisbinas, I. (2017). Adhesive
Capsulitis of the Shoulder. Is there Consensus Regarding the Treatment? A
Comprehensive Review. The Open Orthopaedics Journal, 11(1), 65–76.
https://doi.org/10.2174/1874325001711010065
2. Le, H. V., Lee, S. J., Nazarian, A., & Rodriguez, E. K. (2016). Adhesive capsulitis
of the shoulder: review of pathophysiology and current clinical treatments.
Shoulder & Elbow, 9(2), 75–84. https://doi.org/10.1177/1758573216676786
3. Netter, Frank. 2017. Atlas Anatomi Manusia Bahu dan Sendi Glenohumeral. Edisi
6. Hal. 405,406,408. Singapore. Elsevier
4. Salomon, Lois. 2018. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, Frozen
Shoulder. Hal.13. Edisi 10. Boca Raton: CRC Press.
5. Kelley, M. J., Shaffer, M. A., Kuhn, J. E., Michener, L. A., Seitz, A. L., Uhl, T.
L., McClure, P. (2013). Shoulder Pain and Mobility Deficits: Adhesive Capsulitis.
Journal of Orthopaedic & Sports Physical Therapy, 43(5), A1–A31.
https://doi.org/10.2519/jospt.2013.0302
6. Noor, Zairin. 2016. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal Infeksi dan Inflamasi
Muskuloskeletal. Hal. 229,232. Jakarta. Salemba Medika
7. Cheng, X., Zhang, Z., Xuanyan, G., Li, T., Li, J., Yin, L., & Lu, M. (2017).
Adhesive Capsulitis of the Shoulder: Evaluation with US-Arthrography Using a
Sonographic Contrast Agent. Scientific Reports, 7(1), 1–8.
https://doi.org/10.1038/s41598-017-05491-x

8. Milena, C., Patrick, O., Ahmed, L., Daniel, M., Anne, P., Lecouvet, F. E., …
Benjamin, D. (2017). CT arthrography of adhesive capsulitis of the shoulder Are
MR signs applicable? European Journal of Radiology Open, 4(March), 40–44.
https://doi.org/10.1016/j.ejro.2017.03.002

9. Li, J. Q., Tang, K. lai, Wang, J., Li, Q. yu, Xu, H. tong, Yang, H. feng, … Zhang,
S. xiang. (2011). MRI findings for frozen shoulder evaluation: Is the thickness of
the coracohumeral ligament a valuable diagnostic tool? PLoS ONE, 6(12), 2–6.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0028704

10. Tao, M. A., Karas, V., Riboh, J. C., Laver, L., & Garrigues, G. E. (2017).
Management of the Stiff Shoulder With Arthroscopic Circumferential
Capsulotomy and Axillary Nerve Release. Arthroscopy Techniques, 6(2), e319–
e324. https://doi.org/10.1016/j.eats.2016.10.005

13

Anda mungkin juga menyukai