Anda di halaman 1dari 11

ANALISA TEKNIS BAMBU LAMINASI SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI

PADA LUNAS KAPAL PERIKANAN

Khusnul Khotimah

Parlindungan Manik, S.T.,M.T.


Ir. Sarjito Jokosisworo, M.Si.

Program Studi S1 Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP


e-mail : khotimahk38@gmail.com

ABSTRAK
Kapal kayu merupakan sarana transportasi tradisional yang hingga saat ini masih banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk sarana transportasi, niaga maupun sarana rekreasi.
Dalam produksinya kapal kayu banyak menggunakan kayu berjenis kayu jati. Namun seiring berjalannya waktu
kayu jati mulai mengalami kelangkaan selain itu harga kayu jati relatif mahal. Maka dilakukan penelitian bambu
laminasi sebagai alternatif material lunas kapal perikanan terutama kayu jati.
Dalam penelitian ini membuat lunas balok laminasi dengan perbandingan 2 jenis susunan bilah bambu
petung , yaitu susunan bilah vertikal dan susunan bilah horisontal yang kemudian di uji tekan tegak lurus dengan
standart SNI 03-3958-1995, uji kuat tarik serat memanjang dengan menggunakan standart ISO 22157, uji berat
jenis dan kadar air menggunakan standart ISO 22157-1. Dari hasil uji tekan tegak lurus serat memanjang
dilakukan analisa kukuh kuatan mutlak kemudian digolongkan dalam BKI Kapal Kayu 1996, kemudian
dibandingkan dengan standart yang diijinkan kayu jati pada BKI Kapal Kayu 1996 bagian lunas kapal.
Berdasarkan hasil pengujian bambu laminasi susunan horisontal memiliki kadar air rata-rata 13%,
dengan berat jenis 0,78, dan uji tekan tegak lurus serat dengan susunan horisontal memperoleh hasil tegangan
rata-rata 16,528 Mpa atau 165,28 kg/cm2 dan memiliki lendutan rata-rata 5,662. Pada pengujian bambu laminasi
susunan vertikal memiliki kadar air 13%, dengan berat jenis 0,76, dan uji tekan tegak lurus serat susunan vertikal
memperoleh hasil tegangan rata-rata 18,056 Mpa atau 180,56kg/cm2 dan memiliki lendutan rata-rata 4,7248. Kuat
tarik sejajar serat dengan ruas memiliki rata-rata 246,37 Mpa, dan kuat tarik sejajar serat tanpa ruas memiliki rata-
rata 102,062 Mpa.

Kata kunci : Bambu laminasi, kapal perikanan, lunas, uji kuat tarik, uji tekan tegak lurus

1. PENDAHULUAN Kebutuhan kayu sangat besar berdampak


1.1. Latar Belakang pada ketersediaan kayu yang semakin
Perkembangan teknologi di Negara berkurang setiap tahunnya akibat eksploitasi
Indonesia sangat berkembang pesat, terutama yang dilakukan secara besar-besaran. Menurut
di bidang konsruksi, yaitu dengan penelitian pada tahun 1950 hutan berkurang
ditemukannya material alternative pengganti sehingga menjadi sebesar 162 juta hektar, pada
kayu sebagai bahan baku konstruksi, terutama tahun 1985 hutan berkurang lagi dan menjadi
dibidang perkapalan. Dalam dunia konstruksi luas hutan 120 juta hektar, sedangkan tahun
kayu merupakan salah satu bahan material 2009 hutan berkurang menjadi luas 87 juta
yang paling dominan digunakan selain beton hektar, sedangkan pada tahun 2020
dan baja. Pada dunia perkapalan khususnya diperkirakan luas hutan tinggal 16 juta hektar
kapal kayu, dimana kapal kayu membutuhkan (10%) (Kementrian P.U, 2000).
bahan baku dari kayu yang dewasa ini kayu Salah satu alternative pengganti kayu saat
sangat mahal dan sulit dicari. ini adalah bambu laminasi, bambu yang dapat
dipilih sebagai alternatif material pengganti 1.4. Pembatasan Masalah
kayu adalah menggunakan jenis bambu Batasan masalah di gunakan sebagai
betung/petung (Dendrocalamus asper). Alasan arahan serta acuan dalam penulisan penelitian
penggunaan bambu betung sebagai material sehingga sesuai dengan permasalahan serta
pengganti dalam struktur kapal perikanan tujuan yang di harapkan. Batasan
adalah : bambu betung memiliki sifat mekanis permasalahan yang di bahas dalam penelitian
yang baik, ringan, memiliki dinding yang tebal ini adalah :
dan kokoh, mudah dalam penanganan dan 1. Dalam analisa ini bambu yang digunakan
pengerjaannya, mudah didapatkan serta murah merupakan jenis bambu petung.
harganya (Morrisco, 1999 dan Hafid 2011). 2. Bambu akan dipotong dengan cara
manual, sehingga perbedaan tidak dapat
1.2. Perumusan Masalah dihindari. Dalam kasus ini maka
Sekarang ini diperlukan material yang ketebalan dianggap sama sesuai dengan
ramah lingkungan, yang salah satunya adalah ukuran bilah yang ditentukan.
bambu. Pada penelitian ini komposit 3. Pembuatan benda uji hanya terfokus pada
Penguatan Laminasi (Laminate Composite) variasi susunan pada spesimen tanpa
menggunakan bambu digunakan sebagai variabel pembeda, hanya terfokus pada
komponen pembuatan kapal pada bagian lunas jenis komponen konstruksi lunas kapal.
kapal. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi 4. Analisa teknis dilakukan dengan mengacu
terobosan baru material utama penyusun kepada BKI Kapal Kayu 1996.
komponen kapal yang ramah lingkungan 5. Pembuatan spesimen untuk benda uji tarik
Berikut perumusan masalah dalam penelitian bambu laminasi mengacu pada standar
ini: ISO 22157 dan untuk benda uji kuat tekan
1. Apakah susunan bilah bambu laminasi tegak lurus serat mengacu pada standar
mempengaruhi kekuatan tekan tegak lurus SNI 03-3958-1995
serat? 6. Hasil karakteristik bahan bambu laminasi
2. Bagaimana kekuatan uji tarik bilah bambu hanya berupa data pengujian tekan tegak
laminasi dengan menggunakan ruas? lurus serat dan kuat tarik sejajar serat.
3. Bagaimana sifat fisika bambu laminasi 7. Pengujian sifat fisis dimensi mengacu
setelah pengujian? pada standar ISO 22157-1-2004

1.3. Tujuan Penelitian 2. TINJAUAN PUSTAKA


Berdasarkan latar belakang serta 2.1. Tinjauan Umum
permasalahannya maka maksud dan tujuan dari Saat ini kayu yang berkualitas semakin
penelitian ini adalah : sulit diperoleh di pasaran, sehingga perlu dicari
1. Untuk mengetahui kekuatan tekan tegak bahan lain sebagai penggantinya. Bambu
lurus serat susunan bilah bambu vertikal adalah salah satu jenis yang dapat digunakan
dan susunan bilah bambu horisontal pada karena dalam pertumbuhan bambu mempunyai
balok bambu laminasi. masa panen 3 sampai 5 tahun, potensinya pun
2. Untuk mengetahui kekuatan ruas pada uji cukup besar di beberapa daerah dan sangat
kuat tarik bilah bambu laminasi. sesuai dengan kebutuhan industri. Beberapa
3. Untuk mengetahui sifat fisika bambu aspek sifat bambu lebih baik daripada kayu,
laminasi setelah pengujian. antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata,
keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan
mudah dikerjakan serta ringan. Selain itu
bambu juga relatif murah dibandingkan dengan
bahan bangunan lain karena potensinya banyak Penggunaan penting bambu di Asia Tenggara
dan mudah ditemukan di seluruh daerah yg adalah sebagai bahan bangunan dan berbagai
beriklim tropis seperti negara Indonesia. macam keranjang sayuran, penggunaan lainnya
Bambu juga memiliki sifat tidak polutif karena adalah sebagai sumber bahan untuk membuat
seluruh bagian dari bambu berguna, missal kertas, alat-alat music, dan kerajinan tangan
batangnya untuk bangunan, daunnya untuk (Dransfield dan Widjaya, 1995).
obat dan dibuat kompos, dan sisa industry bisa
disulap menjadi arang. Terdapat 2.3. Jenis Bambu Petung
beranekaragam jenis bambu, sekitar 1250 jenis Pada penelitian ini jenis bambu yang
bambu di dunia, 140 jenis bambu atau 11% nya digunakan sebagai bahan struktur pengganti
adalah asli Indonesia (Handayani, 2009). kayu pada lunas kapal adalah bambu petung,
hal ini dikarenakan bambu petung memiliki
2.2. Tinjauan Umum Kapal Perikanan sifat mekanis sebagai berikut :
2.2.1. Pengertian dan Batasan kapal Bambu Petung atau Dendrocalamus
Perikanan Asper (Schultes. F.) Backer ex Heyne memiliki
Kapal adalah kendaraan pengangkut rumpun yang agak rapat dan dapat tumbuh
barang, penumpang di laut, pada semua daerah sampai ketinggian 20-30 meter, batangnya
yang mempunyai perairan tertentu. Kapal berbulu tebal dan tebal dinding batang
dengan bentuk dan konstruksinya mempunyai mencapai 11-36 milimeter, diameter 8-20
fungsi tertentu yang tergantung, pada tiga centimeter dan warna bambu ini coklat. Bambu
faktor utama, yaitu jenis (macam) kargo yang petung banyak digunakan sebagai bahan
di bawa, bahan baku kapal, daerah operasi bangunan, perahu, perlalatan rumah tangga,
(pelayaran) kapal. (Indra Kusuma, 2008) saluran air dan bahan dinding (gedeg). Jenis
bambu petung yang digunakan dalam
2.2.2. Lunas Kapal pembuatan spesimen berasal dari Yogyakarta
Lunas kapal adalah bagian terbawah dengan usia panen 4-5 tahun. Pada pembuatan
dari kapal yang mempunyai peran besar dalam digunakan bagian pangkal sampai tengah
memberikan kekakuan pada konstruksi alas batang bambu dan menggunakan bagian
dan juga kapal secara keseluruhan. pada lunas daging bambu.
kapal terdiri dari lunas luar dan dalam
(Wikimedia). Pada penelitian ini menganalisa 2.4. Bambu Laminasi
pada kapal perikanan tradisional bagian lunas Bambu lamina (glue limited timber :
luar dengan menggunakan laminasi bambu glulam) merupakan produk yang dibuat
yang nanti hasilnya dapat dilihat dapat dengan merekatkan dua atau lebih lapisan
menggantikan kayu sebagai bahan utama kapal bahan menjadi satu yang dibedakan menjadi
perikanan tradisional dengan mengunakan lamina menyilang (cross) dan lamina sejajar
acuan BKI kapal kayu 1996. (parallel). Lamina menyilang merupakan
lapisan yang disusun secara menyilang satu
2.2.3. Kegunaan Bambu dengan yang lain, sedangkan lamina sejajar
Bambu merupakan salah satu sumber adalah lapisan yang disusun sejajar antara satu
daya alam tropis, oleh Karena itu dengan yang lain (Forsmith, 1952). Pada
penyebarannya luas, mudah didapat, cepat penelitian ini spesimen uji kuat tekan tegak
pertumbuhannya, mudah dikerjakan dan telah lurus menggunakan susunan lamina sejajar
digunakan bagi kehidupan sehari-hari yang susunan bilahnya horisontal dan vertikal.
masyarakat sebagai sumber yang berkelanjutan
(Kurt, 1867 dalam Widjaya, 1995). 2.5. Teknologi Perekatan Laminasi
Teknologi perekatan bambu laminasi a. Berat jenis
merupakan teknik penggabungan bahan Berat jenis bambu menunjukkan
dengan bantuan perekat, bahan bangunan banyaknya massa bambu, dengan kata lain
berukuran kecil dapat direkatkan membentuk jumlah sel-sel penyusun bambu dengan berat
komponen bangunan sesuai dengan keinginan. sel masing-masing menunjukkan berat total
Teknik laminasi juga merupakan cara bambu. Berat jenis bambu dihitung sebagai
penggabungan bahan baku yang tidak seragam nilai perbandingan antara berat bambu kering
atau dari berbagai kualitas. Menurut Morisco dibagi berat air dengan volume sama dengan
(2006), secara garis besar keuntungan yang volume bambu tersebut.
dapat diperoleh dari teknologi laminasi antara b. Kadar air
lain : Adalah nilai yang menunjukkan
1. Teknologi laminasi secara tidak banyaknya air yang ada dalam bambu. Kadar
langsung dapat mengatasi masalah air dihitung sebagai persentase perbandingan
retak, pecah ataupun cacat akibat berat air dalam bambu dengan berat kering
pengeringan karena lamina terdiri atas tanur. Berat bambu kering tanur adalah berat
lembaranlembaran yang tipis sehingga bambu total tanpa air
pengeringan lebih cepat dan mudah.
2. Produk lamina yang berlapis-lapis 3. METODOLOGI PENELITIAN
memungkinkan untuk memanfaatkan 3.1. Membuat benda uji bahan bambu
lamina berkualitas rendah untuk laminasi.
disisipkan diantara lapisan luar (face) Dalam penelitian ini spesimen uji
dan lapisan belakang (back) seperti dibuat dengan mengacu pada Standar Nasional
halnya produk kayu lapis. Indonesia, SNI 03-3958-1995 : Metode
3. Teknologi laminasi memungkinkan Pengujian Kuat Tekan tegak lurus Serat, dan
pembuatan struktur bangunan International Organization for Standarization,
berukuran besar yang lebih stabil ISO 22157 : Bambu Laminate Tensile Test.
karena seluruh komponen (lembaran) Dimana bentuk spesimen hanya berbentuk
yang digunakan telah dikeringkan material sesuai dengan ukuran dari standar
sebelum dirakit menjadi produk yang dipakai kemudian hasilnya akan di
laminasi. Arah serat lamina dapat bandingkan dengan klasifikasi kapal kayu
dipasang saling bersilangan, sehingga menurut standart BKI. Untuk ketebalan lapisan
susunan ini akan menjadikan dan banyaknya jumlah lapisan selain mengikuti
kembang-susut produk tidak besar. hasil analisa teknis juga mengacu pada BKI
Peraturan Untuk Material Non Metal BAB II
2.6. Sifat fisika Bambu Laminasi Kayu Edisi 2006.
Bambu laminasi sebagai material
konstruksi perlu ditinjau sifat-sifatnya Tabel 3.1. Jumlah dan tebal lapisan veneer
mengenai sifat mekanis dan sifat fisiknya.
Sebagai bahan material alam, bambu
mempunyai bermacam-macam sifat yang
tergantung pada jenis, lingkungan
pertumbuhan dan asalnya. Adapun yang
termasuk karakteristik fisika bambu, antara
lain:
3.2. Uji Tekan Tegak Lurus Serat
Pengujian ini menggunakan SNI 03-
3958-1995 : Metode Pengujian Kuat Tekan *Penampang benda uji disini 50 x 50 mm
tegak lurus serat. Ukuran spesimen uji menurut
Standart Nasional Indonesia (SNI) tersebut. 3.3. Design Benda Uji Tekan Tegak Lurus
Dalam pengujian tekan tegak lurus ini Serat Menurut Standar SNI 03-3958-
menggunakan prosedur pembebanan tegak 1995
lurus dengan dengan satu titik pembebanan Pada penilitian ini jumlah spesimen uji
kuat tekan tegak lurus serat 5 spesimen
susunan horizontal dan 5 spesimen susunan
vertikal.

Gambar 3.1. Spesimen Uji Tekan Tegak Gambar 3.2. design spesimen uji tekan tegak
Lurus lurus arah serat

Data hasil pengujian tersebut didapatkan data


yang meliputi :
∫c┴ =
Dimana :
∫c┴ = kuat tekan tegak lurus serat
P = beban uji maksimum
b = beban benda uji
h = tinggi benda uji
Rumus regangan (ε) : Gambar 3.3. Spesimen uji tekan tegak lurus
dengan susunan horisontal

Tebal awal dapat di cari dengan mencari rata-


rata dari lebar dan tebal awal spesimen :

Rumus Rata-rata lendutan :

Rumus Tegangan (σ) :


Gambar 3.4. Spesimen uji tekan tegak lurus
dengan susunan vertikal
3.4. Benda Uji Kuat Tarik Bilah Bambu Dalam pengujian ini spesimen benda uji
Laminasi Menurut Standar ISO- bilah bambu laminasi memiliki tebal 2 mm,
22157 dan diberi penguat kayu bangkirai, tujuan
Pada penilitian ini jumlah spesimen uji untuk diberi kayu bangkirai adalah agar tidak
kuat tarik bilah bambu laminasi 6 spesimen terjadi gagal geser bagian pencekam pada saat
dengan ruas dan 6 spesimen tanpa ruas. pengujian. Adapun bentuk spesimen benda uji
Adapun design spesimen uji kuat tarik sebagai tarik serat memanjang dapat dilihat pada
berikut : gambar.

Gambar 3.8. Spesimen uji tarik


Gambar 3.5. detail spesimen uji kuat tarik
bilah bambu laminasi menurut standart ISO 3.6. Uji Density
22157 Kerapatan merupakan perbandingan
antara berat dan volume. Pengujian ini
menggunkan standar ISO 22157-1 mengenai :
Bambu – Determination of physical and
mechanical properties of bamboo. Pengukuran
kerapatan dilakukan seperti berikut :
Gambar 3.6. spesimen uji kuat tarik bilah
bambu laminasi tanpa ruas

Gambar 3.7. spesimen uji kuat tarik bilah


bambu laminasi dengan ruas Gambar 3.9. Spesimen Uji Density
3.5. Uji Kuat Tarik Tegak Lurus Serat Rumus Kerapatan :
Memanjang
Pengujian ini menggunakan standar ISO
22157 mengenai : Determination of physical Rumus kadar air :
and mechanical properties of bamboo. Dari Dimana :
hasil pengujian tersebut diatas didapatkan V = Volume spesimen
besaran kuat tarik sebagai berikut : Mo = Berat spesimen setelah di oven (gr)
M = Berat spesimen sebelum di oven (gr)
Tensile strenght (kg /cm2 ) MC = kadar air (%)
Dimana :
P : maximum load (kg).
A : cross section area in middle portion (cm2)
4. HASIL DAN ANALISA DATA Prayitno (1996:46) menyebutkan bahwa
ANALISA SIFAT FISIK untuk kerapatan kayu antara 0,55-0,72 gr/cm3 ,
4.1. Kadar Air digolongkan ke dalam kayu berat. Menurut
Kadar air dari bambu petung mempunyai PKKI-1961, kerapatan bambu petung ini dapat
pengaruh yang signifikan terhadap sifat fisik diklasifikasikan ke dalam kelas kuat II dengan
dan mekanik.kadar air dalam bambu sangat nilai kerapatan antara 0,6 – 0,9. Menurut
mempengaruhi kekuatan kayu dan proses Maduretno (2010), kerapatan bambu
laminasi. Dari hasil pengujian yang dilakukan, mempengaruhi hasil penyerutan bambu.
kemudian dihitung dengan persamaan Semakin tinggi nilai kerapatan bambu,
:Pengujian kadar air bambu dilakukan semakin tebal juga bilah bambu rata yang
berdasarkan prosedur ISO 22157-1-2004 dihasilkan, sedangkan semakin rendah nilai
dengan benda uji berukuran t x 25 x 25 mm. kerapatan bambu, semakin tipis bilah bambu
Kadar air bambu dapat dihitung dengan rata yang dihasilkan.
menggunakan Persamaan 1.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Berat jenis dan kadar air bambu
petung

Dengan:
MC : kadar air (%)
m : massa benda uji sebelum kering oven
(gram)
mo : massa benda uji setelah kering oven
(gram)

Maka diperoleh nilai kadar air dari


bambu petung tersebut adalah antara 12.77 %
sampai 13.36 % dengan nilai rata-rata kadar air
adalah 13%. Hasil dari pengujian ini dapat
dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini dan di
lampiran.
Berdasarkan hasil pengujian kadar air
bambu petung yang telah dilakukan, kadar air 4.3. Analisa Sifat Mekanik
benda uji masih tergolong sedang karena 4.3.1. Uji Tekan Tegak Lurus Balok
menurut ISO 22157-1-2004 kadar air yang Laminasi
baik berkisar 12%. Pengujian kuat tekan tegak lurus balok
laminasi dilakukan pada Laboratorium
4.2. Berat Jenis Struktur, Teknik Struktur, Jurusan Teknik Sipil
dan Lingkungan, Fakultas Teknik UGM,
Menurut penelitian yang saya lakukan di dengan benda uji berdimensi 150 x 50 x 50
Laboratorium Struktur Teknik Sipil dan mm, dengan dimensi bilah bmabu 10 x 5 mm.
Lingkungan Universitas Gadjah Mada Pada pengujian ini, diberlakukan sistem 1 titik
mempunyai rata-rata nilai berat jenis laminasi pembebanan.
bambu petung susunan horisontal sebesar Pengujian terhadap benda uji tekan
0,78225 dan kadar air rata-rata 13%. tegak lurus dengan susunan bilah horisontal
Kemudian rata-rata nilai berat jenis laminasi memperoleh hasil rata-rata tegangan tegak
bambu petung susunan vertikal sebesar lurus sebesar 16,528 Mpa, kemudian lendutan
0,76495 dan kadar air rata-rata 13%. rata-rata 5,662. Untuk benda uji tekan tegak
lurus dengan susunan bilah vertikal nilai kuat tarik sejajar arah serat bilah bambu
memperoleh hasil rata-rata tegangan tegak petung tanpa ruas rata-rata adalah 246,37 Mpa.
lurus sebesar 18,056 Mpa, kemudian lendutan Sedangkan nilai kuat tarik sejajar arah serat
rata-rata 4,7288. memanjang bilah bambu petung dengan ruas
rata-rata adalah 102,062 Mpa. Untuk lebih
Table 4.2 uji tekan tegak lurus serat jelas, hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada
Tabel dan Lampiran.

Tabel 4.3 Kuat Tarik Bilah Bambu Petung

Pada pengujian tekan tegak lurus serat


memanjang bambu laminasi susunan
horisontal, dengan pembebanan 1 titik, bambu
laminasi mengalami rusak pada belah sejajar Keterangan :
garis rekatan susunan vertikal mendekati pada BTR = Bilah Tanpa Ruas
bagian atas bentang. Hal ini dikarenakan BR = Bilah Ruas
susunan vertikal tidak lebih kuat menahan
beban dari susunan horisontal karena susunan Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa nilai
horisontal lebih rapat dan solid. kuat tarik bilah bambu dengan ruas jauh lebih
kecil daripada kuat bambu tanpa ruas. Hal ini
dapat terjadi karena pada ruas, ada sebagian
serat bambu yang berbelok dan sebagian lagi
tetap lurus. Serat yang berbelok ini sebagian
menuju sumbu batang, sedangkan sebagian
lagi menjauh ruas, sehingga pada ruas arah
gaya tidak lagi sejajar semua serat. Oleh
karena itu, ruas pada bambu merupakan bagian
yang paling lemah terhadap gaya tarik sejajar
sumbu batang.
Data logger ( alat Proses pengujian Dari tabel 4.3. dapat dilihat juga bahwa
pembebanan) kuat tarik sejajar serat bilah bambu tanpa ruas
rata-rata adalah 246,37 Mpa. Hasil ini
membuktikan bahwa kuat tarik bambu dapat
4.3.2. Uji Kuat Tarik Sejajar Serat Bilah disejajarkan dengan tegangan luluh baja (± 240
Bambu Laminasi Arah Memanjang MPa).
Dari pengujian yang dilakukan di
Laboratorium Struktur Bahan, maka diperoleh
4.4. Pembandingan Hasil Pengujian Berdasarkan hasil pengujian bambu
Dengan Syarat Bahan Kapal Kayu laminasi memiliki berat jenis kering
Dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) keseluruhan berkisar antara rata-rata 0.735
Berdasarkan kelas kuat kayu dari Biro hingga 0,805 yang termasuk kedalam berat
Klasifikasi Indonesia didapatkan persyaratan jenis kayu berat. Sehingga bambu termasuk
seperti di bawah ini : dalam Kelas Kuat II Biro Klasifikasi
Tabel 4.4. Kelas Kuat Indonesia.
Hasil pengujian yang telah dilakukan
dengan uji tekan tegak lurus serat memanjang
bambu laminasi pada susunan vertikal
mempunyai tegangan berkisar antara 16,56
Mpa sampai 19,36 Mpa dengan rata-rata
18,056 Mpa atau 180,56 Kg/cm2. Sehingga
pada penelitian ini bambu laminasi susunan
vertikal termasuk dalam Kelas Kuat V.
Sedangkan bambu laminasi pada susunan
*Sumber : BKI Kapal Kayu 2006
horizontal mempunyai tegangan berkisar
antara 15,6 Mpa sampai 17,64 Mpa dengan
Untuk bahan konstruksi lunas kapal,
rata-rata 16,528 Mpa atau 165,28 Kg/cm2,
karena secara umum kapal kayu menggunakan
sehingga pada penelitian ini bambu laminasi
material utama dari kayu jati, maka Biro
susunan horisontal termasuk dalam Kelas Kuat
Klasifikasi Indonesia menetapkan bahan
V. Menurut peraturan BKI tentang klasifikasi
tersebut minimum harus termasuk Kelas Kuat
dan konstruksi kapal kayu, bahwa kapal kayu
II dan Kelas Awet I-(II) pada kayu jati. Berikut
dapat menggunakan kayu yang mepunyai
ini merupakan rangkuman data hasil pengujian
kerapatan yang lebih rendah atau lebih tinggi
uji tekan bambu laminasi, seperti dibawah ini :
tetapi diikuti dengan penambahan atau
Tabel 4.5 rangkuman pengujian tekan tegak
pengurangan dimensi sampai 30 %. Pada
lurus dan uji density
penelitian ini bambu laminasi keteguhan tekan
mutlak masih lebih rendah dari kayu jati yang
biasa digunakan pada bagian lunas kapal,
sehingga bambu laminasi belum bisa
menggantikan komponen lunas kapal sebagai
material alternatif.

4.5. Analaisa Teknis Struktur Kapal Saat


Berbahan Bambu Laminasi Pada
Lunas Kapal Perikanan
Berdasarkan pengujian balok laminasi
yang diibaratkan sebagai lunas kapal, dan
kemudian balok laminasi tersebut dipotong
sesuai ukuran standart SNI untuk dilakukan
pengujian dan hasil dari pengujian tersebut
pada balok laminasi susunan horisontal hanya
memiliki rata-rata keteguhan tekan mutlak
16,628 MPA atau 166,28 kg/cm2 dan pada
susunan vertikal memiliki rata-rata tekan
mutlak 18,056 Mpa atau 180,56 kg/cm2. Dari Mpa. Hal ini disimpulkan ruas bambu
hasil pengujian bambu laminasi masuk merupakan kelemahan dari bambu,
kedalam kelas kuat V, maka sifat mekanis karena struktur seratnya yang tidak
bambu laminasi belum dapat menggantikan beraturan.
lunas berbahan kayu. Pada BKI Kapal Kayu
untuk klasifikasi bagian lunas kapal kayu jati 3. Sifat fisika setelah pengujian
harus memiliki I-(II) Kelas Awet Kayu, dan II memperoleh hasil rata-rata berat jenis
Kelas Kuat. Jika dianalisa dari mekanisme bambu laminasi dengan susunan
keruntuhan maka terjadi kesalahan dalam horisontal 0,78225, dan rata-rata kadar
dalam penyusunan struktur laminasi dan tidak air bambu laminasi dengan susunan
diperlukannya ruas / buku pada balok laminasi horisontal 13%. Kemudian hasil rata-rata
karena ruas adalah bagian terlemah dari berat jenis bambu laminasi dengan
bambu. Keruntuhan struktur balok laminasi susunan vertikal 0,76495, dan rata-rata
terjadi pada sekitar garis perekat pada susunan kadar air bambu laminasi dengan
vertikal. susunan vertikal 13%. Hasil penelitian
tersebut masuk kelas Kuat Awet II BKI
5. PENUTUP Kapal Kayu, maka berat jenis bambu
5.1. Kesimpulan laminasi setara dengan kayu jati.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan penulis yaitu Analisa Teknis 5.2. Saran
Bambu Laminasi Sebagai Material Konstruksi Penelitian yang disusun penulis ini masih
Pada Lunas Kapal Perikanan, yang mana mempunyai keterbatasan dan kekurangan. Oleh
diharapkan bambu laminasi dapat sebab itu, penulis mengharapkan penelitian ini
menggantikan kayu sebagai material dapat dikembangkan lagi secara mendalam
konstruksi kapal perikanan, maka dapat dengan kajian yang lebih lengkap.
disimpulkan beberapa informasi teknis sebagai Adapun saran penulis untuk
berikut : penelitian lebih lanjut (future research) antara
1. Nilai rata-rata kukuh tekanan mutlak lain :
bambu laminasi dengan susunan 1. Adanya penelitian untuk menganalisa
horisontal 166,28 kg/cm2 , dengan secara teknis bambu laminasi untuk
lendutan rata-rata 6,662. Kemudian mendapatkan kekuatan tekan mutlak dan
untuk rata-rata kukuh tekanan mutlak tarik laminasi memanjang dan melintang
bambu laminasi dengan susunan vertikal dengan menggunakan perekat selain
180,56 kg/cm2, dengan lendutan rata- urea formal delhyde.
rata 4,7248. Dalam penelitian ini 2. Adanya penelitian untuk menganalisa
tergolong Kelas Kuat V sesuai Kelas secara teknis bambu laminasi untuk
Kuat Kayu BKI Kapal Kayu. Maka mendapatkan kekuatan tekan mutlak
susunan bambu laminasi yang dengan variasi tebal bilah bambu
disarankan untuk konstruksi lunas kapal laminasi dengan jenis bambu yang
perikanan adalah susunan vertikal. berbeda.
3. Memperluas kajian pembahasan,
2. Dalam penelitian ini dapat dilihat pada misalnya dengan analisa ketahanan
hasil uji kuat tarik bilah bambu laminasi bambu laminasi terhadapat cuaca, air
pada bilah tanpa ruas atau kode BTR dan hama (kelas awet). Dengan harapan
mempunyai nilai rata-rata 246,37 Mpa, bambu laminasi dapat dinyatakan
sedangkan bilah dengan ruas atau kode
BR memiliki nilai rata-rata 102,062
memenuhi kelayakan Biro Klasifikasi 7. Morisco. 1999. Rekayasa Bambu.
Indonesia. Yogyakarta

6. DAFTAR PUSTAKA 8. Morisco. 2006. Teknologi Bambu,


Bahan Kuliah Magister Teknologi
1. Basuki Akhmad dkk, 2007. IPTEK, The Bahan Bangunan, Program Studi Teknik
Journal For Technology and Science, Sipil Universitas Gadjah Mada,
Vol. 18, No.3, Jakarta. Yogyakarta.

2. Biro Klasifikasi Indonesia, 1996.Buku 9. Sahat Nico J.V.,2013. Analisa Teknis


Peraturan Klasifikasi dan Konstruksi Bambu Laminasi Sebagai Material
Kapal Laut, Peraturan Kapal Kayu, Bina Konstruksi Pada Kapal Perikanan.
Hati. Jakarta. Program Studi Teknik Perkapalan,
Universitas Diponegoro, Semarang.
3. Chugg W.A., Glulam, 1964. The Theory
and Practice of Manufacture of Glue 10. Standar Nasional Indonesia (SNI), 1995.
Laminated Structure Ernest Been Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu di
Limited, London. Laboratorium, SNI 03-3958-1995,
Indonesia
4. International Organization for
Standardization (ISO), 1975. Bambu- 11. Wardhani, IY. 1999. Kualita Perekatan
Determination of physical and Kayu Laminasi dari Empat Jenis Kayu
mechanical properties, ISO 22157-1. Kurang Dikenal.
ISO Central Secretariat, Geneva, http://www.unmul.ac.id/dat/pub/frontir/i
Switzerland. sna.pdf.

12. Widjaja, E. A., 1995. Plant resources of


5. Jones R.M., 1987. Mechanics of
South-east Asia, no. 7: Bambus. Prosea,
Composite Materials, Mc. Graw – Hill,
Bogor, Indonesia.
New York, USA
13. Widodo, AB, 2006. “Analisa Sifat Fisis
6. Kementrian Pekerjaan Umum, 2000. dan Sifat Mekanis Komposit Sebagai
Badan Penelitian dan Pengembangan Material Alternatif Pembangunan Kapal
Pusat Litbang Permukiman, Balai Kayu” Jurnal Teknologi Kelautan (JTK).
Pengembangan Teknologi Perumahan Institut Teknologi Sepuluh November
Tradisional, Denpasar Bali. (ITS).

Anda mungkin juga menyukai