Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK ( PPOK )

1. Definisi
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) ataupun COPD adalah klasifikasi
luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan
asma. PPOM merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. (Bruner &
Suddarth, 2002 : 595).
PPOK adalah penyakit pernafasan yang dikarakteristikkan oleh obstruksi pada
aliran udara yang penyebab utamanya adalah inflamasi jalan nafas, perlengketan
mukosa, penyempitan lumen jalan nafas atau kerusakan jalan nafas.
(Doenges,1999:152).
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan retensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan
bentuk kesatuan dari penyakit bronkitis kronis dan emfisema paru ataupun asma
bronkial. (Sylvia A. Price , 2005 : 784).
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan
gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan
oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan
dalam masa observasi beberapa waktu.
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah
kejadian akut dalam perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya
perubahan basal sesak napas, batuk, dan/atau sputum yang diluar batas normal da
lam variasi hari ke hari (GOLD, 2009).
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik
adalah sebagai berikut:
a. Bronkitis kronis
Didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam
satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002)
b. Emfisema
Didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar bronkiolus
terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner & Suddarth, 2002)
c. Asma
Adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Bruner &
Suddarth, 2002)

2. PATHWAY
Pencetus Rokok dan Polusi
Asma, Bronkitis, emfisema

Inflamasi
PPOK

Sputum meningkat

Batuk

Perbesaran Alveoli Ketidakefektifan Bersihan


Jalan Nafas

Hipertiroid kelenjar mukosa


Inflamasi
Penyempitan saluran udara
Leukosit meningkat

Ekspansi paru Gangguan Imun menurun


menurun Pertukaran Gas
Kuman patogen &
endogen difagosit
Suplay O2 tidak adekuat Frekuensi pernafasan makrofag
cepat
Hipoksia Anoreksia
Kontraksi otot pernafasan
Penggunaan energi untuk
Sesak
pernafasan meningkat Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
Ketidakefektifan Pola kebutuhan tubuh
Nafas Intoleransi Aktifitas

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
a. Mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronis (blue
bloater).
b. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:
a. Kelemahan badan
b. Batuk
c. Sesak napas
d. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
e. Mengi atau wheeze
f. Ekspirasi yang memanjang
g. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
h. Penggunaan otot bantu pernapasan
i. Suara napas melemah
j. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
k. Edema kaki, asites dan jari tabuh.

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronkus yang menebal.
2) Corak paru yang bertambah
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
1)Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan
bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan
pink puffer.
2) Corakan paru yang bertambah.
b. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang
bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan
VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR
(maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP
bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut,
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small
airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli
untuk difusi berkurang.
c. Analisis gas darah.
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis,
terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia
yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan
polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan
jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab
payah jantung kanan.
d. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada
hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1
dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
e. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
f. Laboratorium darah lengkap

5. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
a. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase
akut, tetapi juga fase kronik.
b. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
c. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi
lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut :
a. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
b. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
c. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai
dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau
pengobatan empirik.
d. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
e. Pengobatan simtomatik.
f. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
g. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1 – 2 liter/menit.
h. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
2) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
3) Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.
4) Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat
kembali mengerjakan pekerjaan semula.
5) Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.

6. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang:
a. Biodata Pasien
Biodata pasien setidaknya berisi tentang nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, dan pendidikan. Umur pasien dapat menunjukkan tahap
perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis. Jenis kelamin dan
pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah atau penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh
terhadap pengetahuan klien tentang masalah atau penyakitnya.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan masalah yang lalu.
Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada manifestasi klinik
dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat
kesehatan masa lalu, dan riwayat kesehatan keluarga.
c. Keluhan Utama
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan klien tentang kondidinya saat ini. Keluhan utama yang biasa
muncul pada klien PPOK adalah sesak nafas yang sudah berlangsung lama
sampai bertahun-tahun , dan semakin berat setelah beraktivitas . keluhan
lainnya adalah batuk, dahak berwarna hijau,, sesak semakin bertambah, dan
badan lemah.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan serangan PPOK datang mencari pertolongan terutama dengan
keluhan sesak nafas, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti
wheezing, penggunaan otot bantu pernafasan, terjadi penumpukan lender, dan
sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan nafas.
e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi
genetic dengan lingkungan. Misalnya pada orang yang sering merokok,
polusi udara dan paparan di tempat kerja.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru
sekurang-kurangnya ada 3 hal, yaitu:
1) Penyakit infeksi tertentu khususnya tuberkolosis ditularkan melalui satu
orang ke orang lainnya. Manfaat menanyakan riwayat kontak dengan
orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya.
2) Kelainan alergi, seperti asma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi
keturunan tertentu. Selain itu serangan asma mungkin dicetuskan oleh
konflik keluarga atau orang terdekat.
3) Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkat polusi
udaranya tinggi. Namun polusi udara tidak menimbulkan bronchitis
kronis, melainkan hanya memperburuk penyakit tersebut.

7. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
d. Intoleransi Aktivitas
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi dan perubahan membrane alveolar
8. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Airway Management


□ Buka jalan nafas menggunakan
keperawatan ..x.. jam diharapkan
Batasan Karakteristik : head tilt chin lift atau jaw thrust
mampu mempertahankan kebersihan
bila perlu
□ Batuk yang tidak efektif jalan nafas dengan kriteria :
□ Posisikan pasien untuk
□ Dispnea
NOC : memaksimalkan ventilasi
□ Gelisah □ Identifikasi pasien perlunya
□ Kesulitan verbalisasi Respiratory status : Airway Patency pemasangan alat jalan nafas buatan
□ Mata terbuka lebar (NPA, OPA, ETT, Ventilator)
□ Respirasi dalam batas normal □ Lakukan fisioterpi dada jika perlu
□ Ortopnea □ Irama pernafasan teratur □ Bersihkan secret dengan suction
□ Penurunan bunyi nafas □ Kedalaman pernafasan normal
□ Tidak ada akumulasi sputum bila diperlukan
□ Perubahan frekuensi nafas □ Batuk berkurang/hilang □ Auskultasi suara nafas, catat
□ Perubahan pola nafas adanya suara tambahan
□ Sianosis □ Kolaborasi pemberian oksigen
□ Sputum dalam jumlah yang □ Kolaborasi pemberian obat
berlebihan bronkodilator
□ Suara nafas tambahan □ Monitor RR dan status oksigenasi
□ Tidak ada batuk (frekuensi, irama, kedalaman dan
Faktor yang berhubungan : usaha dalam bernapas)
Lingkungan : □ Anjurkan pasien untuk batuk efektif
□ Berikan nebulizer jika diperlukan
□ Perokok
□ Perokok pasif □ Monitor status pernapasan dan
□ Terpajan asap
oksigenasi sebagaimna mestinya
Obstruksi jalan nafas : □ Intruksikan bagaimna agar bisa
melakukan batuk efektif
□ Adanya jalan nafas buatan
□ Benda asing dalam jalan nafas Monitor Pernapasan
□ Eksudat dalam alveoli
□ Monitor suara napas tambahan
□ Hiperplasia pada dinding
seperti ngorok atau mengi
bronkus
□ Monitor saturasi oksigen pada
□ Mukus berlebih
□ Penyakit paru obstruksi kronis pasien yang tersedasi (seperti SaO2
□ Sekresi yang tertahan
sesuai dengan protonol yang ada )
□ Spasme jalan nafas
□ Monitor keluhan sesak napas pasien
Fisiologis :
termasuk kegiatan yang
□ Asma meningkatkan atau memperburuk
□ Disfungsi neuromuskular sesak napas tersebut
□ Infeksi
□ Jalan nafas alergik
Monitor Tanda – tanda vital

□ Monitor tekanan darah, suhu, nadi,


dan status pernapasan dengan tepat

Asthma Management
□ Tentukan batas dasar respirasi
sebagai pembanding
□ Bandingkan status sebelum dan
selama dirawat di rumah sakit
untuk mengetahui perubahan status
pernapasan
□ Monitor tanda dan gejala asma
□ Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan usaha dalam
bernapas

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(NIC)
(NOC)

Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan NIC


Oxygen Therapy
keperawatan ..x.. jam diharapkan pola
Batasan Karakteristik : □ Bersihkan mulut, hidung dan secret
nafas pasien teratur dengan kriteria :
trakea
□ Bradipnea □ Pertahankan jalan nafas yang paten
NOC : □ Siapkan peralatan oksigenasi
□ Dispnea
□ Monitor aliran oksigen
□ Fase ekspirasi memanjang □ Monitor respirasi dan status O2
□ Ortopnea Respiratory status : Ventilation □ Pertahankan posisi pasien
□ Monitor volume aliran oksigen dan
□ Penggunaan otot bantu
□ Respirasi dalam batas normal jenis canul yang digunakan.
pernafasan
(dewasa: 16-20x/menit) □ Monitor keefektifan terapi oksigen
□ Penggunaan posisi tiga titik □ Irama pernafasan teratur yang telah diberikan
□ Peningkatan diameter anterior- □ Kedalaman pernafasan normal □ Observasi adanya tanda tanda
□ Suara perkusi dada normal
posterior hipoventilasi
(sonor) □ Monitor tingkat kecemasan pasien
□ Penurunan kapasitas vital □ Retraksi otot dada
□ Tidak terdapat orthopnea yang kemungkinan diberikan terapi
□ Penurunan tekanan ekspirasi
□ Taktil fremitus normal antara O2
□ Penurunan tekanan inspirasi
dada kiri dan dada kanan
□ Penurunan ventilasi semenit □ Ekspansi dada simetris
□ Pernafasan bibir □ Tidak terdapat akumulasi

□ Pernafasan cuping hidung sputum


□ Tidak terdapat penggunaan
□ Pernafasan ekskursi dada
otot bantu napas
□ Pola nafas abnormal (mis.,
irama, frekuensi, kedalaman)
□ Takipnea

Faktor yang berhubungan

□ Ansietas
□ Cedera medulaspinalis
□ Deformitas dinding dada
□ Deformitas tulang
□ Disfungsi neuromuskular
□ Gangguan muskuluskeletal
□ Gangguan Neurologis
(misalnya :
elektroenselopalogram(EEG)
positif, trauma kepala,
gangguan kejang)
□ Hiperventilasi
□ Imaturitas neurologis
□ Keletihan
□ Keletihan otot pernafasan
□ Nyeri
□ Obesitas
□ Posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru
□ Sindrom hipoventilasi
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi:
dari kebutuhan tubuh. keperawatan selama 3 x 24 jam,  Tentukan status gizi pasien dan
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup diharapkan kebutuhan nutrisi kemampuan pasien untuk memenuhi
untuk memenuhi kebutuhan dapat terpenuhi dengan kriteria kebutuhan gizi.
metabolik. hasil yaitu sebagai berikut:  Identifikasi adanya alergi atau

Batasan Karakteristik: Status Asupan Nutrisi : intoleransi makanan yang dimiliki


pasien.
 Berat badan 20% atau lebih  Asupan kalori adekuat
 Ciptakan lingkungan yang optimal
dibawah rentang berat badan  Asupan protein adekuat
 Asupan lemak adekuat pada saat mengkonsumsi makan
ideal  Asupan karbohidrat adekuat (misalnya, bersih, berventilasi, santai,
 Bising usus hiperaktif  Asupan serat adekuat
 Cepat kenyang setelah makan  Asupan vitamin adekuat dan bebas dari bau yang menyengat).
 Diare  Asupan mineral adekuat  Anjurkan pasien untuk duduk pada
 Gangguan sensasi rasa  Asupan zat besi adekuat posisi tegak di kursi, jika
 Kehilangan rambut berlebihan  Asupan kalsium adekuat
 Kelemahan otot untuk menelan  Asupan natrium adekuat memungkinkan.
 Kesalahan persepsi  Anjurkan keluarga untuk membawa
 Ketidakmampuan memakan makanan favorit pasien, sementara
makanan pasien berada di rumah sakit atau
 Kram abdomen
 Kurang informasi fasilitas perawatan, yang sesuai.
 Kurang minat pada makanan  Monitor kecenderungan terjadinya
 Nyeri abdomen penurunan dan kenaikan berat badan.
 Penurunan berat badan dengan
Manajemen Saluran Cerna:
asupan makanan tidak adekuat
 Catat tanggal buang air besar terakhir.
 Sariawan rongga mulut
 Monitor buang air besar termasuk
Faktor yang berhubungan:
konsistensi, bentuk, volume, dan
 Faktor biologis warna, dengan cara yang tepat.
 Faktor ekonomi  Monitor bising usus.
 Gangguan psikososial  Instruksikan pasien mengenai makanan
 Ketidakmampuan makan
 Ketidakmampuan mencerna tinggi serat, dengan cara yang tepat.

makanan
 Ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrient
 Kurang asupan makanan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

Intoleransi Aktivitas NOC NIC


Toleransi Terhadap Aktivitas Manajemen Energi
Batasan Karakteristik :
Kriteria Hasil :  Kaji status fisiologis pasien yang
 Dispnea setelah
1. Saturasi oksigen ketika beraktivitas. menyebabkan kelelahan sesuai dengan
beraktivitas 2. Frekuensi nadi ketika beraktivitas.
konteks usia dan perkembangan.
 Keletihan 3. Frekuensi pernapasan ketika
 Ketidaknyamanan setelah beraktivitas.  Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan
beraktivitas 4. Kemudahan bernapas ketika secara verbal mengenai keterbatasan yang
 Perubahan beraktivitas. dialami
elektrokardiogram (EKG) 5. Tekanan darah sistolik ketika
 Tentukan persepsi pasien/orang terdekat
(mis : aritmia , beraktivitas.
6. Tekanan darah diastolik ketika dengan pasien mengenai penyebab kelelahan.
abnormalitas konduksi,
beraktivitas.  Perbaiki deficit status fisiologis (misalnya,
iskemia) 7. Warna kulit. kemoterapi yang menyebabkan anemia)
 Respons frekuensi jantung 8. Kecepatan berjalan.
9. Jarak berjalan. sebagai prioritas utama.
abnormal terhadap aktivitas
 Respons tekanan darah 10. Kekuatan tubuh bagian atas.  Pilih inervensi untuk mengurangi kelelahan
11. Kekuatan tubuh bagian bawah.
abnormal terhadap baik secara farmakologis maupun non
aktivitas. farmakologis, dengan tepat.
 Tentukan jenis dan banyakanya aktivitas yang
Faktor Yang Berhubungan : dibutuhkan untuk menjaga ketahanan.
 Gaya hidup kurang gerak  Monitor intake/asupan nutrisi untuk
 Imobilitas
mengetahui sumber energy yang adekuat.
 Ketidakseimbangan antara
 Konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara
suplai dan kebutuhan
meningkatkan asupan energy dari makanan
oksigen
 Tirah baring  Negosiasikan waktu makan yang sesuai dan
tidak sesuai dengan jadwal di rumah sakit
 Monitor sistem kardioekspirasi pasien selama
kegiatan (misalnya : takikardia, disritmia yang
lain, dyspnea, diaphoresis, pucat, tekanan
hemodinamik, frekuensi pernapasan)
 Bantu pasien untuk memahami prinsip
konservatif energy (misalnya : kebutuhan
untuk membatasi aktivitas dan tirah baring)
 Ajarkan pasien mengenai pengelolaan
kegiatan dan teknik manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan.
 Tingkatkan tirah baring/pembatasan kegiatan
(misalnya meningkatkan jumlah waktu
istirahat pasien) dengan cakupannya yaitu
pada waktuistirahat yang dipilih.
 Anjurkan periode istirahat dan kegiatan secara
bergantian.
 Lakukan ROM aktif/pasif untuk
menghilangkan ketegangan otot.
 Anjurkan tidur siang bila diperlukan
 Bantu pasien untuk menjadwalkan periode
istirahat.
 Bantu pasien untuk duduk disamping tempat
tidur, jika pasien tidak memungkinkan untuk
berjalan atu berpindah.
 Evaluasi secara bertahap kenaikan level
aktivitas fisik.
 Instruksikan pasien/orang yang dekat dengan
pasien mengenai kelelahan
 Instruksikan pasien/SO untuk mengenali
tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan
pengurangan aktivitas.
 Instruksikan pasien/SO mengenai stress dan
koping intervensi untuk mengurangi
kelelahan.
 Ajarkan pasien/SO untuk menghubungi
tenaga kesehatan jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang.
Bantuan perawatan diri
 Pertimbangkan budaya pasien ketika
meningkatkan aktivitas perawatan diri
 Pertimbangkan usia pasien ketika
meningkatkan aktivitas perawatan diri
 Monitor kemampuan perawatan diri secara
mandiri
 Berikan lingkungan terapiotik dengan
memastikan lingkungan yang hangat, santai,
tertutup
 Berikan bantuan sampai pasien mampu
melakukan perawatan diri mandiri
 Bantu pasien menerima kebutuhan pasien
terkait dengan kondisi ketergantungannya
 Dorong pasien untuk melakukan aktivitas
normal sehari – hari sampai batas
kemampuan
No DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

Gangguan pertukaran gas


NOC NIC
berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi- Status pernafasan: Pertukaran Gas 1. Manajemen asam basa
□ Pertahankan kepatenan jalan napas.
perfusi dan perubahan Kriteria Hasil □ Posisikan klien untuk mendapatkan
membrane alveolar-kapiler fentilasi yang ade kuat (misalnya
□ Tekanan parsial oksigen di darah
ditandai dengan membuka jalan napas dan menaikan
arteri (PaO2)
posisi kepala di tempat tidur).
□ Diaforesia □ Tekanan parsial CO2 di darah arteri
□ Monitor kecenderungan PH arteri,
(PaCO2)
□ Dyspnea PaCO2, dan HCO3 dalam rangka
□ PH arteri
□ Saturasi oksigen mempertimbangkan jenis
□ Gangguan penglihatan □ Tidal karbondioksida akhir
ketidakseimbangan yang terjadi
□ Hasil rontgen dada
□ Keseimbangan ventilasi dan perfusi (misalnya repiratorik atau metabolik)
□ Gas darah arteri abnormal □ Dyspnea saat istirahat
dan kompensasi mekanisme fisiologi
□Gelisah □ Dyspnea saat aktivitas ringan
□ Perasaan kurang istirahat yang terjadi.
□Hiperkapnia □ Sianosis □ Monitor gas darah arteri (ABGs),
□ Mengantuk
lever serum serta urin elektrolit.
□ Gangguan kesadaran
□Hipoksemia □ Monitor pola pernapasan.
□ Monitor penentuan pengangkutan
□Hipoksia
□Iritabilitas oksigen ke jaringan (misalnya, PaO2
level hemoglobin dan kardiak output)
□Konfus □ Monitor status hemodinamik
meliputi level CVP, MAP, PAP, dan
□Napas cuping hidung
PCWP jika tersedia
□Penurunan karbondiosida
□ Monitor kehilangan asam
□ Pola pernapasan abnormal □ Menutor status neurologi
□ Berikan terapi oksigen dengan tepat
(misal., kecepatan, irama, 2. Monitor asam basa
kedalam) □ Ambil specimen untukpemeriksaan
□Sa kit kepala saat bangun laboratorium keseimbangan asam
□ Sianosis basa (misalnya analisa gas darah,
urine, dan serum)
□Somnolen □ Catat apakah nilai CO2 menunjukan
asidosis respiratorik, alkalosis
□Takikardia
respiratorik atau normal
□Warna kulit abnormal
(missal., pucat, kehitaman)
Daftar Pustaka

Barnett, M. 2006. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. New England Journal of Medicine
343:pp 269-280.

Brannon, F.J., Foley, M. W., Starr, J. A. et al. 1993. Cardiopulmonary Rehabilitation: Basic
Theory and Application, F. A. Davis, Philadelphia.

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran

Bulechek, Gloria M dkk. 2016. Nursing Interventions Clasification (NIC) Edisi Keenam. CV
Mocomedia : Elsevier Inc.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, edisi 3,
Jakarta: EGC.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2009. Global Strategy for The
Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Barcelona : Medical Communications Resources.

Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC) Edisi Kelima. CV
Mocomedia : Elsevier Inc.

NANDA-I. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta :Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Sylvia A. Prince. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai