Anda di halaman 1dari 10

TRIAD OF CONCERN

KELOMPOK 4B

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut merupakan komponen penting dalam tumbuh kembang
seorang anak. Penyakit gigi dan mulut pada anak, misalnya karies, dapat menyebabkan anak
terganggu atau merasakan sakit pada saat mengunyah makanan, akibatnya anak menjadi tidak
mau makan karena sakit gigi yang dideritanya. Hal tersebut akan memengaruhi kualitas gizi
dari seorang anak. Permen dan makanan manis yang menjadi kesukaan anak merupakan
faktor utama terjadinya penyakit gigi dan mulut pada anak, terutama karies.

Hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018 menyebutkan bahwa 93% anak usia
dini, yakni dalam rentang usia 5-6 tahun, mengalami gigi berlubang. Ini berarti hanya 7%
anak di Indonesia yang bebas dari masalah karies gigi.

Berdasarkan data tersebut, perawatan gigi anak sejak dini sangat diperlukan agar tidak
menghambat tumbuh kembang anak. Keberhasilan suatu perawatan kesehatan gigi tidak
dapat ditinjau dan dianalisa hanya dari cara penanganan dokter gigi terhadap pasien secara
langsung seperti mencabut gigi, menambal, melihat hanya pada bagian rasa sakit yang
dikeluhkan saja.Akan tetapi melalui faktor yang lebih penting dan paling memengaruhi yaitu
adanya komunikasi yang terjalin dengan baik antara dokter gigi, pasien, dan orang tua, atau
yang lebih kita kenal dengan sebutan triad of concern.1

Masalah yang dihadapi oleh dokter gigi pada saat melakukan perawatan yang pertama
adalah anak dengan berbagai tingkah lakunya sesuai dengan perkembangan yang sedang
berlangsung. Masalah kedua yang terletak disudut lain adalah keluarga (terutama ibu) yang
diharapkan memberi dukungan kepada dokter gigi dalam pelaksanaan perawatan gigi
anaknya yang terkadang memerlukan perhatian khusus sebelum perawatan anak dimulai.2

Rasa takut dan cemas pada anak merupakan suatu pengalaman pada perawatan gigi
yang tidak menyenangkan. Ketakutan dan kecemasan memengaruhi tingkah laku anak dan
menentukan keberhasilan perawatan gigi. Kecemasan merupakan suatu ciri kepribadian dan
ketakutan terhadap antisipasi bahaya dari sumber yang tidak dikenal, sedangkan takut
merupakan respon emosional terhadap sesuatu yang dikenal berupa ancaman eksternal.3

Strategi pengelolaan rasa takut pada anak adalah dasar untuk memulai perawatan
dengan tujuan untuk mengembangkan sikap anak yang mau menjalankan perawatan,
sehingga dicapai kesehatan gigi dan mulut tanpa menimbulkan rasa takut. Komunikasi juga
merupakan dasar dari setiap perawatan yang akan dilakukan. Efektivitas komunikasi dokter
gigi-pasien dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepuasan serta kenyamanan
pasien. Selain itu komunikasi juga akan lebih efektif dan interaktif bila nasihat yang
diberikan dokter dapat diubah menjadi informasi penting mengenai data penyakit yang
dialami dan dirasakan pasien. Hal itu tentunya dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami serta menghindari penggunaan istilah medis yang tidak dimengerti oleh pasien.

Oleh karena itu diperlukannya triad of concern pada perawatan gigi anak agar
tercapai keberhasilan dalam bidang kesehatan, terutama di bidang gigi dan mulut anak, di
Indonesia. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut bagaimana perawatan anak dengan
konsep triad of concern.

TRIAD OF CONCERN

Triad of concern merupakan tiga komponen dalam penanggulangan tingkah laku


anak. Tiga komponen tersebut adalah anak, orang tua, dan dokter gigi. Triad of concern ini
dibutuhkan untuk menangani segala tindakan dan tingkah laku yang ditunjukkan anak saat
sebelum, dalam proses, dan setelah proses perawatan gigi anak.

Anak merupakan puncak dari triad of concern, sehingga segala perhatian orang tua
dan dokter gigi tertuju pada anak yang menjadi pasien. Pasien anak biasanya mengalami rasa
takut saat proses perawatan gigi berlangsung. Rasa takut merupakan suatu mekanisme
perlindungan diri dan bukan merupakan gejala abnormal, karena secara naluriah seorang anak
akan merasa takut dengan sesuatu yang asing baginya. Namun, sumber ketakutan pada anak
juga disebabkan karena kurangnya pemahaman perawatan serta sikap orang tua yang tidak
percaya pada dokter.

Tujuannya adalah untuk membangun komunikasi, mengurangi ketakutan dan


kecemasan, memberikan perawatan yang berkualitas, serta membangun hubungan saling
percaya antara dokter gigi, anak, dan orang tua. Selain itu, triad of concern juga membahas
segala bentuk atau cara berkomunikasi antara anak dengan orang tua, anak dengan dokter
gigi, dan antara dokter gigi dengan orang tua. Komunikasi merupakan kunci utama dokter
gigi dalam melakukan perawatan gigi. Komunikasi yang baik akan menimbulkan respon yang
baik dari pasien dalam kelancaran perawatan gigi. Usaha, kesabaran, pengetahuan, dan
pemahaman tentang kesenjangan komunikasi di antara triad (ibu, anak, dan dokter) bisa
menentukan teknik yang akan digunakan untuk menenangkan anak yangketakutan selama
kunjungan ke dokter gigi.4

Oleh karena itu, orang tua dalamtriad of concern bertindak sebagai pihak yang
memotivasi anak agar mau menjalani perawatan gigi. Selain itu, triad of concern juga
dilakukan dengan meningkatkan literasi kesehatan dan komunikasi terbuka antara tiga
komponen; dokter, ibu, dan anak, agar mengurangi rasa takut dan cemas pada anak-anak.4

ORANG TUA

Mengajak anak-anak ke dokter gigi sangat penting untuk menjaga gigi mereka
sekaligus mempromosikan kebiasaan kebersihan gigi dan mulut. Tapi dari cara pandang
anak,
berkunjung ke dokter gigi bisa menjadi peristiwa menakutkan. Berbaring di kursi
pemeriksaan dan berada di ruangan asing yang penuh dengan suara dan benda-benda aneh
akan membuat mereka ketakuan. Belum lagi jika ada orang asing yang memasukkan benda
logam yang dingin ke dalam mulut.5 Oleh karena itu, orang tua harus mampu memberikan
pengertian juga kepercayaan kepada anaknya. Tindakan orang tua yang tepat dan terarah
akan sangat membantu berhasilnya suatu perawatan gigi. Terkadang beberapa orang tua tidak
menyadari bahwa mereka mempunyai peranan dalam mewujudkan tingkah laku anak agar
mau datang ke dokter gigi. Orang tua dapat mencoba cara mengenalkan dokter gigi kepada
anak, yaitu dengan mengajak anak ikut serta saat ibu atau ayahnya memeriksakan gigi. Peran
orang tua sangatlah penting dalam suatu perawatan gigi anak. Dalam praktIk terkadang orang
tua ragu-ragu atau cemas apabila anaknya hendak melakukan perawatan gigi. Untuk
membantu meringankan langkah si anak berkunjung ke dokter gigi, berikut langkah-langkah
yang dapat digunakan.6

1. Buatlah kunjungan ke dokter gigi singkat


Ketika mempersiapkan kunjungan ke dokter gigi pertama kali, cobalah untuk
tidakmenyertakan detail terlalu banyak. Hal itu tentu akan menimbulkan pertanyaan dan
menambahkan informasi tentang pengobatan tambahan sehingga menyebabkankecemasan
yang tidak perlu pada anak. Jagalah sikap positif ketika membahas kunjunganselanjutnya.
Jangan memberi anak Anda harapan palsu. Hindari mengatakan bahwasemuanya akan baik-
baik saja. Karena jika anak Anda akhirnya butuh pengobatan lebih lanjut, ia mungkin
kehilangan kepercayaan kepada dokter gigi atau pada orangtuanya.
2. Jaga Kata-kata Anda
Jangan gunakan kata di bor, sakit atau nyeri dengan anak-anak ketika mengajaknya ke
doktergigi. Biarkan staf dokter yang memperkenalkan kata yang pantas untuk anak Anda.
Beritahusi kecil bahwa dokter gigi bertugas mencari sisa makanan di mulut sehingga dokter
perlumembersihkan giginya. Beritahu juga kepada anak Anda bahwa dokter bertugas
memeriksa senyumdan menghitung gigi mereka. Gunakan kata positif seperti "bersih, kuat,
dan gigi yang sehat"untuk membuat kunjungan ke dokter gigi tampak menyenangkan
daripada menakutkan.
3. Berpura-puralah ke dokter gigi
Sebelum berangkat ke dokter gigi yang sebenarnya, bermain dengan anak Anda
dengan
berpura-pura menjadi dokter gigi dan pasien. Mulailah dengan menghitung jumlah gigi
sikecil dengan menggunakan angka 1 atau huruf A. Hindari membuat suara-suara
pengeboranatau suara-suara menakutkan yang biasa ada di ruang pemeriksaan gigi. Anda
juga bisamenyiapkan cermin dan menunjukkan kepada si kecil bagaimana cara dokter
memeriksagiginya. Lalu biarkan anak Anda bermain dengan menggunakan sikat gigi
untukmembersihkan kotoran gigi dari boneka mainannya. Tujuan kegiatan ini adalah
mengenalkananak dengan kegiatan di dokter gigi sehingga dia lebih nyaman untuk kunjungan
yangsebenarnya.
4. Bersiaplah jika si kecil rewel
Adalah hal yang normal jika anak kecil menangis, merengek, dan tidak mau diperiksa
giginyaoleh orang asing. Tetap tenang dan ingat bahwa dokter gigi dan stafnya sudah terbiasa
dengananak-anak saat mereka mengamuk tidak mau diperiksa. Biarkan perawat gigi
profesionalyang memandu. Mereka mungkin akan meminta Anda untuk tetap berada di
kejauhan ataumemegang tangan si kecil. Ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan
mencegah sikecil mengambil alat-alat pemeriksaan gigi.
5. Hindari sogokan
Banyak ahli gigi menyarankan untuk tidak menjanjikan sesuatu kepada anak jika dia
berperilaku baik kepada dokter gigi. Menjanjikan sesuatu justru tidak akan meningkatkan
rasa percaya diri mereka. Ketika Anda mengatakan: "Jika kamu tidak rewel atau menangis,
kamu akanmendapatkan permen lollipop," maka bisa jadi si kecil berpikir, "Apa sebegitu
menakutkannya dokter gigi sehingga saya bisa menangis?" Alangkah baiknya jika setelah
kunjungan selesai, puji anak Anda karena sudah berperilaku baik dan berani. Sesekali berikan
kejutan dengan membelikannya stiker atau mainan kecil sebagai sebuah apresiasi.

6. Tekankan Pentingnya Kebersihan Mulut


Ajarkan pada anak Anda bahwa mengunjungi dokter gigi adalah keharusan dan bukan
pilihan. Bilang pada mereka bahwa dokter gigi akan mengurus giginya sehingga giginya kuat
untuk makan. Anda juga bisa menjelaskan bahwa dokter gigi membantu menjaga kebersihan
mulutnya dan memastikan anak Anda akan memiliki senyum yang indah selama bertahun-
tahun.
DOKTER GIGI

Dokter gigi merupakan individu yang berperan penting dalam menangani kesehatan
mulut. Tidak hanya berkontribusi besar dalam perawatan area gigi dan gusi, tetapi juga
bertanggungjawab atas hal-hal yang berkaitan dengan lidah, kelenjar saliva, otot kepala
bahkan jaringan saraf sekitar kepala dan leher.7Keberadaan rangkaian interaksi yang
kompleks antara dokter gigi anak, pasien anak, dan orang tua menentukan optimal atau
tidaknya prosedur perawatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, perawatan kesehatan mulut
yang memuaskan tidak akan terwujud apabila interaksi yang baik antara dokter gigi anak
tidak terjalin dengan pasien anak dan orang tua.8

Penampilan dan sikap dari dokter gigi beserta tim perawat yang bekerja sama
dengannya adalah faktor utama yang memengaruhi keberlangsungan proses perawatan yang
dilakukan. Hal lain yang tidak boleh luput dari perhatian seorang dokter gigi adalah keadaan
ruang tunggu yang tidak menimbulkan kesan menakutkan dan tidak membuat seorang anak
cepat merasa bosan. Agar terciptanya kondisi yang ramah terhadap keadaaan psikis seorang
anak beberapa cara yang patut dicoba diantaranya adalah memberikan dekorasi pada ruang
tunggu seperti pengadaan gambar-gambar pada dinding yang sesuai dengan usia anak serta
penyediaan beberapa set mainan.9

Kesan awal pada diri seorang anak biasanya akan memengaruhi pikiran dan
keputusannya, entah dia mau melanjutkan perawatan atau tidak. Pada awal pertemuan, dokter
gigi ditekankan untuk bijak dalam menggunakan perlengkapan keperluan klinis, seperti
kacamata pelindung, untuk meghindari kesan awal yang kurang berkenan pada diri anak.
Kemudian, seorang dokter gigi juga harus mampu membangun komunikasi yang efektif
secara verbal maupun nonverbal sebagai sarana untuk memunculkan pondasi rasa percaya
dalam diri seorang anak kepada dokter gigi yang akan memeriksanya.8,9

Sangat penting untuk menjadikan anak sebagai titik fokus perhatian sehingga afeksi
tidak hanya dari pihak yang menemaninya; bertujuan untuk mencairkan suasana dan
membentuk sebuah ikatan antara dokter gigi dan anak. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menyambut anak dengan sikap ramah,
menampilkan senyuman hangat, tanyakan kepada anak panggilan apa yang paling disukainya
atau bahkan lebih baik bagi seorang dokter gigi untuk berinisiatif memanggil pasien anak
dengan sebutan yang dapat melembutkan hatinya.8

Di sisi lain, dokter gigi pun bertanggungjawab untuk berusaha memberikan


pemahaman yang tepat kepada pihak dewasa yang menemani anak bahwa perawatan yang
akan dilakukan tidak akan membahayakan si anak sehingga pihak yang menemani tidak perlu
khawatir dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang justru mempersulit peran seorang
dokter gigi dalam bertugas.10,11

PASIEN ANAK

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan
yang dimulai dari bayi hingga remaja. Sebagai pasien, anak adalah objek atau sasaran utama
perawatan. Kunjungan pertama anak ke dokter gigi dapat dilakukan di saat mereka berumur 1
atau 2 tahun atau bisa juga diatas 2 tahun. Caranya adalah dengan memahami perkembangan
anak tersebut sesuai dengan usianya. Adapun perkembangan anak berdasarkan usia, terbagi
atas:12

1. Di bawah 2 tahun (Toddlerhood)

Anak baru belajar menggabung-gabungkan objek-objek dengan cara-cara baru untuk


menciptakan hal-hal yang menarik seperti menumpuk balok-balok. Selain itu, anak juga
senang meniru orang tua dan anak-anak yang lebih dewasa. Perkembangan emosi anak usia
ini relatif mudah marah, mereka masih berpusat kepada orang tua khususnya ibu.Perlu
diketahui bahwa pada usia ini, anak ingin memegang alat-alat yang ada di sekitarnya. Anak
juga senang terhadap suara yang lembut dan digendong dengan cara yang halus.12

2. Usia prasekolah (2-6 tahun)


Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional, ditandai oleh
pemikiran ajaib, egosentris dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Pada usia ini,
anak-anak lebih aktif dan bermain dengan teman sebayanya.

Pada tahap ini, anak sering bingung antara penyebab dan akibat dan lebih fokus pada
persepsi daripada logika. Seorang anak mengira bahwa suntikan yang diberikan kepada
gusinya akan menimbulkan lubang.12

3. Usia sekolah (6-14 tahun)

Pada anak usia ini, mereka semakin mempraktekkan aturan-aturan yang didasarkan pada
fenomena yang dapat diamati, faktor pada banyak dimensi dan pandangan serta
menginterpretasi persepsinya berdasarkan teori-teori. Selain itu, anak mulai mengerti tentang
gunanya kunjungan ke dokter. Tapi ia masih terfokus pada aspek konkret dari suatu situasi.
Pada usia ini, sebaiknya beri kesempatan pada anak untuk merealisasikan tentang hal-hal
yang ia pikirkan.12

KOMUNIKASI

a. Komunikasi Orang Tua-Pasien Anak

Orang tua harus mampu memberikan pengertian juga kepercayaan kepada anaknya.
Tindakan orang tua yang tepat dan terarah akan sangat membantu berhasilnya suatu
perawatan gigi. Jika anak bersifat nonkooperatif dalam perawatan gigi, orang tua haruslah
melakukan komunikasi efektif dengan anaknya untuk membantu dokter gigi. Misalnya,
dengan membujuk secara halus, memberi dukungan penuh, menggunakan kata-kata yang
positif dan meyakinkan si anak bahwa tindakan yang sedang dilakukan dokter gigi bukanlah
sesuatu yang berbahaya.13,14
b. Komunikasi Dokter Gigi-Orang Tua

Komunikasi dengan orang tua adalah salah satu hal yang penting dalam perawatan anak,
mengingat pemberian asuhan keperawatan pada anak selalu melibatkan peran orang tua yang
memiliki peranan penting dalam mempertahankan komunikasi dengan anak.

Untuk mendapatkan informasi tentang anak, dokter gigi sering mengobservasi secara
langsung atau berkomunikasi dengan orang tua. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam komunikasi dengan orang tua, yaitu:15

 Anjurkan Orang Tua untuk Berbicara


Seorang dokter gigi dalam melakukan komunikasi dengan orang tua,
hendaknya jangan hanya berperan sebagai pemberi informasi saja akan tetapi juga
merespon atau mengajak agar orang tua untuk memberikan suatu pesan atau
informasi yang dimiliki.

 Arahkan ke focus
Dalam melakukan komunikasi dengan orang tua anak arahkan pokok
pembicaraan ke fokus sehingga tujuan komunikasi dapat mencapai sasaran.

 Mendengarkan
Kemampuan mendengarkan dapat ditunjukkan dengan ekspresi yang sungguh-
sungguh saat berkomunikasi dengan tujuan untuk mengerti klien. Selain itu
dengan mendengarkan seorang dokter gigi juga akan mendapatkan seluruh
informasi yang didapatkan sehingga tidak ada yang hilang atau tertinggal pada
informasi yang akan disampaikan.

 Diam
Diam adalah cara yang dapat digunakan dalam komunikasi dengan diam
sebentar dapat memberi kesempatan kepada seseorang yang kita ajak komunikasi
untuk memberikan kebebasan dalam mengekspresikan perasaannya dan
memberikan kesempatan berpikir terhadap sesuatu yang hendak disampaikan.

 Empati
Cara ini dilakukan dengan mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh orang
tua anak, dengan demikian orang tua anak akan merasa aman dan diperhatikan.
Cara komunikasi ini juga sangat terkait dengan sikap saat komunikasi.

 Meyakinkan kembali
Meyakinkan kembali merupakan cara yang dapat diberikan agar proses dan
hasil komunikasi dapat diterima pada klien hal ini adalah orang tua.

 Memberi petunjuk kemungkinan apa yang terjadi


Dengan memberikan petunjuk kemungkinan masalah apa yang terjadi orang
tua dapat mengantisipasi tentang kemungkinan hal yang terjadi sehingga orang tua
tahu dan siap bila masalah itu muncul.
 Merumuskan kembali
Dengan merumuskan kembali beberapa permasalahan dan cara pemecahan
bersama akan memberikan dampak dalam mengurangi kecemasan atau
kekhawatiran orang tua.

 Menghindari hambatan dalam komunikasi


Hambatan selama komunikasi akan memberikan dampak tidak berjalannya
suatu proses komunikasi seperti terlalu banyak memberi saran, terlalu cepat
mengambil keputusan, mengubah pokok pembicaraan, membatasi pertanyaan atau
terlalu banyak memberikan pertanyaan tertutup dan menyela pembicaraan
sebelum pembicaraan selesai.

c. Komunikasi Dokter Gigi-Pasien Anak

Komunikasi antara dokter gigi dan pasien anak dalam pelayanan kesehatan gigi sangat
penting dalam meningkatkan efektifitas pelayanan dan kepuasan pasien anak. Komunikasi
antara dokter gigi dan pasien anak yang baik dapat membantu pasien untuk berobat gigi
dengan baik sehingga selesai tanpa merasakan adanya masalah-masalah pada gigi dan
mulutnya,maupun masalah trauma psikologis. Hubungan kerjasama antara dokter gigi dan
pasien anak dapat terjadi dengan lancar, apabila pasien anak sudah memunyai dasar-dasar
kepercayaaan kepada dokter giginya. Dasar kepercayaan ini didapatkan dari keterampilan dan
ilmu yang dimiliki oleh dokter gigi, sehingga dokter gigi dapat memberikan pelayanan
dengan baik. Kepercayaan ini juga dipengaruhi oleh cara dokter gigi memberikan instruksi
dan informasi kepada pasien anak tersebut. Proses komunikasi merupakan suatu proses
transmisi stimuli atau rangsangan untuk mengubah perilakuorang lain dari seorang
komunikator. Seorang dokter gigi yang profesional dituntut mempunyai keahlian teknis dan
ahli dalam berkomunikasi dalam menghadapi berbagai perilaku pasien anak guna
keberhasilan perawatan. Seorang komunikator untuk mencapai komunikasi yang efektif harus
memiliki kepercayaan, daya tarik dan kekuatan. Menurut beberapa penelitian, pasien
anakyang sering berkunjung secara teratur ke dokter gigi akan lebih mudah berkomunikasi
daripada yang jarang datang ke dokter gigi. Faktor lainnya yaitu pasien anak yang didampingi
teman atau anggota keluarga saat masuk ke ruang praktik dokter gigi akan dapat membantu
memfasilitasi komunikasi yang baik antara dokter gigi dan pasien anak. Selain itu, faktor
pendidikan yang baik juga mempermudah jalannya proses komunikasi, karena pasien anak
mampu bertukar pikiran dengan dokter giginya.16

Anda mungkin juga menyukai