Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Disusun oleh:

Rista Agus Kurdani


NPM: 014.01.3034

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TA. 2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU BUNUH DIRI

A. Masalah Utama : Resiko


Bunuh Diri
B. Proses terjadinya Masalah
C. Pengertian
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada
dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping maladaptif.
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu
akan akibatnya dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam dalam waktu
singkat (Marasmis, 1998:431). Respon adaptif merupakan respon yang
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara
umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.

1. Tanda dan gejala


Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan,
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan
tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara
lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social dan pikiran dan
rencana bunuh diri.
1. Tanda Subjektif : Klien mengatakan ia putus asa, cendrung
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan
tertekan.
2. Tanda Objektif : Insomnia, penurunan berat badan, berbicara lamban,
keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial dan pikiran dan rencana
bunuh diri.
2. Penyebab
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri antara
lain :
 Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
 Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
 Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
 Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Selain itu penyebab perilaku bunuh diri juga terbagi menjadi:
1) Faktor genetik
Berdasarkan penelitian 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri
terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang
yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan
upaya bunuh diri. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari
pada kembar dizigot.
2) Faktor biologis lain
Faktor Biologis lain, biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis
tertentu, misalnya: stroke, gangguan kerusakan kognitif (demensia),
diabetes, penyakit arteri koronaria, kanker, HIV / AIDS, dll.
3) Faktor psikososial & lingkungan.
 Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan
negatif thd diri, dan terakhir depresi;
 Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri;
 Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan,
kurangnya sistem pendukung sosial.
Tanda dan gejala :
1) Tanda Subjektif :
 Klien mengatakan depresi pada alam perasaan, pernah melakukan
upaya bunuh diri sebelumnya.
 Klien mengatakan pernah mengalami kelaianan tindakan dan
depresi mental pada remaja
 Klien mengatakan riwayat psikososial
 Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
 Hidup sendiri
 Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
 Faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan,
kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah,
batasan/gangguan kepribadian antisosial
2) Tanda Objektif :
 Keputusasaan, gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB,
berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan
sosial.
3. Akibat
Klien dengan perilaku bunuh diri akan berakibat melukai atau
mencederai dirinya sendiri. Selain itu juga dapat menyebakan orang
terdekat dan sekitarnya juga dapat terluka baik secara fisik maupun
psikis.
Tanda dan gejala :
1) Tanda Subjektif : Klien mengungkapkan kejadian yang telah
dialami atau yang dilakukan baik secara fisik maupun psikis,
2) Tanda Objektif : akibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri
sendiri, dsb.
D. Pohon masalah:

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Perilaku bunuh diri core problem

Harga diri Rendah


E. Masalah keperawatan dan
data yang perlu dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Perilaku bunuh diri
c. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain.
2. Data yang perlu dikaji
1. Harga diri rendah
a.) Data subjektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri
b.) Data objektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup.
2. Perilaku bunuh diri
a.)Data subjektif : Menyatakan dirinya ingin mati saja,
tidak ada gunamya hidup.
b.)Data objektif : Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh
diri, pernah mencoba bunuh diri.
3. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain
a.) Data subjektif :
Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan.menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada
gunanya hidup.
b.) Data objektif :
Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol
impuls, ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah
mencoba bunuh diri.
F. Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul
1. Perilaku bunuh diri
2. Harga diri rendah
A. Rencana Tindakan
Diagnosa I : Perilaku bunuh diri
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
 Perkenalkan diri dengan klien
 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
 Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
 Bersifat hangat dan bersahabat.
 Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan
 Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
 Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
 Dengarkan keluhan yang dirasakan.
 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
 Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
 Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.).
 Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif
Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
 Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
 Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien

 Utamakan pemberian pujian yang realitas

3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri


sendiri dan keluarga
Tindakan:
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke

rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan
yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan
sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
 Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem
pendukung yang ada
Tindakan :
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Pasien Keluarga
No.
SPIP SPIk
1. Mengidentifikasi benda-benda yang Mendiskusikan masalah yang
dapat membahayakan pasien dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Mengamankan benda-benda yang Menjelaskan pengertian, tanda dan
dapat membahayakan pasien gejala resiko bunuh diri, dan jenis
perilaku bunuh diri yang dialami
pasien beserta proses terjadinya.
3. Melakukan kontrak treatment Menjelaskan cara-cara merawat
pasien resiko bunuh diri
4. Mengajarkan cara-cara
mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan
dorongan bunuh diri
SPIIP SPIIk
1 Mengidentifikasi aspek positif pasien Melatih keluarga mempraktekkan
cara merawat pasien dengan resiko
bunuh diri

2 Mendorong pasien untuk berpikir Melatih keluarga mempraktekkan


positif tentang diri cara merawat langsung kepada
pasien resiko bunuh diri
3 Mendorong pasien untuk menghargai
diri sebagai individu yang berharga
SPIIIP SPIIIk
1 Mengidentifikasi pola koping yang Membantu keluarga membuat
biasa diterapkan pasien jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
2 Menilai pola koping yang biasa Menjelaskan follow up pasien
dilakukan setelah pulang
3 Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4 Mendorong pasien memilih pola
koping yang konstruktif
5 Menganjurkan pasien menerapkan
pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian
SPIVP
1 Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien

2 Mengidentifikasi cara mencapai


rencana masa depan yang realistis

3 Memberi dorongan pasien melakukan


kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis
4 Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang. RSJD Dr.
Amino Gondohutomo : Semarang.
Keliat. B. A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : Egc.
Keliat. B. A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
RSJP Bandung : Bandung.
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. PT. Refika Aditama : Bandung.
http://rastirainia.wordpress.com/2009/11/25/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-prilaku-percobaan-bunuh-diri/ diakses
pada tanggal 13 September 2014
Stuart G.W, Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
KLIEN DENGAN PERILAKU BUNUH DIRI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan,
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan
tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara
lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social dan pikiran dan
rencana bunuh diri.
2. Diagnosa keperawatan
Perilaku Bunuh Diri

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


 Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien meliputi:
 Pasien tetap aman dan selamat
 Tindakan Keperawatan untuk pasien meliputi:
 Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan
ketempat yang aman
 Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet,
gelas, tali pinggang)
 Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
 Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
SP 1 Pasien : Pasien membina hubungan saling percaya, identifikasi
penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya dan cara
mengontrol secara fisik.
Orientasi:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa Fakulitas Ilmu Kesehatan
Universitas Kristen Satya Wacana, yang akan merawat bapak berapa
hari kedepan. Nama Saya Meidarina, saya lebih senang dipanggil
Memey.
“ Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa” bagaimana
bapak bisa berada di tempat ini?”Bagaimana perasaan bapak hari ini?
Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang bapak
rasakan? Di mana kita duduk? Di halaman depan? Berapa lama?
Bagaimana kalau 25 menit”
Kerja
”Bagaimana perasaan bapak D setelah ini terjadi? Apakah
dengan bencana ini bapak D paling merasa menderita di dunia ini?
Apakah Bapak D pernah kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak D
merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah Bapak D merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?
Apakah Bapak D sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah
Bapak D berniat untuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau
berharap Bapak D mati? Apakah Bapak D pernah mencoba bunuh diri?
Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang D rasakan?”
”Baiklah, tampaknya Bapak D membutuhkan pertolongan segera
karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa
seluruh isi kamar Bapak D ini untuk memastikan tidak ada benda –
benda yang membahayakan D)”
”Karena D tampaknya mash memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup D, saya tidak akan membiarkan Bapak D sendiri”
”Apa yang D lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”
”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya Bapak A
harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga
keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi Bapak D jangan sendirian
ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada
dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”
”Saya percaya Bapak D dapat mengatasi masalah.”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak D sekarang setelah mengetahui cara
mengatasi perasaan ingin bunuh diri?”
” Coba Bapak D sebutkan lagi cara tersebut!”
”Saya akan menemani Bapak D terus sampai keinginan bunuh diri
hilang.” (jangan meninggalkan pasien).

Anda mungkin juga menyukai