(Take Home)
Oleh Muhammad Fahrizal Amin
1. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi
pada suatu komunitas sosial baik itu struktur sosial, proses sosial, dan masalah-
masalah sosial; ilmu yang mempelajari tentang manusia dalam masyarakat; suatu
pendekatan tentang fenomena masyarakat.
Sosiologi Sastra
Sosiatri Ekonomi
Politik Pendidikan
Sejarah Kebudayaan
Linguistik Agama
Komunikasi Hukum
Administrasi Pemerintahan
Tata Negara Tata Negara
Humaniora Archeologi
Antropologi Psikologi
1
b. Harmoni : suatu teori yang menyatakan bahwa individu sebagai
satu-satunya relitas sosial dan masyarakat sebagai satu-satunya kenyataan
merupakan dua aspek dari satu hal.
c. Integrasi : 1) pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan
dalam suatu sistem sosial. 2) membuat suatu keseluruhan dari unsur-unsur
tertentu.
d. Interest : hubungan antara seseorang dengan segala sesuatu yang
menurut keyakinannya akan dapat memuaskan keinginannya.
e. Social Groups : himpunan atau kesatuan-kesatuan manuisia yang
hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka.
f. Komunikasi Sosial : Proses penyampaian pesan dari satu fihak
kepada fihak lain, sehingga terjadi pengertian bersama dalam suatu komunitas
sosial.
g. Antagonisme : pertentangan aktif terhadap seseorang atau suatu
kelompok.
h. Resolusi : paham sosial untuk mengemukakan paham masing-
masing kelompok.
i. Solusi : terjadinya suatu kesepahaman pada masing-masing pihak.
4. Masalah :
Masalah ini lebih difokuskan pada PTAI. Dewasa ini dapat dilihat
bahwasanya PTAI masih belum bisa menelola lemabaga secara baik. Hal ini
2
dapat dilihat dari aspek kurikulum yang ditawarkan maupun skill kemampuan
intelektual dan keterampilan dari outputnya. Dari aspek kurikulum PTAI
dalam mendesain kuriulumnya tidak mengarah kepada kebutuhan publik, baik
industri maupun kemasyarakat. Dari aspek kemampuan intelektual dan
keterampilan PTAI masih dibawah rata-rata dan belum mencapai pada taraf
profesional dalam bidangnya. Sehingga banyak lulusan PTAI ketika sudah
terjun dalam masyarakat, tidak mampu menunjukkan kiprah yang baik. Lalu
bagaimanakah solusi dari permasalahan tersebut diatas jika dipandang dari
kacamata sosiologi?
Solusi :
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fenomena yang terjadi dalam
masyarakat. Dalam sosiologi masyarakat diartikan sebagai suatu kelompok
manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka
dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Dari sini
maka masyarakat merupakan unsur yang penting dan harus diperhatikan
kemauannya.
Lembaga pendidikan Islam yang baik dalam hal ini PTAI haruslah merespon
keinginan masyarakat dalam menjalankan lembaganya. Karena masyarakat
adalah pemakai dari produk yang telah dihasilkan oleh lembaga pendidikan
Islam tersebut.
Dalam masalah yang telah diuraikan di atas, alternatif yang bisa dilakukan
adalah mendesain kurikulum PTAI sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
masyarakat, sehingga ada sinkronisasi antara kurikulum dan workplacenya..
Dalam hal ini bisa diaplikasikan dalam bentuk dikutsertakannya mayarakat
dalam penyusunan kurikulum PTAI.
Disamping itu perlu meningkatkan kualitas dari PTAI dengan meningkatkan
mutu tenaga edukasi sehingga kemampuan peserta didik semakin ditingkatkan
kualitasnya, baik intelektualnya maupun keterampilana. Dan yang terpenting
peningkatan spritualnya sehingga ia tidak korupsi dan benar-benar jujur dan
berdedikasi tinggi segala perbuatannya. Sehinga tidak merugikan semua
pihak.
Bagan pengembangan kurikulum
Link
Skill-Ketrampilan Islami
3
Inverimen Mach
5. Ringkasan makalah:
4
tingkat prestasi yang tidak signifikan); rencana pengurangan waktu kerja
(mengurangi waktu yang digunakan untuk mengembangkan, merencanakan, dan
menguji pelayanan atau aktivitas kurikulum baru dan implementasinya); reduksi
ruang (mengurangi ruang yang bernilai kapital bila tidak bermanfaat dalam
pencapaian tujuan sekolah); kepuasan pelanggan (menetapkan perbedaan
signifikan antara tingkat kepuasan dengan kinerja sekolah).
C. Tantangan Praktik-praktik yang Ada
Seluruh konsep industrial di atas memberikan beberapa pelajaran tentang
tujuan-tujuan pendidikan yang menjadi target TQM. Pertama, tak ada satupun
tujuan yang remeh. Kedua, untuk mencapai tujuan tersebut, seluruh anggota
organisasi harus dilibatkan. Ketiga, tujuan tersebut merupakan tujuan jangka
menengah. Keempat, seluruh tujuan berorientasi pada proses. Kelima,
kepengurusan berbentuk tim yang bertanggung jawab secar bersama-sama.
Keenam, untuk mencapai tujuan yang diharapkan membutuhkan kesiapan masing-
masing anggota organisasi untuk belajar dari sesamanya.
Beberapa permasalahan tradisional terkait dengan perencanaan dan
pengembangan di sekolah yang harus, dan dapat, diselesaikan dengan
mengaplikasikan TQM antara lain: tidak adanya perencanaan; fokus perencanaan
jangka pendek; kesulitan menetapkan tujuan; tujuan yang dapat diukur justru
tidak ditetapkan dan tidak jelas; tujuan jangka panjang tidak mempengaruhi
manajemen sehari-hari dan pengalaman anak didik; tujuan tanpa ‘taring’;
perencanaan digunakan sebagai senjata politik, bukan agenda pembelajaran;
perencanaan matang tetapi kurang komunikasi
TQM tidak sama dengan MBO (Management by Objectives/Maajemen
berbasis tujuan), karena penekanan keduanya amatlah berbeda. TQM berorientasi
proses, sementara MBO berorientasi hasil. Untuk lebih jelasnya, ada 7 prinsip
dalam TQM yang amat penting dijalankan oleh pihak sekolah, utamanya para
pimpinan, antara lain:
1. Partisipasi SEMUA pihak untuk merealisasikan visi sekolah.
2. Inisiatif dan tanggung jawab individu.
3. Akar persoalan dipecahkan.
4. Tak ada batasan (ikatan) dalam menilai prestasi.
5. Mendahulukan (meletakkan) kualitas di atas segalanya
6. Komunikasi, komunikasi, dan komunikasi.
7. Fokus pada proses, tidak semata-mata hasil (produk).
Untuk menjalankan ketujuh prinsip di atas, ada enam langkah yang harus
diambil pihak sekolah, dengan asumsi bahwa sekolah telah merumuskan visi dan
strateginya secara eksplisit dan jelas, yaitu:
1. Membayangkan kondisi lingkungan alternatif
2. Mempertimbangkan respon
3. Membentuk tim TQM
5
4. Menjelaskan tujuan-tujuan yang relatif sulit dijangkau
5. Pemberdayaan tim
6. Maksimalisasi kilas balik/evaluasi (feed-back); baik atau buruk
Catholic Chrunch
Historic Civilization
Military Legions
Analisa:
a. Pada fase Classical Theory bersifat:
1) division of labor : pembagian kerja dibagi dalam bentuk divisi atau
departement yang masing-masing bertanggung jawab pada departemennya
sendiri, tidak ikuit campur kepada departemen yang lain.
2) span of control : pengendalian atau pengawasan berjarak, artinya
pengawasan dalam suatu oraganisasi waktunya ditentukan dan mempunyai
jarak yang jauh.
3) hierarchy : struktur organisasi tidak sederajat
4) goal difinition : tujuan
5) extrinsic reward : imbalan yang diberikan bersifat ekstrinsik, artinya bersifat
tidak mendorong semangat kerja.
6) formal rules : aturannya bersifat formal
b. Pada fase Social System Theory bersifat:
6
1) human relation : hubungan antar anggota dalam organisasi bersifat
kemanusiaan, sehingga tidak ada jarak antara bawahan dan atasan.
2) informal groups : kelompok kerja mereka bersifat informal.
3) peer pressures : terjadi persaingan antar rekan.
4) intristic reward : imbalan yang diberikan bersifat intrinstik, artinya bisa
menimbulkan semangat baru.
5) psychological needs : berorganisasi merupakan sebuah kebutuhan psikologis
c. Pada fase Open System Theory bersifat:
1) input – output : masukan dan pengeluaran jelas.
2) event cycles : pekerjaan harus saling berhubungan.
3) environmental excharges: dalam bekerja terkadang terjadi pertukaran job.
4) information theory : dalam berorganisasi mempraktekkan teori.
d. Bagaimanakah Future Theory (teori organisasi masa depan)?
1) temporary system? : apakah sistemnya akan berubah?
2) contigency theory? : apakah teorinya akan terus berlanjut?
3) matrix organization? : bagaimanakah matriks organisasi?
4) organization development? Apakah akan terjadi pembangunan organisasi?