Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HUKUM ADMNISTRASI NEGARA

PENGAWASAN TERHADAP PEMERINTAH

DI
S
U
S
U
N

OLEH :
KHAIRUL RIZAL (160802118)
FAZIL MAULANA (160802130)
IBNU MAJJAH (170802011)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


BANDA ACEH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAHAN
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
TAHUN 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengawasan yaitu proses untuk menetapkan pekerjaan yang sudah dilakukan, menilai dan
mengoreksi agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan rencana semula. Pengawasan sangat
penting dilakukan dalam setiap penyelenggaraan pemerintah baik pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat karena dengan pengawasan setiap kegiatan atau program akan terhindar dari
penyimpangan – penyimpangan seperti korupsi dan dengan pengawasan kegiatan atau program
dari pemerintah akan tepat sasaran sesuai tujuan yang di rencanakan sebelumnya.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui
pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan
tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana
pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan
pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja
tersebut.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian
dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau
pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya.
Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi
manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai pengamatan atas
pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh
pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan atau suatu usaha agar
suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan
adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah
terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.
Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai proses kegiatan
yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa
yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.
Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan dan
ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks
membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikangood governance (tata kelola
pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi
pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama
pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara
untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan
dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal
control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping mendorong adanya
pengawasan masyarakat (social control).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Pengawasan ?
2. Apa Saja Jenis-Jenis Penngawasan ?
3. Bagaimana Proses Pengawasan Terhadap Pemerintah ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengawasan

Menurut Robert J. Mockler Pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar


pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi – deviasi dan
mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya dimiliki telah
dipergunakan dengan efektif dan efisien. Pengawasan adalah proses mengarahkan seperangkat
unsur ke arah tercapainya suatu tujuan atau sasaran manajemen. Pengawasan diperlukan untuk
mengetahui apakah pelaksanaan suatu kegiatan dalam organisasi sesuai dengan rencana dan tujuan
yang telah igariskan atau ditetapkan.
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu
organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam
hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan
sebagai : “ the process by which manager determine wether actual operation are consistent with
plans”.
Dengan demikian, Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk
mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah
tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan
bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Selanjutnya dikemukakan pula
oleh T. Hani Handoko bahwa fungsi – fungsi manajemen itu berjalan saling berinteraksi dan saling
kait mengait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut denganproses
manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara
berbagai fungsi manajemen.
B. Jenis Pengawasan

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang
ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan dalam bentuk
ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat
(built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal
pada setiap departemen dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia,
dengan menempatkannya di bawah pengawasan Departemen Dalam Negeri. Sejak 1988-
1998, pengawasan intern dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan,
dan Industri (Ekuin) dan Pengawasan Pembangunan (Menko Ekuin dan Wasbang). Selain
itu juga terdapat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang
merupakan pelaksana teknis operasional pengawasan, dibentuk berdasarkan Keputusan
Presiden RI No. 31 tahun 1983. Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan
oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di
Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi
negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya,
BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah,
sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam proses
pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi
independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktivitas pemerintah.

2. Pengawasan Preventif dan Represif;


Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang dilakukan
terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah
terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan
maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang
akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga
dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang
dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan
oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan
terdeteksi lebih awal. Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan
terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan keuangan model ini
lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan
kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan
pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.

3. Pengawasan Aktif dan Pasif;


Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang
dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan pengawasan
jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap surat-
surat pertanggungjawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.”
Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak
(rechmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan
peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak
berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran
(doelmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi
prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah
mungkin.

4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan


kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).
Dalam kaitannya dengan keuangan negara, pengawasan ditujukan untuk
menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang
tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya pengawasan tersebut
diharapkan pengelolaan dan pertanggungjawaban anggaran negara dapat berjalan
sebagaimana direncanakan. Dalam aspek pengawasan keuangan negara, DPR mempunyai
kepentingan kuat untuk melakukan pengawasan terhadapnya. Hal demikian disebabkan
“uang yang digunakan membiayai kegiatan-kegiatan negara adalah diperoleh dari rakyat.”
Penjelasan UUD 1945 menegaskan:
“Oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri,
maka segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, sebagai pajak dan lain-
lainnya, harus ditetapkan dengan undang-undang, yaitu dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.”
Persetujuan DPR terhadap anggaran negara yang diajukan pemerintah sebenarnya
mempunyai makna pengawasan pula. Hal demikian disebabkan persetujuan yang diberikan
DPR bukan berarti membebaskan pemerintah melakukan segala aktivitas yang berkaitan
dengan anggaran negara. Adanya pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran negara
sebenarnya diarahkan kemudian pada upaya, “menindaklanjuti hasil pengawasan, sehingga
ada sanksi hukum.”

C. Proses Pengawasan Terhadap Pemerintah

Dalam Proses Pengawasan terhadap Pemerintah memiliki beberapa tahap, diantaranya


yaitu:
1. Tahap Penetapan Standar Pelaksanaan
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang
digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum,
yaitu:
 Standar phisik
 Standar moneter
 Standar waktu

2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan


Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan pemerintah yang dilakukan
secara tepat sasaran.
3. Tahap Pengukuran Kegiatan
Beberapa proses yang berulang – ulang dan kontinue, yang berupa atas,
pengamatan satu laporan, metode, pengujian dan sampel.

4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan


Digunakan untuk menetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan
menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan
keputusan bagi pimpinan.

5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi


Bila diketahui dalam pelaksanaanya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada
perbaikan dalam pelaksanaan.
BAB III
PENUTUP

Fungsi pengawasan ialah untuk memberikan nilai, analisis, merekomendasikan dan


menyampaikan hasil laporan atau surat yang berhubungan dengan bidan pekerjaan sebuah lembaga
atau organisasi yang telah diteliti.
Demikian yang dapat penulis sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini yang berjudul pengawasan terhadap pemerintah. Tentunya masIh banyak
kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik atau satan yang
membangun kepada penulis demi sempurnannya makalah ini dan penulisan makalah-makalah
yang lain.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya

Anda mungkin juga menyukai