Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)


RUANG SERUNI

Disusun Oleh

SALMIATI
P1908123

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang ditimbulkan akibat terjadinya transisi
epidemiologi di Indonesia serta dipengaruhi oleh meningkatnya usia harapan
hidup masyarakat, faktor demografi, faktor sosial ekonomi, faktor perilaku,
dan faktor lingkungan (Dinkes Kota Semarang, 2013). PPOK adalah penyakit
yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak
sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
beracun atau berbahaya (GOLD,2015).
Laporan data PPOK berdasarkan World Health Organization (WHO)
terdapat 600 juta orang menderita PPOK di dunia dengan 65 juta orang
menderita PPOK derajat sedang hingga berat. Lebih dari 3 juta orang
meninggal karena PPOK yang setara dengan 5% dari semua kematian secara
global (WHO, 2015 dalam Kemenkes RI, 2012). Hasil laporan data Penyakit
Tidak Menular oleh Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2011,
menunjukkan PPOK termasuk dalam 10 besar penyebab kematian PTM rawat
inap di rumah sakit Indonesia sebesar 6,74 % (Kemenkes RI, 2012 dalam
Riskesdas 2013).
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Helmi Niagara (2013)
menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan merokok, dan
riwayat penyakit pernafasan yang diderita berhubungan dengan PPOK. Pada
penelitian tersebut mayoritas responden berusia 30-60 tahun yaitu 56,9%.
Ratarata responden penderita PPOK berjenis kelamin laki-laki yaitu 90%,
pekerjaan berisiko (buruh pabrik, penambang batu bara, dll) yaitu 56,8%,
responden yang merokok yaitu 68%, dan mayoritas responden memiliki
riwayat penyakit pernafasan yaitu lebih dari 50%.
B. Tujuan
Mengetahui faktor penyebab terjadinya PPOK yang memperlambat proses
penyembuhan

C. Manfaat
1. Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya PPOK
2. Untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan dengan PPOK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang ditimbulkan akibat terjadinya transisi
epidemiologi di Indonesia serta dipengaruhi oleh meningkatnya usia harapan
hidup masyarakat, faktor demografi, faktor sosial ekonomi, faktor perilaku,
dan faktor lingkungan (Dinkes Kota Semarang, 2013). PPOK adalah penyakit
yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak
sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
beracun atau berbahaya (GOLD,2015).

B. Etiologi
1. Kebiasaan merokok merupakan penyebab utama pada bronchitis dan
emfisema
2. Adanya infeksi : Haemophilus influenza dan streptococcus pneumonia
3. Polusi oleh zat-zat pereduksi
4. Faktor keturunan
5. Faktor sosial ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk

C. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan COPD atau PPOK
adalah sebagai berikut:
1. Batuk produktif, pada awalnya intermiten, dan kemudian terjadi hampir
tiap hari seiring waktu
2. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau
mukupurulent sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan
untuk bernafas Batuk dan ekspektorasi,dimana cenderung meningkat dan
maksimal pada pagi hari
3. Sesak nafas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan
berkembangnya penyakit pada keadaan yang berat, sesak nafas bahkan
terjadi dengan aktivitas minimal dan bahkan pada saat istirahat akibat
semakin memburuknya abnormalitas pertukaran udara.
4. Pada penyakit yang moderat hingga berat, pemeriksaan fisik dapat
memperlihatkan penurunan suara nafas, ekspirasi yang memanjang,
ronchi, dan hiperresonansi pada perkusi
5. Anoreksia
6. Penurunan berat badan dan kelemahan
7. Takikardia, berkeringat
8. Hipoksia

D. Patofisiologi
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologis utama pada
PPOK yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas
bagian proxsimal, perifer, parenkim, dan vaskularisasi paru yang dikarenakan
adanya suatu inflamasi yang kronik dan perubahan structural pada
paru.Terjadinya peningkatan penebalan pada saluran atas kecil dengan
peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar
saluran nafas mengakibatkan retriksi pembukaan jalan nafas.Lumen saluran
nafas kecil berkurang akibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat
inflamasi, yang meningkat sesuai berat sakit.
Dalam keadaan normal radikal bebas dan anti oksidan berada dalam
keadaan seimbang. Apabila terjadi angguan keseimbangan maka akan terjadi
kerusakan di paru. Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan
kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai dasar penyakit baru.
Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya
akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya
akan menimbulkan kerusakan sel dan inflamasi. Proses inflamasi akan
mengakibatkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akan
menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti interleukin
8 dan leukotrienB4, tumor nekrosis faktor (TNF), monocyte chemotactic
peptide (MCP)-1 dan reaktif oksigen spesies (ROS). Faktor-faktor tersebut
akan merangsang neutrofil melepaskan protease yang akan merusak jaringan
ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan dinding alveolar dan
hipersekresi mucus. Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya
limfosit CD8, selanjutnya terjadi kerusakan seperti proses inflamasi. Pada
keadaan normal terdapat keseimbangan antara oksidan dan antioksidan.
Enzim NADPH yang ada dipermukaan makrofag dan neutrofil akan
menstranfer satu elketron ke molekul oksigen menjadi anion super oksida
dengan bantuan enzim superoksid dismustase.zat hydrogen piroksida (H2O2)
toksik akan diubah menjadi Oh dengan penerima elektron dan ion feri
menjadi ion fero, ion fero dengan halida akan diubah menjadi anion
hipohalida (HOC1).
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat
menginduksi batuk kronis sehingga percabangan bronkus lebih mudah
terinfeksi.Penurunan fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan struktur
saluran nafas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveol yang menuju kearah
emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit dan
polusidan asap rokok.
Merokok dan berbagai partikel berbahaya seperti inhalasi dari biomass
fuels menyebabkan inflamasi pada paru. Respon normal ini kelihatannya
berubah pada pasien yang berkembang menjadi PPOK.Respons inflamasi
kronik dapat mencetuskan destruksi jaringan parenkim (menyebabkan
emfisema), mengganggu perbaikan normal dan mekanisme pertahanan
(menyebabkan fibrosis jalan nafas kecil).Perubahan patologis ini
menyebabkan air tropping dan terbatasnya aliran udara progresif,
mengakibatkan sesak nafas dan gejala khas PPOK lainnya.
Inflamasi pada saluran nafas pasien PPOK muncul sebagai modifikasi
dari respons inflamasi saluran nafas terhadap iritan kronik seperti
merokok.Mekanisme untuk menjelaskan inflamasi ini tidak sepenuhnya
dimengerti tetapi mungkin terdapat keterlibatan genetic. Stres oksidatif dan
penumpukan proteinase pada paru selanjutnya akan mengubah inflamasi paru.
Secara bersamaan, mekanisme tersebut menyebabkan karakteristik perubahan
patologis pada PPOK.Inflamasi paru menetap setelah memberhentikan
merokok melalui mekanisme yang tidak diketahui, walaupun autoantigen dan
mokroorganisme persisten juga berperan.
Perubahan yang khas pada PPOK dijumpai pada saluran nafas,
parenkim paru dan pembuluh darah paru. Perubahan patologi tersebut
meliputi : inflamasi kronik, dengan peningkatan sejumlah sel inflamasi
spesifik yang merupakan akibat dari trauma dan perbaikan berulang. Secara
umum inflamasi dan perubahan struktur pada jalan nafas meningkat dengan
semakin parahnya penyakit dan menetap walaupun merokok sudah
dihentikan.

E. Patway

Sumber : Smaltzer & Bare (2002), Soematri (2009), dan Ikawati


(2011)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi (foto toraks)
Hasil pemeriksaan radiologis dapat ditemukan kelainan paru berupa
hiperinflasi atau hiperlusen, diafgragma mendatar, corakan bronkovaskular
meningkat, jantung pendulum, dan ruang retrosternal melebar.Meskipun
kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada PPOK
ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk
menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan
diagnosis banding dan keluhan pasien.
2. Analisa Gas Darah
Hasrus dilakukan bila ada kecurigaan gagal nafas.Pada hipoksemia kronis
gadar hemoglobin dapat meningkat.

G. Komplikasi
1. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55
mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya
klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan
pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang
muncul antara lain; nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema
mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan
timbulnya dyspnea.
4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini
sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan
emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratory.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan
seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa
diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher
seringkali terlihat.

H. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
dengan aliran lambat 1 – 2 liter/menit.
Tindakan Rehabilitas yang meliputi :
1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
3. Latihan dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat
kembali mengerjakan pekerjaan semula.
5. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita
dengan penyakit yang dideritanya.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data- data
yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

a) Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada
pasien dengan Penyakit Paru Obstriksi Kronik (PPOK)
didapatkan keluhan berupa sesak nafas.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada
dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga
ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS
dengan keluhan yang sama.
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-penyakit yang sama
b) Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional Gordon di kutip dari
Hidayat (2004).
 Persepsi kesehatan /penanganan kesehatan
Pada pengumpulan data tentang persepsi dan pemeliharaan
kesehatan yang perlu ditanyakan adalah persepsi terhadap
penyakit atau sakit, persepsi terhadap kesehatan, persepsi
terhadap penatalaksanaan kesehatan seperti penggunaan atau
pemakaian tembakau, atau penggunaan alkohol dan sebagainya.
 Nutrisi-metabolik
Pada pola nutrisi dan metabolik yang ditanyakan adalah diet
khusus,/suplemen yang di konsumsi, instruksi diet sebelumnya,
nafsu makan, jumlah makan atau jumlah minum serta cairan
yang masuk, ada tidaknya mual-muntah, stomatitis, fluktuasi
BB 6 bulan terakhir naik/turun, adanya kesukaran menelan,
penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat
masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam, kekeringan,
kebutuhan jumlah zat gizinya, dll.

 Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan
defekasi perhari, ada/tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia,
tipe ostomi yang di alami, kebiasaan alvi, ada/tidaknya disuria,
nuctoria, urgensi, hematuri, retensi, inkontinensia, apakah
kateter indwing atau kateter eksternal, dll.

 Aktivitas dan latihan


Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
kemampuan dalam menata diri antara lain seperti makan, mandi,
berpakaian, toileting, tingkat mobilitas di tempat tidur,
berpindah, berjalan, dll.

 Kognitif-perseptual
Pada pola ini yang ditanyakan adalah keadaan mental, cara
berbicara normal atau tidak, kemampuan berkomunikasi,
keadekuatan alat sensori, seperti penglihatan pendengaran,
pengecapan, penghidu, persepsi nyeri,kemampuan fungsional
kognitif

 Istirahat-tidur
Pengkajian pola tidur dan istirahat ini yang ditanyakan adalah
jumlah jam tidur pada malam hari , pagi hari, siang hari, merasa
tenang setelah tidur, masalah selama tidur, adanya terbangun
dini, insomnia atau mimpi buruk.

 Persepsi diri/konsep diri


Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang
dirinya dari masalah-masalah yang ada seperti perasaan
kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri mulai dari
peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri dan identitas tentang
dirinya.

 Peran/hubungan
Pada pola yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status
pekerjaan, kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau
keluarga, dan gangguan terhadap peran yang dilakukan.

 Seksualitas dan reproduksi


Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh klien dengan
seksualitas, tahap dan pola reproduksi.
 Koping/toleransi stress
Pola koping yang umum, toleransi stress, sistem pendukung, dan
kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan dan
menangani situasi.

 Nilai keyakinan
Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama
sakit serta kebutuhan adanya rohaniawan, dll.

c) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Head to Toe (Hidayat, 2004)

 Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan


keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien,
kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatif
seperti compos mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan
delirium.
 Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama,
kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama,
kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.
 Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit :
Warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema
dan lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya
edema. Rambut : Dapat dinilai dari warna, kelebatan,
distribusi dan karakteristik lain. Kelenjar getah bening :
Dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang yang
dapat dinilai di daerah servikal anterior, inguinal, oksipital
dan retroaurikuler.
 Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari
bentuk dan ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-
ubun (fontanel), wajahnya asimetris atau ada/tidaknya
pembengkakan, mata dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu
mata, konjungtiva, sklera, pupil, lensa, pada bagian telinga
dapat dinilai pada daun telinga, liang telinga, membran
timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung dan mulut
ada tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir,
gusi, ada tidaknya tanda radang, lidah, salivasi. Leher : Kaku
kuduk, ada tidaknya massa di leher, dengan ditentukan
ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya nyeri
telan.
 Pemerksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada
adalah organ paru dan jantung. Secara umum ditanyakan
bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi simetris apa
tidaknya, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara,
krepitasi serta dapat dilihat batas pada saat perkusi
didapatkan bunyi perkusinya, bagaimana(hipersonor atau
timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah, redup
atau pekak, apabila terjadi konsolidasi jarngan paru, dan
lain-lain serta pada saat auskultasi paru dapat ditentukan
suara nafas normal atau tambahan seperti ronchi, basah dan
kering, krepitasi, bunyi gesekan dan lain-lai pada daerah
lobus kanan atas, lobus kiri bawah, kemudian pada
pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyt
apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel, getaran
bising(thriil), bunyi jantung, atau bising jantung dan lain-
lain.
 Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data
pemeriksaan tentang ukuran atau bentuk perut, dinding
perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau
adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati,
limpa, ginjal, kandung kencing yang ditentukan ada tidaknya
dan pembesaran pada organ tersebut, kemudian pemeriksaan
pada daerah anus, rektum serta genetalianya.
 Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa
adanya rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan,
genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain.
2. Diagnosa Kepeerawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas (Kelemahan otot
pernapasan)
b. Gangguan pola tidur b.d Kurangnya kontrol tidur
c. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
d. Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi

3. Rencana Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Pola nafas tidak Pola nafas / L.01004 Pemantauan respirasi /
efektif / D.0005 Definisi : I.01014
Inspirasi dan atau ekspirasi
Definisi : yang memberikan ventilasi Definisi :
Inspirasi dan atau adekuat. Mengumpulkan dan
ekspirasi yang tidak menganalisis data untuk
memberikan ventilasi Kriteria hasil : memastikan kepatenan jalan
adekuat.  Dispnea (4) napas dan keefektifan
 Ortopnea (4) pertukaran gas.
Penyebab :  Penggunaan otot bantu
 Hambatan upaya napas (4) Observasi :
napas (mis.  Frekuensi napas (4) 1.1 Monitor frekuensi, irama,
Kelemahan otot  Kedalaman napas (4) kedalam dan upaya
pernapasan)  Tekanan inspirasi (4) napas.
 Tekanan ekspirasi (4) 1.2 Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperfentilisasi,
Keterangan :
kussmaul, cheyne-stokes,
1. Menurun
2. Cukup Menurun biot, ataksik).
3. Sedang 1.3 Monitor kemampuan
4. Cukup meningkat batuk efektif.
5. Meningkat 1.4 Monitor adanya produksi
sputum.
1.5 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru.
1.6 Auskultasi bunyi napas.
1.7 Monitor saturasi oksigen.
1.8 Monitor nilai AGD
1.9 Mengatur posisi pasien
semi fowler

Terapeutik :
1.10 Dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi :
1.11 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
1.12 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2 Gangguan pola tidur Pola tidur / L.05045 Dukungan tidur / I.05174
/ D.0055
Definisi : Definisi :
Definisi : Keadekuatan kualitas dan Memfasilitasi siklus tidur
Gangguan kualitas dan kuantitas tidur. dan terjaga yang teratur.
kuantitas waktu tidur
akibat factor eksternal. Kriteria hasil : Observasi :
 Keluhan sulit tidur (4) 1.1 identifikasi pola aktivitas
Penyebab :  Keluhan sering terjaga (4) dan tidur
 Kurangnya kontrol  Keluhan tidak puas tidur 1.2 identifikasi factor
tidur (4) pengganggu tidur
 Keluhan pola tidur (fisik/psikologis)
berubah (4)
 Keluhan istirahat tidak Terapeutik :
cukup (4) 1.3 fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
Keterangan : 1.4 lakukan prosedur untuk
1. Menurun meningkatkan
2. Cukup Menurun kenyamanan (mis. Pijat,
3. Sedang pengaturan posisi, terapi
4. Cukup meningkat akupresur)
5. Meningkat
Edukasi :
1.5 jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
1.6 ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
3 Defisit Nutrisi / Status Nutrisi / L.03030 Manajemen Nutrisi / I.
D.0019 03115
Definisi:
Definisi: Keadekuatan asupan nutrisi Definisi :
Asupan nutrisi tidak untuk memenuhi kebutuhan Mengidentifikasi dan
cukup untuk metabolisme mencoba asupan nutrisi yang
memenuhi kebutuhan seimbang
metabolisme. Kriteria hasil :
3.1 Porsi makan yang di Observasi :
Penyebab : habiskan (4) 1. Identifikasi status
 ketidakmampuan 3.2 Kekuatan otot menelan (4) nutrisi
menelan makanan 3.3 Nafsu makan (4) 2. Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
3.4 Frekuensi makan (4)
3. Identifikasi perlunya
3.5 Berat badan (4) penggunaan selang
NGT
Keterangan : 4. Monitor asupan
1. Meningkat makanan
2. Cukup Meningkat 5. Monitor berat badan.
3. Sedang 6. Monitor hasil
pemeriksaan
4. Cukup menurun
laboratorium.
5. Menurun
Terapeutik :
1. berikan makanan tinggi
serta untuk mencegah
konstipasi
2. berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
3. hentikan pemberian
makan melalui selang
NGT jika asupan oral
dapat ditoleransi.
4 Defisit Pengetahuan / Tingkat Pengetahuan / L Edukasi Kesehatan
D.0111 121111 /I.12383
Definisi : Definisi : Definisi :
Keadaan atau Kecukupan informasi kognitif Mengajarkan pengelolaan
kurangnya informasi yang berkaitan dengan topik faktor risiko penyakit dan
kognitif yang tertantu. perilaku hidup bersih serta
berkaitan dengan topik sehat.
tertentu. Kriteria hasil :
1. kemampuan menjelaskan Observasi :
Penyebab : pengetahuan tentang suatu 1. identifikasi kesiapan dan
 Kurang terpapar topik (4) kemampuan menerima
informasi 2. perilaku sesuai dengan informasi.
pengetahuan (4) 2. Identifikasi faktor-faktor
3. persepsi yang keliru yang dapat meningkatkan
terhadap masalah (4) dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan
sehat.
Keterangan :
1 : menurun Terapeutik :
2 : cukup menurun 1. Sediakan materi dan
3 : sedang media pendidikan
kesehatan
4 : cukup meningkat
2. Berikan kesempatan
5 : meningkat pasien untuk bertanya.

Edukasi :
1. Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
2. Ajarjan perilaku hidup
bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2009. Global Strategy for The
Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic ObstructivePulmonary
Disease. Barcelona: Medical Communications Resources. Available from

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktf Kronik : Pedoman Praktis
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. 2010

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi

Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Brunner dan


Suddarth Edisi 8 Volume 2.Jakarta : EGC.

Ovedoff David. 2009. Kapita Selekta Kedokteran.Dialihbahasakan oleh Lyndon


Saputra.Tangerang :Binarupa Aksara

Kemenkes RI, 2008, Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,


MenteriKesehatan Republik Indonesia

Siti Khotimah, 2013, Latihan Endurance Meningkatkan Kualitas Hidup Lebih Baik
DariPadaLatihan Pernafasan Pada Pasien PPOK Di BP4 Yogyakarta, Program
Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udaya

Anda mungkin juga menyukai