Anda di halaman 1dari 27

Dalam tata caraSerahTerima Hasil Pekerjaan pada Perpres 16/2018

BagianKeDelapanpasal 57 dan 58 dirunutsebagaiberikut:

Pasal 57

1. Setelah pekerjaanselesai 100% (seratuspersen) sesuaidenganketentuan yang


termuatdalamKontrak, Penyediamengajukanpermintaansecaratertuliskepada
PPKuntukserahterimabarang/jasa.

2. PPK
melakukanpemeriksaanterhadapbarang/jasa yang diserahkan.

3. PPK dan PenyediamenandatanganiBerita Acara SerahTerima.

Pasal 58

1. PPK menyerahkanbarang/jasasebagaimanadimaksuddalamPasal 57 kepada


PA/KPA.

2. PA / KPA memintaPjPHP/ PPHP


untukmelakukanpemeriksaanadministratifterhadapbarang/jasa yang
akandiserahterimakan.

3. Hasil pemeriksaansebagaimanadimaksud pada ayat(2) dituangkandalamBerita


Acara.
Tata caraserahterimapekerjaanPerpres 16/2018 inimiripsekalidengan tata
caraKepres 80/2003 dengantambahanfungsi PPHP disisipihak PA
namunhanyabersifatadministratif. Dapatdikatakanperan dan fungsi PPK dan PPHP
dalamserahterimabarang/jasadikembalikankekhittah.

SetidaknyaPerpres 16/2018 telahmampumenjawabbahwaPemeriksaan Hasil


Pekerjaantidakhanyadilakukansaatbarang/jasadiserahkanke PA, tetapi juga
dilakukandisisi PPK
saatmendapatpenyerahanpekerjaandaripenyediasebelumdiserahkanke PA.
DenganbekalPerpres 16/2018 makadapatditarikbeberapajawabanataspersoalanpokok
yang disebutkandiawalsatu per satu.

1. PPHP bukanlahaktorkunci yang menentukanbarang/jasaditerimaatautidakditerima.


AktorkuncitetaplahPejabatPenandatanganKontrak dan PA
sebagaipejabatpemegangkewenanganpenggunaananggaran.

2. PPHP bukanlahbagiandari para pihak yang berkontrak.

3. PPHP bukanlahpetugas PPK, justru PPHP bertugasmemeriksahasilpekerjaan PPK


ataspermintaandari PA.

4. PPHP tidakbertandatangan pada BAST Hasil Pekerjaantetapibertandatangan pada BA


PHP atau BA PemeriksaanAdministratif Hasil Pekerjaan.

5. PPHP
sekaranghanyalahsebagaipemeriksaadministratifhasilpengadaanbarang/jasamencak
up proses :

1. Dokumen program/penganggaran;

2. Surat penetapan PPK;

3. Dokumenperencanaanpengadaan;

4. RUP/SIRUP;

5. Dokumenpersiapanpengadaan;

6. DokumenpemilihanPenyedia;

7. DokumenKontrak dan perubahannyasertapengendaliannya; dan

8. Dokumenserahterimahasilpekerjaan.

Demikianuraiantentang PPHP dalampersepsiPerpres 16/2018 denganpemahamanbaru


yang lebihringan.
Skip to content
Posted onSeptember 16, 2019September 15, 2019 by: Samsul Ramli
Dilema dan Solusi Teknis Reverse Auction

Catatan Pengadaan
Barang/Jasa
Posted onSeptember 16, 2019September 15, 2019 by: Samsul Ramli
Dilema dan Solusi Teknis Reverse Auction

Peran PPHP Era Perpres


16/2018
 Home
 2018
 Agustus
 20
 Peran PPHP Era Perpres 16/2018

By: Samsul Ramli Posted on Agustus 20, 2018Februari 5, 2019


(Serial #6 Perpres 16/2018)

Salah satu perubahan utama dalam Perpres 16/2018


tentang pengadaan barang/jasa adalah berubahanya nomenklatur PPHP dari
Panitia/Pejabat “Penerima” Hasil Pekerjaan menjadi Panitia/Pejabat “Pemeriksa”
Hasil Pekerjaan.
Penerima Hasil Pekerjaan mempunyai makna telah dilakukan tahapan pemeriksaan
hasil pekerjaan. Karena dalam azas kehati-hatian tidak mungkin menerima tanpa
diperiksa terlebih dahulu. Sedangkan Pemeriksa Hasil Pekerjaan terbatas hanya
memeriksa saja, kewenangan menerima ada pada entitas yang lain. Dalam hal ini
pejabat penandatangan kontrak (Pembahasan Pejabat Penandatangan Kontrak dibahas
pada artikel lain).

Kericuhan kemudian terjadi dalam memahami perubahan nomeklatur Penerima


menjadi Pemeriksa ini, ditambah lagi disebutkan PPHP sekarang hanya memeriksa
diwilayah administratif. Dalam Peraturan Lembaga (Perlem) LKPP 9/2018 bagian 8.1
Serah Terima Hasil Pekerjaan poin h, disebutkan pemeriksaan administratif pengadaan
barang/jasa sejak perencanaan pengadaan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan,
meliputi dokumen program/penganggaran, surat penetapan PPK, dokumen
perencanaan pengadaan, RUP/SIRUP, dokumen persiapan pengadaan, dokumen
pemilihan Penyedia, dokumen Kontrak dan perubahannya serta pengendaliannya, dan
dokumen serah terima hasil pekerjaan.

Di beberapa tempat akhirnya menganggap PPHP sudah tidak urgent lagi dibentuk
karena tugasnya overlapping dengan tugas-tugas pejabat administratif yang ada. Hal ini
sangat beralasan.

Di APBN misalnya, tugas-tugas yang disebutkan Perlem LKPP 9/2019 8.1.h, sebagian
besar telah menjadi kewajiban Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar
yang selanjutnya disebut PPSPM. Ini sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 145/Pmk.05/2017 Tentang Tata Cara
Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Sebelum
Barang/Jasa Diterima.

Untuk APBD tugas-tugas administratif PPHP telah ada pada tugas-tugas Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Permendagri 13/2006) Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Pada pasal 12 ayat 5 dan 6 disebutkan bahwa PPTK
mempunyai tugas salah satunya menyiapkan dokumen anggaran atas beban
pengeluaran pelaksanaan kegiatan mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun
dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pada titik tertentu PPHP bisa saja diperlukan jika cakupan beban kerja dan rentang
kendali petugas yang telah ada (PPSPM atau PPTK) terlalu luas atau terlalu berat. Untuk
itu meniadakan peran dan fungsi PPHP secara tergesa-gesa juga tidak tepat. Namun
demikian sebaliknya menganggap PPHP harus atau wajib juga adalah hal yang
berakibat pada inefisien.

Sejak Perpres 54/2010, keberadaan PPHP secara substantif sebenarnya bersifat


opsional tergantung pertimbangan kebutuhan PA/KPA. PPHP bukan pihak yang terikat
dengan kontrak karena secara struktur PPHP adalah petugasnya PA, sebagaimana
halnya PPK dan Pejabat Pengadaan.
Kekacauan kemudian melembaga, dianggap sebagai sesuatu yang seolah-olah sebuah
kebenaran bahwa PPHP adalah figur sentral dalam proses serah terima pengadaan
barang/jasa.

Embrio PPHP Keppres 80/2003

Untuk mengurai kekacauan ini ada baiknya dirunut dari kesejarahan munculnya
jebatan PPHP. Di era Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tertuang tata cara serah terima sebagai berikut:

f. Serah Terima Pekerjaan Pemborongan

1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen), penyedia barang/jasa mengajukan


permintaan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk penyerahan
pekerjaan;
2. Pejabat Pembuat Komitmen melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah
diselesaikan oleh penyedia barang/jasa. Bilamana terdapat kekurangan-kekurangan
dan/atau cacat hasil pekerjaan, penyedia barang/jasa wajib
memperbaiki/menyelesaikannya;
3. Pejabat Pembuat Komitmen menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak;
4. Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) dari nilai kontrak,
sedangkan yang 5% (lima persen) merupakan retensi selama masa pemeliharaan, atau
pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus persen) dari nilai kontrak dan penyedia
barang/jasa harus menyerahkan jaminan bank sebesar 5% (lima persen) dari nilai
kontrak yang diterbitkan oleh Bank Umum atau oleh perusahaan asuransi yang
mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan direasuransikan sesuai dengan
ketentuan Menteri Keuangan;
5. Penyedia barang/jasa wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan
sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan;
6. Setelah masa pemeliharaan berakhir, penyedia barang/jasa mengajukan permintaan
secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk penyerahan akhir pekerjaan;
7. Pejabat Pembuat Komitmen menerima
penyerahan akhir pekerjaan setelah penyedia barang/jasa melaksanakan semua
kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan baik dan wajib melakukan pembayaran
sisa nilai kontrak yang belum dibayar atau mengembalikan jaminan pemeliharaan;
8. Apabila penyedia barang/jasa tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan
sebagaimana mestinya maka Pejabat Pembuat Komitmen berhak menggunakan uang
retensi untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan atau mencairkan jaminan
pemeliharaan.

h. Serah Terima Barang

1. Pada saat penyerahan barang harus dilakukan penelitian atas spesifikasi, mutu,
kelengkapan, dan kondisi nyata (actual condition) dicocokkan dengan yang tertuang
dalam surat pesanan/purchase order dan/atau dokumen yang menyertai penyerahan
barang;
2. Hasil penelitian dituangkan dalam berita acara serah terima yang ditandatangani
oleh penyedia barang dan Pejabat Pembuat Komitmen;
3. Berita acara serah terima merupakan dokumen yang harus dilampirkan dalam surat
permintaan pembayaran, kecuali dalam hal cara pembayaran menggunakan letter of
credit (LC);
4. Pejabat Pembuat Komitmen dapat menunjuk wakil untuk memeriksa barang yang akan
diserahkan sebagai petugas penerima/pemeriksa
dan menandatangani berita acara;
5. Apabila hasil pemeriksaan barang tidak sesuai dengan jenis dan mutu barang yang
ditetapkan dalam kontrak/PO, Pejabat Pembuat Komitmen berhak menolak barang
tersebut dan penyedia barang harus mengganti barang yang tidak sesuai tersebut dengan
biaya sepenuhnya ditanggung penyedia barang.

Dari 2 contoh tata cara serah terima Keppres 80/2003 dan seluruh perubahannya,
tidak tersebut sama sekali jabatan PPHP. Sejak tahun 2003 tidak sedikitpun disebut
bahwa yang menerima barang/jasa adalah PPHP. Hanya pada tata cara Serah Terima
Barang angka 4, disebutkan bahwa Pejabat Pembuat Komitmen dapat menunjuk wakil
untuk memeriksa barang yang akan diserahkan sebagai petugas
penerima/pemeriksa
dan menandatangani berita acara. Bisa jadi kemunculan PPHP pada Perpres
54/2010 adalah simpulan atas tata cara serah terima barang pada Keppres 80/2003
tersebut. Yang harus jadi catatan adalah petugas penerima/pemeriksa Keppres
80/2003 ditunjuk oleh PPK bukan PA. Kemudian keberadaannya bukan wajib tapi
dapat ada, dapat juga tidak.

PPHP Era Perpres 54/2010

Perpres 54/2010 lahir jabatan PPHP dengan kata kunci “Penerima” Hasil Pekerjaan.
Pada bagian ke enam pasal 18 ayat 5, dirincikan tentang tugas Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan:

1. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan


ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;
2. menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui pemeriksaan/ pengujian; dan
3. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.

Betapa pentingnya kedudukan PPHP dalam serah terima hasil pekerjaan terlihat dari
bagaimana Perpres 54/2010 menempatkannya sebagai satu bagian khusus, yaitu pada
Bab III tentang Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa. Pastilah ada data empirik
yang kuat menjadi dasar munculnya PPHP dalam naskah akademik penyusunan Perpres
54/2010, sebagai antitesis dari praktik serah terima pekerjaan pada Keppres 80/2003.
Maka wajar kemudian pelaksana pengadaan barang/jasa pemerintah menganggap
PPHP sebagai organ wajib dalam organisasi pengadaan barang/jasa pemerintah.

Lalu bagaimana kedudukan PPHP dalam mekanisme Serah Terima Pekerjaan dalam
Perpres 54/2010? Pada Bagian Kesebelas tentang Pelaksanaan Kontrak, Paragraf
Kedelapan, Pasal 95, menerangkan secara rinci sebagai berikut :

1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan ketentuan yang
tertuang dalam Kontrak, Penyedia Barang/Jasa mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PA/KPA melalui PPK untuk penyerahan pekerjaan.
2. PA/KPA menunjuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk melakukan
penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
3. Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melalui PPK memerintahkan Penyedia
Barang/Jasa untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan
sebagaimana yang disyaratkan dalam Kontrak.
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan setelah
seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak.
5. Khusus Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya:
1. Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya melakukan pemeliharaan atas hasil
pekerjaan selama masa yang ditetapkan dalam Kontrak, sehingga kondisinya tetap
seperti pada saat penyerahan pekerjaan;
2. masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6 (enam) bulan,
sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga) bulan; dan
3. masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran.
6. Setelah masa pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berakhir, PPK
mengembalikan Jaminan Pemeliharaan/uang retensi kepada Penyedia Barang/Jasa.
7. Khusus Pengadaan Barang, masa garansi diberlakukan sesuai kesepakatan para pihak
dalam Kontrak.
8. Penyedia Barang/Jasa menandatangani Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan pada
saat proses serah terima akhir (Final Hand Over).
9. Penyedia Barang/Jasa yang tidak menandatangani Berita Acara Serah Terima Akhir
Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dimasukkan dalam Daftar Hitam.

Dari rangkaian yang ditampilkan pada bagian ke enam pasal 18 dan Bagian Kesebelas
tentang Pelaksanaan Kontrak Paragraf Kedelapan Pasal 95 terdapat beberapa
kecanggungan aturan dalam menjelaskan posisi PPHP dan PPK dalam proses serah
terima barang/jasa. Kecanggungan ini antara lain:

1. PPHP membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan,
lalu PPK apakah juga turut menandatangani atau tidak?
2. PPK terlebih dahulu memeriksa dan menerima hasil pekerjaan dari penyedia atau PPK
baru akan menerima hasil pekerjaan setelah PPHP menyatakan menerima?
3. PPHP ditunjuk oleh PA/KPA, berarti kedudukan PPHP setara dengan PPK.

Besar harapan kecanggungan ini terjawab dalam Perka LKPP Nomor 14 Ttahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Perpres 70/2012 perubahan ke-2 Perpres 54/2010. Lihat pada
petunjuk teknis Serah Terima Barang Perka 14/2012
disebutkan sebagai berikut :

1. Setelah pekerjaan 100% (seratus perseratus), Penyedia mengajukan permintaan secara


tertulis kepada PPK untuk penyerahan pekerjaan;
2. Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK “menugaskan” Panitia/Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan.
3. PPK melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh
Penyedia. Apabila terdapat kekurangan-kekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan,
Penyedia wajib memperbaiki/menyelesaikannya.
4. PPK menerima penyerahan pekerjaan setelah:
1. seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak “dan”
diterima oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan; dan
2. Penyedia menyerahkan sertifikat garansi kepada PPK (apabila diperlukan).

Kemudian pada Petunjuk Teknis


Serah Terima Pekerjaan diuraikan sebagai berikut:

1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus), Penyedia mengajukan permintaan


secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan pekerjaan.
2. Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK “menugaskan” Panitia/Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan.
3. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melakukan penilaian terhadap hasil
pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Penyedia. Apabila terdapat kekurangan-
kekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan, Penyedia wajib
memperbaiki/menyelesaikannya.
4. PPK menerima penyerahan pertama pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak “dan”
diterima oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
5. …

Perka 14/2012 justru semakin menambah kecanggungan. Bahkan menguatkan posisi


PPHP bukan lagi opsional tapi wajib dan menjadi kunci utama sebelum PPK
menyatakan menerima hasil pekerjaan. Hal ini tersirat pada proses serah terima
barang/jasa. Terdapat kata sambung “dan” pada ketentuan PPK menerima penyerahan
pertama setelah diterima oleh PPHP. Kecanggungan bertambah setelah disebutkan pula
perintah PPK “menugaskan” PPHP. Ternyata PPHP yang ditunjuk PA, sebagaimana
PPK, juga harus rela mendapat penugasan dari PPK.

Petunjuk teknis justru tidak menjelaskan dan meringankan posisi PPHP. PPHP
ditempatkan sebagai figur sentral dalam menentukan diterima atau tidaknya
barang/jasa. Kemudian PPHP tidak hanya ditunjuk PA/KPA bahkan boleh ditugaskan
oleh PPK. Sehingga PPHP selain sebagai pihaknya PA sekaligus juga petugasnya PPK.

Pasal 18 ayat 5 disebutkan PPHP membuat dan menandatangani Berita Acara Serah
Terima Hasil Pekerjaan. Pasal ini kemudian juga menjadi dasar bahwa BAST
ditandatangani oleh PPHP. Lalu dimana peran PPK dalam penandatanganan BAST ini?
Apakah BAST yang di tandatangani PPK adalah dokumen yang berbeda dengan BAST
yang ditandatangani PPHP? Atau malah sama?
Jika dirunut dalam Perpres 54/2010 setidaknya terdapat 5 klausul yang mengandung
kata serah terima, yaitu:

1. Serah Terima Hasil Pekerjaan


2. Serah Terima Akhir Pekerjaan
3. Serah Terima Pekerjaan
4. Serah terima Barang/Jasa Lainnya
5. Serah terima pertama Pekerjaan Konstruksi

Jika BAST yang wajib ditandatangani PPHP adalah mengandung seluruh unsur Serah
Terima tersebut di atas (5 Unsur), bisa dibayangkan betapa beratnya tugas PPHP.
Secara hukum administratif bertanggungjawab kepada PA/KPA, disisi lain sebagai
petugas PPK juga bertanggungjawab secara hukum perdata. PPHP sekaligus
berinteraksi dengan penyedia, meski PPHP tidak bertandatangan kontrak. Apesnya lagi
PPHP juga kerap dipahami sebagai petugas penanggungjawab pembayaran. Faktanya
dibeberapa tempat, jika tidak ada tandatangan PPHP dalam BAST, maka barang/jasa
tidak dapat dibayar. Lengkaplah sudah beban berat PPHP menjadi aktor kunci dalam
serah terima barang/jasa untuk dibayar. Padahal PPHP sendiri hanyalah tim pendukung
PA/KPA, tapi tanggungjawabnya melebihi PA.

Belum lagi pada kenyataannya anggota PPHP selama ini direkrut bukan berdasarkan
kualifikasi teknis terkait pekerjaan dan dibentuk diakhir-akhir pekerjaan. Ini
menambah daftar betapa tidak efektifnya penugasan PPHP yang sedemikian berat.

PPHP era Perpres 16/2018

Setelah 8 tahun perjalanan PPHP yang sedemikian berat, penuh keringat, air mata
bahkan berdarah-darah dalam rimba raya hukum pidana khusus, Perpres 16/2018
datang sebagai solusi.

Perpres 16/2018 tampaknya menyadari kekeliruan yang selama ini terjadi. Terbukti
label “penerima” diganti menjadi “pemeriksa” saja. Memeriksa tidak wajib untuk
menyatakan menerima. Kemudian dibatasi pula hanya pemeriksaan administratif saja.
Sebagaimana definisi pasal 1 angka 15. PPHP adalah tim yang bertugas memeriksa
administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.

Dalam tata cara Serah Terima Hasil Pekerjaan pada Perpres 16/2018 Bagian Ke
Delapan pasal 57 dan 58 dirunut sebagai berikut:

Pasal 57

1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan ketentuan yang termuat
dalam Kontrak, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk
serah terima barang/jasa.
2. PPK
melakukan pemeriksaan terhadap barang/jasa yang diserahkan.
3. PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah Terima.

Pasal 58
1. PPK menyerahkan barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 kepada
PA/KPA.
2. PA / KPA meminta PjPHP/ PPHP untuk melakukan pemeriksaan administratif
terhadap barang/jasa yang akan diserahterimakan.
3. Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dituangkan dalam Berita
Acara.

Tata cara serah terima pekerjaan Perpres 16/2018 ini mirip sekali dengan tata cara
Kepres 80/2003 dengan tambahan fungsi PPHP disisi pihak PA namun hanya bersifat
administratif. Dapat dikatakan peran dan fungsi PPK dan PPHP dalam serah terima
barang/jasa dikembalikan ke khittah.

Setidaknya Perpres 16/2018 telah mampu menjawab bahwa Pemeriksaan Hasil


Pekerjaan tidak hanya dilakukan saat barang/jasa diserahkan ke PA, tetapi juga
dilakukan disisi PPK saat mendapat penyerahan pekerjaan dari penyedia sebelum
diserahkan ke PA.
Dengan bekal Perpres 16/2018 maka dapat ditarik beberapa jawaban atas persoalan
pokok yang disebutkan diawal satu per satu.

1. PPHP bukanlah aktor kunci yang menentukan barang/jasa diterima atau tidak diterima.
Aktor kunci tetaplah Pejabat Penandatangan Kontrak dan PA sebagai pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran.
2. PPHP bukanlah bagian dari para pihak yang berkontrak.
3. PPHP bukanlah petugas PPK, justru PPHP bertugas memeriksa hasil pekerjaan PPK atas
permintaan dari PA.
4. PPHP tidak bertandatangan pada BAST Hasil Pekerjaan tetapi bertandatangan pada BA
PHP atau BA Pemeriksaan Administratif Hasil Pekerjaan.
5. PPHP sekarang hanyalah sebagai pemeriksa administratif hasil pengadaan barang/jasa
mencakup proses :
1. Dokumen program/penganggaran;
2. Surat penetapan PPK;
3. Dokumen perencanaan pengadaan;
4. RUP/SIRUP;
5. Dokumen persiapan pengadaan;
6. Dokumen pemilihan Penyedia;
7. Dokumen Kontrak dan perubahannya serta pengendaliannya; dan
8. Dokumen serah terima hasil pekerjaan.

Demikian uraian tentang PPHP dalam persepsi Perpres 16/2018 dengan pemahaman
baru yang lebih ringan.

Categories: Pengadaan Barang/Jasa, Perpres 16/2018

Navigasi pos
PPHP bukanlah Panitia PHO/FHO
PPHP dan Pemeriksa Barang

50 Replies to “Peran PPHP Era Perpres


16/2018”

1. ahmad fadli

Agustus 20, 2018 pukul 1:19 pm

apakah masih boleh menggunakan PPHP (penerima) sampai akhir tahun anggaran 2018
ini…..???, klo sdh tidak boleh, apakah PA/KPA harus membuat SK baru PPHP lg ???

Balas

1. Samsul Ramli

Agustus 20, 2018 pukul 1:32 pm

Jika kontrak telah berjalan maka silakan menggunakan tata cara lama, jika belum maka
sebaiknya PPHP tetap mengacu pada Perpres 16/2018

Balas

1. ahmad fadli

Agustus 28, 2018 pukul 7:47 am

trims ka Samsul………

Balas

2. Hanafi
Agustus 20, 2018 pukul 3:00 pm

Pada pasal 89 ayai 1 Perpres 16 Tahun 2018 kata-kata “persiapan dan pelaksanaan” itu yang
sering digunakan PPK untuk masih menggunakan aturan perpres lama bagi
PPHP……Salahkah kalo acuan penggunaan perpres 16/2018 berdasarkan tanggal kontrak
kerja?

Balas

1. Samsul Ramli

Agustus 20, 2018 pukul 4:27 pm

Secara substansi persiapan adalah tahap penyusunan spesifikasi dan pelaksanaan adalah
tahapan memilih penyedia.. untuk memulai persiapan dan pelaksanaan ada kewajiban
mengumumkan RUP untuk itu batas demarkasinya adalah pengumuman RUP. Karena PPHP
adalah wilayah diluar kontraktual maka bisa saja menggunakan aturan lama (jika RUP
sebelum tanggal 1 Juli) atau perpres 16/2018 selama tidak bertentangan.

Balas

3. I made sujana

Agustus 20, 2018 pukul 6:49 pm

Trims.pak samsul

Balas

4. Herry

Agustus 20, 2018 pukul 8:16 pm

Sayang pak aturan sektoral kemenkeu maeih belum dapat mendefinisikan secara jelas
perbedaan pphp 54 dengan pphp 16 , ini terlihat satuan biaya SBM tahun 2019 permenkeu
masih belum dapat membedakannya dengan tahun sbm 2018

Balas
1. Samsul Ramli

Agustus 21, 2018 pukul 9:07 am

Sejak dahulu SBM utk pengelola pengadaan blm memadai termasuk PPHP.. jadi masih harus
terus diperjuangkan sesuai antara kompetensi dan beban kerja dgn reward yg didapatkan

Balas

1. nurulf

Juli 9, 2019 pukul 4:13 pm

di dalam SBM 2019, PMK nomor 32/2018, pada tabel sbm terdapat nilai Honorarium
Penerima Hasil Pekerjaan. Kalau disesuaikan dengan Perpres 16/2018 siapakah yang berhak
menerima honor tersebut?
tks atas sharing informasinya.

Balas

1. Samsul Ramli

Juli 15, 2019 pukul 3:10 pm

Sekarang menjadi tidak jelas karena SBM masih pakai pengertian yang lama

Balas

2. nurulf

Juli 9, 2019 pukul 4:43 pm

dan terkait permen PMK no 190/2012 pada lampiran III – form Kuitansi Pembayaran
Langsung. Terdapat bagian tanda tangan
” Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan baik
Pejabat yang bertanggungjawab ”
Nama
NIP
—-> bila disesuaikan dengan Perpres 16/2018 apakah bagian ini masih diperlukan apabila
iya, siapakah pejabat yang bertanggungjawab yang dimaksud?

Balas

1. Samsul Ramli

Juli 15, 2019 pukul 3:11 pm

PA/KPA/PPK

Balas

5. adi

September 7, 2018 pukul 8:12 am

Pak, apakah punya format BA Pemeriksaan Administratif Hasil Pekerjaan, terima kasih

Balas

1. Samsul Ramli

September 8, 2018 pukul 7:13 pm

Belum

Balas

1. zamzami

November 26, 2018 pukul 10:12 am


apakah bisa formatnya seperti berikut,
misalnya

kolom 1 ; no
kolom 2 ; uraian yang diperiksa meliputi :
a. Dokumen program/penganggaran;
b. Surat penetapan PPK;
c. Dokumen perencanaan pengadaan;
d. RUP/SIRUP;
e. Dokumen persiapan pengadaan;
f. Dokumen pemilihan Penyedia;
g. Dokumen Kontrak dan perubahannya serta pengendaliannya; dan
h. Dokumen serah terima hasil pekerjaan.

pada kolom tiga berisikan catatan atas dokumen yang diperiksa


kolom ke empat keterangan

apa bisa seperti itu pak ?

terimakasih
zamzami
PPHP KPU Prov. Sumbar
dulu Pejabat Lelang di KPU Prov. Kalbar

(kalau bisa minta lagi dong no WA bapak)


kirim ke email saya : katik_sip@yahoo.co.id

Balas

1. admin

November 26, 2018 pukul 11:40 pm

Boleh saja selama tidak ada kewajiban menyatakan menerima hasil pekerjaan atau
menyatakan dokumen lengkap untuk dilakukan pembayaran

Balas

1. idrus

Januari 25, 2019 pukul 9:41 am


jadi pada saat klausul apa dan berita acara apa, yang bisa menyatakan pihak penyedia berhak
menerima pembayaran, atau pada saat apa? atau tetap wewenang PPSPM?

2. Samsul Ramli

Januari 30, 2019 pukul 7:52 am

Sesuai definisi pengadaan barang/jasa pasal 1 angka 1 bahwa pengadaan barang/jasa selesai
saat serah terima hasil pekerjaan maka penyedia berhak dibayar setelah pekerjaannya
dinyatakan selesai dengan BAST antara PPK dan Penyedia untuk itu PPHP tidak ada
hubungannya dalam ruang pembayaran.

6. riyendi

Desember 5, 2018 pukul 9:21 pm

Mohon bantuan nya Pak,,,,


Apakah ada format surat di mulai dari Surat permohonan penyedia sampai pada BA PHP,
terima kasih pak

Balas

1. admin

Desember 6, 2018 pukul 10:28 am

Silakan dilihat pada link download.. semoga ada

Balas

1. Riyendi

Desember 19, 2018 pukul 2:03 am

Apakah di dalam BA pemeriksaan barang/jasa perlu data harga,,,atau cukup mencantumkan


nama barang/jasa, spesifikasi, dan volume saja, mohon infonya, makasih pak Samsul
Balas

1. admin

Desember 19, 2018 pukul 7:08 am

Paling utama hanya pemeriksaan output saja karena tentang harga sudah disepakati oleh PPK
dan Penyedia

Balas

7. Fatur

Desember 7, 2018 pukul 7:41 pm

Apakah kalau ada kasus terhadap pphp di tahun sebelum perpres 16 2018 ini keluar namun di
adili pada tahun setelah berlakunya perpres ini ada, kita boleh mengacu kpd perpres 16 2018
yg tdk terlalu meletakkan pphp pada poin sentral?
Trimakasih

Balas

1. admin

Desember 9, 2018 pukul 6:13 am

harus tetap berdasarkan Perpres 54/2010 namun demikian sebagai bahan pertimbangan dan
perbandingan bisa saja digunakan.

Balas

8. Wawan

Desember 20, 2018 pukul 5:31 pm


Mohon pencerahan, pak.
Apakah BA Serah Terima yg di keluarkan oleh PPHP menjadi lampiran pada proses
pembayaran ?
Trima kasih

Balas

1. admin

Desember 22, 2018 pukul 2:42 pm

PPHP tidak membuat BAST tapi menghasilkan BAPHP yang tidak ada kaitannya dengan
pembayaran karena hanya menjadi bahan pertimbangan administrasi bagi PA/KPA

Balas

9. Giri aristiadie

Desember 24, 2018 pukul 10:12 am

Saran..untuk share artikel2 anda bisakah? ditambahkan utk Whats Aps (WA)..kalo berkenan

Balas

1. admin

Desember 26, 2018 pukul 9:42 am

Untuk sementara aplikasinya blm ada

Balas

10. TAMSIL DARMAWAN

Januari 23, 2019 pukul 11:27 pm


MOHON BANTUANNYA..KL BISA CONTOH FORM PPHP N PJPHP

Balas

1. Samsul Ramli

Januari 24, 2019 pukul 3:15 pm

silakan lihat diartikel lain

Balas

11. frisanto

Januari 24, 2019 pukul 12:53 pm

Pencerahan Pak..

Dalam alur terbaru setelah BAST PPK maka dilakukan Penyerahan dari PPK ke KPA,
seharusnya terdapat dokumen B.A penyerahan yang ditanda tangani PPK selaku pihak ke 1
dan KPA selaku pihak ke 2. Pertanyaannya bagaimana jika KPA merangkap PPK bapak ??
Terimakasih

Balas

1. Samsul Ramli

Januari 24, 2019 pukul 3:16 pm

Maka cukup tertuang dalam BAST saja

Balas

12. Agus Supriyadi

Januari 24, 2019 pukul 3:21 pm


Jika dalam pengadaan barang/jasa melalui kontrak, PPK dalam memeriksa pekerjaan dapat
menunjuk tim teknis. Lalu untuk pengadaan Non Kontraktual, misalnya pembelian ATK,
barang persediaan dan sejenis nya dg nilai hanya puluhan juta, apakah PPK juga
diperbolehkan menunjuk tim/staf teknis…? apakah boleh diberikan honor bulanan kepada
tim/staf teknis tsb..?

Balas

1. Samsul Ramli

Januari 24, 2019 pukul 3:26 pm

Disesuaikan dengan kompleksitas pekerjaan.. jika honor tim teknisnya lebih besar dari
belanjanya justru tidak efisien. Maka tetap harus dilihat pertimbangan rentang kendali dan
beban kerja PPK.

Balas

13. Yuzdi

Mei 9, 2019 pukul 12:09 pm

Salam pak Samsul, saya mau bertanya :


Sejak tanggal dan bulan berapa mulai diberlakukannya PERPRES 16/2018 ini?
Jika ternyata kontrak ditandatangani tanggal 9 Juli 2018, apakah tugas PPHP sudah bisa
mengacu pada PERPRES 16/2018 atau masih PERPRES 54/2010?
Terima Kasih.

Balas

1. Samsul Ramli

Mei 12, 2019 pukul 11:22 pm

Perpres berlaku sejak 22 maret 2018 jadi jika proses persiapan pengadaan sebelum itu masih
berlaku perpres 54/2010 sesuai kontrak

Balas
14. agung hariyadi

Mei 17, 2019 pukul 2:54 pm

jika KPA bertindak selaku PPK, maka yang memerintahkan PPHP memeriksa administrasi
pekerjaan PPK siapa pak, terimakasih

Balas

1. Samsul Ramli

Mei 18, 2019 pukul 11:46 pm

PA

Balas

15. Willy Tucunan

Mei 21, 2019 pukul 3:29 pm

Pak Jika tidak ada PPK, apakah PA bisa langsung memerintahkan PjPHP/PPHP?

Balas

1. Samsul Ramli

Mei 25, 2019 pukul 6:54 am

PPHP bukan bawahan PPK tapi membantu PA secara administratif saja jika dibutuhkan. Jadi
jika PA membutuhkan dapat meminta PPHP bekerja.

Balas
16. sofadwi

Juli 1, 2019 pukul 11:38 am

jika kontrak setelah 1 juli 2018, apakah tugas pphp mengacu pada perpres baru atau lama?

Balas

1. Samsul Ramli

Juli 1, 2019 pukul 5:16 pm

baru

Balas

17. Cak wo

Agustus 19, 2019 pukul 5:54 pm

apakah dibenarkan PjPHP/PPHP menandatangani bukti penerimaan barang dari penyedia,


misal : menandatangani nota pembelian ..

Balas

1. Samsul Ramli

Agustus 20, 2019 pukul 7:31 pm

TIdak ada kewenangan PPHP disitu

Balas
18. nita

Agustus 29, 2019 pukul 7:55 pm

Apakah pembayaran bisa di lakukan disaat KPA belum menetapkan PPHP….sedangkan


pekerjaan sudah selesai (sdh ada BASTnya)

Balas

1. Samsul Ramli

September 1, 2019 pukul 11:45 pm

Tergantung keyakinan KPA

Balas

19. nita

Agustus 29, 2019 pukul 8:04 pm

apakah PjPHP dan PPHP bisa dengan orang sama

Balas

1. Samsul Ramli

September 1, 2019 pukul 11:45 pm

Boleh

Balas
20. Arisudono

Agustus 29, 2019 pukul 10:14 pm

Mohon ijin Pak Samsul.. Maaf jika diperkenankan dan dijinkan bolehkah saya share di akun
situs media sosial saya..mohon ijin

Balas

1. Samsul Ramli

September 1, 2019 pukul 11:45 pm

silakan

Balas

Tinggalkan Balasan
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar
Nama *

Email *

Situs Web

Kirim Komentar 2993 0

1569302900488

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Calender Saya

Search for: Search


Pos-pos Terbaru

 Dilema dan Solusi Teknis Reverse Auction


 Dana Kelurahan untuk Kelurahan Berkah Energi
 Agar Pengadaan di Kelurahan Tidak Meresahkan
 Green Public Procurement tidak Bisa Setengah Hati
 Menjaga Neraca Kepecayaan Lembaga di Era Digital

Komentar Terbaru

 Samsul Ramli pada Contoh Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Perpres 16/2018
 Samsul Ramli pada Bukti Kontrak dan Bukti Perjanjian
 TILUNK pada Contoh Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Perpres 16/2018
 Ronald Mumu pada Bukti Kontrak dan Bukti Perjanjian
 Samsul Ramli pada Jaminan Pelaksanaan Gagal Cair

Arsip

Pilih Bulan
Arsip
Kategori

Pilih Kategori
Kategori
Meta

 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.org

Channel Pengadaan Samsul Ramli

('[embedyt]
https://www.youtube.com/embed?listType=playlist&list=PLzDR_CeSxIdkVIsLpVZoqqurno
n8KXW6n&layout=gallery[/embedyt]'); ?
Copyright © 2019 Catatan Pengadaan Barang/Jasa All Rights Reserved |
Magpaper by Theme Palace

Anda mungkin juga menyukai