Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah darah
yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis
melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA)
dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh
dunia termasuk Indonesia.
Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau
ulkus peptikum. anusia. Sistem pencernaan mengolah makanan atau asupanyang masuk
untuk diubah menjadi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Sistem pencernaan dari bagian
atas hingga bawah terdiri dari organ-organ vital,misalnya esofagus, lambung, dan saluran
intestinal. Oleh karena itu, system pencernaan yang terdiri dari organ-organ tersebut harus
selalu terjaga agartetap dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Walaupun sistem
pencernaan harus selalu dipertahankan dalamkondisi baik tetapi terkadang muncul
berbagai gangguan yang muncul padasistem ini.
Adanya hematemesis melena merupakan salah satu indikasi munculnya
gangguan dalam sistem pencernaan. Hematemesis melena dapat di sebabkan oleh berbagai
hal, salah satunya peptic ulcer atau ulkus peptikum.Mengenai hematemesis melena,
penyebab dan patofisiologinya akan di bahas di bab selanjutnya.

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, diagnosis, pencegahan,

penatalaksanaan, prognosis dan komplikasi pada hematemesis melena.

1.3 Manfaat Penulisan

1
Diharapkan mahasiswa kedokteran mengerti dan memahami tentang hematemesis

melena sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada permasalahan

yang terkait hematemesis melena.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran
cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang
mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal.1
Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dapat berasal dari
saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan (epistaksis, hemoptisis,
ekstraksi gigi, tonsilektomi). Tergantung pada lamanya kontak dengan asam lambung,
darah dapat berwarna merah, coklat atau hitam. Biasanya tercampur sisa makanan dan
bereaksi asam. Melena adalah feses berwarna hitamseperti ter karena bercampur darah;
umumnya terjadi akibat perdarahan saluran cerna bagian atas yang lebih dari 50-100 ml
dan biasanya disertai hematemesis.2

2.2 Etiologi
a) Kelainan di esophagus
1) Varises esophagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak
pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat perdarahan
timbul spontan dan masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak
membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
2) Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis.
Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali penderita
muntah darah dan itupun tidak masif.
3) Sindroma Mallory – Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah hebat yang pada akhirnya baru
timbul perdarahan. misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil muda. Biasanya
disebabkan oleh karena terlalu sering muntah - muntah hebat dan terus - menerus.
4) Esofagitis dan tukak esophagus

3
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermiten atau kronis dan
biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada hematemesis. Tukak di
esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan tukak
lambung dan duodenum.
b) Kelainan di lambung
1) Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan yang
menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati.
2) Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan sebelum
hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang berhubungan dengan
makanan. Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melena lebih dominan dari
hematemesis.
c) Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili, trombositopenia
purpura.

2.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada pasien hematemesis melena adalah
muntah darah (hematemesis), mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena), mengeluarkan
darah dari rectum (hematoskezia), syok (frekuensi denyut jantung meningkat, tekanan
darah rendah), akral teraba dingin dan basah, penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan
koagulopati purpura serta memar, demam ringan antara 38 -39° C, nyeri pada lambung /
perut, nafsu makan menurun, hiperperistaltik, jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan
dapat menyebabkan terjadinya penurunan Hb dan Ht (anemia) dengan gejala mudah lelah,
pucat nyeri dada, dan pusing yang tampak setelah beberapa jam, leukositosis dan
trombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan, dan peningkatan kadar ureum darah setelah
24-48 jam akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus.2
Gejala yang ada yaitu :
a. Muntah darah (hematemesis)
b. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
c. Mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia)

4
d. Denyut nadi yang cepat, TD rendah
e. Akral teraba dingin dan basah
f. Nyeri perut
g. Nafsu makan menurun
h. Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya anemia,
seperti mudah lelah, pucat, nyeri dada dan pusing.

2.4 Komplikasi
a. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya volume intravaskuler
oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain.
Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada
klien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24-28 jam.
b. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal
ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan volume intravaskuler.
c. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran.
d. Ensefalopati
Terjadi akibat kersakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah. Racun-racun
tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan dimana fungsi otak
mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah, yang dalam keadaan normal
dibuang oleh hati.

2.5 Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan
tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa
esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen anterior yang lebih kecil dan
lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan
meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan

5
membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises. Varises dapat pecah, mengakibatkan
perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangna darah tiba-
tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam
berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi
untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan
gejala - gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak
digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan tanpa
suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan. Pada melena
dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam.
Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga
karena adanya pigmen porfirin. Kadang - kadang pada perdarahan saluran cerna bagian
bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada
saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling sedikit
perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam
seperti ter selama 48 – 72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya
feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah
yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7 – 10 hari setelah episode perdarahan
tunggal.

6
WOC Hematemesis Melena

Kelainan esophagus: Kelainan lambung dan Penyakit darah:


varises esophagus, leukemia, DIC, purpura Penyakit sistemik: Obat-obatan
duodenum: tukak
esophagitis, trombositopenia, sirosis hati ulserogetik:
lambung, keganasan
keganasan esophagus hemophilia gol.salisilat,
kortikosteroid, alcohol.

Tekanan portal Infeksi mukosa Pecahnya PD Obstruksi aliran O2 mukosa


lambung darah lewat hati terhambat

Pembuluh darah
Erosi dan ulserasi Perdarahan Pembentukan Asam lambung
pecah
kolateral

Kerusakan Masuk saluran Distensi PD Inflamasi mukosa


vaskuler pada cerna abdomen lambung
mukosa lambung

Varises

PD ruptur

HEMATEMESIS
MELENA

Anoreksia Mual-muntah MK: ansietas perdarahan

Tekanan kapiler
MK: Syok
ketidakseimbangan hipovolemik Protein plasma
nutrisi kurang dari hilang
kebutuhan tubuh
MK: gangguan
keseimbangan Edema
cairan dan
Spasme dinding
elektrolit Penekanan PD
perut

Perfusi jaringan
MK:nyeri
akut
MK:
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
7
gastrointestinal
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah
esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double kontrast pada lambung dan
duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3
distal distal esophagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada atau tidaknya
varises.
b. Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan secara
endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan
sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat
dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan infuse untuk
pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang
berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sendiri mungkin
setelah hematemesis berhenti.
c. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati
kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan
bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai
sekarang hanya terdapat dikota besar saja. Pemeriksaan laboratorium seperti kadar
hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, kadar ureum kreatinin dan uji fungsi hati
segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.1

2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin
dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang diteliti dan
pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas
meliputi :
a. Pengawasan dan pengobatan umum.
1) Tirah baring.
2) Diet makanan lunak

8
3) Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
4) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas (hematemesis melena)
5) Infus cairan lagsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6) Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu CVP
monitor.
7) Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
8) Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan mempertahankan kadar
Hb 50-70% harga normal.
9) Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari, karbosokrom (adona
AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis berguna untuk menanggulangi
perdarahan.
10) Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh
usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati
hepatic.
11) Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage
(kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah
lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan
aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah
lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai
cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam.
Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah
jernih.
12) Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan
vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat
bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner,
karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita

9
penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis
terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
13) Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya
varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan
kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat
tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada
waktu dan selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini
dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises
esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus,
obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.
14) Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak
3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises
kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum
dan dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan
salah satu pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian
atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.
15) Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan
perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi
yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-
kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari
membaik

10
LAPORAN KASUS

I.Identitas Pasien

Nama : Tn. M

Jenis Kelamin: Laki-Laki

Umur : 69 tahun

Alamat : Batukambing

II. Anamnesis

Keluhan Utama: Muntah darah 1 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang:

 Muntah darah 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi muntah sebanyak 2

kali dengan volume lebih kurang tiga sendok makan, warna merah kehitaman.

 BAB seperti jelly berwarna merah kehitaman sejak 3 hari sebelum masuk rumah

sakit.

 Nyeri perut ada, terutama di ulu hati, dirasakan sejak 1 hari yang lalu.

 Mual ada.

 Demam tidak ada.

 Batuk ada, dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Batuk berdahak berwarna

kekuningan.

 Sesak napas ada sesekali.

 Pasien memiliki riwayat nyeri pinggang sejak 2 tahun yang lalu, kontrol rutin ke

dokter spesialis saraf dan mendapatkan obat penghilang nyeri berupa Benzidamin

HCL.

11
Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien dikenal menderita penyakit jantung koroner dan rutin berobat ke dokter

spesialis jantung di RSUD Bukittinggi.

 Riwayat diabetes mellitus ada, tidak terkontrol.

 Riwayat hipertensi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti pasien.

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis Cooperative

Tekanan darah : 110/70

Nadi : 106

Pernafasan : 18 x/menit

Suhu : 36.9 C

Kulit : Turgor baik

KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di axilla, supraklavikula,

infraklavikula.

Kepala : Normocephal

Mata : Konjuntiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-

Leher : JVP 5-2 cmH2O

Dada

12
Paru :

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus kiri dan kanan Normal

Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung :

Inspeksi : Iktus tidak terlihat

Palpasi : Iktus teraba 1 jari lateral LMCS RIC VI, kuat angkat

Perkusi : Batas jantung => atas RIC II, kanan LSD, kiri iktus

Auskultasi : Irama reguler, bising –

Perut :

Inspeksi : Tidak tampak membuncit

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bunyi usus normal.

Genitalia : Tidak diperiksa

Ekstemitas : Refleks fisiologis +/+, Refleks patologis -/-, akral hangat, CRT

kurang dari 2 detik.

IV. Diagnosis Kerja

Hematemesis melena ec gastropati NSAID + CAP + Penyakit Jantung Koroner

V. Diagnosis Banding

 Sindroma dispepsia

13
VI. Pemeriksaan Penunjang

Hematologi

Hb : 10,9 g/dl

Ht : 33 %

Leukosit : 17.600/mm3

Trombosit : 663.000/mm3

LED: 65

Kimia Klinik

GDS : 267

Total kolesterol : 139 mg/dL

Trigliserida : 171 mg/dL

HDL kolesterol: 18 mg/dL

LDL kolesterol: 105 mg/dL

Total bilirubin : 0.99 mg/dL

SGOT : 166 u/L

SGPT : 199 u/L

Ureum darah : 108 mg/dL

Creatinin darah : 1.7 mg/dL

EKG

14
VII. Diagnosis

Hematemesis melena ec gastropati NSAID + STEMI + CAP

VIII. Terapi

 IVFD NaCl RL 8 jam/kolf

 NGT alir

 Puasa 4 jam

 Injeksi Lansoprazole 2x1 (iv)

 Injeksi asam traneksamat 3x1 (iv)

 Vit. K 3x1 (iv)

 Injeksi ceftriaxone 2x1 (iv)

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Davey, Patrick (2005). At a Glance Medicine (36-37). Jakarta: Erlangga.


2. Purwadianto & Sampurna (2000). Kedaruratan Medik Pedoman Pelaksanaan Praktis
(105-110). Jakarta: Binarupa Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai