Anda di halaman 1dari 4

BAB I dapat dikatakan chronic relapsing disease atau suatu penyakit yang selalu dapat

relaps atau berulang. Sehingga seorang penasun tidak pernah dapat dikatakan
sebagai

DEFINISI

1. DEFINISI
IDU ( Intra User Drug ) atau Penasun adalah pengguna napza suntik yang
dikarenakan ketergantungan atau adiksinya akan napza sangat sulit untuk bisa
berhenti. Adiksi atau ketergantungan “mantan penasun” tetapi pulih, karena
sewaktu-waktu dapat kembali menggunakan napza. Adiksi ini juga dikatakan brain
disease, yang menyebabkan terjadinya perubahan atau kerusakan otak sehingga
sangat sulit untuk sembuh. Untuk bisa berhenti yang diperlukan waktu cukup lama
dalam terapinya. Yang menyedihkan adalah ketidaktahuan masyarakat mengenai
penasun atau bahkan ketergantungan ini, sehingga cap yang melekat pada
penasun adalah anti sosial, kriminalitas sehingga meresahkan masyarakat,
pemalas.

2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan bagi ODHA dengan resiko IDU di RSUD dr.
Soeroto Ngawi
b. Tujuan Khusus
a) Memberikan panduan panduan pelayanan ODHA denga resiko IDU di
RSUD dr. Soeroto Ngawi
b) Memberikian panduan layanan HIV sebagai bagian dari rawatan HIV
secara paripurna.

3. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan HIV
dan AIDS di rumah sakit diperlukan perundang- undangan pendukung (legal
aspect). Ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 832/Menkes/SK/X/2006. Permenkes
No 21 Tahun 2013 dan Surat Edaran Menkes No 129 tahun 2013. Keputusan
Direktur RSUD dr, Soeroto Ngawi Nomor 188/ /404.211/2015 tentang kebijakan
pelayanan HIV/AIDS.

1
BAB II

RUANG LINGKUP

1. ALUR LAYANAN

Klinik dan VCT dinas Rawat inap Perawatan


RS swasta kesehatan / dan poli rs lanjutan ODHA
puskesmas dr. Soeroto

Klinik widuri RS Laboratorium RS


dr.Soeroto Ngawi dr.Soeroto Ngawi

Indikasi ARV

CST untuk ARV


sesuai protokol

Perawatan
lanjutan ODHA

2. INFEKSI HIV PADA PENASUN


Penasun yng terinfeksi HIV dapat menunjukkan kondisi – kondisi :
a. Gangguan kognitif
b. Gangguam mood lebih buruk
c. Depresi berat
d. Ancaman atau tindak bunuh diri lebih buruk

2
BAB III

TATA LAKSANA

1. KONSELING DAN TES HIV PADA PENASUN

Akses ke fasilitas tes HIV dan konseling

- Program konseling dan tes HIV bertujuan mengubah perilaku beresiko berkaitan
dengan HIV AIDS pada penasun. KIE merupakan kunci utama pembangunan
kesadaran dan akses ke klinik dan tempat tes dimana pelayanan konseling dan
tes HIV dapat diperoleh. Juga dapat digunakan untuk membantu memfasilitasi
proses belajar dalam melaksanakan konseling dan tes HIV, termasuk langkah –
langkah yang dibutuhkan untuk mencegah penularan melalui jarum suntik dan
menyebarkan ke pasangan seksual.
- Konseling pengurangan resiko
Konseling untuk pengurangan perilaku beresiko bertujuan membangun
komunikasi interpersonal yang membantu penasun memahami perasaan dan
pikiran mereka. Sehingga dpat mengambil tindakan melindungi diri sendiri dan
pasangannya dari penularan. Konseling berbasis individu atau kelompok untuk
mengurangi resiko , disertai dengan edukasi dan komunikasi, dapat juga
membantu penasun dengan HIV positip untuk bernegosiasi dengan pasangan
sehingga menurunkan resiko penularan melalui hubungan seksual

2. SESUDAH KONSELING
Diperlukan layanan – layanan tentang :
- Kebutuhan pemuasan segera
- Kelompok dukungan dan pasien yang intoksikasi ( obat resep maupun non
resep )
- Resiko bunuh diri
- Kacau dengan gangguan mood dan diagnose bandingnya
- Gangguan kognitif berkaitan dengan HIV dan keracunan Zat
- Kepatuhan berobat, rencana perawatan sesudah keluar rumah sakit dan
buruknya social ekonomi.

3. PENASUN STADIUM LANJUT


Penasun stadium lanjut menunjukkan
- Gangguan kognitif
- Kemampuan perencanaan yang buruk
- Gangguan daya ingat
- Gangguan pengendalian impuls
- Buruknya toleransi terhadap frustasi

3
BAB IV

DOKUMENTASI

1. Alat pendokumentasian keadaan klien dan proses konselingnya :


 Formulir persetujuan
 Formulir ikhtisar perawatan HIV/AIDS dan ART
 Formulir rujukan klien
 Formulir permintaan untuk pemeriksaan HIV dilaboratorium

2. Sistem informasi managemen kesehatan Menggunakan pencatatan dan pelaporan


yang baku sesuai dengan pedoman monitoring klien untuk perawatan HIV dan ART
yang meliputi
a. Kartu klien
b. Formulir ikhtisar perawatan HIV dan ART
c. Formulir rujukan
d. Formulir registrasi pra ART
e. Formulir registrasi ART
f. Laporan bulanan ART
g. Laporan analisis Kohort
Memberikan hasil pelaporan dan pencatatan kepada RS level diatasnya dengan
tembusan ke Dinas Kesehatan Setempat.

3. Monitoring program dan evaluasi


Melakukan analisis terhadap data monitoring dan evaluasi dari RS rujukan ODHA
dan satelitnya untuk menentukan keberhasilan perawatan HIV dan ART yang telah
dilaksanakan, sebagai dasar perencanaan bagi kegiatan pelayanan kesehatan
ODHA selanjutnya. Hal ini dilakukan dengan konsultasi kepada RS rujukan ODHA
dan Dinas kesehatan. Hasil program monitoring dan evaluasi secara rutin
digunakan dalam pengambilan keputusan yang ditunjukkan untuk meningkatkan
kualitas program pelayanan kesehatan bagi ODHA

Ditetapkan di : NGAWI
pada tanggal : 11 Maret 2015
DIREKTUR
RSUD Dr. SOEROTO KAB. NGAWI

dr. PUJIONO
Pembina Tk I
NIP. 19601103 198901 1 001

Anda mungkin juga menyukai