Anda di halaman 1dari 4

IAS 10: Peristiwa Setelah Periode

Pelaporan (Executive Summary)


1. Latar Belakang dan Pendahuluan

1.1 Periode Pelaporan (dulu adalah tanggal neraca, tapi disesuaikan dengan PSAK 1)
adalah periode ketika posisi keuangan suatu entitas sudah ditentukan dan dilaporkan.
Maka, peristiwa yang muncul selama periode tersebut sangat penting dalam
menunjukkan posisi dan hasil keuangan suatu entitas. Namun, kadang peristiwa yang
muncul setelah periode pelaporan mungkin memberikan informasi tambahan mengenai
peristiwa yang muncul sebelum dan berakhir pada periode pelaporan. Informasi ini
mungkin memiliki dampak atas posisi dan hasil keuangan dari entitas. Oleh karena itu,
peristiwa setelah periode pelaporan hingga tanggal “pisah batas” (disebut juga sebagai
tanggal autorisasi) dicantumkan sebagai pertanggungjelasan dalam menyiapkan
laporan keuangan untuk tahun berakhir dan dalam laporan posisi keuangan (neraca).

1.2 Sebagai tambahan, peristiwa tertentu yang mungkin muncul setelah periode
pelaporan mungkin tidak mempengaruhi angka-angka yang dilaporkan dalam laporan
keuangan, tapi mungkin memerlukan pengungkapan dalam footnotes atas laporan
keuangan. Memberikan informasi pada pengguna laporan keuangan seperti peristiwa
setelah periode pelaporan melalui pengungkapan dalam footnotes, akan membantu
mereka dalam membuat keputusan atas entitas, harus diperhatikan bahwa peristiwa
setelah periode pelaporan ini mungkin memiliki dampak sama seperti posisi keuangan
entitas pada periode pelaporan.

2. Lingkup

IAS 10 menyediakan pedoman akuntansi dan pengungkapan peristiwa setelah periode


pelaporan. Oleh karena itu, peristiwa setelah periode pelaporan dikategorikan sebagai
peristiwa yang memerlukan penyesuaian dan peristiwa yang tidak memerlukan
penyesuaian. Hal yang dituju dalam IAS 10 adalah, atas dasar apa peristiwa yang
terjadi selama laporan keuangan sedang disiapkan harus tercermin dalam laporan
keuangan tersebut. Standar ini membedakan antara peristiwa yang menghasilkan
informasi mengenai keadaan entitas pada periode pelaporan dan peristiwa yang
berpengaruh pada periode keuangan berikutnya. Hal penting kedua dalam standar ini
adalah titik pisah batas dibalik laporan keuangan yang harus diselesaikan.

3. Definisi Istilah
Peristiwa setelah periode pelaporan. Peristiwa setelah periode pelaporan baik yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan, yang terjadi antara periode pelaporan dan
tanggal ketika laporan keuangan diautorisasi untuk diterbitkan.

Peristiwa yang memerlukan penyesuaian setelah periode pelaporan. Peristiwa


setelah periode pelaporan yang memberikan bukti atas kondisi yang terjadi saat periode
pelaporan.

Peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian setelah periode


pelaporan. Peristiwa setelah periode pelaporan ini merupakan indikasi atas kondisi
yang muncul setelah periode pelaporan.

4. Tanggal Autorisasi

4.1 Tanggal autorisasi adalah tanggal ketika laporan keuangan dapat ditentukan secara
legal terautorisasi untuk dipublikasikan. Penentuan tanggal autorisasi berdampak
penting terhadap konsep peristiwa setelah periode pelaporan. Tanggal autorisasi
diperlakukan sebagai titik pisah batas peristiwa setelah periode pelaporan, hingga
kapan peristiwa setelah periode pelaporan harus diperiksa untuk memastikan apakah
peristiwa tertentu memenuhi syarat untuk perlakuan yang dijelaskan dalam IAS 10.

4.2 Prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam menentukan tanggal autorisasi dari
laporan keuangan diatur berikut ini.

 Ketika entitas diharuskan untuk mengumpulkan laporan keuangan ke pemegang


sahamnya untuk persetujuan setelah laporan tersebut telah diterbitkan, tanggal
autorisasinya adalah tanggal penerbitan asli dan bukan tanggal ketika laporan
disetuji oleh pemegang saham; dan
 Ketika entitas diharuskan untuk menerbitkan laporan keuangannya pada badan
pengawas yang berisi orang-orang noneksekutif, tanggal autorisasinya adalah
tanggal ketika manajemen mengautorisasi laporan tersebut untuk diterbitkan ke
badan pengawas.

5. Peristiwa yang Memerlukan Penyesuaian dan yang Tidak Memerlukan


Penyesuaian

5.1 Dua jenis persitiwa setelah periode pelaporan dibedakan dalam standar. Kedua
peristiwa ini adalah, peristiwa yang memerlukan penyesuaian setelah periode pelaporan
dan peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian setelah periode pelaporan. Kejadian
yang memerlukan penyesuaian setelah periode pelaporan memberikan bukti dari
kondisi yang benar-benar terjadi pada periode pelaporan, dan kejadian tersebut
diketahui sepanjang waktu tersebut. Laporan keuangan harus disesuaikan untuk
menunjukkan peristiwa yang memerlukan penyesuaian setelah periode pelaporan.

5.2 Contoh umum dari peristiwa yang memerlukan penyesuaian adalah

 Kebangkrutan pelanggan setelah periode pelaporan biasanya menghasilkan rugi


piutang dagang pada periode pelaporan.
 Penjualan sediaan pada harga yang secara substansi lebih rendah dari kos setelah
periode pelaporan mengharuskan NRVnya pada periode pelaporan.
 Penjualan aset tetap pada harga jual neto yang lebih rendah dari nilai bawaannya
merupakan indikasi dari penurunan nilai yang terjadi pada periode pelaporan.
 Penentuan pembayaran insentif atau bonus setelah periode pelaporan saat sebuah
entitas memiliki obligasi konstruktif pada periode pelaporan.
 Penurunan posisi keuangan (kerugian berulang) dan hasil operasi (penurunan
modal kerja) dari entitas yang menanggung keberlanjutan entitas sebagai ‘going
concern’.

6. Dividen yang Diajukan atau Diumumkan Setelah Periode Pelaporan

Dividen dari saham ekuitas yang diajukan atau diumumkan setelah periode pelaporan
tidak boleh diakui sebagai liabilitas pada periode pelaporan. Pengumuman semacam ini
adalah peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian dan pengungkapan
dalam footnote diharuskan, kecuali bila tidak material.

7. Pertimbangan Going Concern

Penurunan posisi keuangan entitas setelah periode pelaporan dapat memunculkan


keraguan substansial atas keberlanjutan entitas atau going concern. IAS 10
mengharuskan bahwa entitas tidak boleh menyiapkan laporan keuangannya atas
dasar going concern bila setelah periode pelaporan manajemen menentukan apakah
akan melikuidasi entitas atau menahan penjualan, atau bila tidak ada jalan keluar
realistis lain selain melakukan itu. IAS 10 menekankan bahwa pengungkapan yang
dijelaskan dalam IAS 1 dalam kondisi semacam ini harus dipatuhi.

8. Persyaratan Pengungkapan

IAS 10 mensyaratkan tiga macam pengungkapan berikut:

1) Tanggal ketika laporan keuangan diautorisasi untuk diterbitkan dan siapa yang
memberikan autorisasi. Bila pemilik entitas memiliki kekuatan untuk mengubah laporan
keuangan setelah penerbitan, maka hal ini harus diungkapkan.
2) Bila informasi yang diterima setelah periode pelaporan mengenai kondisi yang terjadi
pada saat periode pelaporan, pengungkapan yang terkait dengan kondisi tersebut harus
dimutakhirkan berdasar informasi terbaru.

3) Bila peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian setelah periode pelaporan


memiliki signifikansi artinya, bila tidak diungkapkan akan mempengaruhi kemampuan
pengguna laporan keuangan untuk membuat evaluasi dan pengambilan keputusan yang
cukup, pengungkapan harus dibuat untuk setiap kategori signifikan dari peristiwa yang
tidak memerlukan penyesuaian terkait dengan sifat dari kejadian dan estimasi dampak
keuangannya, atau pernyataan bahwa estimasi semacam itu tidak dapat dibuat.

Anda mungkin juga menyukai