Anda di halaman 1dari 23

A love destiny

Prolog

Dahulu kala sekitar tahun 1500 masehi, ada sebuah kerajaan di Indonesia yang cukup agung
dimuka bumi ini. Kerajaan tersebut bernama Kertabumi, iya Kertabumi. Bukan hanya kerajaan
yang makmur dan disegani oleh rakyat nya, namun juga memliki seorang putri bernama Putri
Imari yang memliki paras yang cantik nan anggun. Siapapun pasti terpukau olehnya. Karena
selain cantik, ia memliki ilmu bela diri juga mahir bermain pedang untuk melindungi dirinya.
Namun sangat disayangkan, Putri Imari memiliki tabiat yang buruk, angkuh, dan memandang
orang hanya sebelah mata. Sifat tersebut turun dari ayahnya yang tidak lain, Raya Jaya Agung.

Hingga suatu hari, ada pemuda seorang anak peramal yang sangat menawan jatuh hati pada Putri
Imari. Dia bernama Pandu Langit. Pandu Langit pernah menyatakan cintanya terhadap sang
Putri. Namun sangat disayangkan, sang putri menolak mentah-mentah perasaannya karena sang
putri lebih menambakan sosok seorang pangeran yang lebih tinggi dari derajatnya.

3 tahun sebelumnya…..

“Lo tahu gak kelanjutan dari kisah Putri Imari dan Pandu Langit?” Tanya Sarah yang tidak
sabaran dengan jawaban yang akan dikatakan oleh Jihan.

“Apa kelanjutannya?” Tanya Jihan sedikit acuh tak acuh dengan cerita yang barusan Sarah
ceritakan. Sebenarnya, Jihan sudah menebak arah dogeng sahabatnya ini yang ujung-ujungnya
menambakan seorang pria seperti yang sering diceritakannya ini. Sudah sangat jengah bagi Jihan
setiap mendengar dongeng dari sarah.

“Mereka gak bersama, Ji. Sedihkan!!” ucap Sarah yang bercucur air matanya. Belum juga
mengetahui arah kelanjutan ceritanya, sarah sudah menangis duluan dengan alasan tidak kuat
untuk melanjutkan cerita yang ia bagikan.

“Gak gue gak sedih!”

Sarah melongo mendengar jawaban Jihan barusan. cerita yang sudah ia ceritakan mana mungkin
tidak menghipnotis para pendengarnya. Bayangkan, baru saja tiba di prolog sudah memasuki
alam halusinasi mereka yang telah berandai menjadi sosok putri atau pangeran dalam dongeng.
Sedangkan Jihan, sejak awal cerita gadis itu sudah tidak tertarik untuk mendengarkannya

1
Baginya, dongeng maupun sejarah hanya bisa membuat mental seseorang menjadi lemah, dan itu
tidak akan bisa menerima kenyataan bila itu tidak sesuai dengan ekspetasinya.

“Susah kalau ngomong sama batu!” sewot Sarah. “Mau Kemana lo?”

“Pulang!”

“Lo tega ya, ninggalin gue di kebon sekolah. Angker tau!” ucap Sarah melirik kanan kiri yang
terlihat merinding.

Jihan tersenyum melihat ekspresi sahabatnya yang terlihat lucu kalau sedang ketakukan. Itulah
kelemahan Sarah, Jago bercerita tapi takut dengan tempat yang berbau makhluk halus. “Ya
udah, kalau lo takut mending pulang bareng gue. Emangnya lo mau jadi penganten dedemit
disini?” Tanya Jihan membuat gadis itu semakin ketakutan.

Jihan melangkah satu langkah dari tempat posisinya berdiri “Gue denger, dedemit disini itu jenis
kelamin nya itu cowok. Ya kalau ganteng sih gue gak tau, tapi yang gue denger dedemit disini
itu statusnya masih jomblo. Dia lagi cari cewek untuk dijadiin----“

“AAAAAHHHHH…. JIHAN!!! Gue balik sekarang!” perempuan yang memiliki berat badan
tidak jauh berbeda darinya pun akhirnya bangkit dari bangku dibawah pohon rindang itu lalu lari
terburu-buru. Memang mudah menakut-nakutin Sarah bagi Jihan.

Hari semakin sore, dan kini dongeng tentang Putri Imari dan Pandu Langit itu telah ditutup
dengan kata bersambung…

2
1. Haura jihan tsabina

Haura Jihan Tsabina yang tidak lain adalah Jihan tengah menyelesaikan studi akhir nya
untuk gelar diploma tiga (D3). Meskipun jihan lahir dari keluarga sederhana, namun tidak
menutup kemungkinan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, apalagi di
dukung oleh almarhum sang Kakek dari ibunya yang sangat menginginkan cucu satu-
satunya ini untuk tetap berkuliah hingga lulus nanti. Sebetulnya, jihan tidak ingin
menunaikan permintaan terakhir kakeknya yang menginginkan ia untuk kuliah, ditambah
lagi dengan sepupu perempuannya (Arsyifa Maharani) yang selalu tidak rukun
dengannya. Memang sudah menjadi nasib untuk Jihan yang harus berselisih paham
dengan sepupu yang umurnya tidak jauh berbeda dengannya.

Jika harus memilih? Lebih baik jihan hidup gelandangan daripada harus numpang tinggal
dengan encang dan encingnya yang selalu menjadi bahan omongan mereka. Bukan ncang
Jamil menjadi penyebab hiidupnya terusik, tapi ncing Hera istrinya yang selalu memberi
ancang-ancang perang setiap harinya. Belum lagi Ibu dan adik perempuannya yang terus
menjadi bahan obrolan setiap kali bertemu dengan tetangga. Meskipun mereka tinggal
satu atap dirumah peninggalan almarhum kakeknya, namun tetap saja ncang Jamil yang
lebih berhak karena anak pertama.

Seandainya saja ayahnya tidak meninggal, mungkin hidup keluarga Jihan tidak akan
seperti ini jadinya.

“Jihan, nasi gorengnya dimakan dong. Sayangkan kalau gak diabisin makanannya!” ucap
Ainun, ibunya yang duduk bersebelahan dimeja makan dengan Jihan.

“Kapan yah mah, kita bisa pergi dari sini?” Tanya Jihan memandang nasi goring
didepannya ini acuh tak acuh.

Bukan hanya putrinya saja yang setiap saat selalu mengajaknya untuk pergi. Di dalam
hatinya, Ainun ingin sekali pergi dan memisahkan diri dengan kakaknya, Jamil. Ia juga
tidak enak bila terus-terusan menjadi penyebab kakak dan kakak iparnya terus
bertengkar. Mungkin bagi Jamil, itu suatu kewajiban yang harus melindungi adik yang
baru 4 bulan menjadi janda, juga dua keponakannya menjadi anak yatim. Namun bagi
Hera, 1 orang saja sudah menjadi beban untuk keluarganya yang tengah hidup pas-pasan
dan serba kekurangan. Apalagi 3 orang yang hanya menjadi benalu untuknya.

3
“Mamah juga gak tau Ji. Mamah gak tau harus bilang apa sama ncang kamu kalau
seandainya kita pergi dari sini” lirih Ainun menatap sendu wajah putrinya. “Apalagi—“

“Kita gak punya simpenan uang satu rupiah pun selain pemberian dari ncang Jamil.
Begitukan maksud mamah?” sanggah Jihan yang terselubung emosi. Gadis itu memang
keras wataknya, ia paling tidak bisa menahan emosi yang tidak searah dengan pikirannya,
sekalipun ibunya yang sedang berbicara saat ini dengan dirinya. Menurut prinsipnya,
lebih baik mengeluarkan kata-kata yang ingin di sampaikan meskipun kata-kata tersebut
dapat menimbulkan penyakit hati bagi yang mendengarkan.

“Bukan maksud mamah seperti itu Ji.” Ucap Ainun menjeda. “Kamu tau sendirikan
ncang kamu seperti apa? Dia pasti gak ngizinin kita pergi dari sini sebelum ada yang
menjaga kita selepas kepergian papah mu, Ji”

“Tapi bukan berarti mamah harus nikah lagi kan?” Tanya Jihan yang menggebu-gebu..
“Jihan gak bisa kalau Jihan harus punya ayah tiri!” ucapnya yang penuh penekan.

Dari dalam hati Ainun yang paling dalam. Hanya ayahnya yang akan menjadi pasangan
pertama dan terakhir dalam hidupnya. Meskipun telah dipisahkan oleh maut, sampai
maut menjemputnya pun Ainun akan tetap menunggu. “Gak sayang. Mamah gak akan
menikah lagi!”

Sekilas, ada senyum yang terbit dari wajahnya. Mendengar ucapan ibunya yang begitu
menenangkan, membuat semangat gadis itu pulih kembali. Memang Jawaban seperti itu
yang Jihan harapkan dari mulut ibunya. Ia tidak peduli, jikalau harus putus kuliah lalu
mencari pekerjaan asalkan ibu dan adik perempuannya ini tidak harus kelaparan sedetik
pun.

“Gimana kalau Jihan berhenti kuliah aja Mah, terus jihan cari kerja buat mamah sama
Cindy. Apalagi, Cindy sekarang udah kelas 3, tahun depan Cindy kuliah dan Jihan harus
semangat cari uang buat biaya masuk kuliah Cindy nanti!” ucap Jihan berharap ibunya
memiliki pendapat yang sama.

“Mamah gak mau kamu berhenti kuliah!”

“Tapi, Mah…”

“Sayang, Jihan dengan kuliahmu yang baru saja menginjak semester 5. Apa jadinya kalau
kuliah kamu berhenti begitu saja tanpa adanya hasil apapun!”

4
Demi tuhan, Jihan tidak ingin berdebat dengan ibunya lagi. “Mah, kuliah bisa dilanjut
nanti.” Bujuk Jihan

“Mamah tetap gak mau kamu berhenti kuliah. Apa kamu gak sayang sama pengorbanan
kakek kamu yang ingin melihat kamu jadi sarjana, hmm?”

“Jihan sayang sama ngkong! Tapi gak ada pilihan lain selain kerja sama berhenti kuliah”

“Pokoknya mamah gak setuju kamu berhenti kuliah, Jihan! Mamah—“

“Ebusyetttt…. Pagi-pagi malah ngedrama begini, bukannya masak kek, nyuci kek. Gak
tau apa gue lagi bunting yang terpaksa jadi tulang punggung disini buat ngidupin lo
pada!” sindir Hera, yang tiba-tiba saja datang dari kamar mandi setelah berlama-lama
mandi selama 3 jam.

“Bentar juga mau Ainun cuci kok Mbak, piringnya”

“Bagus, sebagai penumpang hidup dimari harus tau diri” sindir Hera yang lagi-lagi
membuat telinga Jihan mendadak kepanasan.

“Bisa gak sih Cing, gak ngungkit itu terus?” sentak Jihan yang sudah mulai murka.

Ingin sekali Jihan menyumpil mulut Hera dengan puluhan cabai merah yang berada
dalam lemari kulkasnya. Ralat,bukan puluhan melainkan ratusan cabai merah di campur
cabai hijau yang siap untuk Jihan masukkan ke dalam mulutnya.

“Eh, bocah. Mending lo mikir gimana caranya supaya lo kagak ngerepotin gue sama laki
gue. Lo pikir rumah gue penampungan sosial apa? Heh,gue juga sama susahnya sama
kalian! Bahkan jauh lebih susah setelah lo numpang hidup disini sama nyak dan adek lo!”

Perkataan Hera benar-benar membuatnya juga ibumya sakit hati. Hera memang dikenal
sebagai orang yang asal jeplak. Tidak peduli apa yang dia ucapkan membuat orang yang
mendengarnya sakit hati atau sebaliknya. Yang jelas, menurut prinsip hidupnya, lebih
baik bicara apa adanya walau terkadang menyakitkan.

“Kok, aye jadi mikir ya? Ncang Jamil mau sih nikah sama ncing yang mulutnya udah
kayak bom molotok!” ucap Jihan yang sengaja memperkeruh suasana. Jangan salahkan
Jihan, bila akhirnya ikut terpancing dengan emosinya.

5
“Kalau mulut gue kayak bom molotok, MASALAH BUAT LO?” sewot Hera yang
sengaja menantang Jihan. Ia mengangkat dagunya menatap keponakannya itu dengan
rasa benci yang amat mendalam. Apalagi, mengingat perlilaku suaminya lebih
menyayangi keponakannya daripada anaknya sendiri yang membuatnya semakin muak.

“Ncing---“

“Jihan, lebih baik kamu ke kampus Sayang. Ini udah mau siang lho!” pinta Ainun yang
ingin meleraikan putrinya.

Jihan menatap ibunya lekat-lekat. Menatap ibunya dengan penuh iba yang membuatnya
harus mengakhiri perdebatan sengit itu diantara dirinya juga ncing nya. Bila saja tidak
ada kehadiran ibunya, sudah pasti Jihan bertempur dengan ncing nya hingga titik darah
penghabisan.

“Ya udah, Mah. Jihan pamit kuliah dulu!” ucap Jihan lalu menggapai tangan kanan
ibunya untuk segera pamitan “Assalamualaikum!”

“Waalaikumsalam! Kamu gak pamitan dulu sama ncing kamu?”

“Gak usah!”

“Jihan!” peringatan ibunya yang membuat Jihan harus berpamitan dengan ncing nya
Hera. “Assalamualaikum, ncing!”

“Waalaikumsalam!”

Ainun sangat menyadari dari ucapan hingga gesture tubuh putrinya juga kakak iparnya
terlihat tidak ikhlas saat bertatap muka. Namun, Ainun menyadari bahwa diantara mereka
tidak akan rukun selamanya.

6
2. Gabriel reno moressa

Gabriel Reno Moressa, siapa yang tidak mengenalnya? Cowok angkuh yang memiliki
paras diatas rata-rata itu membuat semua wanita tergiur akan pesonannya. Putera semata
wayang dari pasangan Galih Lesmana Moressa dan Prita Chintya Lirasakti ini
memasukki 10 besar jajaran orang terkaya se asia tenggara. Tak heran, banyak anak
lelaki se usia Reno yang mau berteman dengannya. Namun ada pula yang membencinya
karena sifat sombong Reno yang sudah mendarah daging sejak kecil.

Ditambah lagi Reno yang saat ini adalah seorang penyanyi terkenal. Itu semua berkat dari
usahanya yang sejak kecil hobbi dengan bernyanyi, dan jangan lupakan jasa ayahnya di
balik layar kesuksesan dirinya. Dan jangan lupakan pula, dia adalah seorang playboy
kelas tinggi yang sudah menebar puluhan mantannya di setiap sudut ibukota. Seperti saat
ini, Reno baru saja putus dengan kekasihnya karena selingkuh.

***

“Reno?” sapa wanita itu saat melihat Reno berada disebuah mall cilandak.

Wanita itu menghampiri Reno yang tengah berdiri menatapnya lekat-lekat. “Aku bisa
jelasin semua sama kamu Ren!”

“Jelasin apa? Kalau kenyataannya lo ngeduain gue disaat gue lagi sayang-sayangnya?
Gitu?” bentak Reno. Sejujurnya Reno sudah malas berurusan dengan wanita bermuka dua
itu. Cinta yang telah berikan untuknya kandas sudah setelah Adara berhasil mencabik-
cabik hatinya dengan selingkuh tanpa sepengetahuan darinya. Padahal, baru saja Reno
akan memperkenalkan Adara kepada kedua orang tuanya sebelum dia mengetahui
kejadian pahit tersebut.

“Bukan begitu maksud aku. Ren. Aku sama Setia gak ada hubungan apa-apa Cuma
sebatas teman aja. Aku cinta nya Cuma sama kamu Ren!”

“Bulshit!” tandas Reno yang ingin segera muntah saat mendengar gadis itu berargument.
Benar- benar pintar dalam berakting, patut diberi piala Oscar untuk tahun ini. “Semakin
banyak kata-kata sampah yang keluar dari mulut lo. Semakin itu pula gue akan pastiin
hidup lo gak akan tenang mulai detik ini” acamnya.

7
Gadis yang bernama Adara itu memundurkan langkah kakinya, melihat seringaian tajam
yang keluar dari wajah Reno ketika menjelma sebagai iblis yang siap melahap
mangsanya hingga tuntas.

“A-aa-aku—“

“Pergi sekarang atau gue seret lo dari tempat ini!” acam Reno.

Tak kuat ditatap oleh kedua mata tajam Reno. Adara memlih pergi dari pusat
perbelanjaan itu meskipun tidak terima diperlakukan kasar olehnya. Dalam hati yang
paling dalam, Adara sangat menyesali tindakan cerobohnya yang memlih untuk
selingkuh dari Reno. Adara mencintainya! Namun lelaki itu terlihat acuh dengan
kehadirannya. Adara memaklumi dengan profesi Reno sebagai penyanyi terkenal. Namun
tetap saja, Reno tidak mempunyai waktu untuknya. Setiap kali Adara mengajaknya
kencan ke suatu tempat, detik itu pula Reno menolaknya dengan alasan deadline
manggung terlalu banyak.

“RENO!! BOLEH MINTA PHOTONYA SEBENTAR!!!” ucap salah satu penggemar


yang tidak sengaja bertemu dengannya ketika hendak menuju parkiran.

“ITU, GABRIEL RENO MORESSA!! GANTENG BANGET YA ALLAH!!”

“KALAU GANTENG NYA KAYA DEWA YUNANI SIH, GUE MAU KALI JADI
SELINGKUHANNYA!!”

Banyak diantara mereka yang tak kalah histeris ketika melihat sosok idola yang selama
ini di-eluh eluhkan lewat medsos, akhirnya bisa melihat secara langsung ketampanan
sang idola mereka. Namun bukan Reno namanya bila tidak memanfaatkan kesempatan
emas untuknya. Lihat saja, sebanyak apapun fans yang sangat mengidolakan dirinya,
semakin besar pula kesempatannya untuk terus bersinar dirana hiburan. Apalagi, jika
banyak orang yang mengharapkan dirinya semakin besar pula tingkat kesombongan pada
pria itu.

“Boleh “ balasnya yang singkat membuat para penggemarnya ini semakin tidak sabar
untuk berphoto dengannya.

“Aku dulu yah kak!”

“Aku dulu!”

8
“Gak usah pada rebutan gitu dong. Nanti kebagian semua kok!” ucap cowok itu yang
mulai meleraikan beberapa fans nya. Memang melelahkan, namun untuk nencapai suatu
kesuksesan yang lebih harus rela mengorbankan waktu meskipun tidak ingin
melakukannya.

Sedangkan seseorang yang sedang mengamatinya, hanya mampu menatapnya dengan


pilu karena tidak mampu berada disampingnya.

“Aku akan pastiin kamu akan menjadi milik aku selamanya, Ren! Gak ada yang bisa
miilikin kamu kecuali aku!” gumam Adara yang tengah melihat Reno sedang berphoto
bersama fans nya dengan sorot mata yang tajam.

9
3. Sakit yang tak terucap

“Lo kenapa sih dari tadi diem mulu?” Tanya Sarah yang melihat Jihan sedang melamun
sejak awal bertemu.

Meskipun sarah tidak mengetahui apa yang sedang dipikirkan Jihan. Tidak menutup
kemungkinan gadis itu untuk mengorek masalah yang sedang Jihan hadapi saat ini. Rasa
ke-kepoan sarah yang membuncah, mendorong Jihan mau tidak mau untuk cerita
kepadanya. Bila didiamkan terus menerus, gadis itu tidak henti-hentinya mengoceh
ngalor ngidul dengan suara cempreng khas nya.

“Gue sebenernya gak mau cerita sama lo!” ketus Jihan yang mendelikkan bola matanya.
Gadis bernama Sarah itu tersenyum kikuk ketika melihat reaksi teman SMA nya ini yang
terasa jengah karena ulahnya. Jihan tidak ingin berbagi cerita kepada Sarah karena gadis
itu sulit untuk dipercaya.

“Ya udah sih kalau gak mau gak usah dipaksa!”

“Lo sendiri yang maksa bambang!”

“Emang lo ada masalah apa sih?” Tanya Sarah penasaran.

Jihan menghembuskan nafasnya, lalu bercerita kepada Sarah teman yang sudah sangat
dekat dengannya. Siapa tahu, gadis itu bisa membantu masalah yang sedang dipikirkan
oleh Jihan. “Gue butuh pekerjaan, Ra! Kira-kira lo tau gak kantor mana yang lagi buka
lowongan perkejaan?”

Sarah mengamati wajah Jihan lekat-lekat. “Lo pikir gue disnaker apa!” timpalnya.

Benar saja firasat gadis itu, bukannya menyelesaikan masalah malah semakin rumit
setelah bercerita kepada Sarah. Sungguh,benar-benar sangat menyesal dengan kebodohan
yang telah Jihan lakukan. Ia terus merutuki, bahkan mengumpat kata-kata kasar yang
ingin disampaikan untuk Sarah, namun memilih mengurungkan niat tersebut karena
hanya membuang waktu saja.

“Yah, jangan cemberut dong gue kan Cuma bercanda doing!” ucap Sarah sambil
menowel-nowel dagu Jihan.

“Bercanda ndas mu! “ timpah Jihan

10
“Oke..Oke.. gue bakalan bantuin lo cari lowoangan pekerjaan. Emang buat apa sih?”
Tanya Sarah

“Buat nyari nafkah. Puas lo!” timpal Jihan

Sifat seperti ini yang membuat Sarah malas berteman dengan Jihan. Lantaran Jihan selalu
cepat emosi membuat gadis itu sedikit sulit untuk mempunyai kawan. Jihan tidak seperti
kebanyakan orang yang pandai bergaul, contohnya seperti Sarah ini. Walaupun cerewet
dan dan memiliki sifat menyebalkan, nyatanya banyak yang mau berteman dengan Sarah
dibandingkan Jihan yang terlalu menutupi dirinya. Ralat, bukan menutupi namun Jihan
tidak pandai bergaul.

“Biasa aja kali Jeng ngomongnya kagak usah nge gas gitu!” kali ini Jihan benar-benar
tertohok dengan apa yang telah Sarah katakana barusan.

“Lagian lo sih terlalu kepo!”

“Gue kepo emang bawaan dari lahir kali!”

“Pantes!” lirih Jihan tapi tidak terdengar oleh Sarah. “Kalau lo mau tau alasannya,
‘kenapa gue pengen cari kerja?’ jawabannya. ‘karena gue gak mau numpang idup terus-
terusan sama ncang ncing gue!’ gue gak mau dianggap benalu terus sama ncing hera. Ya
emang, ncang Jamil juga kerja tapi tetap aja harusnya penghasilan ncang Jamil itu buat
keluarganya, jadi ncing Hera gak perlu repot-repot kerja. Mana lagi hamil lagi!”

“Lo curhat Ji? Kalau curhat mah ke mamah dedeh, siapa tau masalah lo cepat
terselesaikan kalau abis curhat sama mamah dedeh. Eh, tapi gue gak tau sih dimana
alamat rumahnya!” cibir sahabatnya itu.

Jihan menjitak kepala sahabatnya itu hingga meringis kesakitan. Bisa-bisanya masalah
yang rumit ini dianggap lelucon oleh Sarah sedangkan dia sendiri memaksa Jihan untuk
cerita kepadanya. Kayaknya memang Jihan salah pilih teman untuk dijadikan teman
curhat.

“Kepala gue baru aja ya Ji abis difitrahin lebaran kemarin!” sewot Sarah yang tidak
terima dengan perlakuan sahabatnya ini.

“Makanya gue bantu lempengin otak lo itu biar lempeng gak bengkok-bengkok mulu!”

“Tapi gak usah ngejitak juga kali!”

11
“Udah ah, gue ke kelas dulu. Udah masuk tuh dosennya!” timpah Jihan memilih
meninggalkan Sarah sendiri ditaman kampus.

Jihan dan Sarah memang satu universitas namun berbeda jurusan, Universitas Cakra
Buana Jakarta. Jihan mengambil jurusan akuntansi manajemen sedangkan Sarah
mengambil jurusan akuntasi dasar. Meskipun tidak satu kelas, sebisa mungkin mereka
menyempatkan bertemu setiap hari.

****

Rasanya malas sekali masuk ke dalam kelas. Bagaimana tidak? Selama berada didalam
ruangan kelas Jihan selalu melihat wajah Maharaga Ditasono yang selalu membuat
hatinya terasa sakit. Tanpa diketahui banyak orang, Jihan telah menaruh hatinya untuk
Aga. Cowok bermata sipit namun meneduhkan itu telah berhasil mencuri hatinya.
Berawal dari kedekatan dirinya, hingga gadis itu dapat menyimpulkan bahwa Aga
mempunyai perasaan lebih untuknya. Padahal, Aga mendekati Jihan hanya
menganggapnya sebagai teman biasa.

Jihan tidak ingin mendoakan yang buruk untuk hubungan Aga dengan kekasihnya.
Walaupun luka dihatinya masih terasa perih, Jihan sebisa mungkin menghindar untuk
bertatap wajah dengannya.

“Jihan!” Suara seorang lelaki itu menghentikan langkahnya yang hendak masuk ke dalam
kelas. “Dari tadi aku perhatiin kamu ngelamun terus. Emang ada masalah apa sih? Cerita
dong sama aku, siapa tau bisa mecahin masalah kamu!” Jihan tersenyum mendengar
untaian kata yang terucap dari lelaki itu. Namun Jihan sadar, senyuman lelaki itu tidak
bisa ia miliki seutuhnya.

“Aga, tumben kamu sendirian. Kemana teman-teman kamu?” sapa Jihan yang
mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin Aga tau masalah hidupnya. Sudah cukup satu
orang yang mengetahui akibat kecerobohan dirinya. Jangan tambah satu lagi.

“Kok aku nanya malah balik nanya sih?” Tanya Aga yang mengernyitkan dahinya.

“Oh iya, Gimana hubungan kamu sama Betari?” Tanya Jihan yang terpaksa menanyakan
kabar kepahitan itu. Sebisa mungkin Jihan terus mengalihkan pembicaraan agar lelaki
yang didepannya ini lupa dengan ucapannya.

12
“Alhamdulillah. Hubungan aku sama Betari makin membaik!” gumamnya yang terlihat
senang dari rona wajahnya saat membayangkan Betari yang cantik nan anggun.
“Alhamdulliah, aku jadi seneng dengernya. Pasti Betari beruntung banget tuh dapet
cowok sebaik dan paling bisa ngertiin cewek, ya kayak kamu ini!” dusta Jihan. Bohong,
bila gadis itu merasa bahagia mendengar hubungan Aga dengan Betari harmonis.
Nyatanya, gadis itu semakin sakit hati.

“Bisa aja kamu Ji, Aku gak seromantis itu. Oh iya, kapan nih kamu punya pacar? Kan
enak biar bisa dubledatean gitu. Masa aku ajak kamu, tapi kamunya masih sendiri kan
gak enak juga dilihatiinya!”

“Insyaallah. Mungkin kalau udah waktunya pasti bakalan ketemu!” gumam Jihan

“Iya kalau secepatnya. Kalau kelamaan yang ada kamu udah lumutan dimakanin cacing
tanah!” guraunya secara tidak langsung menyinggung perasaan Jihan.

“Nyari mah gampang Ga. Yang susah itu nemuin tempat ternyaman yang pas dihati kita.

Aga terdiam mendengar ucapan yang Jihan katakana barusan. mungkin memang ada
benarnya juga orang yang masih jomblo kesulitan mencari pasangan karena belum
menemukan seseorang yang tepat untuknya.

13
4. Hello, imari?

Katanya ada pepatah yang mengatakan, kunci keberhasilnya berawal dari seseorang yang
selalu sabar hatinya. Namun justru tidak berlaku lagi untuk Jihan ketika beradu mulut
dengan Arsyifa. Bagaimana tidak? Setiap kali mereka bertemu sudah seperti musuh yang
tiada hari tanpa pertikaian.

Sekarang, Arsyifa dipecat disebuah mall ciputat. Jangan salahkan Jihan atas pemecatan
Arsyifa, salahkan saja kepada orangnya yang lalai menjadi seorang kasir disaat banyak
pengunjung yang antre diloket pembayaran, Arsyifa malah sibuk dengan dunia medsos
nya hingga mengalami kerugian 3,7 juta rupiah.

“Lo kesambet apa jin mana sih? Yang dipecat lo, kenapa nyalahin gue? “ Tanya Jihan
yang tidak terima dengan perlakuan buruk sepupunya.

“Gara-gara lo kuliah ngabisin duit ngkong. Gak tau diri banget sih!” cibir Arsyifa

“Bukan keinginan gue nona Arsyifa Maharani yang terhormat, tapi ini amanah dari
ngkong supaya gue jadi sarjana!”

“Gue juga sama cucunya. Umur gue sama lo Cuma selisih satu doang. Tapi kenapa gue
selalu dicucu tirikan sama ngkong, hah?” ucap Arsyifa yang menggebu-gebu. Bukan
salah Arsyifa yang telah membenci Jihan. Sejak mereka kecil, selalu menjadi saudara
yang sangat akrab hingga selalu bersama. Namun semua itu menjadi luntur karena
kakeknya, Saepudin yang terlihat sangat menyayangi Jihan, Cucu dari anak
perempuannya. Maka sifat iri itu muncul dalam benak Arsyifa. Tanpa Jihan minta,
apapun keinginannya selalu terpenuhi oleh kakeknya, dimulai tas sekolah, baju bermerek
yang terakhir ketika Arsyifa sangat ingin handpone Blackberry, kakeknya tidak mau
membelikannya dengan alasan nilai pelajaran Arsyifa kurang membaik. Dan bertepat
pada hari itu pula, Saepudin membelikan handpone Blackberry lalu diberikan untuk
Jihan. Jihan sempat menolak pemberian kakeknya itu meskipun ingin sekali memilikinya.
Namun Saepul memaksa Jihan untuk menerimanya hingga mau tidak mau handpone
Blacberry itu kini sudah menjadi milik Jihan.

“Gue gak pernah ngerasa gue selalu diistimewakan sama ngkong Syif.”

14
“Tapi gue yang ngerasa!” tandas Arsyifa. “Udah lah Ji, gak usah munafik lagi. Lo selama
ini terlalu banggakan jadi cucu kesayangannya ngkong Pue. Gak usah sok ditutup-tupi
lagi” lirih Arsyifa menahan bendungan air mata yang tertahan dari kedua kelopak
matanya. Ingin sekali rasanya menangis, namun Arsyifa tidak boleh cengeng didepan
orang lain terutama Jihan sepupu yang sudah dia anggap sebagai musuh terberatnya.

“Maafin gue Syif? Kalau selama ini sikap gue kurang berkenan sama lo, sering bikin lo
sakit hati. Mungkin, gue baru tau dibalik alasan lo benci sama gue.” Sesal Jihan yang
mengulurkan tangannya untuk Arsyifa.

“Maaf doang gak bakalan cukup untuk nyembuhin rasa sakit hati gue” desis Arsyifa
menepis tangan Jihan mentah-mentah. Gadis itu pergi keluar meninggalkan Jihan yang
tengah termenung atas kesalahan dirinya. Sejak kecil, Jihan tidak ingin diberi kasih
sayang yang berbeda baik itu dari kedua orang tuanya maupun dari kakek tersayangnya
ini. Jihan mengerti, karena pilih kasih itu dapat menyebabkan pertiakan, merusak
hubungan, diakhiri dengan saling membenci.

“Maafin gue Syif, gue tau lo sebenarnya orang yang baik” lirih Jihan dimana ia kembali
mengingat masa anak-anak yang pernah dilalui bersama Arsyifa, begitu manis.

***

Kalau bukan kejenuhan didalam rumah, mana mungkin Jihan mau menerima ajakan
Sarah menonton konser RENO MORESSA dilapangan luas yang tengah dikerumuni
lautan manusia. Apalagi, Jihan tidak begitu mengenal seorang penyanyi terkenal seperti
Reno. Dari wajahnya saja terlihat biasa, suara? Jihan belum pernah mendengar
nyanyiannya. Mungkin Sarah memang tergila-gila dengan model penyanyi seperti Reno.
Selain Reno Moressa ini, Sarah memang suka dengan penyanyi pria lainnya. Namun
untuk hari ini, arahan matanya ditunjukan hanya untuk dirinya saja malam ini.

“Makasih banget Jihan lo udah mau nemenin gue!” gumam Sarah yang diliputi rasa
senang. Meski dirinya tahu, Jihan menemani Sarah karena terpaksa.

“Hmmmm!!!” deheman Jihan

“Rame banget yang nonton, emang artisnya kayak gimana sih?” Tanya Jihan

15
“Gue kan udah kasih lihat photonya tapi kata lo dia biasa aja!” protes Sarah yang tidak
terima idolanya dibilang jelek oleh siapapun tak terkecuali Jihan. Meskipun Jihan
mengatakan biasa saja. Namun itu sudah termasuk penghinaan bagi Sarah.

“Yeh, gue kan baru lihat photonya doang. Bukan lihat orangnya secara langsung” gerutu
Jihan

“Bentar lagi juga lo bakal lihat kok. Gue yakin, begitu lo lihat GABRIEL RENO
MORESSA YANG GANTENG NYA PALING MAKSIMAL!!! Gue berani taruhan
mata lo gak bakalan kicep lihat yang bening-bening gitu!” celoteh Sarah ingin sekali
rasanya Jihan meninggalkan gadis itu sendiri ditempat kerumunan bersama para begal
atau pencuri dan dengan senang hati siap melahap mangsa disekitar lapangan rawan begal
tidak peduli lagi dengan keselamatan sahabatnya ini, dalam pikirannya.

“Sekali lagi ngomong kayak gitu lagi, gue bakalan serahin lo dengan tangan gue sendiri
ke amang-amang begal!” ancam Jihan.

“Lagu lo pake nyerahin gue ke amang begal, liat dari jauh aja langsung ngibrit kan?”
sindir Sarah yang lagi-lagi dibuat telak olehnya. Percuma saja berdebat dengan si mulut
lemes ini, Cuma bisa buang-buang waktu sama tenaga.

***

YA ALLLAH, debaran apalagi ini??….

Benar yang dikatakan oleh Sarah barusan. tidak ada satu orang pun yang bisa menolak
ketampanan seorang Gabriel Reno Moressa. Meskipun, Jihan tertinggal setengah durasi
selama lagu dinyanyikan tidak menutup kemungkinan bagi Jihan dan Sarah menerobos
puluhan orang yang menonton hingga akhirnya melihat dibagian barisan paling depan.

Jihan menatap wajah Reno lekat-lekat saat lelaki itu sedang bernyanyi. Jantungnya
bekerja cepat dua kali lipat dibandingkan saat jatuh cinta dengan Aga, teman kampusnya.

Namun Jihan perlu satu detik untuk jatuh cinta dengan Reno. sedangkan dengan Aga,
Jihan memerlukan ratusan hari untuk meyakini hatinya.

Entah kenapa menurut Jihan, Reno itu cowok yang paling tampan nan menawan,
berkharisma tinggi, dan memiliki penampilan yang cool sangat cocok untuk menggam
barkan seorang Reno berkepribadian yang angkuh. Tak sadar, bahwa saat ini bukan

16
hanya Jihan yang sedang memperhatikan Reno, namun ada seseorang yang sudah
memperhatikannya dalam-dalam tanpa diketahui oleh Jihan sendiri.

“Benerkan kata gue, lo udah jatuh cinta beneran kan sama Reno? “ celetuk Sarah
membuyarkan lamunan gadis itu hingga nyaris saja terkejut.

“Siapa yang jatuh cinta sama dia?” elak Jihan namun terdengar gelagapan. Bohong, bila
dirinya tidak sedang jatuh cinta dengan Reno, cowok yang baru beberapa menit saja ia
mengenalnya. Secepat itukah Jihan melupakan perasaannya terhadap Aga?

“Udah lah Ji, gak usah ditutup-tutupi lagi bahwa kenyataannya lo udah jatuh cinta sama
Reno. Kelihatan kok dari cara lo ngomong!” sewot Sarah.

Bagi Sarah, kalaupun kenyataannya Jihan jatuh hati pada Reno tidak masalah. Malah
menurutnya, ia malah semakin tahu job manggungnya Reno kalau Jihan telah resmi
menjadi pacarnya Reno dikemudian hari.

Sedangkan Jihan pergi ke toilet untuk menghindari mulut sahabatnya ini yang semakin
hari menjadi. Namun tanpa disangka-sangka, Jihan malah berpapasan dengan Reno disaat
ia ingin menemui lagi sahabatnya yang rese itu. Jantung Jihan mulai berdetak kencang
lagi, ketika orang yang dihadapannya ini menatap dirinya juga. Buru-buru Jihan
memalingkan wajahnya, mempercepat langkah kakinya yang mulai tergesa-gesa.

“Permisi!”

“Akhirnya aku menemukanmu, imari!”

17
5. Imari, cinta pertamaku

“Kau hebat sekali tuan Putri. Tidak ku sangka kau begitu mahir dalam memainkan
pedang!” ucap Pandu Langit yang tak henti-hentinya memuja kemahiran Putri Imari.
Sejak berusia 7 tahun Imari memang gemar bermain sebuah pedang ditambah lagi, ketika
pedang tersebut disatukan dengan ilmu bela diri cukup tinggi yang akan menambah
kehebatannya.

“Iyalah aku hebat. Aku seorang putri dan tidak ada satu putri dari kerajaan mana pun
yang hebat selain aku!” ucap Putri Imari menyombangkan diri. terdengar dari bahasanya,
sang putri memang selalu tampil berbeda dan tidak ingin dikalahkan oleh putri manapun.
Baginya, hanya dirinyalah yang paling hebat dan mahir dalam menguasai berbagai ilmu
bela diri juga dalam memainkan sebuah pedang.

Banyak orang yang membencinya karena sikap sang putri yang tidak pernah berbaur
dengan rakyatnya. Bahkan, untuk menyapa saja sang putri enggan melakukan hal yang
sangat mulia itu. Namun Pandu langit, putra dari seorang peramal tidak pernah
membencinya. Justru, dialah yang selalu menjadi teman untuk sang putri, tempat berbagi
keluh kesah, dan orang yang paling bisa dimengerti untuk sang putri. Karena rasa cinta
yang telah lama dimiliki tidak akan bisa membuatnya untuk menjauhi Putri Imari.

Mengapa Pandu Langit bisa jatuh cinta dengan Putri Imari, sang putri bertabiat buruk?
Jawabannya, ketika sang putri berjalan seorang diri di dalam istana. Sang putri
mengenakan gaun berwarna merah maron yang anggun, rambut nya yang tergelung
cocok untuk menghiasi sang putri berkulit putih bersih itu. Tanpa ditemani dayang-
dayang, sang putri dengan eloknya berjalan menyelusuri setiap ruangan hingga pada
akhirnya mempertemukan mereka saat melihat seorang anak lelaki kecil yang tidak
sengaja berpapasan dengannya.

“Kau cantik memakai gaun serta mahkota seorang putri yang melekat diatas kepalamu!”
puji anak lelaki itu yang ternyata Pandu langit enam tahun.

“Terimakasih atas pujian anda. Kau juga terlihat tampan memakai mahkota itu. Apa kau
seorang pangeran kerajaan?” Tanya Putri Imari mengernyitkan dahinya. Ia penasaran
dengan sosok anak lelaki yang ada dihadapannya ini. Setahu dirinya, seseorang yang

18
memakai mahkota diatas kepanya adalah seorang pangeran/atau putri kerajaan. Jika
memang benar, berasal dari manakah anak lelaki itu?

“Aku bukan seorang pangeran. Aku hanyalah manusia biasa yang kebetulan mempunyai
orang tua seorang peramal!” jawab Pandu langit dengan sopan namun sorot matanya
tidak lepas dari padangan Putri Imari

“Jadi kau seorang peramal?” begitu terkejutnya Putri Imari ketika mengetahui asal usul
Pandu Langit.

“Tidak. Ayahku yang seorang peramal!”

Untuk pertama kalinya, sang putri tersenyum didepan orang selain kedua orang tuanya.
Sang Putri merasa cocok bila berkawan dengannya setelah ayahnya mengutus seorang
peramal (ayah Pandu Langit) untuk meramal tentang kerajaannya yang akan selalu
makmur. Sejak saat itu mereka berteman baik hingga saat ini.

“Kau jangan terlalu capek Putri untuk berlatih. Apa kau tidak kasihan dengan kondisi
tubuhmu yang sering sakit?” terang Pandu Langit mencoba yang peduli dengan Putri
Imari. Sejak beberapa hari berlatih pedang, sang putri nampaknya lupa menjaga daya
tubuhnya sehingga terjatuh sakit.

“Apa urusan mu? Kau bukan siapa-siapa sehingga kau berani menasihatiku seperti itu”
ujarnya yang tampak marah terhadap Pandu Langit. Putri Imari menaruh pedang
kesayangannya itu diatas bangku kayu menatap lelaki bermata biru itu dengan tajam
sebelum kata-kata sakras keluar kembali dari mulutnya “Ingat, derajatmu itu tidak sama
denganku. Jadi kau jangan terlalu lancing ikut campur urusan pribadiku!”

Meski sakit hati dengan perkataan Putri Imari, Pandu langit mencoba untuk menahan
emosi setiap sang putri selalu merendahkan dirinya. Walaupun mereka berteman, namun
tiada hari tanpa sikap kesombongan sang putri yang selalu bersikap sesuka hatinya.
Walau begitu, Pandu Langit mencintai Putri Imari apa adanya tanpa mengharapkan
sedikit pun untuk menjadi seorang raja, kelak.

“Memang sekarang kita tidak terikat hubungan, tapi suatu hari akan ku pastikan kau akan
menjadi milikku selamanya, Imari!” ucap Pandu Langit tenang namun selalu memberikan
sebuah senyuman setiap kali bertemu dengan Imari.

19
Imari membelalakan kedua matanya ketika mendengar pengakuan Pandu Langit yang
terang-terangan menyatakan perasaan untuknya. Meskipun Pandu Langit memang lelaki
yang tampan, namun dia hanyalah seorang anak peramal bukan pangeran.

“Itu hanya mimpi dan sampai kapan pun akan menjadi bunga tidur untukmu, Pandu
Langit” sarkas Imari meninggalkan Pandu Langit lalu langkah nya tertahan karena Pandu
Langit mencekal pergelangan tangannya.

“Dan bunga tidur itu akan selalu menjadi kenangan indah, Imariku!”

Semenjak saat itu, Putri Imari mulai membenci dirinya, Pandu Langit.

***

“Astagfirullah alazim!!” ucap Jihan yang baru saja terbangun dari tidurnya, nafasnya
tersenggal saat mengingat mimpi yang baru saja dialaminya. Ini baru jam 2 pagi, namun
tidurnya terusik karena sebuah mimpi aneh yang baru menganggunya.

Imari? Pandu Langit?

Siapa itu? Jihan sama sekali tidak mengenal mereka. Dan apa hubungannya Jihan dengan
mimpi tersebut? Sangat aneh! Sudahlah, mungkin hanya sebuah bunga tidur untuknya.

“Kakak kenapa, kok gelisah gitu?” Tanya Cindy ikut juga terbangun mendengar suara
Jihan yang sangat begitu keras. Jihan menoleh kea rah adiknya, mengusap puncak
kepanya agar adiknya tidak khawatir karena dirinya. Jangan Tanya kenapa Jihan tidak
tidur sendiri? Karena ncing Hera hanya memperbolehkan satu kamar untuk tidur berdua
dirumah peninggalan kakeknya. Lain hal nya dengan Arsyifa yang tidur dikamar sendiri.

“Nggak kok, kakak Cuma mimpi doang. Mending kamu merem lagi sana, masih pagi!”
ucap Jihan

“Kakak gak tidur?”

“Ini udah mau tidur lagi!” balas Jihan segera menempelkan kembali selimut keseluruh
tubuhnya. Cindy tersenyum begitu melihat tingkah kakak perempuannya yang semakin
hari terlihat seperti anak kecil. Meskipun demikian, Cindy sangat menyayangi kakak
perempuannya ini. Begitu pula dengan Jihan, meskipun sulit untuk tidur kembali, namun
sebisa mungkin mencoba memejamkan kedua bola matanya.

20
“Kakak gak baca doa tidur?” Tanya adiknya yang masih memperhatikan tingkah
kakaknya.

Jihan begitu terkejut mendengar penuturan adiknya yang sudah dewasa dibandingkan
dirinya. Padahal baru saja Jihan terlelap tidur kembali, Jihan terpaksa bangun kembali
lalu membaca doa tidur sebelum kembali memejamkan matanya.

***

Hari masih terlalu pagi untuk Jihan harus mencuci piring yang menumpuk seperti sebuah
gunung. Jihan sadar diri, dia harus ikuti semua aturan ncing nya. Dimulai memasak,
mencuci baju, hingga mengepel pun sudah terbiasa Jihan lalui. Ditambah lagi, Hera
terlalu malas melakukan pekerjaan rumah tangga yang seharusnya menjadi tugas
untuknya.

“Ya Allah Jihan, Astagfirullah… muka lo kenapa banyak bener jerawatnya?” Tanya Hera
yang melihat wajah sebelah kanan Jihan dipenuhi banyak jerawat.

Jihan tidak mengerti dengan ucapan ncing nya ini. Rasanya, semalam wajahnya tidak
merasa gatal sedikit pun sehingga tidak mungkin untuknya mengalami jerawat yang
sering dialami oleh banyaknya wanita dimuka bumi ini.

“Muka Jihan gak jerawatan kok ncing” balas Jihan yang bersikukuh terhadap
pendiriannya.

Hera menyodorkan kepada Jihan kaca berukuran kecil yang kebetulan sedang
digengamnya saat ini. “Nih, ngaca neng. Liat tuh mukanye baek-baek”

Jihan mengambil kaca dari tangan Hera lalu melihat wajahnya yang banyak sekali
jerawat disebelah kananya hingga terkejut. Benar yang ncing nya katakan, Hera tidak
akan bohong meskipun sifatnya yang kadang kala telalu nyeplos.

“Lo percaya kana pa kata gue?” Tanya Hera yang kembali mendapat anggukan dari
Jihan. “Jatuh cintrong sih tapi gak segitunya juga kali sampe tu muka jerawatan!” celetuk
Arsyifa yang tiba-tiba saja ikut nimbrung.

“Apa hubungannya jerawat sama jatuh cinta?” Tanya Jihan yang tidak mengerti maksud
perkataan sepupunya.

21
“Gini nih kalau cewek katrok yang gak pernah jatuh cinta.” Cibir Arsyifa “Kalau lo
benar-benar jatuh cinta beneran? jerawat yang ada diwajah lo itu bisa makin buruk
apalagi terlalu lama dipendam”

“Kok lo bisa tau tentang begituan sih?” Tanya Jihan sedikit tertarik. “Lo pernah jatuh
cinta?”

“Sering, malah jadian berkali-kali. Makanya muka gue gak pernah ngerasain yang
namanya jerawatan. Haha!”

Jihan hanya diam melihat Arsyifa yang saat ini sedang mentertawakannya. Memang ini
semua salahnya, tidak seharusnya bertanya kepada gadis licik seperti Arsyifa.

22
6. PENAWARAN MENARIK

23

Anda mungkin juga menyukai