Disusun Oleh:
Muhamad Lutfi
21118158
A. Topik
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus yang terkait dengan pengalaman masa lalu atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok khususnya tentang halusinasi pendengaran.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Klien mampu mengontrol halusinasinya
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi.
b. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
c. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
C. Landasan Teori
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi sensori atau suatu objek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca
indera.Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa yang dialami dengan seseorang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perubaan dan penciuman.Seseorang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak
ada (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus yang terkait dengan pengalaman masa lalu atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan oleh perawat pada sekelompok yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai
target asuhan. Hasil diskusi dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah. Didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang ketergantungan, saling
membutuhkan,dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.Klien dilatih mengekspresikan
perasaannya terhadap stimulus yang disediakan.Kemampuan klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada setiap sesi.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok.
D. Klien
1. Karakteristik
a. Klien yang mengalami halusinasi
b. Klien halusinasi yang sudah terkontrol.
c. Klien yang dapat diajak berkerjasama.
d. Klien dapat mengidentifikasi halusinasinya.
2. Proses seleksi
a. Berdasarkan observasi dan wawancara
b. Menindaklanjuti asuhan keperawatan
c. Informasi dan keterangan dari klien sendiri dan perawat.
d. Penyelesaian masalah berdasarkan masalah keperawatan.
e. Klien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang diberikan.
f. Mengadakan kontrak dengan klien.
E. Pengorganisasian
1. Waktu
a. Hari / Tanggal : Selasa – Rabu, 17 – 18 Desember 2019
b. Waktu : Pukul 12.30 – 13.10 WIB
c. Tempat : Ruang Perkutut
2. Tim
a. Setting tempat :
1) Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
L CL
F
k k
k k
O
k
Keterangan :
L O
: Leader : Observer
CL F
: Co. Leader : Fasilitator
k : Klien
b. Media
1) Jadwal kegiatan harian
2) Pulpen, Spidol.
3) Papan tulis.
F. PROSES PELAKSANAAN
1. Orientasi
a. Salam perkenalan
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Terapis dan klien pakai papan nama.
2. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mengontrol dan
mencegah halusinasi.
Halusinasi terjadi karena klien berfokus pada stimulas internal.
Bercakap-cakap dengan orang lain membuat klien terpapar dengan
stimulus eksternal sehingga fokus klien pada stimulus internal
terdistraksi. Dengan bercakap-cakap, halusinasi akan terputus
sehingga akan mengembalikan orientasi klien ke realita (isi
percakapan).
b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak bercakap-
cakap .
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan bisa dilakukan.
Pokok pembicaraan yang dianjurkan adalah menceritakan bahwa klien
mengalami halusinasi dan meminta orang lain di sekitarnya mengajak bercakap-
cakap. Orang disekitar klien sebaiknya sudah diberikan penyuluhan bagaimana
menanggapi klien dengan mengingatkan cara mengontrol halusinasi yang telah
dilatihkan. Misalnya mengingatkan cara menghardik, atau bercerita tentang
kegiatan yang sudah atau belum dilakukan sesuai jadwal yang telah disusun
dalam TAK seblumnya.
d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul “suster, ada suara
di telinga, saya mau mengobrol saja dengan suster” atau “suster saya mau ngobrol
tentang kegiatan harian saya”.
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang disebalahnya.
Upayakan semua klien memperagakan percakapan yang dilakukan sehingga
dapat dipastikan semua klien mampu melakukan bercakap-cakap untuk
mengontrol halusinasi.
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.
3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu menghardik,
melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.
c. Mengontrol yang akan datang
1) Terapis membuat sepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar
cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
2) Terapis menyepakati wantu dan tempat.
Formulir Evaluasi
Sesi 4: TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan orang yang biasa diajak bicara,
memperagakan percakapan, menyusun jadwal percakapan, menyebutkan tiga cara
mencegah halusinasi. Beri tanda (√) jika klien mampu, dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.
G. Evaluasi Hasil
1. Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup dan memungkinkan klien
untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan sampai selesai.
c. Alat dan bahan yang digunakan dalam kondisi baik.
d. Leader, Co Leader, Fasilitator, Observer berperan sebagai tugasnya.
2. Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co Leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
H. Hasil
a. 100% klien dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Klien dapat mempratikkan halusinasi dengan cara menghardik (90%)
c. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan harian (90%)
d. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi yaitu dengan cara menghardik
(90%)
I. Dokumentasi
1. Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4.
2. Klien mampu memperagakan cara bercakap - cakap.
3. Anjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi ke dalam jadwal kegiatan
harian.
STRATEGI PELAKSANAAN
TAK STIMULASI MENCEGAH HALUSINASI
DENGAN BERCAKAP-CAKAP
A. Orientasi
Salam terapeutik:
Selamat pagi ibu-ibu. Baiklah pertama-tama kita memperkenalkan diri, dimulai dari
saya, nama saya adalah Muhamad Lutfi, senangnya di panggil lutfi. Silahkan suster
dan bruder yang lain untuk memperkenalkan diri dan dilanjutkan dengan bapak-
bapak secara bergiliran yaitu nama lengkap dan nama panggilan. Saya akan
menempelkan kertas nama di dada ya.
Evalusi validasi:
Bagaimana perasaannya hari ini?
Masih ingatkah TAK sebelumnya tentang apa? Bagus sekali dapat mengingatnya
dengan baik.
Kontrak:
Pagi ini kita akan melakukan TAK tentang bercakap-cakap, TAK akan kita lakukan di
tempat ini selama 40 menit. Diharapkan semua dapat mengikuti TAK dari awal
sampai selesai, jika ada yang ingin BAK atau minum dapat mengangkat tangan dan
meminta izin pada suster atau bruder terlebih dulu.
B. Kerja
Baiklah, TAK kali ini adalah untuk klien dapat mempersepsikan stimulus yang
dipaparkan kepadanya dengan tepat, dan menyelesaikan masalah yang timbul dari
stimulus yang dialami.
Saya akan memperagakan cara bercakap-cakap apabila halusinasi muncu , lalu kalian
memperagakan sendiri sevara bergantian. Nah, bagaimana? Bisa ya?
Ayo.. siapa yang bersedia berdiri dan memperagakannya?
Bagus sekali Tn. dan Tn. bersedia memperagakan, dan sudah mencoba dengan baik,
Ya.. sekarang bagaimana dengan Tn. mengenai cara bercakap-cakap jika halusinasi
muncul dan juga Tn. S, Semua sudah mempraktikkan dengan baik dan benar. Mari
kita semua beri tepuk tangan untuk keberhasilan kita. Kalau begitu mari kita
masukkan ke jadwal kegiatan harian yang ibu-ibu sudah miliki, beri tanda M jika
sudah melakukan sendiri dan T jika tidak melakukannya.
C. Terminasi
Evaluasi:
Bagaimana perasaannya setelah mengikuti TAK tadi?
Bagus sekali karena bapak-bapak bisa mengikuti dan aktif dalam TAK hari ini.
Adakah yang mau maju sekali lagi untuk memperagakan cara barcakap-cakap jika
halusinasi muncul?. Silahkan Tn. Bagus sekali ya..
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo,
2003.
Keliat Budi Ana, Prases Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999.
Keliat, Budi Anna dan Akemat.2004. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.Jakarta:EGC
Purwaningsih dan Karlina.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dilengkapi Terapi Modalitas dan
Standard Opening Procedure (SOP).Jakarta: Nuha Medika Press.