Anda di halaman 1dari 29

BAB ILMU PENGETAHUAN

DAN
1 PENELITIAN

Ilmu atau ”sains” adalah pengetahuan tentang fakta –fakta , baik natural atau
sosial, yang berlaku umum dan sistematis . karena ilmu berlaku umum, maka dari nya
dapat disimpulkan pernyataan-pernyataan yang didasarkan beberapa kaidah umum
pula. Ilmu tidak lain dari suatu pengetahuan yang sudah terorganisir serta tersusun
secara sistematis menurut kaidah umum.

1. ILMU DAN PROSES BERPIKIR

Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan
seseorang terhadap permasalahan sekelilingnya dapat menjurus kepada keingintahuan
ilmiah. Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan suatu rasionalisasi
sebagai hukum alam. Ilmu membentuk kebiasaan serta meningkatkan keterampilan
observasi, percobaan(experimentasi), klasifikasi, analisis serta membuat generalisasi.
Dengan adanya keingin tahuan manusia yang terus menerus, maka ilmu akana terus
berkembeang dan membentuk kemampuan persepsi serta kemampuan berpikir seacra
logis , yang sering disebut penalaran.
Proses berpikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses berpiukir
lahir dari suatu rasa sanksi akan sesuatu dan keinginan untuk memperoleh suatu
ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu maslah yang khas. Masalah ini
memerlukan suatu pemecahan dan untuk ini dilakukan penyelidikan terhadap data
yang tersedia dengan metode yang tepat. Akhirnya, sebuah kesimpulan tentatif akan
diterima, tetapi masih tetap dibawah penyelidikan yang kritis dan terus menerus untuk
mengadakan evaluasi secara terbuka.
Konsep antara ilmu dan berpikir adalah sama. Dalam memecahkan masalah,
keduanya dimulai dengan adanya rasa sanksi dan kebutuhan akan suatu hal yang
bersifat umum. Kemudian timbul suatu pernyataan yang khas, dan selanjutnya dipilih
suatu pemecahan tentatif untuk penyelidikan .
Bagaimana kira-kira proses yang terjadi ketika berpikir ? Menurut Dewey ( 1933 )
proses berpikir dari manusia normal memiliki urutan berikut .
 Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenal
sifat, ataupun dalam menerangkan hal-hal yangmuncul secara tiba – tiba.
 Kemudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan.
 Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka – reka, hipotesis,
inferensi, atau teori.
 Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi
dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti ( data )
Menguatkan pembuktian tentang ide-ide diatas dan menyimpulkannya baik
melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan.

Biasanya , manusia normal selalu berpikir dengan situasi permasalahan . Hanya


terhadap hal-hal yang lumrah saja, biasanya reaksi manusia terjadi tanpa berpikir. Ini
adalah suatu kebiasaan atau tradisi .Akan tetapi, jika masalah yang dihadapi adalah
masalah yang rumit, maka manusia normal akan memecahkan masalah tersebut
menerut langkah-langkah tertentu. Berpikir demikian dinamakan berpikir secara
reflektif ( Reflective Thinking ).

Dari keterangan-keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir secara nalar


mempunyai kriteria penting, yaitu
1. Ada unsur logis didalamnya, dan
2. Ada unsur analitis didalamnya.

Ciri pertama dari berpikir adalah adanya unsur logis didalamnya. Tiap bentuk
berpifikir mempunyai logikanya tersendiri. Dengan perkataan lain, berfikir secara
nalar tidak lain dari berfikir secara logis.
Ciri kedua dari berfikir adalah adanya unsur analitis didalam berfikir itu sendiri.
Dengan logika yang ada ketika berfikir, maka kegiatan berfikir itu secara sendirinya
mempunyai sifat analitis, yang mana sifat ini merupakan konsekuensi dari adanya
pola berfikir tertentu.

2. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENELITIAN

Penelitian adalah terjemahan dari kata inggris Research. Dari itu, ada juga ahli
yang menerjemahkan Research sebagai reset. Research itu sendiri berasal dari kata re,
yang berarti ”kembali” dan to search yang berari mencari. Dengan demikian, arti yang
sebenarnya dari Research atau riset adalah ” mencari kembali ”.
Menurut kamus Webter’s New International , penelitian adalah penyelidikan
yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip;suatupenyelidikan
yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
Penelitian juga bertujuan untuk mengubah kesimpulan-kesimpulan yang telah
diterima,ataupun mengubah dalil-dalil denfgan adanya aplikasi baru dari dalil-dalil
tersebut. Dari itu, penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan
pemberi artian yang terus menerus terhadap sesuatu.. Penelitian juga merupakan
percobaan yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru.
Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method ) disebut
penelitian ilmiah (scientific research ). Dalam penelitian ilmiah ini, selalu ditemukan
dua unsur penting, yaitu unsur observasi ( pengamatan ) dan unsur nalar ( reasoning )
( Ostle, 1975 ). Unsur pengamatan merupakan kerja dengan mana pengetahuan
mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh kerja mata ( pengamatan ) dengan
menggunakan persepsi ( sense of perception ). Nalar, adalah suatu kekuatan dengan
mana arti dari fakta-fakta, hubungan interelasi terhadap pengetahuan yang timbul,
sebegitu jauh ditetapkan sebagai pengetahuan yang sekarang.

3. ILMU, PENELITIAN, DAN KEBENARAN

Pertama-tama mari kita lihat hubungan antara ilmu dan penelitian. Ilmu dan
penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat . Menurut Almack(1930) hubungan
antar ilmu dan penelitian adalah seperti hasil dan proses. Penelitian adalah proses,
sedangkan hasilnya adalah ilmu.( Lihat gambar 1.1).
Akan tetapi Whitney(1960), berpendapat bahwa ilmu dan penelitian adalah
sama-sama proses, sehingga ilmu dan penelitian adalah proses yang sama. Hasil dari
proses tersebut adalah kebenaran( truth). (Lihat gambar 1.2). Berkata Whitney:
”...Terdapat suatu kesamaan yang tinggi derajatnya antara konsep ilmu dan penelitian.
Keduanya adalah sama-sama proses. ”
Bagaimana pula hubungan antara berpikir, penelitian dan ilmu ? Konsep berpikir,
ilmu dan penelitian juga sama . berpikir, seperti halnya dengan ilmu, juga merupakan
proses untuk mencari kebenaran. Proses berpikir ádalah refleksi yang hati-hati dan
teratur.
Perlu juga disinggung bahwa kebenaran yang diperoleh melalui penelitian
terhadap fenomena yang fana adalah suatu kebenaran yang telah ditemukan melalui
proses ilmiah, karena penemuan tersebut dilakukan secara ilmiah. Sebaliknya, banyak
juga kebenaran terhadap fenomena yang fana diterima tidak melalui proses penelitian.

Gambar 1.1

Penelitian Ilmu

( proses ) ( hasil )

Penelitian ilmu kebenaran

(proses) (proses) (hasil)

Umumnya, suatu kebenaran ilmiah dapat diterima dikarenakan oleh tiga hal, yaitu :
1. Adanya koheren ;
2. Adanya corresponden; dan
3. Prakmatis.

Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau konsisten
dengan pernyataan sebelumnya yang di anggap benar. Misalnya, suatu pernyataan
bahwa si Badu akan mati dapat dipercaya, karena pernyataan tersebut koheren dengan
pernyataan bahwa semua orang akan mati. Kebenaran matemátika misalnya,
didasarkan atas sifat koheren, karena dalil matematika di susun berdasarkan beberapa
aksioma yang telah diketahui kebenarannya lebih dahulu.

4. KEBENARAN NONILMIAH

Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah. Kadangkala


kebenaran dapat ditemukan melalui proses nonilmiah, seperti :
a. Penemuan kebenaran secara kebetulan
b. Penemuan kebenaran secara common sense ( akal sehat )
c. Penemuan kebenaran melalui wahyu
d. Penemuan kebenaran secara intuitif
e. Penemuan kebenaran secara trial dan error
f. Penemuan kebenaran melalui spekulasi
g. Penemuan kebenaran karena kewibawaan

a. Penemuan kebenaran secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan tidak lain dari takdir Allah. Walaupun
penemuan kebenaran secara kebetulan bukanlah kebenaran yang ditemukan secara
ilmiah, tetapi banyak penemuan tersebut telah menggoncangkan dunia ilmu
pengetahuan. Misalnya, penemuan cristal urease oleh Dr. J.S Summers adalah secara
kebetulan saja di tahun 1926. Pada suatu hari Summers sedang bekerja dengan
ekstrak aceton. Karena ia ingin bermain tenis, maka ekstrak aceton tersebut
disimpannya di dalam kulkas dan ia bergegas pergi ke lapangan tenis. Keesokan
harinya, ketika ia ingin meneruskan percobaan dengan ekstrak aceton yang
disimpannya di dalam kulkas, dilihatnya telah timbul kristal-kristal baru pada ekstrak
aceton tersebut. Kemudian ternyata bahwa cristal-kristal tersebut adalah enzim urease
yang amat berguna bagi manusia.
Akan tetapi, tidak selalu penemuan secara kebetulan merupakan kebenaran asasi.
Adakalanya, penemuan secara kebetulan dapat membuat seseorang menjadi tertipu
karena hubungan yang seakan-akan ada artinya padahal hubungan tersebut berdiri
sendir-sendiri.

b. Penemuan dengan cara akal sehat ( Common Sense )

Common sense merupakan serangkaian konsep atau bagan konsepsual yang


memuaskan untuk digunakan secara praktis. Akal sehat dapat menghasilkan
kebenaran dan dapat pula menyesatkan. Misalnya, di abad ke-19 dengan akal sehat
( Common sense ) orang percaya bahwa hukuman untuk anak didik merupakan alat
utama dalam pendidikan. Kemudian ternyata pendapat tersebut tidak benar. Hasil
penelitian dalam bidang psikologi dan pendididkan menunjukkan bahwa alat yang
baik bagi pendidikan bukan hukuman tetapi ganjaran.

c. Penemuan kebenaran secara wahyu

Kebenaran yang didasarkan kepada wahyu merupakan kebenaran mutlak, jika


wahyu datangnya dari Allah melalui Rasul dan Nabi. Kebenaran yang diterima
sebagai wahyu bukanlah disebabkan oleh hasil usaha penalaran manusia secara aktif.
Wahyu diturunkan Allah kepada Rasul dan Nabi. Akan tetapi, kebenaran yang
dibawakan melalui wahyu merupakan kebenaran yang asasi.

d. Penemuan kebenaran secara Intuitif

Kebenaran dapat juga diperoleh berdasarkan intuisi. Kebenaran dengan intuisi


diperoleh secara cepat sekali melalui proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran
dan proses berfikir, ataupun melalui suatu renungan. Kebenaran yang diperoleh secara
intuisi sukar dipercay, karena kebenaran ini tidak menggunakan langkah yang
sistematis untuk memperolehnya.
e. Penemuan kebenaran melalui Trial dan Error

Bekerja secara trial dan error adalah melakukan sesuatu secara aktif dengan
mengulang-ulang pekerjaan tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar cara dan
materi. Pengulangan tersebut tanpa dituntun oleh suatu petunjuk yang jelas sampai
seseorang menemukan sesuatu. Penemuan dengan trial dan error memakan waktu
yang lama, memerlukan biaya yang tinggi, dan selalu dalam keadaan meraba-raba.
Penemuan dengan cara trial dan error tidak dikategorikan sebagai penemuan ilmiah.
Istilah trial dan error mula-mula hanya digunakan dalam ilmu jiwa. Kemudian
penggunaan istilah ini telah menyebar kesegala bidang ilmu.

f. Penemuan kebenaran melalui Spekulasi

Penemuan kebenaran secara spekulasi sedikit lebih tinggi tarafnya dari penemuan
secara trial dan error. Jika dalam penemuan secara trial dan error peneliti tidak
mempunyai panduan sama sekali, maka dalam penemuan dengan spekulasi seseorang
dibimbing oleh suatu pertimbangan, walaupun pertimbangan tersebut kurang
dipikirkan secara masak-masak, tetapi dikerjakan dalam suasana penuh dengan resiko.
Penemuan kebenaran dengan spekulasi memerlukan pandangan yang tajam walaupun
penuh spekulatif. Cara menemukan kebenaran dengan cara spekulasi juga tidak
dianggap penemuan kebenaran secara ilmiah.

g. Penemuan Kebenaran Karena Wibawa

kebenarana ada kalanya diterima karena dipengaruhi oleh kewibawaan seseorang.


Pendapatan dari seseorang ilmuwan yang berbobot tinggi ataupun yang mempunyai
otorita dalam suaatu bidang ilmu dan mempunyai banyak pengalaman sering diterima
begitu saja tanpa perlu diuji kebenaran tersebut lebih dahulu. Kebenaran tersebut
diterima karena wibawa saja. Ada kalanya kebenaran karena kewibawaan seseorang
seteleh diuji ternyata tidak benar sama sekali.

5. PROPOSISI, DALIL, TEORI, DAN FAKTA

Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realita. Proposisi tersebut dapat
diuji kebenarannya. Jika proposisi sudah dirumuskan sedemikian rupa dan sementara
diterima untuk diuji kebenarannya, proposisi tersebut disebut hipotesis. Sebagai
contoh lihatlah dua buah proposisi sebagai berikut.
 Tingkat modernitas suami istri adalah salah satu faktor penentu perilaku
kontraseptif mereka.
 Penerimaan konrasepsi modern dipengaruhi oleh persepsi tentang nilai
ekonomis anak.

Kedua pernyataan diatas adalah proposisi. Proposisi tersebut menghubungkan


dua faktor yaitu faktor penyebab dari faktor lainnya. Proposisi ini jika dirumuskan
untuk diuji kebenarnnya, ia akan menjadi hipotesis. Hipotesis adalah suatu pernyataan
yang diterima secara sementara untuk diuji kebenarannya. Proposisi yang sudah
mempunyai jangkauan cukup luas dan telah didukung oleh data empiris dinamakan
dalil ( scientific law ).
Dengan perkataan lain, dalil adalah singkatan dari suatu pengetahuan tentang
hubungan sifat-sifat tertentu, yang bentuknya lebih umum jika dibandingkan
dengan penemuan-penemuan empiris pada mana dalil tersebut didasarkan.

Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematis dalam gejala
sosial maupun natura yang ingin diteliti. Menurut Kerlinger (1973), teori adalah
sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan lainnya, suatu set
dari proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena .
Fakta adalah pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris . Fakta dapat
meanjadi ilmu dapat juga tidak. Jika fakta hanya diperoleh saja secara random, fakta
tersebut tidak akan mengahasilkan ilmu. Sebaliknya , jika dikumpulkan secara
sistematis dengan beberapa sistem serta beberapa pokok-pokok pengurutan, maka
fakta tersebut dapat mengahsilakan ilmu. Fakta tanpa teori juga tidak akan
menghasilkan apa-apa.

Ada tiga hal perlu diperhatikan jika ingin mengenal teori. Ketiga hal tersebut
adalah sebagai berikut.

1. Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri atas konstrak ( Construct ) yang
sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam set
tersebut secara jelas pula.
2. Teori menjelaskan hubungan antarvariabel atau antarkonstrak ( consruct )
sehingga pandangan yang sistematis dari fenomena-fenomena yang diterangkan
oleh variabel dengan jelas kelihatan.

Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel mana yang


berhubungan dengan variabel mana.
Fakta ilmiah adalah produk dari pengamatan yang bukan random dan mempunyai
arti. Dengan perkataan lain, fakta harus relevan dengan teori, sehingga fakta dan teori
tidak pernah bertentangan. Dengan demikian, teori memperlihatkan hubungan
antarfakta atau suatu pengurutan fakta dalam bentuk yang mempunyai arti.
Teori sebagai alat dari ilmu ( tool of science ). Di lain pihak, teori juga
merupakan alat penolong teori. Sebagai alat dari ilmu, teori mempunyai peranan
sebagai berikut :
a. Teori mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan
definisi tehadap jenis-jenis data yang akan dibuat abstraksinya.
b. Teori memberikan rencana (Scheme) konsepsuar, dengan rencana mana
fenomena-fenomena yang relevan disistematiskan, diklasifikasikan, dan
diumumkan.
c. Teori memberi ringkasan terhapat fakta dalam bentuk generalisi empiris dan
sistem generalisasi.
d. Teori memberikan prediksi terhadap fakta.
e. Teori memperjelas celah-celah didalam pengetahuan kita.
Seperti telah disinggung terdahulu, fakta juga mempunyai peranan terhadap teori.
Fakta berperan dan mempunyai interaksi yang tetap dengan teori. Peranan fakta
terhadap teori antara lain sebagai berikut:

1. Fakta memprakarsai teori. Banyak fakta yang ditemui secara empiris menjurus
kepada penemuan teori baru. Memang fakta tidak secara langsung menghasilkan
teori, tetapi kumpulan dari fakta-fakta dapat dibuat suatu generalisasi utama yang
berjenis-jenis jumlahnya.
2. Fakta memformulasikan kembali teori yang ada. Fakta-fakta tidak semuanya
menghasilkan teori, tetapi fakta-fakta hasil pengamatan tersebut dapat membuat
suatu teori lama untuk dikembangkan. Secara umum, fakta-fakta cocok dengan
teori. Akan tetapi, jika banyak sekali fakta yang kurang sesuai denga teori yang
telah ada, maka sudah tentu teori tersebut harus disesuaikan dengan fakta. Dengan
demikian, fakta tersebut dapat mengadakan reformulasi terhadap teori.
3. Fakta dapat menolak teori. Jika banyak fakta yang diperoleh menunjukkan bahwa
teori tidak sesuai dengan fakta tersebut, maka teori tersebut tidak diformulasikan
kembali, tatapi harus ditolak. Penolakan teori karena tidak cocok dengan fakta
harus dilakukan secara hati-hati sekali. Harus diingat, bahwa banyak fakta yang
diperoleh berasal dari suatu kondisi tertentu. Karena itu, bukan tidak mungkin
bahwa fakta tersebut tidak cocok dengan teori bukan karena teorinya yang tidak
benar, tetapi kondisi pengamatan yang menghasilkan fakta itu yang tidak sesuai
sehingga fakta yang dihasilkan tidak cocok dengan teori.
4. Fakta mengubah orientasi teori. Seperti telah diterangkan diatas, fakta-fakta baru
yang diperoleh adakalanya baru sesuai dengan teori, jika teori tersebut
didefinisikan kembali. Fakta-fakta tersebut memperterang teori dan mengajak
seseorang untuk mengubah orientasi teori. Dengan adanya orientasi baru dari teori.
Secara skematis, fungsi dari teori dalam hubungannya dengan fakta, serta
hubungan fakta dengan teori dapat dilihat pada gambar 1.3 dibawah ini.

Gambar 1.3

Meramalkan

Memperkecil jangkauan

Meringkaskan

Memperjelas celah

FAKTA TEORI

menolong memprakarsai

menolak

menukar orientasi

mendefinisikan kembali

memberi jalan mengubah

Dapat disimpulkan bahwa teori memberikan konstribusi terhadap penelitian,


antara lain dengan jalan :
 Teori meningkatkan kebrehasilan penelitian karena teori dapat
menghubungkan penemuan-penemuan yang tampaknya berbeda-beda
kedalam suatu keseluruhan serta memperjelas proses-proses yang terjadi
didalamya.
 Teori dapat memberikan penjelasan terhadap hubungan-hubungan yang
diamati dalam suatu penelitian.

Makin banyak penelitian yang dituntun oleh teori, maka makin banyak pula
konstribusi penelitian yang secara langsung dapat mengembengkan ilmu pengetahuan.
BAB PERANAN DAN
JENIS-JENIS PENELITIAN
2
1. KEGUNAAN DAN PERANAN PENELITIAN

Kegunaan penelitian ialah untuk menyelidiki keadaan dari alasan untuk dan
konsekuensi terhadap suatu set keadaan khusus. Keadaan tersebut bisa saja dikontrol
melalui percobaan (eksperimen) ataupun berdasarkan observasi tanpa kontrol.
Penelitian memegang peranan yang amat penting dalam memberikan fondasi terhadap
tindak serta keputusan dalam segala aspek pembangunan. Adalah snagat sulit, bahkan
tidak mungkin sama sekali, untuk memperoleh data yang terpercaya yang dapat
digunakan dalam perencanaan pembangunan, jika penelitian tidak pernah diadakan,
serta kenyataan-kenyataan tidak pernah diuji lebih dahulu melalui penelitian. Tidak
ada suatu negara sudah maju dan berhasil dalam pembangunan, tanpa melibatkan
banyak daya dan dana dalam bidang penelitian.

2. JENIS-JENIS PENELITIAN

Secara umum, penelitian dapat dibagi atas dua jenis, yaitu penelitian dasar (basic
research) dan penelitian terapan(applied research).

a. Penelitian Dasar ( Basic Research )


Penelitian dasar atau penelitian murni adalah pencarian terhadap sesuatu karena
ada perhatian dan keingintahuan terhapat hasil suatu aktivitas. Penelitian dasar
dikerjakan tanpa memikirkan ujung praktis dan titik terapan. Hasil dari penelitian
dasar adalah pengetahuan umum dan pengertian-pengertian tentang alam serta
hukum-hukumnya.

b. Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research, practical research) adalah penyelidikan yang
hati-hati, sistematik dan terus-menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk
digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu. Peneliti-peneliti terapanlah yang
akan memerinci penemuan penelitian dasar untuk keperluan praktis dalam
bidang-bidang tertentu. Tiap ilmuan yang mengerjakan penelitian terapan mempunyai
keinginan agar dengan segera hasil penelitiannya dapat digunakan masyarakat, baik
untuk keperluan ekonomi, politik maupun sosial.

Chartes (1925) yang disiter oleh Whitney (1960) memberikan lima buah langkah
dalam melaksanakan penelitian terapan. Kelima langkah tersebut adalah sebagai
berikut.
- Sesuatu yang sedang diperlukan, dipelajari, diukur dan diperiksa kelemahannya.
- Satu dari kelemahan-kelemahan yang diperoleh, dipilih untuk penelitian
- Biasanya dilakukan pemecahan dalam laboratorium
- Kemudian dilakukan modifikasi sehingga penyelesaian dapat dilakukan untuk
diterapkan
Pemecahannya dipertahankan dan menempatkannya dalam suatu kesatuan sehingga ia
menjadi bagian yangg permanen dari satu sistem.

3. PENELITIAN ILMU SOSIAL VS ILMU NATURA

Ilmu-ilmu sosial, seperti halnya dengan ilmu-ilmu natura merupakan suatu


pengetahuan yang bersifat umum, sistematik, dalam mana disimpulkan dalil-dalil
tertentu dalam hubungan manusia yang bersifat umum. Penelitian dalam ilmu sosial,
seperti halnya dengan semua penelitian pada umumnya, merupakan suatu proses yang
terus-menerus kritis dan terorganisasi untuk mengadakan analisis dan memberikan
interpretasi terhadap fenomena sosial yang mempunyai hubungan yang kait-mengait.
Ilmu sosial, seperti hanya dengan ilmu natura, selalu dimulai dari satu premis, bahwa
semua gejala maupun keadaan, yang bagaimanapun sulitnya akan dapat dipecahkan
dan diterangkan.
Peneliti-peneliti ilmu sosial, walaupun berhadapan dengan fenomena-fenomena
yang tidak kompleks, banyak dari fenomena tersebut secara relatif lebih kompleks
dari fenomena yang dihadapi oleh ilmu natura. Walaupun fenomena-fenomena dalm
ilmu natura juga kompleks dan sulit untuk diteliti , tetapi peneliti-peneliti ilmu natura
telah mempunyai alat-alat yang ampuh serta metode yang teruji dalam memecahkan
masalah dengan membagi-bagi fenomena menjadi bagian-bagian yang wajar untuk
dipecahkan satu persatu.
Ilmu-ilmu natura mempunyai umur sudah lebih tua dibandingkan dengan
ilmu-ilmu sosial, sehingga pengalaman peneliti dengan ilmu natura sudah lebih
mantap dan cukup terampil . Dengan kelahirannya yang lebih awal, peneliti-peneliti
ilmu natura telah mempunyai unit pengukur yang lebih perfect dibandingkan dengan
unit-unit pengukur yang digunakan dalam penelitian-penelitian dalam ilmu-ilmu
sosial.
Kesulitan lain yang dihadapi oleh peneliti-peneliti ilmu-ilmu sosial ialah
kurangnya kemampuan prediksi dalam membuat ramalan terhadap masalah-masalah
sosial. Informasi yang diperoleh oleh peneliti-peneliti ilmu sosial banyak disandarkan
kepada daya ingat (memory) dari objek dalam mencari fakta. Disebabkan oleh hal
tersebut, maka timbul lagi permasalahan dalam penelitian ilmu sosial tentang
bagaimana mengurangi bias dari informasi yang diterima. Hal ini meruakan tambahan
kerja yang menghendaki kecermatan dari peneliti-peneliti sosial , yang jarang ditemui
oleh peneliti-peneliti dalam bidang ilmu-ilmu natura.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa peneliti-peneliti dalam ilmu-ilmu sosial
selalu mendapatkan dirinya berkecimpung dalam aktifitas ataupun melibatkan dirinya
dalam meneliti catatan aktifitas manusia, dan sipeneliti bukan seorang pengamat yang
imparsial, tetapi pengamat yang berada dalam objek yang membuat proses dan
fenomena sosial itu sendiri.

4. BEBERAPA SIFAT (CIRI ) KHAS PENELITIAN

Penelitian mempunyai beberapa ciri khas. Oleh Crawford (1928) telah diberikan
sembilan buah kriteria penting dari penelitian. Sebenarnya ciri-ciri penelitian dari
Crawford ini tidak lain dari suatu kesimpulan tentang ilmu dan pemikiran reflektif.
Kesembilan kriteria atau ciri-ciri penelitian adalah sebagai berikut.
- Penelitian berkisar disekeliling masalah yang ingin dipecahkan
- Penelitian sedikit-dikitnya harus mengandung unsur-unsur orisionalitas
- Penelitian harus didasarkan pada pandangan”ingin tahu”
- Penelitian harus berdasarkan pada asumsi bahwa suatu fenomena mempunyai
hukum dan pengaturan(order).
- Penelitian berkehendak untuk menemukan generalisasi atau dalil
- Penelitian merupakan studi tentang sebab akibat
- Penelitian harus menggunakan pengukuran yang akurat
- Penelitian harus menggunakan teknik yang secara sadar diketahui

5. AKTIVITAS PENELITIAN TEMPO DULU

Apakah semua pekerjaan untuk memecahkan suatu permasalahan dapat kita


golongkan sebagai penelitian? Hal ini sukar dijawab, walaupun sudah diberikan
definisi serta kriteria-kriteria penelitian. Perumusan-perumusan kriteria serta
sifat-sifat penelitian telah dikembangkan dengan melihat aktifitas-aktifitas ilmuwan
dalam mengerjakan penelitiannya. Hal yang juga sukar dijawab adalah sebagai
berikut.
Aktivitas bagaimanakah yang dapat digolongkan dalam kerja penelitian? Akan
tetapi, marilah secara kias kita melihat aktivitas-aktivitas dari ilmuan tempo dulu
melaksanakan kerja penelitiannya.
Cara penelitian yang sistematik (systematic inquiry) yang dilakukan oleh Charles
Darwin dengan menggunakan prinsip Baconian. Aktivitas penelitiannya adalah
secara induksi yang terpencar. Dipelajarinya variasi-variasi dari hewan dan tumbuhan,
dikumpulkannya fakta-fakta, tetapi tanpa petunjuk hipotesis. Aktivitas begini rupa
memakan waktu yang lama dan biaya yang mahal dan harus dilakukan oleh
orang-orang yang genius seperti Darwin.

6. SYARAT UTAMA UNTUK BERHASILNYA PENELITIAN

Penelitian yang efektif tidak dapat terjadi seenaknya saja, tetapi harus didukung
oleh faktor-faktor serta penunjang serta sarana dan prasarana yang cukup. Disamping
samping faktor peneliti sendiri maka faktor lingkungan sangat penting artinya dalam
menunjang keberhasilan penelitian.
Somers (1959) memberikan beberapa syarat agar pelaksanaan penelitian dapat
berjalan lancar. Syarat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Adanya kesadaran masyarakat


Masyarakat harus disadarkan tentang perlunya penelitian serta pentingnya
penelitian dalam pembangunan. Peneliti tidak dapat bekerja dalam suasana hampa.
Ilmuwan menghendaki laboratorium, lapangan percobaan, alat-alat, bahan-bahan serta
kesempatan untuk mengikuti konferensi dan kegiatan ilmiah. Semua ini menghendaki
biaya yang mana biaya ini akan diperoleh jika masyarakat sadar akan pentingnya
penelitian.

2. Harus Ada Pembiayaan yang memadai


Untuk penelitian, diperlukan biaya. Biaya ini harus datang dari rakyat, pemerintah
maupun dari pihak swasta. Dengan adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya
penelitian, maka dana untuk penelitian akan lebih mudah diperoleh.Biaya penelitian,
secara relatif memang mahal, tetapi biaya tersebut akan selalu dikembalikan dengan
jumlah yang lebih besar dengan berhasilnya penelitian. Pengeluaran untuk
penelitian bukanlah pengeluaran yang sia-sia. Biaya penelitian adalah investment
yang kelak akan membuahkan keuntungan.

3. Hasil Penelitian Harus Diterapkan


Penerapan hasil penelitian dengan segera merupakan suatu perangsang bagi si
peneliti. Banyak kejadian, hasil hasil penelitian tidak dengan segera diterapkan, tetapi
penemuan tersebut hanya tinggal dalam laporan saja dan di simpan dalam arsip
institut, tanpa diketahui oleh masyarakat apa kiranya hasil penelitian tersebut. Adalah
suatu kehormatan dan kebanggaan bagi si peneliti, jika hasil penelitiannya diterima
dan dipakai untuk kebaikan umat.

4. Harus Ada Kebebasan Dalam Meneliti


Penelitian akan berhasil baik, jika dalam meneliti terdapat kebebasan, walaupun
kebebasan ini tetap berada dalam batas-batas moral yang diterima masyarakat. Tiap
peneliti harus bebas memilih masalah serta bebas melapor hasil penelitiannya, tanpa
ada tangan-tangan halus yang akan menjurus atau mendikte penemuan tersebut untuk
memuaskan keinginan sekelompok orang saja.

5. Peneliti Harus Memenuhi Syarat


Faktor lain yang harus diperhatikan untuk mensukseskan penelitian adalah faktor
si peneliti sendiri sebagai the man behind the gun. Peneliti harus benar-benar ilmuwan
yang berbobot. Seorang peneliti harus menguasai ilmu dalam bidangnya dan harus
mempunyai devosi dan pengabdian yang tinggi dalam mengejar ilmu pengetahua.
Seorang peneliti harus mempunyai kejujuran intelektual, integritas, rajin dan
berkemauan keras. Seorang peneliti harus mempunyai sifat bertanggung jawab.
Tingkat efisiensi serta efektifitas dari penelitian tentu tidak sama. Efisiensi
penelitian sangat bergantung dari beberapa hal, antara lain : keterampilan peneliti dan
teknisian; organisasi penelitian serta kepemimpinan dan hubungan antar unit dalam
meneliti; orientasi kegiatan penelitian terhadap masalah ekonomi yang dihadapi.

Kualifikasi peneliti harus didasarkan kepada intelegensia, kekuatan bekerja serta


sifat jujur dan rajin. Whitney (1960) memberikan beberapa kriteria yang harus
dipunyai oleh peneliti, yaitu sebagai berikut.

a. Daya nalar. Seorang peneliti harus mempunyai daya nalar yang tinggi, yaitu
adanya kemampuan untuk memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik
secara induktif maupun secara deduktif.
b. Orisinalitas. Peneliti harus mempunyai daya khayal ilmiah dan harus kreatif.
Peneliti harus brilian, mempunyai inisiatif yang berencana serta harus subur
dengan ide-ide yang rasional dn menghindarkan ciplakan.
c. Daya ingat. Seorang peneliti harus mempunyai daya ingat yang kuat, selalu
ekstensif dan logis. Dapat dengan sigap melayani serta menguasai fakta-fakta.
d. Kewaspadaan. Seorang peneliti harus secara tepat dapt melakukan pengamatan
terhadap perumahan yang terjadi atas sesuatu variable atau suatu sifat fenomena.
Ia harus sigap dan mempunyai intaian yang tajam, serta responsif terhadap
perubahan atau kelainan.
e. Akurat. Seorang peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan serta tingkat
perhitungan yang akurat , tajam, serta tidak cepat muak.
f. Konsentrasi. Seorang peneliti harus mempunyai kekuatan konsentrasi yang tinggi,
kemauan yang keras, serta tidakcepat muak.
g. Dapat bekerja sama. Peneliti harus mempunyai sifat kooperatif, dapat bekerja sama
dengan siapa pun. Harus mempunyai keinginan untuk berteman secara intelektual,
dan dapt bekerja secara team-work. Ini menjurus kepada adanya sifat leadership
dari sipeneliti.
h. Kesehatan. Seorang peneliti harus sehat, baik jiwa maupun fisik. Peneliti harus
stabil, sabar, dan penuh vitalitas.
i. Semangat. Kesehatan sipeneliti harus ditunjang pula oleh adanya semangat untuk
meneliti. Peneliti harus mempunyai kreativitas serta hasrat yang tinggi.
j. Pandangan moral. Seorang peneliti harus mempunyai kejujuran intelektual,
mempunyai moral yang tinggi, beriman, dan dapat dipercaya.

Tingkat keterampilan dalam melaksanakan penelitian dapat dikategorikan atas 4


tingkat (Boyce dan Evenson, 1975), yaitu sebagai berikut
1. Keterampilan inventif (inventive skill)
Keterangan inventif merupakan sifat umum dari manusia. Seorang petani yang
sederhana dapat menemukan sesuatu dengan pengalaman. Keterampilan
dinamakan keterampilan inventif. Keterampilan jenis ini tidak memerlukan
penataran ataupun training secara formal.
2. Keterampilan teknis-engineering
Sarjana-sarjana lulusan universitas mempunyai keterampilan ini. Keterampilan ini
adalah hasil dari terapan dari text book untuk memecahkan masalah-masalah teknis
yang dihadapi. Secara umum, peneliti-peneliti dinegara berkembang, mem[punyai
keterampilan jenis ini.
3. Keterampilan teknis-ilmuah
Keterampilan teknis-ilmiah biasanya diperoleh sesudah menamatkan program
magister pada perguruan tinggi. Keterampilan ini berjenis-jenis tingkatnya dan
keterampilan yang diperoleh dapat menguasai teknik dan cukup kemampuan
ilmiah serta ackground teori dalam mengadakan analisis.
4. Keterampilan ilmiah konseptual
Dengan meningkatnya deraja keilmuan seseorang dan semakin dekatnya seseorang
mencapai scientific frontier of knowledge serta pengalaman yang cukup banyak,
maka sipeneliti telah memperoleh keterampilan konsepsional. Skill ini dipunyai
oleh peneliti yang cukup berpengalaman dan oleh Doktor-doktor Filosofi.
BAB METODE ILMIAH
3

1. PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk Allah selalu menghadapi banyak tantangan. Kemajuan


serta eksistensi manusia itu sendiri sangat bergantung kepadatekad manusia untuk
menjawab tantangan dan kesanggupan manusia untuk memecahkan masalah yang
kompleks dalam hidupnya.
Kerja memecahkan masalah akan sangat berbeda antara seorang ilmuawan dan
seorang awam. Seorang ilmuwan selalu menempatkan logika serta menghindarkan
diri dari pertimbangan subjektif.
Dalam meneliti, seorang ilmuwan dapat saja mempunyai teknik, pendekatan
ataupun cara yang berbeda dengan seorang ilmuwan lainnya. Namun, kedua ilmuwan
tersebut tetap mempunyai satu falsafah yang sama dalam memecahkan masalah, yaitu
menggunakan metode ilmuwan dalam meneliti. Seperti diketahui, ideal dari ilmu
adalah untuk memperoleh suatu interelasi yang sistematis dari fakta-fakta. Metode
ilmiah adalah suatu pengejaran(pursuit) dari ideal ilmu itu.

2. APAKAH YANG DIMAKSUD DENAGN METODE ILMIAH

Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur
oleh pertimbangan-pertimbangan logis. penelitian dan metode ilmiah mempunyai
hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah,
pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti
menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya. Menurut
Almack (1939) ,metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran.
Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai criteria serta langkah-langkah tertentu
dalam bekerja, seperti tertera pada skema 3.1 dibawah ini.
Skema 3.1
Kriteria dan Langkah-langkah Metode Ilmiah

Metode Ilmiah

Kriteria Langkah-langka
h

1. Berdasarkan fakta. 1. Memilih dan mendefinisikan masalah


2. Bebas dari prasangka. 2. Survei terhadap data yang tersedia
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisis. 3. Memformulasikan hipotesis
4. Menggunakan hipotesis. 4. Membangun kerangka analisis serta
5. Menggunakan ukuran objektif. alat-alat dalam menguji hipotesis
6. Menggunakan teknik kuantifikasi. 5. Mengumpulkan data primair
6. Mengolah, menganalisis serta membuat
interpretasi
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
8. Membuat laporan

3. KRITERIA METODE ILMIAH

Upaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah,
maka metode tersebut harus mempunyai criteria sebagai berikut.

1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan
dikumpulkan dan yang dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakt yang nyata.
Janganlah penemuan atau pembuktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira,
legenda-legenda, atau kegiatan sejenis.

2. Bebas dari prasangka


Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih, dan jauh dari
pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alas an dan
bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.
3. Menggunakan Prinsip Prasangka
Dalam memahami serta member arti terhadap fenomena yang kompleks, harus
digunakan prinsip analisi. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta
pemecahnnya dengan menggunakan analisis yang logis. Fakta yang mendukung
tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Akan
tetapi, semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisis
yang tajam.
4. Menggunakan Hipotesis
Dalam metode ilmiah,peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan
menggunakan analisis. Hipotesis harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta
memadu jalan pikiran kearah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin
diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesis merupakan pengarangan
yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5. Menggunakan ukuran objektif
Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif.
Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani.
Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan
pikiran yang waras.
6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan,
kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ukuran-ukuran
seperti ton,mm per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan.
Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh
sebatang rokok, dan sebagainya. Kuantifikasi yang termudah adalah dengan
menggunakan ukuran nominal, ranking,dan rating.

4. LANGKAH (STEP) DALAM METODE ILMIAH

Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan


metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.


(2) Mengadakan survey lapangan untuk merumuskan masalah-masalah yang ingin
dipecahkah.
(3) Membangun sebuah bibliografi.
(4) Memformulasikan dan mendifinisikan masalah.
(5) Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
(6) Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan
data atau bukti , baik langsung ataupun tidak langsung.
(7) Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan
pokok-pokok dasar dalam masalah.
(8) Menentukan apakah data atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak.
(9) menguji untuk diketahui apakah maslah dapat dipecahkan atau tidak.
(10) Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
(11) Mengatur data secara sistematis untuk dianalisis.
(12) Menganalisis data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpresi.
(13) Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
(14) Menggunakan citasi, referensi, dan footnote (catatan kaki).
(15) Menulis laporan penelitian.

Downing (1928), memberikan proses penelitian yang mempunyai 7 buah unsur


pemikiran ilmiah yang harus dipatuhi, serta 15 buah sifat ataupun tindakan serta
kualifikasi yang harus ada agar penelitian tersebut dapat dilaksanakan secara ilmiah.
Unsur serta sifat dan kualifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
Unsur Pemikiran Ilmiah Sifat atau Kualifikasi
1. Observasi (pengamatan) dengan suatu 1. Harus tetap dan ekstensif.
tujuan tertentu.
2. Analisis Sintesis. 2. Harus dikerjakan dalam berjenis
kondisi.
3. Mengingat dan memunculkan kembali 3. Harus berisi unsur-unsur esensial
Secara selektif. Dalam situasi problematik
4. Hipotesis. 4. Harus diperhitungkan kesamaan
atau keragaman dengan
mengingat bahaya analogi
5. Verifikasi dengan inferensi dan percobaan 5. Harus diberi perhatian pada
pengecualian-pengecualian.
6. Interpretasi harus dilakukan
secara selektif.
6. Pemberian alasan dengan:
a. Metode penyesuain
b. Metode perbedaan
c. Metode pertinggal
d. Metode variasi yang berhubungan
e. Metode persamaan dan perbedaan
7. Keputusan 7. Harus dimasukkan semua
hipotesis yang mungkin.
8. Inferensi harus diuji dengan
percobaan.
9. Hanya satu variabel yang
dibenarkan.
10. Data harus diatur secara
sistematik.
11. Keputusan yang diambil harus
berdasarkan
kebenaran-kebenaran data.
12. Pertimbangan harus melalui
ketepatan data.
13. Harus tidak mempunyai
prasangka.
14. Harus tidak pribadi.
15. Harus ditunda, jika data tidak
mencukupi.
Dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah, Abelson (1933) memberikan
langkah-langkah berikut.

1. Tentukan judul. Judul dinyatakan secara singkat.


2. Pemilihan masalah. Dalam pemilihan ini harus:
a. Nyatakan apa yang disarankan oleh judul,
b. Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki
masalah menurut kepentingan umum.
c. Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi, situasi, dan
hal-hal lain yang menyangkut bidang yang akan diteliti.

3. Pemecahan masalah. Dalam memecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut.


a. Analisis harus logis. Aturlah bukti dalam bentuk yang sistematis dan logis.
Demikian juga halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah.
b. Prosedur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat.
c. Urutkan data, fakta, dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan.
d. Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang
digunakan.
e. Tunjukkan cara datadikelolasampai mempunyai arti dalam memecahkan
masalah.
f. Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta huubungannya dalam berbagai
fase penelitian.

4. Kesimpulan
a. Berikan kesimpulan dari hipotesis. Nyatakan duaatau tiga kesimpulan yang
mungkin diperoleh.
b. Berikan implikasi dari kesimpulan . Jelaskan beberapa implikasi dari produk
hipotesis dengan memberikan beberapa inferensi.

5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan


dengan masalah. Nyatakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan
referensi bibliografi yang mungkin ada manfaatnya sebagai model dalam
memecahkan masalah.

Dari pedoman beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
dengan menggunakan metode ilmiahsekurang-kurangnya dilakukan dengan
langkah-langkah berikut.

1. Merumuskan serta mendefinisikan masalah


Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan
dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raruan, masalah tersebbut didefinisikan
secara jelas. Sampai kemana luas masalah yang akan dipecahkan . Sebutkan
beberapa kata kunci (key words) yang terdapat dalam masalah. Misalnya, masalah
yang dipilh adalah : bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha
tani di Aceh? Berikan definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim
apa, dan sebagainya.

2. Mengadakan studi kepustakaan


Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang
tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan
masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan diperpustakaan merupakan
hal yang tak dapat dihindarkan oleh seorang peneliti.

3. Memformulasikan hipotesis
Setelah diperoleh informasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada
sanngkut-pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan, maka tiba saatnya
peneliti memformulasikan hipotesis-hipotesis untuk penelitian.

4. Menentukan model untuk menguji hipotesis


Setelah hipotesi-hipotesis ditetapkan, kerja selanjutnya adalah merumuskan
cara-cara untuk menguji hipotesis tersebut. Pada ilmu-ilmu social yang telah lebih
berkembang, seperti ilmu ekonomi misalnya, pengujian hipotesis didasarkan pada
kerangka analisis(analytical framework) yang telah ditetapkan.

5. Mengumpulkan data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesis. Data tersebut yang merupakan
fakta yang digunakan untuk menguji hipotesis perlu dikumpulkan. Bergantung dari
masalah yang dipilih serta metode penelitian yang akan digunakan , teknik
pengumpulan data akan berbeda-beda.

6. Menyusun, menganalisis, dan memberikan interpretasi


Setelah data terkumpul,peneliti menyusun data untuk mengadakan analisis.
Sebelum analisis dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk
mempermudah analisis.

7. Membuat Generalisasi dan kesimpulan


Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari
penemuan-penemuan, selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan
dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesis. Apakah hipotesis benar
untuk diterima, ataukah hipotesis tersebut ditolak.

8. Membuat laporan ilmiah


Langkah akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang
hasil-hasil yang diperoleh dari penelitiann tersebut.

Sebagai kesimpulan, marilah kita lihat skema 3.2 yang memperagakan


langkah-langkah yang dikerjakan dalam melakukan penelitian. Skema tersebut
merupakan skema umum dalam penelitian social dalam ilmu-ilmu social yang
sudah berkembang. Dalam penelitian tersebut, kerja penelitian menjurus kepada
verifikasi dari suatu teori besar yang bersifat umum atau apa yang dinamakan
grand theory.
Skema 3.2

TEORI

8.

1.
Masalah
Lapangan
Masalah penelitian

Tujuan 1 Tujuan 2 Tujuan k

Kerangka Teoritis/ Konsepsual

Hipotesis 1 Hipotesis 2 Hipotesis k

Mengumpulkan Data

Analisis Data

Penafsiran Data

Generalisasi

Kesimpulan
BAB METODE PENELITIAN
4
1. PENDAHULUAN

Para peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam melaksanakan


penelitiannya. Sudah terang, metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur,
alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan
metode penelitian yang dipilih. Prosedur serta alat yang digunakan dalam penelitian
harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan. Karena itu, sebelum
melaksanakan penelitian, seorang peneliti perlu menjawab tiga buah pertanyaan
pokok sebagai berikut.

 Urutan kerja apakah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian.


 Alat-alat apa yang digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan
data?
 Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut.

Dalam mengelompokkan metode-metode penelitian, kriteria yang dipakai adalah


teknik serta prosedur penelitian. Namun tidak jarang terdapat, bahwa
pengelompokkan yang dibuat ada kalanya didasarkan pada prosedur saja dan ada
kalanya didasarkana pada teknik saja, karena ahli-ahli mencampuradukkan antara
metode dan teknik penelitian dalam membuat pengelompokan metode penelitian.
Penelitian dibagi oleh Crawford (1928) atas 14 jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Eksperimen
2. Sejarah
3. Psikologis
4. Case Study
5. Survei
6. Membuat Kurikulum
7. Analisis Pekerjaan
8. Interview
9. Questioner
10. Observasi
11. Pengukuran
12. Statistik
13. Tabel dan Grafik
14. Teknik perpustakaan
Dewasa ini pengelompokan penelitian lebih banyak didasarkan pada :
1. Sifat masalahnya, di samping alat dan teknik yang digunakan
2. Tempat dimana penelitian dilakukan
3. Waktu jangkauan penelitian, serta
4. Area ilmu pengetahuan yang mendukung penelitian tersebut

Sifat masalah yang dipecahkan

Pengelompokan berdasarkan sifat masalah membagi penelitian dengan


memperhatikan apakah masalah yang ingin dipecahkan tersebut masalah yang dapat
di kontrol apa tidak, masalah sosial ataukah masalah natura atau alamiah, dan apa
tujuan dari penelitian tersebut.

Teknik dan alat yang digunakan

Pengelompokan dapat didasarkan pada alat yang digunakan dalam


melaksanakan penelitian. Alat apa serta tekknik apa yang digunakan dalam
mengumpulkan data, serta dalam data.

Tempat dimana penelitian dilakukan

Dalam pengelompokan penelitian, maka lokus atau tempat penelitian juga


merupakan ciri khas penelitian. Apakah penelitian dilakukan di lapangan, di dalam
laboratorium, di perpustakaan, di dalam masyarakat, di kalangan pendidikan, dan
sebagainya.

Waktu jangkauan

Apakah penelitian yang dilakukan mengenai status dewasa ini, ataukah status
di masa lampau. Apakah penelitian hanya menganalisis hasil penelitian dengan
kesimpulan data generalisasi seperti data yang ada, ataukah juga memberikan ramalan
dan prediksi untuk masa yang akan datang.

Daerah penelitian

Pengelompokan dapat juga didasarkan pada daerah atau area penelitian yang
didukung oleh bidang ilmu tertentu, seperti filsafat, sosiologi, kependudukan,
psikologi, usaha tani, dan sebagainya.

Untuk dapat memberikan dengan jelas beberapa metode penelitian, maka


penelitian dikelompokkan dalam lima kelompok umum sebagai berikut :
1. Metode sejarah
2. Metode deskripsi / survei
 Metode survei
 Metode deskriptif berkesinambungan
 Metode studi kasus
 Metode analisis pekerjaan dan aktivitas
 Metode studi komperatif
 Metode studi waktu dan gerakan
3. Metode eksperimental
4. Metode grounded research
5. Metode penelitian tindakan

2. METODE SEJARAH

Metode sejarah menggunakan catatan observasi atau pengamatan orang lain yang
tidak dapat diulang-ulang kembali. Ini nyata sekali bedanya dengan metode penelitian
eksperimen pada fenomena natura, dimana data observasi dapat dikontrol dengan
percobaan.

2.1 Definisi

Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah
adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau
yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran
(Nevins, 1933). Penelitian dengan menggunakan metode sejarah penyelidikan yang
kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengelaman dimasa lampau
dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati tentang bukti faliditas dari sumber
sejarah, serta interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut.

2.2. Ciri-ciri metode sejarah


Beberapa ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut.
 Metode sejarah lebih banyak mengantungkan diri pada data yang diamati
orang lain di masa-masa lampau.
 Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan
dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal maupun
eksternal.
 Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta menggali informasi yang
lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan
yang standar.
 Sumber data harus dinyatakan secara difinitif, baik nama pengarang, tempat
dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta
harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah
berhubungan.

2.3. Sumber data pada metode sejarah


Sumber dari sejarah merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan
metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Anata lain : remain,
dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tulisan dan
sebagainya.
3. METODE EKSPERIMEN

Dari sudut lain, metode eksperimen dapat juga dibagi atas penelitian
eksperimental sungguhan (true experimental) dan eksperimental semu (quasi
experimental). Percobaan kedua jennis metode eksperimental tersebut adalah seperti
dibawah ini.

1. METODE EKSPERIMEN SUNGGUHAN

Menyelidiki kemungkinan hubungan sebab Akibat dengan desain dimana secara


nyata Ada kelompok perlakuan dan kelompok Kontrol dan membandingkan hasil
perlakuan Dengan kontrol secara ketat validitasinternalDan eksternal cukup utuh.
Contoh :
Penelitan tentang pengaruh dua metode mengajar bahasa inggris pada II SLA sebagai
fungsi dari taraf intelegensia (tinggi, sedang, rendah) dan besarnya kelas (besar, kecil),
dimana guru ditempatkan secara random berdasarkan intelegensia, besarnya kelas dan
metode mengajar.
Contoh lain :
Percobaan faktorial tentang pengaruh pemupukan dan jarak tanam dengan adanya
kontrol pada percobaan faktorial. Replikasi juga sangat ketat diawasi.

2. METODE EKSPERIMEN SEMU

Penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak mungkin


mengadakan kontrol/memanipulasikan semua variabel yang relevan. Harus ada
kompromi dalam menentukan validitas internal dan eksternal sesuai dengan
batasan-batasan yang ada.
Contoh :
Penelitian untuk mengetahui pengaruh dua macam cara menghafal kata-kata asing
pada empat buah kelas SLA tingkat I tanpa menentukan penempatan murid-murid
pada perlakuan secara random atau mengawasi waktu latihan secara cermat.
Contoh lain :
Penelitian untuk menilai efektifitas 3 cara mengajar konsep-konsep dasar suatu ilmu
di SD apabila guru-guru tertentu dapat secara suka rela tanpa random memilih cara
mengajar tertentu karena guru-guru tersebut tertarik akan bahan ajaran tersebut.

Perlu dijelaskan bahwa perbedaan antara penelitian percobaan sungguhan dan


percobaan semu menjadi kecil jika objek dari percobaan adalah manusia. Percobaan
sungguhan umumnya dilaksanakan pada penelitian-penelitian dalam ilmu natura.

4. METODE GROUND RESEARCH

Grounded research suatu penelitian yang metodenya dicetuskan oleh Glaser dan
Strauss (1967), yang mana penelitian dengan metode ini adalah lawan dari penelitian
secara verifikasi.

4.1 Definisi
Grounded research adalah suatu metode penelitian yang mendasarkan diri kepada
fakta dan menggunakan analisis perbandingan bertujuan untuk mengadakan
generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori, dan
mengembangkan teori dimana pengumpulan data dan analisis data berjalan pada
waktu bersamaan.
Dari definisi diatas, maka terlihat bahwa metode yang digunakan dalam grounded
research adalah reaksi terhadap metode penelitian yang asasnya verifikasi teori.
Dalam grounded research, data merupakan sumber teori, dan teori disebut grounded
karena teori tersebut berdasarkan data. Data yang diperoleh dapat dibandingkan
melalui kategori-kategori.

4.2 Ciri-ciri Grounded Research


Grounded research mempunyai ciri-ciri tersendiri. Ciri yang paling pokok dari
grounded research adalah menggunakan data sebagai sumber teori, sehingga teori
yang dibangun berdasarkan logika tidak ada tempatnya dalam penganut grounded
research. Lihat diagram dibawah ini.

Diagram 4.1

Uraian berdasarkan data Teori yang


Data menerangkan
data
Analisis menjadi konsep dan
hipotesis berdasarkan data

Ciri lain dari grounded research adalah menonjolkan peranan data dalam
penelitian. Data merupakan sumber dari teori dan sumber hipotesis.

4.3 Kelemahan dari Grounded Research

Kelemahan-kelemahan dari grounded research telah disajikan secara jelas oleh


(Vredenbregt,1981) yang patinya adalah sebagai berikut.
1. Grounded research mengunakan analisis perbandingan dan mensifatkan
analisis perbandingan sebagai penemuan yang baru. Karena grounded research
tidak menggunakan probality sampling, maka generalisasi akan mengandung
banyak bias.
2. Akhir suatu penelitian bergantung pada subjektifitas peneliti apakah hasilnya
siatu teori atau hanya satu generalisasi saja, tidak ada seorangpun yang tahu
kecuali peneliti itu sendiri.
3. Secara umum dapat disimpulkan bahwa teori yang diperoleh dalam grounded
researchadalah tidak didasarkan atas langkah-langkah sistematis melalui siklus
empiris dari metode ilmiah. Spekulasi dari sifat inpresionistis menjadi
kelemahan utama grounded research, sehingga diragukan adanya representatifitas,
validitas dan reliabilitas dari data.
4. grouded researc dapat disamakan dengan pilot studi atau exploratory research
belaka.
5. METODE PENELITIAN TINDAKAN ( ACTION RESEARCH)

Metode penelitian tindakan adalah suatu penelitian yang dikembangkan


bersama-sama antara peneliti dan decision maker tentang variabel-variabel yang dapat
dimanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan dan
pembangunan. Peneliti dan decision maker bersama-sama menentukan masalah,
membuat desain serta melaksanakan program-program tersebut.
Ciri utama dari penelitian tindakan adalah tujuannya untuk memperoleh
penemuan yang signifikan secara operasional sehinggan dapat digunakan ketika
kebijakan dilaksanakan. Suatu penemuan yang menyatakan bahwa pembentukan
modal pada suatu negara tidak berkembang karena kebiasaan menyimpan emas,
bukanlah kesimpulan yang operasioanl.Akan tetapi, suatu generalisasi dan kesimpulan
penelitian yang menyatakan bahwa penolakan peggunaan kontraseptik disebabkan
oleh penolakan istri karena ketakutan akan kesehatannya, adalah jenis penemuan yang
operasional untuk kebijakan pemerintah secara langsung.
Tujuan dari penelitian tindakan berjenis-jenis, tetapi secara umum dapat
diberikan tujuan-tujuan berikut.
 Untuk memperoleh keterangan yang objektif dalam rangka membenarkan
kebijakan atau kegiatan yang telah dibuat.
 Untuk memberikan keterangan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
kegiatan dan tindakan yang akan datang.
 Untuk membenarkan penundaan aksi, pengambilan tindakan atau tidak
mengambil tindakan apapun.
Untuk menstimulasikan pekerja-pekerja pelaksanaan program ke arah yang lebih
dinamis serta lebih menggiatkan implikasi dari berbagai alat untuk mencapai tujuan.
BAB
DESAIN PENELITIAN
5

1. Definisi

Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian
hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Dalam pengertian yang lebih
luas, desain penelitian mencakup proses-proses berikut.
a. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.
b. Pemilihan kerangka konsepsual untuk masalah penelitian serta
hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya.
c. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan,
luas jangkau(scope), dan hipotesis untuk diuji.
d. Membangun penyelidikan atau percobaan.
e. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-varibel.
f. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan.
g. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.
h. Membuat coding, serta mengadakan editing dan prosessing data.
i. Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan
generalisasi serta inferensi statistik.
j. Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi
data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan
beberapa saran-saran dan kerja penelitian yang akan datang.

Dari proses diatas, jelas terlihat bahwa proses tersebut terdiri atas dua bagian ,
yaitu:
1. Perencanaan penelitian, dan
2. Pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian.

2. DESAIN DALAM MERENCANAKAN PENELITIAN

Dalam merencanakan penelitian, desain dimulai dengan mengadakan penyelidikan


dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, dalam
memecahkan masalah. Dari penyelidikan itu, akan terjawab bagaimana hipotesis
dirumuskan dan diuji dengan data yang diperoleh untuk memecahkan suatu masalah.
Dari sini pula dapat dicari beberapa petunjuk tentang desain yang akan dibuat untuk
penelitian yang akan dikembangkan. Pemilihan desain biasanya dimulai ketika
seseorang peneliti sudah mulai merumuskan hipotesis-hipotesisnya.
3. DESAIN PELAKSANAAN PENELITIAN

Desain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaanataupun


pengamatan serta memilih pengukuran-pengukuran variabel, memilih prosedur dan
teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding,
editing, dan memproses data yang dikumpulkan. Dalam pelaksanaan penelitian
termasuk juga proses analisis data serta membuat pelaporan. Oleh Suchman
( 1967) desain dalam pelaksanaan penlitian dibagi atas:
1. Desain sampel.
2. Desain alat (instrumen)
3. Desain administrasi.
4. Desain analisis.

4. JENIS-JENIS DESAIN PENELITIAN

Pengelompokan desain percobaan yang menyeluruh belum dapat dibuat dewasa


ini, karena masing-masing ahli mengelompokkan jenis desain penelitian sesuai
dengan kondisi dari ilmuwan sendiri. Misalnya, McGrath (1970) membagi desain
penelitian atas lima , yaitu : percobaan dengan kontrol, studi, survei, investigasi, dan
penelitian tindakan. Sedangkan Barnes (1964) membagi desain penelitian atas :
1. studi ”sebelum-sesudah” dengan kelompok kontrol
2. studi ”sesudah saja” dengan kelompok kontrol
3. studi ”sebelum-sesudah” dengan satu kelompok
4. studi ”sesudah saja” tanpa kontrol
percobaan ex post facto.

Anda mungkin juga menyukai