ANALISIS FARMASI
PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABLET DENGAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
2019
PERCOBAAN I
PENENTUAN KADAR PARACETAMOL DALAM TABLET
1. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Membuat kurva hubungan konsentrasi dan absorban
b. Menentukan persamaan garis regresi linier
c. Menentukan kadar zat tunggal memakai Hukum Lambert Beer dan
memeakai persamaan garis regresi linier
d. Penentuan ketepatan (akurasi)
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Metode analisis spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak
memanfatkan fenomena absorpsi sinar radiasi elektromagnetik di daerah
ultraviolet dan daerah sinar tampak oleh larutan sampel (anorganik maupun
organik). Spektrofotometri UV-Vis termasuk salah satu metode analisis
instrumental yang frekuensi penggunaannya paling banyak serta merupakan
instrumental yang banyak ditemukan dalam laboratorium kimia analisis.
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopi yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik UV dekat (190nm-380nm) dan
sinar tampak (380nm-780nm) dengan memakai instrument spektrofotometer.
Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak
dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. (Widjaja dkk, 2008,
Widjaja dkk, 2013).
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan
sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data spektra UV-Vis
secara tersendiri tidak dapat digunakan identifikasi kualitatif obat atau
metabolitnya. Akan tetapi jika digabung dengan cara lain seperti spektroskopi
infra merah, resonansi magnet inti, dan spektroskopi massa, maka dapat
digunakan untuk maksud identifikasi atau analisis kualitatif suatu senyawa
tersebut. Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah panjang
gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut, yang kesemuanya itu
dapat diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan. Dari spektra
yang diperoleh dapat dilihat, misalnya serapan (absorbansi) berubah atau
tidak karena peruubahan pH. Jika berubah, bagaimana perubahannya apakah
dari batokromik ke hiposkromik, dan sebagainya; obat-obat yang netral
2
misalnya kafein, kloramfenikol, atau obat-obat yang berisi auksukrom yang
tidak terkonjugasi seperti amfetamin, siklizin, dan pensilidin (Gandjar dkk,
2007).
Apabila suatu berkas radiasi dengan intensitas Io dilewatkan melalui
suatu larutan dalam wadah yang transparan maka sebagian radiasi akan
diserap sehingga intensitas radiasi yang diteruskan sebesar I yang lebih kecil
dari Io. Maka transmitan (T) dari larutan merupakan Fraksi dari radiasi yang
diteruskan atau ditransmisi oleh larutan yaitu:
T= I/Io, Hukum yang digunakan dalam metode ini adalah hukum Beer-
Lambert
T= A= log = - log T
P0/P)
3
Rumus Kimia : C8H9NO2
Sinonim : Acetaminofen (N-Acetyl-p-aminophenol)
Berat molekul : 151,16 gram/mol
Kandungan : Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebihdari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat
Pemerian : Serbuk hablur, putih: tidak berbau; rasa sedikit pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9
bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida (Depkes, RI,
1979). Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidoksida 1 N; mudah
larut dalam etanol
Suhu lebur : antara 1680 dan 1720
pH : Larutan jenuh paracetamol memilki pH antara 5,3-6,5
pKa : 9,5 (Moffat, et al., 2005).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat : Paracetamol merupakan derivat dari asetanilida yang
merupakan
metabolit dari fenasetin yang dahulu banyak digunakan sebagai analgetikum,
tapi pada tahun 1978 ditarik dari peredaran karena efek sampingnya berupa
nefrotoksisitas dan karsinogen. Khasiat dari paracetamol ini adalah sebagai
analgesik dan antipireti, tetapi tidak untuk antiradang. Dewasa ini
paracetamol dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman juga untuk
swamedikasi (Tjay dan Rahardja., 2008) (Depkes RI,1979).
4
c. Gelas piala 100 ml
d. Spektrofotometer
e. Pipet tetes
f. Botolsemprot
g. Tissue
h. Lap
i. Kuvet ukuran 1cm
Bahan :
a. Paracetamol baku
b. Tablet parasetamol
c. Aquades
d. NaOH padat
4. PROSEDUR KERJA
Penyiapan larutan
5
4. Larutan blanko = larutan NaOH 0,1 N
Pengukuran
5. SKEMA KERJA
Penyiapan Larutan
Pengukuran
λ (nm) A
220
224
228
232
236
240
244
248
252
254 0,002
256
260
264
268
272
276
280
284
288
292
8
296
300
C. Absorbansi Paracetamol
Parasetamol 1 602 mg
Parasetamol 2 594 mg
Parasetamol 3 595 mg
9
b. Molaritas Seri Larutan Baku
λ (nm) A
220
224
228
232
236 Panjang gelombang
240 maksimum adalah saat hasil
244 absorbansi tertinggi atau
248 maksimum.
252 Maka panjang gelombang
254 0,002 maksimum untuk
256 paracetamol adalah 257 nm.
260
264
268
10
272
276
280
284
288
292
296
300
e. Kurva Kalibrasi
11
f. Penyiapan Larutan Uji Tablet Paracetamol
- Hasil Penimbangan 3 Tablet Paracetamol
Parasetamol 1 602 mg
Parasetamol 2 594 mg
Parasetamol 3 595 mg
y = 0,1996x - 0,3967
8. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul Penetapan Kadar Parasetamol Dalam
Tablet Dengan Spektrofotometri Uv-Vis dengan tujuan membuat kurva
13
hubungan konsentrasi dan absorban, menentukan persamaan garis regresi
linier dan menentukan kadar zat tunggal memakai hukum Lambert Beer dan
memakai persamaan gari regresi linier serta Penentuan ketepatan (akurasi).
Pada praktikum kali ini adapun alat yang digunakan yaitu labu takar ukuran
25 dan 50 ml, pipet volume ukuran 1,5 dan 10 ml, pipet ukur 1,5 dan 10 ml,
gelas piala 100 ml, Spektrofotometer UV-Vis AMV11PC, pipet tetes,
botolsemprot, tissue, lap dan kuvet ukuran 1cm. selain itu bahan yang
digunakan adalah paracetamol baku, tablet parasetamol, aquades dan NaOH
padat.
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek analgetik dan
antipiretik yang disebabkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol
mempunyai gugus kromofor dan ausokrom yang dapat menyerap sinar radiasi,
selain itu Parasetamol dapat diderivatisasi membentuk senyawa kompleks
berwarna dengan reagen pengompleks (diantaranya FeCl 3 dan NaNO2), dua
hal ini menjadi syarat senyawa untuk dapat ditentukan kadarnya dengan
metode Spektrofotometri dengan sinar tampak. Parasetamol dianalisis
kadarnya dengan menggunakan spektrofotometer karena secara struktur
diketahui bahwa paracetamol mempunyai gugus kromofor dan gugus
auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi pada
daerah ultraviolet. Paracetamol mempunyai spectrum ultraviolet dalam
suasana asam pada panjang gelombang 245 nm.
Langkah awal dalam melakukan analisis dengan spektrofotometri ialah
dengan memastikan senyawa dapat dianalisis dengan spektrofotometri, pada
praktikum ini dapat diketahui bahwa parasetamol mempunyai gugus kromofor
yang artinya memiliki ikatan rangkap terkonjugasi gugus inilah yang
bertanggung jawab dalam penyerapan sinar, hal inilah yang menjadi syarat
senyawa dapat dianalisis dengan spektrofotometri. Kemudian langkah
selanjutnya adalah pembuatan larutan blanko, pada praktikum kali ini
digunakan NaOH sebanyak 2 gram yang dimasukkan ke dalam labu takar dam
dilarutkan dengan aquadest sampai tanda batas. NaOH 0,1 N ini digunakan
untuk melarutkan parasetamol dan sebagai larutan blanko.
Selanjutnya adalah pembuatan larutan stok baku parasetamol,
menggunakan serbuk parasetamol sebanyak 10 mg, lalu dimasukkan ke dalam
14
labu takar 50 ml dan dilarutkan dengan NaOH 0,1 N tadi sampai tanda batas,
sehingga diperoleh kadar larutan 0,2 mg/ml. Larutan ini akan digunakan untuk
pengukuran berikutnya.
Selanjutnya pembuatan larutan siap ukur baku parasetamol, dimana
larutan stok baku parasetamol tadi di pipet dengan volume berbeda yaitu 1,0;
1,5 ; 2,0 ;2,5 ; 3,0 ml, yang kemudian dimasukkan ke dalam labu 25 ml dan
ditambahkan larutan NaOH 0,1 N tadi hingga tanda batas. Larutan ini dengan
konsentrasi berbeda akan digunakan untuk menentukan absorbansi dari tiap
konsentrasinya, yang kemudian dibuatkan kurva kalibrasi.
Selanjutnya pembuatan larutan sampel dari tablet parasetamol, dimana
digunakan 3 tablet parasetamol yang diukur bobot masing-masingnya. Tablet
1: 602 mg, tablet 2: 594 mg, tablet 3: 595 mg. Rata-rata bobot ketiga tablet
tersebut adalah 597 mg. Masing-masing tablet digerus hingga homogen lalu
ditimbang parasetamol serbuk tersebut dengan bobot 400mg parasetamol.
Serbuk parasetamol dilarutkan dengan 100ml NaOH 0,1N pada labu takar lalu
dikocok homogen untuk mengoptimalkan paracetamol larut sempurna dalam
NaOH 0,1 N. Selanjutnya larutan tersebut di saring dengan menggunakan
kertas saring dan hasilnya dimasukkan ke dalam erlemeyer.
Dalam pengukuran paracetamol, panjang gelombang yang digunakan
tergantung oleh pelarut yang digunakan, dimana untuk pelarut Dapar Fosfat
diukur pada panjang gelombang 243 nm, kemudian untuk pelarut etanol
diukur pada panjang gelombang 249 nm. Sedangkan pada percobaan ini
larutan paracetamol ini diukur pada panjang gelombang 254 nm. Pengukuran
dilakukan pada rentang panjang gelombang ini karena panjang gelombang
maksimum parasetamol berada pada rentang tersebut, yaitu 257 nm (Moffat et
al., 2005). Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang
gelombang maksimal, yaitu:
1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena
pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk
setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.
2. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar
dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.
15
3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh
pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil ketika digunakan
panjang gelombang maksimal.
Sebelum dilakukan pengukuran larutan baku alat spektrofotometri
dikalibrasi dengan menggunkan larutan blangko yaitu NaOH. NaOH
digunkana sebagai blanko karena NaOH digunkan sebagai pelarut
paracetamol. Tujuan penggunaan larutan blanko adalah untuk membuat
konsentrasi pelarut menjadi nol sehingga tidak akan terukur oleh detector dan
tidak menggangu pembacaan absorbansi sampel dan dengan demikian dapat
memperkecil kesalahan (Depkes RI, 1979).
Larutan sampel parasetamol diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 254 nm dan diperoleh hasil absorbansi sampel pertama sampai
sampel kelima berturut-turut, yakni 0,0024; 0,0032; 0,0009; 0,0043; 1.
Dari hasil perhitungan didapatkan persentase perolehan kembali
sebesar 9,95 % dari hasil tersebut dapat diketahui kadar paracetamol dalam
sediaan tablet tidak memenuhi standar persyaratan tablet karena menurut
Farmakope Indonesia Edisi III yaitu tablet Asetaminofen mengandung tidak
kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%. Maka berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa metode spektrofotometri UV pada analisis
penetapan kadar paracetamol dalam tablet dinyatakan tidak valid. Hal ini juga
dapat dilihat dari kurva kalibrasi yang terbentuk dimana absorbansi dan
konsentrasi harus berbanding lurus, namun hasil yang kami peroleh tidak
berbanding lurus. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya ketelitian saat
melakukan pratikum dan kurangnya kemahiran pratikan dalam melaksanakan
pratikum. Selain itu karena penggunaan alat spektrofotometri UV-Vis
digunakan bersama-sama, dan harus mengantri penggunaannya, sehingga
larutan yang telah dibuat harus didiamkan cukup lama yang memungkinkan
larutan teroksidasi. Konsentrasi larutan yang terlalu pekat dan terlalu encer
dapat menyebabkan penyimpangan hukum Lambert Beer. Hal ini dapat
disebabkan karena interaksi molekul-molekul zat terlarut dengan pelarut.
Interaksi ini dapat mengubah kemampuan untuk absorbs cahaya pada panjang
gelombang yang diberikan. Factor lain yang mempengaruhi kelinieran kurva
16
adalah adanya disosiasi zat pada pengenceran, terjadinya polimerisasi dan pH
larutan (Handoko,1996)
9. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dari praktikum ini, maka dapat
disimpulkan bahwa :
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, Prof. Dr. Ibnu Gholib, DEA., Apt dan Rohman, Abdul, M. Si., Apt, 2007.
Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Handoko, D.S. P. 1996. Mempelajari Secara Kuantitatif Sifat Karbon Aktif
Sebagai Absorben. Jember: Makalah Seminar Hasil Penelitian Fakultas
Ilmu Pendidikan Fisika Universitas Jember
Hoan Tjay, Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Moffat, C.A., M. D. Osselton, B. Widdop. 2005. Clarke’s Anaysis of Drugs and
Poisons. Pharmaceutical Press. Publications division of the Royal
Pharmaceutical Society of Great Britain.
Widjaja, K., P. Susanti, L. Laksmiani dan D. Cahyadi. 2013. Petunjuk Praktikum
Kimia Analis. Jimbaran: Udayana University Press.
17
Widjaja, I N.K., K.W. Astuti, N.M.P. Susanti, dan I M.A.G. Wirasuta. 2008. Buku
Ajar Analisis Farmasi Fisiko Kimia. Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA
UNUD
Lampiran
No Gambar Keterangan
1. Penimbangan
tablet paracetamol
18
2. Penimbangan
Tablet paracetamol setelah
penggerusan
3. Penimbangan baku
paracetamol
19