Anda di halaman 1dari 23

ANALISA JURNAL

PENGARUH TERAPI WARNA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN


PADA IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III

OLEH

HARIYATI ARBI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses perkembangan janin dalam rahim seorang wanita,
yang pada umumnya berlangsung sekitar 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari),
yang dihitung saat awal periode menstruasi yang terakhir hingga melahirkan. Selama
proses perkembangan janin tersebut seluruh sistem tubuh wanita mengalami banyak
perubahan yang terjadi akibat meningkatnya hormonal yang dikeluarkan oleh
plasenta, sehingga menimbulkan berbagai adaptasi pada tubuh wanita hamil. Wanita
hamil akan mengalami adaptasi atau perubahan secara fisiologis dan psikologis.
Ketika perubahan fisiologis dan psikologis dialami wanita hamil maka seorang
wanita hamil harus dapat beradaptasi terhadap berbagai perubahan tersebut,jika
wanita hamil tidak dapat beradaptasi dengan baik maka akan timbul berbagai masalah
psikologis. Salah satu aspek psikologis yang berpengaruh pada kehamilan adalah
kecemasan (Muharyani, Jaji, & Sijabat, 2015).
Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
respons otonom. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman (Herdman & Kamitsuru, 2015).
Kecemasan selalu melibatkan komponen psikis dan biologis. Komponen psikis
pada kecemasan berbentuk perasaan khawatir, cemas, was-was, gugup, rasa tidak
aman, takut, mudah terkejut, serta ketegangan terus menerus. Kadangkala disertai
dengan pembicaraan yang cepat atau bahkan terputus putus. Gejala biologis antara
lain keluhan sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, keringat
dingin, detak jantung berdebar-debar, nyeri pada daerah ulu hati serta lekas lelah
(Sari, Nurjasmi, Aticeh, Hartaty, & Ichwan, 2018).
Ada beberapa kecemasan yang dialami para ibu primigravida menjelang
persalinan pertamanya, mulai dari cemas akan bayi lahir prematur, cemas terhadap
perkembangan janin dalam rahim, cemas akan kematian bayinya, cemas akan

2
kelahiran bayinya cacat, cemas akan proses persalinan, cemas akan kemungkinan
komplikasi saat persalinan dan cemas akan nyeri saat persalinan. Berdasarkan hasil
penelitian Astria , tingkat kecemasan ibu primigravida atau ibu pada kehamilan
pertama lebih tinggi dibandingkan dengan ibu multigravida. Ibu primigravida
mengalami kecemasan karena kehamilan yang dialaminya merupakan suatu
pengalaman yang baru pertama kali dirasakan dan ketidaktahuan menjadi faktor
penunjang terjadinya kecemasan. Ada beberapa kecemasan yang dialami para ibu
primigravida menjelang persalinan pertamanya, mulai dari cemas akan bayi lahir
prematur, cemas terhadap perkembangan janin dalam rahim, cemas akan kematian
bayinya, cemas akan kelahiran bayinya cacat, cemas akan proses persalinan, cemas
akan kemungkinan komplikasi saat persalinan dan cemas akan nyeri saat persalinan
(Muharyani, Jaji, & Sijabat, 2015).
Menurut Yulianti (2004) dalam Wandira & Pribadi (2011), untuk menghindari
dampak dari kecemasan, maka diperlukan adanya suatu pengelolaan kecemasan yang
baik. Dalam mengelola kecemasan dapat dilakukan dengan terapi farmakologi yang
meliputi penggunaan obat cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti depressant), serta
terapi nonfarmakologi yang meliputi pendekatan perilaku, pendekatan kognitif, serta
relaksasi. Salah satu jenis terapi yang dapat menimbulkan relaksasi sehingga dapat
mengurangi kecemasan dan belum banyak di terapkan di Indonesia adalah terapi
warna.
Dalam kehidupan warna-warna memegang suatu peranan penting. Secara
psikologis, diuraikan oleh Linschoten dan Mansyur (dalam Atma, 2011) tentang
warna, yaitu warna-warna bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja,
warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian
estetis dan turut menentukan suka tidaknya akan bermacam-macam benda. Salah satu
fungsi warna, secara psikologis yaitu dapat memberikan pengaruh tertentu pada
perangai kita dan penghidup jiwa kita. Warna dapat mempengaruhi jiwa manusia
dengan kuat atau dapat mempengaruhi emosi manusia dan menggambarkan suasana
hati seseorang (Darmaprawira, 2002).

3
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Terapi
Warna Hijau Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu Primigravida Trimester III”
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Ibu Primigravida Trimester III.
1.3. Manfaat
1. Manfaat Praktis
Bagi Program Studi Profesi Ners, dapat dijadikan referensi tentang
Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu
Primigravida Trimester III.
2. Manfaat Teoritis
Bagi Perawat Diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam menerapkan
Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu
Primigravida Trimester III.

4
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS
2.1 Metode Pencarian
Analisa jurnal ini menggunakan 2 (dua) media atau metode pencarian jurnal yaitu
menggunakan data base dari google scholar science direct sebagai berikut :
Kata kunci Hasil pencarian
VCT, Terapi Warna, Kecemasan 250
Terapi Warna, Kecemasan 342
Terapi Warna Hijau, Ibu Primigravida, 135
Trimester III, Kecemasan
Membatasi tahun publikasi 2013-2019 143

Kata kunci Hasil pencarian


anxiety, primigravida, Trimester III, 97
green color

2.1. Konsep Tentang Tinjauan Teoritis


2.2.1 Kehamilan
A. Definisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi (Yulistiana, 2015). Manuaba, 2012,
mengemukakan kehamilan adalah proses mata rantai yang bersinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan
zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan placenta dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Sholic hah, Nanik, 2017: 79-80).
Manuaba (2010) mengemukakan lama kehamilan berlangsung sampai persalinan
aterm (cukup bulan) yaitu sekitar 280 sampai 300 hari (Kumalasari. 2015: 1).

5
Kehamilan didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah telur dan sebuah
sperma, yang menandai awal suatu peristiwa yang terpisah, tetapi ada suatu
rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-kejadian itu ialah
pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan
gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Jika peristiwa ini berlangsung
baik, maka proses perkembangan embrio dan janin dapat dimulai (Bobak, 2005).
B. Proses Kehamilan
Bertemunya sel sperma laki-laki dan sel ovum matang dari wanita yang
kemudian terjadi pembuahan, proses inilah yang mengawali suatu kehamilan.
Agar terjadi suatu kehamilan harus ada sperma, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio pada dinding rahim,
hingga plasentasi / pembentukan plasenta.
Dalam proses pembuahan, dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur
dan sel sperma. Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita, saat
terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu sel telur
yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai – rumbai
(microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran telur (tuba
fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah
ovulasi.
Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu sel telur setiap bulan, hormon
pria testis dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma. Saat melakukan
senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon) masuk kedalam
rongga rahim melalui saluran telur untuk mencari sel telur yang akan di buahi
dan pada akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur.
C. Tanda-Tanda Kehamilan
Ada 2 tanda yang menunjukkan seorang wanita mengalami suatu kehamilan,
tanda pasti dan tanda tidak pasti. Tanda tidak pasti dibagi menjadi dua, pertama
tanda subjektif (presumtif) yaitu dugaan atau perkiraan seorang wanita

6
mengalami suatu kehamilan, kedua tanda objektif (probability) atau
kemungkinan hamil.
1. Tanda Pasti
a. Terdengar Denyut Jantung Janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat didengarkan dengan stetoskop Laennec/
stetoskop Pinard pada minggu ke 17-18. Serta dapat didengarkan dengan
stetoskop ultrasonik (Doppler) sekitar minggu ke 12. Auskultasi pada janin
dilakukan dengan mengidentifikasi bunyi-bunyi lain yang meyertai seperti
bising tali pusat, bising uterus, dan nadi ibu (Kumalasari, 2015).
b. Melihat, meraba dan mendengar pergerakan anak saat melakukan
pemeriksaan,
c. Melihat rangka janin pada sinar rontgen atau dengan USG (Sunarti,
2013).
2. Tanda – Tanda Tidak Pasti
a. Tanda Subjektif (Presumtif/ Dugaan Hamil)
1) Aminorhea (Terlambat datang bulan)
Yaitu kondisi dimana wanita yang sudah mampu hamil,
mengalami terlambat haid/ datang bulan. Konsepsi dan nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel degraaf dan ovulasi.
Pada wanita yang terlambat haid dan diduga hamil, perlu ditanyakan
hari pertama haid terakhirnya (HPHT). supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dihitung dengan
menggunakan rumus Naegele yaitu TTP : (hari pertama HT + 7),
(bulan - 3) dan (tahun + 1) (Kumalasari, 2015).
2) Mual (nausea) dan Muntah (vomiting)
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran
asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang
terjadi terutama pada pagi hari yang disebut dengan morning sickness.
Akibat mual dan muntah ini nafsu makan menjadi berkurang. Dalam

7
batas yang fisiologis hal ini dapat diatasi Dalam batas tertentu hal ini
masih fisiologis Untuk mengatasinya ibu dapat diberi makanan ringan
yang mudah dicerna dan tidak berbau menyengat (Kumalasari, 2015).
3) Mengidam
Wanita hamil sering makan makanan terntentu, keinginan yang
demikian disebut dengan mengidam, seringkali keinginan makan dan
minum ini sangat kuat pada bulan – bulan pertama kehamilan. Namun
hal ini akan berkurang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia
kehamilan.
4) Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope
atau pingsan bila berada pada tempa-tempat ramai yang sesak dan
padat. Keadaan ini akan hilang sesudah kehamilan 16 minggu
(Kumalasari, 2015).
5) Perubahan Payudara
Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara mensekresi
kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu (Sartika,
2016). Pengaruh estrogen – progesteron dan somatotropin
menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara
membesar dan tegang, ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit
terutama pada hamil pertama (Kumalasari, 2015: 2). Selain itu,
perubahan lain seperti pigmentasi, puting susu, sekresi kolostrum dan
pembesaran vena yang semakin bertambah seiring perkembangan
kehamilan.
6) Sering miksi
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan
oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan

8
kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena
kandung kemih ditekan oleh kepala janin (Prawirohardjo, 2008).
7) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus
otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB (Sunarsih, 2011).
b. Tanda Obyektif (Probability/ Kemungkinan)
1) Pembesaran Rahim/ Perut
Rahim membesar dan bertambah besar terutama setelah kehamilan
5 bulan, karena janin besar secara otomatis rahim pun membesar dan
bertempat di rongga perut. Tetapi perlu di perhatikan pembesaran
perut belum jadi tanda pasti kehamilan, kemungkinan lain disebabkan
oleh mioma, tumor, atau kista ovarium.
2) Perubahan Bentuk dan Konsistensi Rahim
Perubahan dapat dirasakan pada pemeriksaan dalam, rahim
membesar dan makin bundar, terkadang tidak rata tetapi pada daerah
nidasi lebih cepat tumbuh atau biasa disebut tanda Piscasek.
3) Perubahan Pada Bibir Rahim
Perubahan ini dapat dirasakan pada saat pemeriksaan dalam,
hasilnya akan teraba keras seperti meraba ujung hidung, dan bibir
rahim teraba lunak seperti meraba bibir atau ujung bawah daun telinga
(Sunarti, 2013).
4) Kontraksi Braxton Hicks
Kontraksi rahim yang tidak beraturan yang terjadi selama
kehamilan, kontraksi ini tidak terasa sakit, dan menjadi cukup kuat
menjelang akhir kehamilan. Pada waktu pemeriksaan dalam, terlihat
rahim yang lunak seakan menjadi keras karena berkontraksi.
5) Adanya Ballotement
Ballotement adalah pantulan yang terjadi saat jari telunjuk
pemeriksa mengetuk janin yang mengapung dalam uterus, hal ini

9
menyebabkan janin berenang jauh dan kembali keposisinya semula/
bergerak bebas. Pantulan dapat terjadi sekitasr usia 4-5 bulan, tetapi
ballotement tidak dipertimbangkan sebagai tanda pasti kehamilan,
karena lentingan juga dapat terjadi pada tumor dalam kandungan ibu.
6) Tanda Hegar dan Goodells
Tanda hegar yaitu melunaknya isthmus uteri (daerah yang
mempertemukan leher rahim dan badan rahim) karena selama masa
hamil, dinding –dinding otot rahim menjadi kuat dan elastis sehingga
saat di lakukan pemeriksaan dalam akan teraba lunak dan terjadi antara
usia 6-8 minggu kehamilan dan tanda goodells yaitu melunaknya
serviks akibat pengaruh hormon esterogen yang menyebabkan massa
dan kandungan air meningkat sehingga membuat serviks menjadi lebih
lunak (Kumalasari, Intan. 2015).
7) Tanda Chadwick
Tanda yang berwarna kebiru-biruan ini dapat terlihat saat
melakukan pemeriksaan, adanya perubahan dari vagina dan vulva
hingga minggu ke 8 karena peningkatan vasekularitas dan pengaruh
hormon esterogen pada vagina. Tanda ini tidak dipertimbangkan
sebagai tanda pasti, karena pada kelainan rahim tanda ini dapat
diindikasikan sebagai pertumbuhan tumor.
8) Hyperpigmentasi Kulit
Bintik –bintik hitam (hyperpigmentasi) pada muka disebut
chloasma gravidarum. Hyperpigmentasi ini juga terdapat pada areola
mamae atau lingkaran hitam yang mengelilingi puting susu, pada
papilla mamae (puting susu) dan di perut. Pada wanita yang tidak
hamil hal ini dapat terjadi kemungkinan disebabkan oleh faktor alergi
makanan, kosmetik, obat-obatan seperti pil KB (Sunarti, 2013).

10
2.2.2 Konsep Teori Kecemasan
A. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu
tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap
situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul
sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi
(Savitri Ramaiah, 2003).
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widuri, 2007)
kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan
merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,
pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan
identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami
siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan
akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.
B. Gejala Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya
ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal kadang
kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada
penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih
jelas pada individu yang mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi
individu yang mengidap penyakit mental yang parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak
jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang,
tidur tidak nyenyak, dada sesak.Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan
merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram,
ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari, 2004).
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan
kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dantidak menyenangkan. Gejala-
gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang.

11
Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widury, 2007) menyebutkan
bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan
adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau
nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu.
Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas,
atau menyebabkan konflik bagi individu.
C. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau
situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut
Savitri Ramaiah (2003:11) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi
kecemasan, diantaranya yaitu :
1) Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga,
sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak
aman terhadap lingkungannya.
2) Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika
dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat
lama.
3) Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama
ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan
ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

12
D. Jenis-jenis Kecemasan
Mustamir Pedak (2009:30) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan
yaitu :
1) Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini dianggap
sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.
2) Kecemasan Irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan-
keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
3) Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa
dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut.
Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran
fundamental bagi kehidupan manusia.

13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Author Judul Tahun Metode Hasil Source
Putri Widita Pengaruh 2015 Desain Hasil pretest dan Google
Muharyani Terapi Warna penelitian posttest dengan Sholar
Hijau pra menggunakan uji
Jaji Terhadap eksperimen marginal homogeneity
Tingkat dengan didapatkan nilai p
Ayu Kecemasan pendekatan value = 0,000 yang
Kurniati Ibu one group artinya H1 diterima
Sijabat Primigravida pretest – (ada pengaruh yang
Trisemester III posttest signifikan terapi warna
design. hijau terhadap tingkat
Jumlah kecemasan ibu
sampel primigravida trimester
penelitian III di Wilayah Kerja
sebanyak 15 Puskesmas
orang yang Timbangan).
diambil
dengan
menggunaka
n teknik
purposive
sampling.
Pengambilan
data
diperoleh

14
dengan
menggunaka
n kuesioner
HARS yang
dilakukan
dari bulan
Mei sampai
Juni 2014,
kemudian
data
dianalisis
menggunaka
n uji
Marginal
homogeneity
Sarifatul Analisis 2019 analisis Pada P1 dari skor 26 Google
Mabruroh Asuhan asuhan
(kecemasan berat) Scholar
Keperawatan keperawata
Tri pada Ibu n ini menjadi skor 12 (tidak
Sumarsih Hamil dengan menggunak
ada kecemasan), P2
Masalah an metode
Ansietas deskriptif dari skor 28
Melalui berupa
(kecemasan berat)
Metode Terapi studi
Warna Hijau di kasus pada menjadi skor 12 (tidak
Ruang tiga pasien
ada kecemasan), P3
Flamboyan dengan
RSUD Prof. tindakan dari skor 30
dr. Margono keperawata
(kecemasan berat)
Soekarjo n dilakukan
selama 3 menjadi skor 15
Purwokerto
hari. Subjek
(kecemasan ringan).
adalah ibu
hamil n Penurunan tingkat
masalah

15
ansietas. kecemasan terjadi pada
Instrumen
ketiga klien, P1
studi kasus
ini sebanyak 25%, P2
menggunak
sebanyak 28,5% dan
an lembar
observasi P3 sebanyak 26,8%.
kecemasan
Evaluasi kemampuan
skala
HARS ketiga klien dalam
mengontrol kecemasan
setelah diberikan terapi
warna hijau, rata-rata
sebanyak 94,4%.
Terapi warna hijau
sangat efektif dalam
menurunkan
kecemasan
Novita Terapi Warna 2013 Desain yang Hasil penelitian Google
Harini Untuk digunakan menunjukkan nilai Z = scholar
Mengurangi adalah -2,522 dan p = 0,008,
Kecemasan desain dua menyatakan bahwa
kelompok, terdapat perbedaan
yaitu pretest- skor kecemasan yang
posttest sangat signifikan
control antara kelompok
design. Alat eksperimen
ukur dibandingkan
menggunaka kelompok kontrol
n skala setelah diberikan
Taylor perlakuan terapi warna,

16
Manifest yaitu tingkat
Anxiety kecemasan kelompok
Scale eksperimen lebih
(TMAS). rendah dibandingkan
Subjek kelompok kontrol,
penelitian sehingga terapi warna
berjumlah 10 dapat mengurangi
orang yang kecemasan.
dibagi ke
dalam dua
kelompok,
yaitu
kelompok
eksperimen
dan
kelompok
control
The Effect of 2018 Penelitian ini Hasil penelitian ini Google
Chintami Green Color menggunaka menunjukkan bahwa
Scholar
Therapy on n desain pra- tingkat kecemasan
Watak
Anxiety Level eksperiment sebelum dan sesudah
among al dengan terapi warna hijau
Primigravida desain satu adalah 3,20 dan 2,05,
Lea Andy
Mothers in kelompok masing-masing. Studi
Shintya Their Third pre-Test- mengungkapkan
Trimester posttest, di bahwa ada efek yang
mana data signifikan dari terapi
yang warna hijau untuk
dikumpulkan tingkat kecemasan ibu
dari 30 ibu primigravida di
primigravida trimester ketiga.
di trimester
ketiga
mereka

17
menggunaka
n purposive
sampling

3.2 Pembahasan
Tterapi warna adalah terapi yang dapat menimbulkan relaksasi dan mampu
mengurangi stres namun belum banyak di terapkan di Indonesia. Terapi warna adalah
terapi yang memberikan unsur relaksasi, dimana dari berbagai penelitian relaksasi
mampu mengurangi suatu ketegangan atau kecemasan pada individu (Rochmawati,
2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sarifatul Mabruroh dan Tri
Sumarsih menunjukkan bahwa perkembangan ketiga klien selama 3 hari mengalami
perubahan yang signifikan. Pada P1 dari skor 26 (kecemasan berat) menjadi skor 12
(tidak ada kecemasan), P2 dari skor 28 (kecemasan berat) menjadi skor 12 (tidak ada
kecemasan), P3 dari skor 30 (kecemasan berat) menjadi skor 15 (kecemasan ringan).
Penurunan tingkat kecemasan terjadi pada ketiga klien, P1 sebanyak 25%, P2
sebanyak 28,5% dan P3 sebanyak 26,8%. Sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Chintami Watak dan Lea Andy Shintya yang menunjukkan bahwa
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah terapi warna hijau adalah 3,20 dan 2,05,
masing-masing. Studi mengungkapkan bahwa ada efek yang signifikan dari terapi
warna hijau untuk tingkat kecemasan ibu primigravida di trimester ketiga.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri Widita Muharyani, Jaji, dan
Ayu Kurniati Sijabat yang melakukan intervensi terapi warna hijau kepada responden
satu kali dalam sehari selama 10 menit, pemberian terapi warna hijau berlangsung
dalam 7 hari berturut-turut. Berdasarkan hasil pretest dan posttest dengan
menggunakan uji marginal homogeneity didapatkan nilai p value = 0,000 yang
artinya H1 diterima (ada pengaruh yang signifikan terapi warna hijau terhadap tingkat
kecemasan ibu primigravida trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Timbangan).
Metode terapi warna yang digunakan dalam penetian ini adalah meditasi warna.

18
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Novita Harini berhasil
menunjukkan adanya perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, setelah diberikan perlakuan terapi warna, yang menggunakan
meditasi warna dengan warna hijau dan biru. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
penurunan kategori tingkat kecemasan subjek pada kelompok eksperimen, sedangkan
kelompok kontrol tidak. bahwa terdapat perbedaan skor kecemasan yang sangat
signifikan antara kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol
setelah diberikan perlakuan terapi warna dengan nilai Z = -2,522 dan p = 0,008, yaitu
tingkat kecemasan kelompok eksperimen lebih rendah dibandingkan kelompok
kontrol. Penelitian ini membuktikan bahwa terapi warna menggunakan metode
meditasi warna dengan warna hijau dan biru, dapat digunakan untuk mengurangi
kecemasan.
Terapi warna dapat diterapkan untuk mengatasi persoalan apapun, baik
masalah fisik, mental, emosional atau spiritual. Pernyataan tersebut juga sejalan
dengan teori Nawawi, menyatakan bahwa terapi warna dapat digunakan untuk
meringankan kecemasan dan kekhawatiran saat masa kehamilan. Meditasi dapat
memberikan ketenangan pikiran dan kedamaian jiwa. Dalam terapi warna ini
digunakan warna hijau karena warna hijau merupakan warna alam yang memberikan
kesegaran dan menenangkan. Menurut Jane, warna hijau termasuk golongan warna
yang dingin yang memiliki efek menenangkan, memberikan kesegaran dan
menyeimbangkan. Oleh karena itu terapi warna hijau dengan menggunakan metode
meditasi warna hijau diharapkan dapat membuat responden merasa lebih tenang dan
rileks yang pada akhirnya dapat mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh ibu
primigravida trimester III.
Terapi warna hijau adalah terapi yang memberikan unsur relaksasi, dimana
dari berbagai penelitian relaksasi mampu mengurangi suatu ketegangan atau
kecemasan pada individu (Rochmawati, 2012). Kelebihan terapi warna hijau
dibandingkan terapi yang lain bahwa dari warna hijau tersebut syaraf-syaraf dari
indera visualisasi manusia ketika menangkap warna hijau langsung disalurkan ke otak

19
sehingga manusia langsung merefleksikan warna hijau tersebut dengan perilaku
tenang atau rileks. Warna hijau dapat menimbulkan sensasi rasa nyaman, rileks,
mengurangi stres, menyeimbangkan, dan menenangkan emosi (Kusuma, 2015).
Pemberian terapi warna hijau dapat merangsang pelepasan serotonin, sehingga
peningkatan kadar serotonin dapat meningkatkan mood individu dan dapat
menciptakan rasa bahagia dan menurunkan stres atau rasa cemas pada individu. Jalur
utama dari mekanisme transmisi warna menuju system limbik dan sistem endokrin
adalah Retinohypothalamic tract yang merupakan salah satu jalur dimana hipotalamus
menghubungkan sistem saraf dengan Autonomic Nervous System (ANS) dan sistem
endokrin. Warna hijau menyebabkan terjadinya peningkatan rata- rata kadar hormon.
Peningkatan terjadi pada hormon serotonin hingga 104%, oksitosin hingga 45,5%,
beta endorfin hingga 33%, dan growth hormone hingga 150% serta dapat juga
menyebabkan terjadinya penurunan kadar norepinefrin hingga 29%. Perubahan kadar
zat kimia saraf dan neurohormon tersebut memiliki pengaruh ataupun peranan
penting dalam menurunkan stress seseorang.
Menurut Psychother, terapi warna hijau akan merangsang pelepasan
serotonin. Serotonin disekresikan oleh nucleus yang berasal dari medial batang otak
dan berproyeksi di sebagian besar daerah otak, khususnya yang menuju radiks
dorsalis medula spinalis dan hipotalamus. Setelah dilepaskan, serotonin mampu
mengaktifkan reseptor serotonin pre-sinaps maupun postsinaps kemudian terjadi
peningkatan kadar serotonin dalam tubuh yang akan dapat meningkatkan mood
seseorang sehingga dapat menciptakan rasa bahagia dan menurunkan stress.
(Wijayanto, 2013). Salah satu peran penting serotonin dalam kondisi normal adalah
mengatur status mood dan serotonin merupakan hormon yang menenangkan diri yang
dapat membuat seseorang merasa senang.
Adapun hormon lain yang dirangsang oleh hipotalamus adalah oksitosin.
Oksitosin dibuat di magnocellular neurosecretory cells di supraoptik dan nukleus
paraventrikular. Oksitosin dapat menginduksi anti stress serta memberikan efek
dalam penurunan tekanan darah dan kadar kortisol. Tingkat oksitosin berhubungan

20
dengan kecemasan dan stress secara dua arah, yaitu oksitosin memberikan efek
ansiolitik dan juga dirilis dalam respon terhadap stres. Pemberian terapi warna hijau
dapat meningkatkan kadar oksitosin dalam darah, sehingga efek ansiolitik yang
dikeluarkan dapat menurunkan kecemasan. Warna hijau merupakan salah satu warna
sekunder, yaitu warna yang berasal dari campuran dua warna primer : kuning dan
biru. Al-Quran banyak menyebutkan warna hijau dalam ayat-ayatnya dimana
menjelaskan keadaan penghuni Jannah (Syurga) ataupun segala yang ada di
sekelilingnya, berupa kenikmatan, suasana, kesenangan, ketenangan jiwa.
Oleh karena itu dapat disumpulakan bahwa hanya dengan 1 kali sehari dalam 3
hari terapi Warna dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pada Ibu Primigravida
walaupun perubahan yang terlihat baru sedikit. Tetapi lebih lama waktu terapi lebih
baik pula ingkat kecemasan dapat berkurang.

21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
a. Bagi Program Studi
Dengan literatur review ini diharapkan dapat memeberikan informasi terkait
Terapi Warnadan Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu Primigravida Trimester
III.
b. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan acuan oleh perawat dalam melakukan Terapi Warna
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu Primigravida Trimester III.

22
DAFTAR PUSTAKA
Darmaprawira, S. W. (2002). Warna Teori Dan Kreativitas Penggunaannya Edisi Ke 2.
Bandung: ITB.

Herdman, & Kamitsuru. (2015). Kecemasanmenghadapi persalinan anak pertama pada


ibu dewasa awal. Jakarta.

Muharyani, P. W., Jaji, & Sijabat, A. K. (2015). Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap
Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Trimester III. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan,
Volume 2, No. 1 .

Sari, G. N., Nurjasmi, Aticeh, Hartaty, D., & Ichwan, E. Y. (2018). Efektivitas VCT Dan
Terapi Warna Dalam Penurunan Tingkat Kecemasan Dan Pengambilan Keputusan.
Jurnal Ilmiah Bidan, Vol.III, No.2 .

23

Anda mungkin juga menyukai