Mkalah Pak Hakim
Mkalah Pak Hakim
PENYUSUN
P1337424516004
ANONA
2016/2017
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................ 1
Daftar isi............................................................................................2
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................ 3
Tujuan Penulisan..............................................................................4
Manfaat Penulisan............................................................................4
Rumusan Masalah............................................................................4
BAB 3. PEMBAHASAN
BAB 4. PENUTUP
Simpulan...................................................................................................15
Saran.........................................................................................................15
Daftar Pustaka.........................................................................................16
Lampiran..................................................................................................17
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
1
4
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
to be right, even in the face of pressure from without and temptation from
within”[5]
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang
dilakukan guru, yang mampu memperngaruhi karakter peserta didik. Guru
membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan
bagaimana perilaku guru, cara guru bebicara atau menyampaikan materi,
bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tenting pentingnya upaya
peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian,
ada perbedaan-perbedaan pendapat diantara mereka tentang pendekatan dari
modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar
menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang
dikembangkan di Negara-negara barat, seperti : pendekatan perkembangan moral
kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang
lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yaitu melalui penanaman
nilai-nilai social tertentu.
Berdasarkan grand desain yang dikembangkan kemendiknas, secara psikologis
social cultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari
seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif dan psikomotorik) dari
konteks interaksi social cultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat.1
1
Heri Gunawan, Pendidkan Karakter, h.37
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
sebagai warga negara yang baik, yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai
anggota suatu masyarakat bangsa. Fungsi kedua pendidikan lebih sebagai gejala
ekonomi, yakni mempersiapkan seseorang untuk memasuki pasar tenaga kerja
lewat serangkaian proses pembelajaran. Adanya pergeseran fungsi pendidikan ini
tentu bukan tanpa alasan. Alasannya, karena proses pendidikan tidak berlansung
dalam ruang kosong atau dalam kefakuman, melainkan berada di tengah-tengah
perubahan masyarakat. Dalam ungkapan yang lebih spesifik, proses pendidikan
itu berinteraksi dengan “dunia lain”, utamanya dunia politik dan ekonomi.
Bahkan dunia lain tersebut berupaya keras untuk dapat mendominasi dunia
pendidikan. Sekolah pada hakekatnya mempunyai peranan yang cukup penting
dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku moral anak yang beraklakul
karimah. Sekolah juga mempunyai peranan yang cukup penting untuk
memberikan pemahaman dan benteng pertahanan kepada anak agar terhindar dari
jeratan negatif perkembangan arus globalisasi yang ditandai dengan pesatnya
kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu,
sebagai antisipasi terhadap dampak negatif dari perkembangan arus globalisasi
tersebut, sekolah selain berperan dalam memberikan bekal ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (IPTEKS), serta ketrampilan berfikir kreatif, juga harus
mampu mengembangkan perannya dalam pembentukan manusia Indonesia yang
berkepribadian, bermoral, beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Hal itu sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam
UU RI no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang menyatakan
bahwa:
2
Penulis adalah dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY.
8
3.2 TUJUAN DAN FUNGSI dari PENDIDIKAN
9
Pendidikan karakter bertujuan sebagai berikut;
a. Versi Pemerintah
Pendidikan memiliki tujuan yang sangat mulia bagi kehidupan manusia. Dan
berkaitan dengan pentingnya diselenggarakan pendidikan karakter disemua
lembaga formal. Menrut Presiden republic Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono, sedikitnya ada lima dasar yang menjadi tujuan dari perlunya
menyelenggarakan pendidikan karakter. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai
berikut:
Membentuk Manusia Indonesia yang Bermoral
Membentuk Manusia Indonesi yang Cerdas dan Rasional
Membentuk Manusia Indonesia yang Inovatif dan Suka Bekerja Keras
Membentuk Manusia Indonesia yang optimis dan Percaya Diri
Membentuk Manusia Indonesia yang Berjiwa Patriot
Salah satu prinsip yang dimiliki konsep pendidikan karakter adalah terbinanya
sikap cinta tanah air. Hal yang paling inti dari sikap ini adalah kerelaan untuk
berjuang, berkorban serta kesiapan diri dalam memberikan bantuan kepada pihak-
pihak yang membutuhkan. Harus kita akui bahwa sikap tolong-menolong dan
semangat juang untuk saling meberikan bantuan sudah semakin luntur dari
kehidupan masyarakat. Sikap kepedulian yang semula merupakan hal yang paling
kita banggakan sepertinya sudah tergantikan dengan tumbuh sumburnya sikap-
sikap individualis dan egois. Kepekaan social pun sudah berada pada taraf yang
meprihatinkan. Maka tidak heran bila setiap saat kita menyaksikan masalah-
masalah social yang terjadi di lingkungan kita , yang salah satu factor
penyebabnya adalah terkikisnya rasa kepedulian satu sama lain.
Maka, disinilah pentingnya pendidikan karakter supaya peserta didik benar-
benar menyadari bahwa ilmu yang diperoleh harus dimanfaatkan untuk
kepentingan banyak orang
b. Versi Pengamat
Berikut ini ada pendapat beberapa ahli mengenai tujuan pendidikan Karakter;
Sahrudin dan Sri Iriani berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan
membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergorong royong, berjiwa patriotic, berkembang
dinamis, serta berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa
sekaligus berdasarkan Pancasila
Menurut Sahrudin, pendidikan karakter memiliki fungsi-fungsi sebagai
berikut:
- Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi
sosok yang berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.
- Memperkuat dan membangun perilaku masyarakat yang multikultur.3
3
Thomas Lickona¸ Mendidik untuk Membentuk Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 81.
10
3.3 SIKAP dan PERILAKU yang BERMORAL
Setiap orang pada umumnya sulit untuk melepaskan perasaan senang dan
tidak senang dari persepsi dan prilakunya ketika berinteraksi dengan suatu obyek
tertentu. Dalam mental kita selalu saja ada mekanisme mental yang mengevaluasi,
membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan ikut menentukan kecenderungan
perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang sedang kita hadapi, bahkan
terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita dipengaruhi oleh ingatan
kita akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita terhadap apa yang
sedang kita hadapi. (Azwar, 1998: 3)
Itulah fenomena sikap yang timbulnya tidak saja ditentukan oleh keadaan
obyek yang sedang kita hadapi tetapi juga oleh kaitannya dengan pengalaman-
pengalaman masa lalu, oleh situasi saat ini, dan oleh harapan-harapan kita untuk
masa yang akan datang. Dengan demikian untuk selalu dapat bersikap positif,
seseorang perlu dilatih mentalnya sejak kecil dengan pengalaman-pengalaman
yang positif (citra positif) dan dibiasakan menghadapi persoalan-persolan dengan
persepsi positif juga.
Menurut Thurstone, Likert, dan Osgood (Azwar, 1998: 5): Sikap adalah
suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek
adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung dan tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut. Sementara
menurut La-Pierre (Azwar, 1998: 5) sikap lebih diartikan sebagai suatu pola
perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli
sosial yang telah terkondisikan
Sikap seseorang terhadap sesuatu obyek umumnya dipengaruhi oleh nilai-nilai
yang dianut dan melatarbelakangi seseorang tersebut sebagai pengalaman
hidupnya. Orang yang telah tertanam dan terkristal nilai-nilai tertentu dalam
mental atau kepribadiannya, tentunya dalam menghadapi dan merespon sesuatu
tersebut akan diwarnai oleh nilai-nilai yang diyakininya.
Berbicara sikap biasanya selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam
batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap
stimulus lingkungan sosial. Menurut teori tindakan beralasan oleh Icek Ajzen dan
Martin Fishbein (Azwar, 1998: 11), dikatakan bahwa sikap mempengaruhi
perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan,
dan dampaknya hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan
oleh sikap umum tetapi ditentukan oleh sikap specifik (rasionalitas) terhadap
sesuatu. Kedua, perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap, tetapi juga oleh
norma-norma subyektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
inginkan, agar kita perbuat. Ketiga sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama
norma subyektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu
11
perbuatan (perilaku) apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia
percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.
4
Martin and Briggs (1986: 447),
12
3.4 STRATEGI PENGEMBANGAN SIKAP dan PERILAKU yang
BERMORAL
Secara teknis, strategi pengembangan sikap dan perilaku siswa yang bermoral
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah setidaknya dapat ditempuh melalui empat
alternatif strategi secara terpadu. Strategi pertama ialah dengan mengintegrasikan
konten kurikulum pembelajaran moral yang telah dirumuskan ke dalam seluruh
mata pelajaran yang relevan, terutama mata pelajaran agama, kwarganegaraan,
dan bahasa (baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah). Strategi kedua ialah
dengan mengintegrasikan pembelajaran moral ke dalam kegiatan sehari-hari di
sekolah. Strategi ketiga ialah dengan mengintegrasikan pembelajaran moral ke
dalam kegiatan yang diprogramkan atau direncanakan. Dan strategi keempat ialah
dengan membangun komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua
peserta didik.
Berkaitan dengan implementasi strategi pengembangan moral dalam kegiatan
sehari-hari, secara teknis dapat dilakukan melalui :
a. Keteladanan
Dalam kegiatan sehari-hari guru, kepala sekolah, staf administrasi, bahkan
juga pengawas harus dapat menjadi teladan atau model yang baik bagi murid-
murid di sekolah. Sebagai misal, jika guru ingin mengajarkan kesabaran kepada
siswanya, maka terlebih dahulu guru harus mampu menjadi sosok yang sabar
dihadapan murid-muridnya. Begitu juga ketika guru hendak mengajarkan tentang
pentingnya kedisiplinan kepada murid-muridnya, maka guru tersebut harus
mampu memberikan teladan terlebih dahulu sebagai guru yang disiplin dalam
menjalankan tugas pekerjaannya.
b. Kegiatan spontan.
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat
itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah
laku peserta didik yang kurang baik, seperti berkelahi dengan temannya, meminta
sesuatu dengan berteriak, mencoret dinding, mengambil barang milik orang lain,
berbicara kasar, dan sebagainya. Dalam setiap peristiwa yang spontan tersebut,
guru dapat menanamkan nilai-nilai moral atau budi pekerti yang baik kepada para
siswa, misalnya saat guru melihat dua orang siswa yang bertengkar/berkelahi di
kelas karena memperebutkan sesuatu, guru dapat memasukkan nilai-nilai tentang
pentingnya sikap maaf-memaafkan, saling menghormati, dan sikap saling
menyayangi dalam konteks ajaran agama dan juga budaya.
c. Teguran.
Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan
mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat
membantu mengubah tingkah laku mereka.
13
d. Pengkondisian lingkungan.
Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa melalui penyediaan sarana
fisik yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran moral. Contohnya
ialah dengan penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan mengenai
nilai-nilai moral yang mudah dibaca oleh peserta didik, dan aturan/tata tertib
sekolah yang ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga mudah dibaca oleh
setiap peserta didik.
e. Kegiatan rutin.
Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara
terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah berbaris
masuk ruang kelas untuk mengajarkan budaya antri, berdoa sebelum dan sesudah
kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, dan membersihkan
ruang kelas tempat belajar.
Selanjutnya, untuk strategi pengintegrasian pembelajaran moral ke dalam kegiatan
yang diprogramkan,
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
4.2 SARAN
5
Oleh: Ali Muhtadi )1
15
DAFTAR PUSTAKA
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132280878/penelitian/Pengemb+sikap+dan+perilaku+
bermoral+di+sekolah-Majalah+Ilmiah+Pembelajaran-Mei-2011.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=470873&val=6837&title=PERAN%
20PENDIDIK%20DALAM%20MEMBANGUN%20PERADABAN%20BANGSA%20MELALUI%2
0PENDIDIKAN%20KARAKTER
http://eprints.uny.ac.id/282/1/peran_ilmu_pend..pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/1287-4013-1-PB%20(5).pdf
https://fauziannor.files.wordpress.com/2013/03/peran-institusi-pendidikan-dalam-
membangun-karakter-bangsa.pdf
https://priendah.wordpress.com/2009/09/04/peran-pendidikan-dalam-membangun-
bangsa/
http://orzava.blogspot.co.id/2012/03/peran-pendidikan-dalam-membangun.html
http://www.academia.edu/9703535/PERAN_PENDIDIKAN_SEBAGAI_MODAL_UTAMA_
MEMBANGUN_KARAKTER_BANGSA_1
16
LAMPIRAN
17