Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI

NAMA MAHASISWA :
I G N ARYA WIYOGA
NIM. 199012157

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRAMEDIKA
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI

A. Konsep Teori Kebutuhan


1. Pengertian
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
(Asmadi. 2012). Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai
organ atau sel (Carpenito, Lynda Juall 2012). Kebutuhan oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Seseorang
biasanya mengalami masalah oksigenasi disebabkan oleh:
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas adalah Suatu keadaan ketika seorang
individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status
pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
( Carpenito,Lynda Juall 2012).
b. Ketidakefektifan Pola Pernapasan adalah keadaan ketika seorang individu
mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan
dengan perubahan pola pernapasan. (Carpenito, Lynda Juall 2012).
c. Gangguan Pertukaran Gas adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida ) yang aktual (atau
dapat mengalami potensial) antara alveoli paru – paru dan sistem vaskular.
(Carpenito, Lynda Juall 2012).

2. Anatomi
1. Sistem pernapasan Atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan makanan.
Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan
limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman patogen
yang masuk bersama udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut
jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring berfungsi
mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas
bawah dari air dan makanan yang masuk (Alimul, 2015).
2. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago
yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di
dalam paru, bronkus utama terbagi menjadi bronkus-bronkus yang lebih
kecil dan berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas
tersebut membentuk pohon bronkus.
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru
terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus)
dan dipasok oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas
serangkaian jalan napas yang bercabang-cabang, yaitu alveolus,
pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru
dilapisi oleh kantong tertutup berdinding ganda yang disebut pleura.
Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan
pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Pleura parietal
membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral
membatasi permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan tersebut
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah
friksi selama gerakan bernapas (Alimul, 2015)

3. Faktor Predisposisi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2015), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan
energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal,
kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport
O2 terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dan lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik
seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan atherosclerosis.

b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.


c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol,
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut (Alimul, 2015)

4. Fisiologi Bernafas
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume
rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu
gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses
ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada
naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh
beberapa factor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil
adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya
paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-
paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi
karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada
tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb
(Alimul, 2015).

5. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar
dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka
oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon
jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus.
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu
akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada
proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan
volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Alimul, 2015).
6. Pathway

Udara di atmosfer

Udara masuk melalui


hidung terdapat infeksi
d. patogen
e.
f.
g. Sumbatan Bronkus
h.
i.
j. Terjebaknya udara di paru
k.
l.
m. Udara diserap oleh aliran darah
n.
o.
p.
Susunan gas dalam darah Tidak ada saluran
q. udara terjebak untuk meloloskan
udara yang terjebak
Oksigen lebih cepat diserap
dari nitrogen dan helium
Ventilasi kolateral

Gangguan Terjadi dengan


pengeluaran mukus cepat dan luas Udara lolos melalui pori
alveoli / fistula bronkioli
alveolar
Akumulasi mucus dispnea
6. Gejala Klinis
pada bronkus
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Gangguan
a. Data Mayor
pengembangan
1) Batuk tak efektif Pola
KETIDAKEFEKTIFAN atau nafas
tidakcepat
ada batuk
2) NAFAS dan dangkal
Ketidakmampuan untuk paru/ nafas
mengeluarkan sekresi jalan kolaps alveoli
BERSIHAN JALAN
b. Data Minor
1) Bunyi nafas abnormal
2) Frekuensi, irama,KETIDAKEFEKTIFAN
kedalaman pernafasan abnormalVentilasi dan
2. Ketidakefektifan Pola nafas
POLA NAFAS perfusi tidak
a. Data Mayor seimbang
1) Perubahan dalam frekuensi atau pola pernafasan (dari nilai dasar)
2) Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
b. Data Minor GANGGUAN
1) Ortopnea PERTUKARAN GAS
2) Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
3) Pernafasan disritmik
4) Pernafasn sukar atau berhati-hati
3. Gangguan pertukaran gas
a. Data Mayor
1) Dispnea saat melakukan aktivitas
b. Data Minor
1) Konfusi/agitasi
2) Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (duduk, satu tangan
pada setiap lutut, tubuh condong ke depan)
3) Bernafas dengan bibir dimoyongkan dengan fase ekspirasi yang
lama
4) Letargi dan keletihan
5) Peningkatan tahana vaskular pulmonal (peningkatan tahanan arteri
ventrikel kanan/kiri)
6) Penurunan motilitas lambung, pengosongan lambung lama
7) Penurunan isi oksigen,penurunan saturasi oksigen, peningkatan
PCO2, yang diperlihatkan oleh hasil analisis gas darah
8) Sianosis (NANDA, 2015).

7. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a. Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas
spotan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang
endotrakeal atau trachcostomi, kemudian menentukan status kondisi
seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret, pendarahan, bengkak, atau
obstruksi mekanik;
b. Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit
(umumnya wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali permenit orang
dewasa, kurang dari 30 kali permenit pada anak-anak, pada bayi
pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
c. Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal dan
kombinasi dari keduanya.
d. Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa inspirasi
dan ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama dari inspirasi
yaitu 2:1 pada orang sesak napas ekspirasi lebih cepat. Dalam keadaan
normal perbandingan frekuensi pernapasan dan prekuensi nadi adalah
1:1 sedangkan pada orang yang keracunan barbiturat perbandinganya
adalah 1:6. Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah
reguler atau irregular.
a) cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi
lambat dan kadang diselingi apnea.
b) kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan
biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur
dan diselingi periode apnea.
e. Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan. Pada
pernapasan dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak bergerak ini
biasanya dijumpai pada pasien penderita emfisema.

2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri
tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis
tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada.
Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks pada saat ekspirasi
dan inspirasi terjadi. Kelainan pada paru, seperti getaran suara atau
fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat getaran sewaktu pemeriksa
meletakkan tangannya sewaktu pasien berbicara. Getaran yang terasa oleh
tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang
bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran antara
membran pleura pada pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara
perkusi paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi
pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi)
diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
a. Suara perkusi normal
 Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru
dannormalnya bergaung dan bersuara rendah.
 Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
 Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya
bersifat musical.
b. Suara perkusi abnormal
 Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
 Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar
pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna
mencangkup mendengar suara napas normal dan suara tambahan
(abnormal).Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
a. Bronchial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh
udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras,
nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih
panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase
tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk
suprasternal.
b. Bronkovesikular
Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di daerah dada
dimana bronkus tertutupoleh dinding dada.
c. Vesikular
Merdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
Jenis suara napas tambahan adalah:
a. Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter
suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran
udara melalui jalan napas yang menyempit.
b. Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi
sputum.
c. Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter
suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi
pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat
bernapas dalam.
d. Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi.
Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati
daerah yang lembab di alveoli atau bronkhiolus. Suara seperti
rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter
suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika pasien batuk (Alimul, 2015)

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fungsi paru
b. Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
c. Pemeriksaan gas darah arteri
d. Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
e. Oksimetri
f. Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
g. Pemeriksaan sinar x dada
h. Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
i. Bronkoskopi
j. Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
k. Endoskopi
l. Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
m. Fluoroskopi
n. Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
o. CT-Scan
p. Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal (Asmadi,2012).

9. Penatalaksanaan medis
a. Pemantauan hemodinamika
b. Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan secret
d. Memberikan kanula nasal dan masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan.
e. Penggunaan ventilator mekanik
f. Fisoterapi dada (Asmadi, 2012).

10. Komplikasi
a. Penurunan kesadaran
b. Hipoksia
c. Cemas dan Gelisah (Alimul, 2015).

B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar


1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1) Pasien mengatakan sesak
2) Pasien mengatakan sulit bernafas
3) Pasien mengatakan batuk
4) Pasien mengatakan tidak dapat mengeluarkan dahak
5) Pasien mengatakan pusing
b. Data Objektif
1) Pasien tampak kesulitan dalam bernafas
2) Pasien tampak menggunakan otot bantu pernafasan
3) Pasien tampak menggunakan pernapasan cuping hidung
4) R > 24x/menit
5) Terdapat suara tambahan seperti wizzing dan ronchi
6) Sp02 < 95%
7) Pasien tampak gelisah
8) Pasien tampak batuk

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas

3. Intervensi
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
Ketidakefekti Setelah diberikan 1. Pantau keadaan umum 1. Mengetahui kesadaran,
fan bersihan asuhan keperawatan pasien dan TTV dan kondisi tubuh dalam
jalan nafas selama … x 24 jam keadaan normal atau
diharapkan bersihan tidak.
jalan nafas efektif 2. Auskultasi bunyi nafas 2. Mengetahui bunyi
dengan kriteria : nafas, seperti rochi,
-Menunjukkan jalan wheezing yang
nafas bersih menunjukkan
-Suara nafas normal
tertahannya secret
tanpa suara tambahan
obstruksi jalan nafas
-Tidak ada
3. Atur posisi yang 3. Meningkatkan
penggunaan otot
nyaman seperti posisi pengembangan
bantu nafas
-Mampu melakukan semi fowler diafragma
4. Beri latihan 4. Memudahkan
perbaikan bersihan pernafasan dalam dan pernafasan dan
jalan nafas batuk efektif membantu
mengeluarkan secret
5. Kolaborasi humidikasi 5. Membantu
tambahan (nebulizer) menghangatkan dan
dan terapi oksigen mengencerkan secret
Ketidakefekti Setelah diberikan 1. Pantau keadaan umum 1. Mengetahui
fan pola asuhan keperawatan pasien dan TTV kesadaran, dan kondisi
nafas selama … x 24 jam tubuh dalam keadaan
diharapkan pola 2. Atur posisi sesuai normal atau tidak
nafas efektif dengan kebutuhan, seperti 2. Memungkinkan
kriteria : semifowler ekpansi paru dan
 Menunjukkkan memudahkan
3. Ajarkan teknik nafas
pola nafas efektif pernafasan
dalam
dengan frekuensi 4. Kolaborasi dalam 3. Memperbaiki pola
nafas 16-24 pemberian oksigenasi nafas
kali/menit dan 4. Memperbaiki pola
irama teratur nafas dan irama nafas
 Mampu menjadi teratur
menunjukkan
perilaku
peningkatan fungsi
paru
Gangguan Setelah diberikan 1. Pantau keadan 1. Mengetahui
pertukaran asuhan keperawatan umum pasien dan kesadaran, dan kondisi
gas selama … x 24 jam TTV tubuh dalam keadaan
diharapkan normal atau tidak
2. Observasi warna
mempertahankan 2. Menentukan
kulit dan capillary
pertukaran gas yang adekuatnya sirkulasi
refill
normal dengan yang penting untuk
kriteria : pertukaran gas ke
3. Kurangi aktivitas
-Menunjukkan jaringan
pasien
perbaikan ventilasi 3. Mengurangi
4. Beri posisi pasien
dan oksigenasi kebutuhan akan
yang nyaman, seperti
jaringan oksigen
-Tidak ada gejala semifowler
4. Memudahkan
distres pernafasan 5. Kolaborasi dalam pernafasan
pemberian
oksigenasi 5. Memaksimalkan
sediaan oksigen.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan adalah langkah ke empat dalam tahap
proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai tindakan keperawatan
berdasarkan intervensi yang telah disusun.

5. Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi
1 Ketidakefektifan a. Suara nafas normal tanpa suara tambahan
b. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
bersihan jalan nafas c. Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan
nafas
2 Ketidakefektifan a. Frekuensi nafas 16-24 kali/menit dan irama
pola nafas teratur
b. Mampu menunjukkan perilaku peningkatan
fungsi paru
3 Gangguan a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan
pertukaran gas oksigenasi jaringan
b. Tidak ada gejala distres pernafasan

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi
13. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Nanda NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai