Pedoman Pengorganisasian Ibs September
Pedoman Pengorganisasian Ibs September
Halaman Judul.............................................................................................
Surat Keputusan Direktur RSU William Booth ..........................................
Daftar Isi......................................................................................................
BAB I. Pendahuluan ................................................................................... 1
BAB II. Gambaran Umum RSU William Booth ........................................ 3
2.1. Deskripsi RSU William Booth ............................................................. 3
2.2. Sejarah Institusi RSU William Booth .................................................. 3
BAB III. Visi, Misi, Falsafah, Nilai Dan Tujuan RSU William Booth ...... 7
3.1. Visi ....................................................................................................... 7
3.2. Misi ...................................................................................................... 7
3.3. Falsafah ................................................................................................ 7
3.4. Nilai-Nilai ............................................................................................ 7
3.5. Tujuan .................................................................................................. 8
3.6. Motto .................................................................................................... 8
BAB IV. Struktur Organisasi RSU William Booth ....................................
4.1. Bagan Organisasi .................................................................................
4.2. Keterangan / Pengertian .......................................................................
BAB V. Visi, Misi, Falsafah, Nilai Dan Tujuan Instalasi Bedah Sentral ...
5.1. Visi .......................................................................................................
5.2. Falsafah ................................................................................................
5.3. Tujuan ..................................................................................................
BAB VI. Struktur Organisasi Komite Pencegahan Dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit ....................................................................................
BAB VII. Uraian Jabatan ............................................................................
7.1. Direktur ................................................................................................
7.2. Komite Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit..............
7.3. IPCO .....................................................................................................
7.4. IPCN .....................................................................................................
7.5. IPCLN ..................................................................................................
7.6. Penanggung Jawab PPI Di Laboratorium ............................................
7.7. Penanggung Jawab PPI di Unit Radiologi ...........................................
7.8. Penanggung Jawab PPI di Instalasi Gizi ..............................................
7.9. Penanggung Jawab PPI di Loundry .....................................................
7.10. Penanggung Jawab PPI di Pemeliharan Sarana .................................
7.11. Penanggung Jawab PPI di Instalasi Rehabilitasi Medis .....................
BAB VIII. Tata Hubungan Kerja ................................................................
BAB IX. Pola Ketenagaaan Dan Kualifikasi ..............................................
BAB X. Kegiatan Orientasi.........................................................................
BAB XI. Pertemuan / Rapat ........................................................................
Bab XII. Pelaporan ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1
sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian
infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Sterilisasi adalah
suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan
semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan
dengan proses kimia atau fisika.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang medik, yang profesional, bermutu dan aman,
khususnya dalam pengelolaan linen di rumah sakit. Mengingat bahwa linen
digunakan di setiap ruangan di rumah sakit, maka diperlukan pengelolaan linen
secara komprehensif.
Upaya untuk mendukung peningkatan mutu dan terlaksananya program
kerja di bagian masing-masing diperlukan SDM yang berkualitas. Seleksi pegawai
merupakan salah satu bagian yang teramat penting dalam keseluruhan proses
manajemen sumber daya manusia. Dengan perencanaan, rekrutmen dan seleksi
sumber daya manusia yang baik diharapkan sebuah institusi dapat menghasilkan
SDM yang berkualitas.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM RSU WILLIAM BOOTH.
RSU William Booth (RSU William Booth) merupakan rumah sakit umum
dengan pelayanan kesehatan mulai dari yang bersifat umum sampai dengan yang
bersifat spesialistik, yang dilengkapi dengan pelayanan penunjang medis 24 jam.
Jl. Let. Jend. S. Parman No. 5 Semarang – 50231 Telp. (024) 8411800,
8414392 Fax. (024) 8448773 E-mail: williambooth_rs@yahoo.com.
RSU William Booth diresmikan pada tanggal 23 Juni 1913, dengan status
berada dibawah kepemilikan Yayasan Bala Keselamatan. RSU William Booth
merupakan rumah sakit tipe madya yang setara dengan rumah sakit pemerintah
tipe D. Pada saat ini RSU William Booth dipimpin oleh Dr. Sri Kadarsih, MM
selaku direktur.
Pada permulaan kepemimpinan beliau pada tahun 2014 motto RSU William
Booth yaitu Melayani Dengan Kasih. Demikian juga visi, misi, dan nilai dasar
yang lama mengalami perubahan untuk menyusun rencana strategi RSU William
Booth sesuai kebutuhan dan perkembangan RSU William Booth.
RSU William Booth memberikan beragam jenis pelayanan medis antara
lain klinik umum, klinik gigi dan mulut, dan klinik spesialis, Instalasi Gawat
Darurat, serta rawat inap yang terdiri dari kelas I, II, III, VIP dan VVIP yang
dilengkapi pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi, fisioterapi, anestesi.
Kapasitas tempat tidur pasien yang disediakan di RSU William Booth sebanyak
85 tempat tidur.
RSU William Booth mulai dibangun pada tahun 1915, berlokasi di JL. S.
Parman No.5 Kel. Petompon Kec. Gajahmungkur, Semarang 50231, Jawa
Tengah, Indonesia. Di atas areal tanah seluas 23.000 M2 (meter persegi).
Desa Sapuran-Purworejo Jawa Tengah merupakan tempat dimana Bala
Keselamatan memulai pelayanannya di Indonesia yang dirintis oleh dua orang
3
Opsir Bala Keselamatan berkebangsaan Belanda yang bernama Staf Kapten Jacob
Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf Teodorus Van Emmerick pada tahun 1984.
Pelayanan Klinik Mata di RS William Booth dimulai dari perintisan sebuah
pelayanan Kesehatan sederhana dan kuno sejak Zaman pemerintahan Hindia
Belanda yang dimulai sejak :
Awal tahun 1907 : Kapten (Dokter) Vohelm A.Wille (Dokter Ahli mata
berkebangsaan Denmark) dan istrinya ditugaskan oleh Pemimpin Bala
Keselamatan untuk memimpin pelayanan bagi orang-orang miskin dan orang-
orang sakit di Bugangan Semarang.
Tahun 1914 : Dr. Wille untuk pertama kalinya menemukan penyakit mata
yang dikenal dengan nama Xerophthalmia, penyakit ini banyak terdapat pada
anak-anak karena kekurangan vitamin, dan pelayanan dr. Wille telah
menyelamatkan anak-anak dari kebutaan. Dokter Wille dipuji sebagai dokter ahli
mata yang paling efisien di seluruh Hindia Belanda. Karena fasilitas dan tempat
pelayanan yang ada pada saat itu sudah mencapai taraf yang sangat
memprihatinkan maka diperlukan suatu lokasi yang baru serta peralatan yang
memadai untuk sebuah rumah sakit, dan hal ini menggugah seorang pasien mata
yang mendapat kembali penglihatannya setelah dirawat oleh dr. Wille, untuk
menyumbangkan sebidang tanah didaerah perbukitan di selatan kota Semarang.
Tanggal 23 Juni 1915 : Residen Semarang yang Mulia Bapak PKW Kern,
meresmiikan RS Mata William Booth ( masyarakat pada waktu itu mengenal
dengan nama “ Madurangin dengan ruangan dan peralatan yang sangat baik pada
masa itu, dan seluruh pasien dipindahkan ke tempat yang baru ini ).
Tahun 1984 : Untuk lebih meningkatkan cakupan pelayanannya, RS
William Booth memperoleh ijin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.YM.02.04.3.5.6448,
RSU. William Booth masuk dalam kategori Rumah Sakit tipe C.
Sejak tahun 1984 : Setelah mendapat ijin dan predikat sebagai Rumah
Sakit Umum, RSU William Booth Semarang mengalami perkembangan namun
masih terus didominasi oleh kunjungan pasien mata. Hal ini dipengaruhi dengan
adanya latar belakang sejarah RSUWB menjadi rumah sakit andalan mata, di kota
4
Semarang, bahkan sampai seluruh propinsi Jawa Tengah dan bahkan di seluruh
Indonesia
Awal tahun 2008 : Dimulainya suatu perubahan besar khususnya bidang
pelayanan mata dengan mengadakan pengembangkan klinik mata dengan
difokuskan pada 2 tahap :
Tahap 1. : Pengadaan alat diagnostik Mata
Menambah jenis peralatan baru, dan atau mengganti peralatan yang
sudah kuno. Pengadaan alat mata baru yang sangat canggih dan telah
menggunakan teknologi baru ini sangat mendukung pelayanan dokter
untuk membantu pemeriksaan pasien-pasien mata di RSU. William
Booth antara lain : Slit Lamp Topcon, Non Contact Tonometer, Trial
Frame, Trial Lend, Perimeter/Humprey, Auto Refraktometer, Foto
Fundus Angiografi, Status OCT dll
Tahap 2 : Pembangunan dan Rekondisi Ruang Klinik Mata
Seiring dengan penggunaan alat-alat baru, maka dibutuhkan ruangan
yang lebih representative. Untuk itu , perlu diadakan rekondisi keadaan
fisik bangunan yang sudah lanjut usia dan terlihat sangat kuno serta
tidak terawat dimodifikasi menjadi bangunan dengan interior dan desain
yang modern. Dengan demikian saat ini telah dilakukan perubahan baik
interior ruangan maupun tekstur ruang yang mengikuti perkembangan
Zaman, RSU. William Booth dapat tampil beda dan sanggup bersaing
dengan bebereapa rumah sakit yang ada di Kota Semarang khusunya
dalam bidang pelayanan mata.
Pertengahan Tahun 2008 : Pelayanan unggulan dibidang mata RSU William
Booth semakin meningkat dengan membagi sistem pelayanan tersebut menjadi 2
bagian pelayanan yaitu :
1. Pelayanan Klinik Mata untuk Umum
2. Pelayanan Klinik Mata Private
Pelayanan klinik Mata di RSU William Booth saat ini menjadikan suatu tempat
pusat rujukan bagi para dokter umum dan Spesialis Mata serta seluruh pelayanan
kesehatan di Jawa Tengah dengan nama : “ CENTRAL JAVA EYE CENTER”
5
RSU William Booth memiliki Visi, Misi dan Motto yang tumbuh dari hati
para misionaris yang mendirikan RSU William Booth , yaitu :
Visi :
” Terciptanya suatu pelayanan kesehatan yang optimal untuk meningkatkan
derajat kesehatan bagi setiap orang, berdasarkan kasih tanpa diskriminasi ”
MISI :
KEMANUSIAAN
Kami mengoptimalkan KEtepatan, kecepatan dan kualitas pelayanan.
Kami MAmpu melayani dengan profesional sesuai kompetensi.
Kami genggam NUrani yang luhur penuh bakti.
Kami SIap membantu penurunan angka kesakitan, kematian dan kecacatan.
Kami senantiasa memegang erat Aturan dan prosedur.
Kami senantiasa ANdalkan doa selain usaha.
Motto:
” Melayani dengan Kasih”
6
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI, TUJUAN DAN MOTTO
RSU WILLIAM BOOTH
3.1. VISI.
Rumah Sakit Umum William Booth memiliki visi :
“Terciptanya suatu pelayanan kesehatan yang optimal untuk meningkatkan derajat
kesehatan bagi setiap orang, berdasarkan kasih tanpa diskriminasi”
3.2. MISI.
Rumah Sakit Umum William Booth memiliki misi :
KEMANUSIAAN
Kami mengoptimalkan KEtepatan, kecepatan dan kualitas pelayanan.
Kami MAmpu melayani dengan profesional sesuai kompetensi.
Kami genggam NUrani yang luhur penuh bakti.
Kami SIap membantu penurunan angka kesakitan, kematian dan kecacatan.
Kami senantiasa memegang erat Aturan dan prosedur.
Kami senantiasa ANdalkan doa selain usaha.
3.3.FALSAFAH.
Rumah Sakit Umum William Booth memiliki falsafah :
a) Menjadikan Rumah Sakit Umum William Booth pilihan utama masyarakat
Semarang.
b) Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
c) Sebagai tempat tenaga kesehatan mengabdi dan mengembangkan
profesionalisme.
d) Secara berkesinambungan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
dalam berkarya.
e) Bekerja secara tim berdasarkan kebersamaan dan saling menghargai antar
profesi.
f) Memiliki komitmen untuk mencapai tujuan rumah sakit.
g) Keselarasan dalam melaksanakan tugas.
7
3.4.TUJUAN.
Berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan masyarakat demi peningkatan
kualitas sumber daya manusia Indonesia secara rohani dan jasmani
3.5.MOTTO.
Rumah Sakit Umum William Booth memiliki Motto :
8
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RSU WILLIAM BOOTH
4.1.BAGAN ORGANISASI.
1
4.2. KETERANGAN/PENGERTIAN.
a. Unit Struktural
i. Direktur
Adalah kepala atau pejabat tertinggi di RSU. William Booth
ii. Unit Kerja
Adalah suatu wadah struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau
profesi dan memiliki fungsi tertentu sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari rumah sakit baik berfungsi pelayanan maupun
pendukung operasional rumah sakit. Unit Kerja di RSU. William
Booth dibedakan menjadi 2 yaitu divisi bisnis yang diberi istilah
Instalasi dan divisi pendukung yang diberi istilah Bidang. Seluruh
Instalasi dan seluruh Bidang dibawah tanggungjawab Direktur. Unit
Kerja dapat bertanggungjawab atas satu atau lebih Sub Unit Kerja.
Berikut adalah daftar Unit Kerja :
- Instalasi Rawat Jalan.
- Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Gawat Darurat.
- Instalasi Bedah Sentral
- Instalasi Rawat Bersalin
- Instalasi Farmasi.
- Instalasi Rehabilitasi Medik.
- Instalasi Laboratorium.
- Instalasi Radiologi.
- Instalasi Rekam Medik
- Instalasi Gizi
- Bidang Keuangan.
- Bidang Personalia (SDM)
- Bidang Pendidikan & Pelatihan (DIKLAT)
- Bidang Sistim Informasi Manajemen Rumah Sakit(SIM RS).
- Bidang Pemeliharaan Sarana.
1
- Bidang Rumah Tangga
- Bidang Keuangan.
- Bidang Humas & Marketing
- Bagian Sekretariat
- Bagian SPI
b. Unit Non Struktural
i. Komite
Adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli dan profesi
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada direktur
dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah
sakit. Komite yang ada di RSU William Booth adalah sebagai
berikut :
1. Komite Pastoral.
2. Satuan Pemeriksa Internal.
3. Komite Etik Rumah Sakit.
4. Komite Medik.
5. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
6. Komite Pencegahan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
7. Komite Keperawatan
iii. Panitia
2
Adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli dan profesi
dibentuk untuk bertanggungjawab terhadap bidang tertentu dalam
rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit
1. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien.
2. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Panitia Rekam Medik.
4. Panitia Farmasi dan Therapi.
5. Panitia Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit.
3
BAB V
VISI, MISI, FALSAFAH
INSTALASI BEDAH SENTRAL
5.1. MISI
Mengutamakan kesterilan, ketelitian, tanggung jawab dan tanggung gugat
dalam memberikan pelayanan bedah demi mencegah terjadinya infeksi paskah
bedah.
5.2. FALSAFAH.
Bahwa prestasi pelayanan dan asuhan keperawatan yang terbaik dan
memuaskan pasien dengan kasus bedah, sedapat dapatnya di usahakan dengan
optimalisasi semua sumber daya yang ada di ruang bedah.
5.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari Instalasi Bedah Sentral ialah:
1. Mengurangi atau menurunkan angka kematian.
2. Memulihkan fungsi organ tubuh seoptimal mungkin.
3. Mengurangi resiko kecacatan seminimal mungkin.
4
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI
INSTALASI BEDAH SENTRAL
RUMAH SAKIT
DIREKTUR
KEPALA INSTALASI
KEPALA RUANGAN
5
BAB VII
URAIAN JABATAN
7.1. DIREKTUR.
a. Hasil Kerja :
Terbentuknya Instalasi Bedah Sentral disertai dengan SK
Tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan IBS
Kebijakan kegiatan IBS
b. Uraian Tugas :
Mendukung kegiatan IBS
Menentukan kebijakan IBS
Mengesahkan SPO IBS
c. Tanggung Jawab :
Mengadakan evaluasi kebijakan IBS
Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan
prasarana termasuk anggaran yang dibutuhkan
Mengadakan evaluasi kebijakan dan SPO di IBS
d. Wewenang
Dapat memberi masukan dan kritik terhadap kegiatan di IBS
6
Bekerjasama dengan tim IBS dalam melakukan investigasi
masalah atau infeksi nosokomial
Mengidentifikasi temuan di lapangan yang berkaitan dengan
kegiatan IBS
c. Tanggung Jawab :
Sosialisasi kebijakan IBS agar dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas di IBS
Mengevaluasi pelaksanaan program IBS
Memberikan konsultasi pada petugas rumah sakit tentang IBS
Berkoordinasi dengan unit terkait
d. Kewenangan :
Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan
kebutuhan dan aman penggunaannya
Mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia.
e. Syarat Jabatan :
Dokter Bedah
Mendapat pelatihan dasar
Mempunyai kemampuan memimpin
7
Membantu semua petugas dalam melakukan satu tindakan yang
baik dan benar
d. Kewenangan
Memberikan motivasi dan teguran tentang kinerja anggota
Memberikan saran pelatihan untuk meningkatkan SDM
e. Syarat Jabatan :
Perawat D.III
Mempunyai kemampuan memimpin
8
Membantu mengenakan jas steril dan sarung tangan untuk
ahli bedah dan assisten.
Menata instrument steril di meja mayo sesuai urutan
prosedur pembedahan.
Memberikan bahan desinfektan kepada operator untuk
desinfeksi kulit pada area yang akan disayat.
Memberikan laken steril untuk prosedur drapping.
Memberikan instrument kepada ahli bedah sesuai urutan
prosedur dan kebutuhan tindakan pembedahan secara tepat
dan benar.
Memberikan kain steril kepada operator dan mengambil
kain kassa yang telah digunakan dengan memakai alat.
Menyiapkan benang jahit sesuai kebutuhan dalam keadaan
siap pakai.
Mempertahankan instrument selama pembedahan dalam
keadaan tersusun secara sistematis untuk memudahkan
bekerja.
Membersihkan instrument dari darah dalam proses
pembedahan untuk mempertahankan sterilitas alat dan meja
mayo.
Menghitung kain kassa, jarum dan instrument.
Memberitahukan hasil perhitungan jumlah alat, kain kasa
dan jarum kepada ahli bedah sebelum luka ditutup lapis
demi lapis.
Menyiapkan cairan untuk mencuci luka.
Membersihkan kulit sekitar luka setelah luka dijahit.
Menutup luka dengan kain kasa steril.
Menyiapkan bahan pemeriksaan laboratorium / patologi
Setelah pembedahan
3. Setelah pembedahan
Memfiksasi drain dan kateter.
9
Membersihkan dan memeriksa adanya kerusakan kulit pada
daerah yang dipasang elektrocauter.
Menggantikan alat tenun dan baju pasien serta
memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong.
Memeriksa dan menghitung semua instrument serta
menghitung sebelum dikeluarkan dari kamar operasi.
Memeriksa ulang catatan dan dokumentasi pembedahan
dalam keadaan lengkap.
Membersihkan kain instrument bekas dengan cara :
o Pembersihan awal
o Merendam dengan cairan disinfektan
yang mengandung deterjen.
o Menyikat sela-sela instrument
o Membilas dengan air mengalir
o Mengeringkan.
Membersihkan kamar operasi setelah tindakan pembedahan
selesai agar siap pakai.
b. Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab atas keakuratan, kebenaran dan ketepatan
asuhan keperawatan.
Bertanggung jawab atas ketepatan pendokumentasian kegiatan
di rekam medik.
Bertanggung jawab atas peralatan di bagian perawatan.
Secara administrative dan kegiatan keperawatan bertanggung
jawab kepada Perawat Kepala Kamar operasi, dan secara
operasional tindakan bertanggung jawab kepada ahli bedah dan
perawat kepala kamar operasi.
c. Kewenangan
Berwenang melakukan prosedur pelaksanaan asuhan
keperawatan.
10
Berwenang melakukan koordinasi kegiatan penyelenggaraan
asuhan keperawatan.
Berwenang mengusulkan penambahan sarana dan prasarana
untuk kegiatan asuhan keperawatan.
Berwenang Mengawasi dan mengontrol segala sesuatu
kebutuhan baik instrument dan bahan habis pakai selama
operasi berlangsung.
d. Syarat Jabatan :
Pendidikan: D3 Keperawatan / D3 Kebidanan
Memiliki Surat Tanda Registrasi ( STR ).
Ketrampilan:
o Mampu menerapkan budaya kerja.
o Mampu menerapkan pengetahuan tentang
bedah dan enam sasaran keselamatan pasien.
o Mampu mengoperasikan komputer secara
sedehana.
o Lulus uji kompetensi.
Pelatihan : BLS, Teknik kamar bedah.
Masa kerja berpengalaman di kamar bedah minimal 1 tahun
sebagai sirkuler.
11
2. Saat pembedahan
Mengingatkan tim bedah steril jika terjadi penyimpangan
prosedur aseptik
Membantu mengenakan jas steril dan sarung tangan untuk ahli
bedah dan asisten
Menata instrumen steril di meja mayo
Memberikan cairan antiseptik
Memberikan linen steril untuk proses drapping
Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai urutan
Memberikan duk steril kepada operator, dan mengambil kain
kassa yang telah digunakan dengan menggunakan alat
Menyiapkan benang jahitan sesuai kebutuhan, dalam keadaan
siap pakai
Mempertahan sterilitas dan kerapihan instrumen
Menghitung kain kassa, jarum dan instrumen
Memberitahukan hasil perhitungan
Menyiapkan cairan untuk mencuci luka
Membersihkan kulit sekitar luka setelah luka di jahit
Menutup luka dengan kain kassa steril
Menyiapkan bahan pemerikasaan laboratorium/ patologi jika
ada
3. Setelah Pembedahan
Memfiksasi drain, dan kateter
Membersihkan dan memeriksa adanya kerusakan kulit
Mengganti alat tenun, baju pasien dan penutup serta
memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong
Memeriksa dan menghitung semua instrumen sebelum
dikeluarkan dari kamar operasi
Memeriksa ulang dokumentasi
Membersihkan instrumen bekas pakai dengan cara:
o Melakukan pengemasan
12
o Memasang indikator autoclave dan membuat label alat
alat
Membersihkan kamar operasi setelah tindakan pembedahan
selesai agar siap pakai.
b. Tanggung Jawab :
Secara administrative dan kegiatan keperawatan bertanggung
jawab kepada Perawat Kepala Kamar operasi. dan
Secara operasional tindakan bertanggung jawab kepada ahli
bedah dan perawat kepala kamar operasi.
c. Kewenangan
Berwenang melakukan prosedur pelaksanaan asuhan
keperawatan.
Berwenang melakukan koordinasi kegiatan penyelenggaraan
asuhan keperawatan.
Berwenang mengusulkan penambahan sarana dan prasarana
untuk kegiatan asuhan keperawatan.
Berwenang Mengawasi dan mengontrol segala sesuatu
kebutuhan baik instrument dan bahan habis pakai selama
operasi berlangsung.
d. Syarat Jabatan :
Pendidikan: D3 Keperawatan
Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR).
Ketrampilan:
o Mampu menerapkan budaya kerja.
o Mampu menerapkan pengetahuan tentang
bedah dan enam sasaran keselamatan pasien.
o Mampu mengoperasikan komputer secara
sedehana.
o Lulus uji kompetensi.
Pelatihan : BLS, Teknik kamar bedah.
13
Masa kerja berpengalaman di kamar bedah minimal 1 tahun
sebagai sirkuler.
7.6. PERAWAT SIRKULER
a. Uraian Tugas :
1. Sebelum Pembedahan
Menerima pasien yang akan dibedah.
Memeriksa dengan menggunakan formulir chek list serah
terima.
Memeriksa persiapan fisik.
Melakukan serah terima pasien dengan perawat ruang dengan
mencocokan chek list.
Memberikan penjelasan ulang kepada pasien sebatas
kewenangan tentang:
o Tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
o Team bedah yang akan menolong fasilitas yang akan di
gunakan pembedahan.
2. Saat Pembedahan
14
Menghitung dan mencatat pemakaian kasa dengan scrube
nurse.
Mengukur dan mencatat tanda vital
Mengambil instrument yang jatuh dengan menggunakan alat
dan memisahkan dengan yang masih steril.
Melakukan cek ulang jumlah kasa dan instrument dengan
scrube nurse supaya tidak tertinggal didalam tubuh saat
pembedahan.
3. Setelah Pembedahan
Membersihkan dan merapikan pasien setelah pembedahan.
Memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong.
Mengukur dan mencatat tanda vital terakhir sebelum keluar
dari ruang operasi.
Mengukur tingkat kesadaran dengan Aldrete Score, meneliti,
menghitung dan mencatat obat-obatan dan alat yang di pakai,
memeriksa kelengkapan dokumen medik:
o Laporan operasi
o Laporan anestesi.
o Pengisian formulir PA / radiology.
o Menyiapkan resep obat.
o Mendokumentasika tindakan keperawatan selama
pembedahan.
o Identitas pasien
o Masalah yang timbul selama pembedahan,
o Tindakan yang dilakukan.
o Hasil evaluasi
Mengukur kemampuan ekstremitas dengan Bromage score
Melakukan serah terima dengan perawat ruang RR tentang:
o Kelengkapan dokumen medik
o Instruksi pasca bedah.
o Keadaan umum pasien.
o Obat-obatan dan resep baru.
15
Membantu perawat instrument membersihkan dan menyusun
kembali set instrumen.
Membersihkan selang suction, botol bekas cairan dari sisa
cairan pembedahan.
Membantu perawat instrument membersihkan ruang operasi.
Memberikan plester untuk fiksasi bekas luka sayatan.
b. Tanggung Jawab :
Memonitor Bertanggung jawab atas keakuratan, kebenaran dan
ketepatan asuhan keperawatan.
Bertanggung jawab atas ketepatan pendokumentasian kegiatan
di rekam medik.
Bertanggung jawab atas peralatan di bagian perawatan.
Secara administrative dan kegiatan keperawatan bertanggung
jawab kepada Perawat Kepala Kamar operasi, dan secara
operasional tindakan bertanggung jawab kepada ahli bedah dan
perawat kepala kamar operasi.
c. Kewenangan :
Berwewenang melakukan prosedur pelaksanaan asuhan
keperawatan.
Berwewenang melakukan koordinasi kegiatan penyelenggaraan
asuhan keperawatan.
Berwewenang mengusulkan penambahan sarana dan prasarana
untuk kegiatan asuhan keperawatan.
Berwewenang Mengawasi dan mengontrol segala sesuatu
kebutuhan baik instrument dan bahan habis pakai selama
operasi berlangsung.
d. Syarat Jabatan :
Pendidikan : D3 Keperawatan
Memiliki Surat Tanda Registrasi ( STR ).
Ketrampilan :
16
o Mampu menertapkan budaya kerja.
o Mampu menerapkan pengetahuan tentang bedah dan
enam sasaran keselamatan pasien.
o Mampu mengoperasikan komputer secara sedehana.
o Lulus uji kompetensi.
Pelatihan : BLS, Teknik kamar bedah.
Masa kerja berpengalaman di kamar bedah lebih dari 1 tahun
17
BAB VIII
TATA HUBUNGAN KERJA
Rawat Jalan
Rawat Inap
IGD
BPJS
Farmasi
Kasir
ICU
Pemasaran
Pengadaan
Logistik
INSTALASI Gizi
BEDAH SENTRAL
SDM
SIM
Laundry
Radiologi
Operator telepon
Transportasi
Laboratorium
Rumah tangga
18
a. Hubungan kerja dengan Instalasi Rawat Jalan :
- Berkoordinasi berkaitan dengan tindakan pembedahan yang akan
dilakukan
- Petugas Instalasi Rawat Jalan memberitahu kepada petugas Instalasi
Bedah Sentral rencana operasi yang akan dilakukan jika pasien berasal
dari Instalasi Rawat Jalan
- Petugas Instalasi Rawat Jalan menghubungi Instalasi Bedah Sentral bila
pasien sudah siap
- Petugas Instalasi Rawat Jalan mengantar pasien ke Instalasi Bedah
Sentral
- Petugas Instalasi Bedah Sentral memeriksa kelengkapan status rekam
medis pasien berupa inform consent, persetujuaan tarif operasi dan hasil
pemeriksaan laboratorium, foto rontage, EKG dan lain-lainnya.
- Petugas Instalasi Bedah Sentral menerima pasien dan menyiapkan
kelengkapan status rekam medis yang diperlukan untuk kemudian
dilakukan operasi
19
Petugas Instalasi Gawat Darurat menghubungi Instalasi Bedah Sentral
bila pasien telah siap untuk di antar Instalasi Bedah Sentral
Petugas Instalasi Gawat Darurat menghubungi perawat Instalasi Bedah
Sentral yang berjaga melalui operator jika ada rencana operasi cito
Petugas Instalasi Bedah Sentral menghubungi petugas Instalasi Gawat
Darurat jika Instalasi Bedah Sentral siap digunakan.
Petugas Instalasi Gawat Darurat mengantar pasien ke Instalasi Bedah
Sentral
Petugas Instalasi Bedah Sentral memeriksa kelengkapan status rekam
medis pasien berupa inform consent, persetujuaan tarif operasi dan hasil
pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, EKG dan lain-lainnya
20
Petugas Instalasi Bedah Sentral melakukan inventaris harian terhadap
alat dan obat yang dipakai.
Petugas farmasi melakukan inventaris di kamar operasi setiap akhir
bulan.
Distribusi dan penyerahan obat pembekalan dan alat kesehatan mingguan
atau bulanan.
Pembelajaan rutin obat dan bahan habis pakai setiap hari, bisa melayani
dalam kondisi emergency.
Memasukkan ke komputer permintaan nama obat dan bahan habis pakai,
cetak permintaan tersebut dan ditanda tangani oleh Kepala Ruang
Instalasi Bedah Sentral.
Mengantar bukti cetak permintaan alat kesehatan dan obat habis pakai ke
Instalasi Farmasi.
Petugas intalasi farmasi menyiapkan alat kesehatan dan obat sesuai
dengan permintaan serta menandatangani bukti permintaan sebagai bukti
serah terima.
Petugas Instalasi Bedah Sentral mengambil alat kesehatan yang dipesan.
f. Hubungan Kerja dengan Kasir/adminitrasi
Berkoordinasi berkaitan harga operasi, harga alkes.
Petugas kasir/administrasi melakukan konfirmasi kepada petugas
Instalasi Bedah Sentral tentang penggunaan obat
Petugas kasir/administrasi melakukan konfirmasi kepada petugas
Instalasi Bedah Sentral tentang tarif operasi, kelompok ( Sosial,
Jamkesmas atau Tanggungan)
21
d. Perawat Instalasi Bedah Sentral menggantar pasien ke ICU dan
melakukan serah terima status pasien.
e. Perawat ICU mengecek kelengkapan status pasien meliputi
instruksi dokter,laporan operasi, laporan anestesi dan specimen jika
ada.
22
- Berkoordinasi berkaitan dengan penyediaan konsumsi bagi tenaga
Instalasi Bedah Sentral.
- Petugas Instalasi Bedah Sentral menulis di lembar permintaan bon
makanan untuk lembur dan dokter operator yang ditandatangani oleh
kepala perawat Instalasi Bedah Sentral.
- Perawat Instalasi Bedah Sentral menghubungi dapur untuk memesan
makanan dokter.
23
- Berkoordinasi berkaitan dengan pemanggilan tim on call Instalasi Bedah
Sentral
- Bagian/instalasi yang membutuhkan tim operasi menghubungi melalui
operator
24
BAB IX
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
NAMA JUMLAH
PENDIDIKAN SERTIFIKASI
JABATAN KEBUTUHAN
Ka. Instalasi Spesialis bedah ATLS 1
Ka.Perawat DIII Pelatihan dasar 1
Instalasi Kamar Keperawatan instrument intern
Operasi
Analisa Data
Dasar perhitungan tenaga:
1. Jumlah dan jenis operasi
2. Jumlah Kamar operasi
3. Pemakaian kamar operasi pada hari kerja
4. Tugas perawat di kamar operasi terdiri dari asisten, instrumen, sirkuler
(3 orang/tim)
5. Ketergantungan pasien
a. Operasi khusus ( ± 5-6 jam per satu operasi)
b. Operasi besar ( ± 5 jam per satu operasi)
c. Operasi sedang ( ± 2 jam per satu operasi)
d. Operasi kecil (± 1 jam per satu operasi)
25
Perhitungan tenaga Instalasi Bedah Sentral
Rata-rata operasi dalam 1 hari : 4-5 pasien/ hari
Khusus :1
Besar :1
Sedang :2
Kecil :1
Rumus :
(Jumlah jam operasi/hari x jumlah operasi) x jumlah perawat/tim + (cadangan)
Jam kerja efektif/ hari
= { (5x1)+(4x1)+(2x2)+(1x1) } x 3 + 1
6,5
= ( 5+4+4+1) x 3 +1
6,5
= 14 x 3 + 1
6,5
= 6,6
= 6-7 orang
26
Di Instalasi Bedah Sentral tenaga perawat ruang pulih sadar belum ada.
Yang bertanggung jawab di ruang penerimaan dan Recovery room adalah tenaga
perawat Instalasi Bedah Sentral.
Kekurangan tenaga untuk ruang penerimaan dan recovery room 2 orang.
Dengan jumlah operasi rata-rata 4-5, tenaga perawat 2 tim ( 3 orang /tim ) di
Instalasi Bedah Sentral diharapkan cukup.
Dengan pertimbangan:
1. Operasi cyto/emergency
2. Jumlah operasi yang tidak menentu setiap hari
3. Pergantian libur/ tidak oncall tiap minggunya
4. Oncall hari minggu dan hari besar
maka jumlah tenaga perawat di Instalasi Bedah Sentral kurang 1 tim (3 orang/tim)
27
BAB X
KEGIATAN ORIENTASI
28
darurat lapangan berkompeten
5 Prosedur penerimaan Hari 2 - Pembelajaran Ka. Perawat
pasien ODC - Tanya jawab Instalasi Bedah
- Survey Sentral / perawat
lapangan IBS yang
berkompeten
6 Prosedur tugas dinas Hari 2 - Pembelajaran Ka. Perawat
pagi, sore dan on - Tanya jawab Instalasi Bedah
call Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
7 Prosedur alur masuk Hari 2 - Pembelajaran Ka. Perawat
pasien - Tanya jawab Instalasi Bedah
Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
8 Prosedur alur keluar Hari 2 - Pembelajaran Ka. Perawat
pasien - Tanya jawab Instalasi Bedah
Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
9 Prosedur alur masuk Hari 3 - Pembelajaran Ka. Perawat
alat steril - Tanya jawab Instalasi Bedah
- Praktek Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
10 Prosedur keluar alat Hari 3 - Pembelajaran Ka. Perawat
kotor - Tanya jawab Instalasi Bedah
- Praktek Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
11 Prosedur serah Hari 4 - Pembelajaran Ka. Perawat
29
terima pasien - Tanya jawab Instalasi Bedah
- Praktek Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
12 Prosedur Hari 4 - Pembelajaran Ka. Perawat
penggunaan cauter - Tanya jawab Instalasi Bedah
- Praktek Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
13 Prosedur Hari 4 - Pembelajaran Ka. Perawat
penggunaan suction - Tanya jawab Instalasi Bedah
- Praktek Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
14 Prosedur Hari 5 - Pembelajaran Ka. Perawat
Pengambilan Linen - Tanya jawab Instalasi Bedah
Kotor/ pembersihan - Praktek Sentral / perawat
linen/ pengiriman ke IBS yang
laundry berkompeten
15 Prosedur Hari 6 - Pembelajaran Ka. Perawat
Pengambilan Alat - Tanya jawab Instalasi Bedah
steril - Praktek Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
16 Prosedur Hari 7 - Pembelajaran Ka. Perawat
penggunaan auto - Tanya jawab Instalasi Bedah
clave - Praktek Sentral / Ka.
Kamar steril,
perawat IBS yang
berkompeten
17 Prosedur Hari 8 - Pembelajaran Ka. Perawat
pembersihan - Tanya jawab Instalasi Bedah
30
instrumen - Praktek Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
18 Prosedur packing Hari 9 - Pembelajaran Ka. Perawat
instrumen - Tanya jawab Instalasi Bedah
- Praktek Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
19 Prosedur penataan Hari 10 - Pembelajaran Ka. Perawat
instrument di meja - Tanya jawab Instalasi Bedah
besar dan meja mayo - Praktek Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
20 Penggunaan alat Hari 10 - Pembelajaran Ka. Perawat
untuk bermacam- - Tanya jawab Instalasi Bedah
macam operasi - Praktek Sentral / perawat
IBS yang
berkompeten
21 Evaluasi Hari 12 - Ujian tulis Ka. Perawat
- Ujian lisan Instalasi Bedah
Sentral
31
BAB X
PERTEMUAN/RAPAT
32
BAB XI
PELAPORAN
1. Laporan harian
a) Laporan tertulis jumlah operasi, tindakan dan nama operator,
kejadian tertusuk
b) Inventaris harian
c) Laporan insidentil : bila ada masalah / hal yang perlu dibahas segera
2. Laporan bulanan
Laporan tertulis diserahkan ke direktur
3. Laporan tahunan
Laporan dibuat sesuai format TOR unit kerja, bentuk laporan tertulis, soft
copy dan diserahkan ke sekretaris direktur
33