Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOSOSIAL

GLOBALISASI DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL


DIVERSITY DALAM MASYARAKAT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. AGUNG PRATAMA

2. AISYAH RAHMA ALFI

3. GUSTI A.RANA GHINAYA

4. REZA FADILLAH

5. NOVELYA PILLI GERALDIN

DOSEN PEMBIMBING :

Ns.WIZZNATUL IZATI,S.Kep,M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)

YARSI BUKITTINGGI

SUMATERA BARAT

2018

1
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………….…...1

Daftar Isi……………………………………………………………………………..…..2

Kata Pengantar……………………………………………………………………......…3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….......4

1.1.Latar Belakang ……………………………………………………………..…....….4

1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5

2.1 Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan..................5

2.2 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural................................7

2.3 Pengkajian Asuhan keperawatan Budaya..................................................................9

2.4 Pengaruh budaya terhadap pengobatan (etnofarmakologi).....................................12

2.5. Makna Diversity (Keragaman)...............................................................................13

2.6. Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia.........................................14

2.7. Pengaruh Keragaman dam Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara, dan


Kehidupan Global..........................................................................................................15

2.8. Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Multikultural...........................................17

BAB III PENUTUP.......................................................................................................18

3.1. Kesimpulan.............................................................................................................18

3.2.Saran........................................................................................................................18

DAFTAR ISI.................................................................................................................19

2
Kata pengantar

Puji dan syukur patut kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah PSIKOSOSIAL yang berjudul
GLOBALISASI DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DAN DIVERSITY DALAM
MASYARAKAT ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Kami berterima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, khusunya kepada
dosen mata kuliah Psikososial yang memberikan kami tugas ini untuk kami selesaikan.
Kami sangat berharap, kiranya makalah ini dapat berguna menambah pengetahuan
kita mengenai konsep kematian. Kami pun menyadari, makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami memohon maaf maaf bila terdapat
kesalahan-kesalahan dalam penulisan. Untuk itu, kami sangat berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat diterima dan dipahami bagi siapa pun yang
membacanya.

Bukittinggi ,20 November 2019

Kelompok V

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.3. Latar Belakang

Dalam praktik pelayanan kesehatan, perawat adalah tenaga kesehatan yang paling dekat
dengan klien. Hal ini karena perawat tidak hanya memberikan asuhan keperawatan medis,
tetapi juga memberikan asuhan keperawatan lain, seperti asuhan latar belakang budaya.

Latar belakang budaya sangat erat kaitannya dengan asuhan keperawatan. Dalam masalah ini,
latar belakang budaya sangat mempengaruhi asuhan keperawatan yang akan diberikan pada
klien. Perspektif transkultural dalam keperawatan diharapkan dapat membantu klien untuk
mendapatkan asuhan keperawatan yang baik sesuai dengan kondisi dan keadaan klien.

Berlatar belakang dari masalah tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah dengan
mengangkat judul “Etnofarmakologi dan Nutrisi dalam Perspektif Transkultural dalam
Keperawatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang terkandung dalam makalah ini antara lain:

a. Apa yang dimaksud dengan keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan
kesehatan ?

b. Apa yang dimaksud dengan Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
?

c. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan budaya?

d. Bagaimana Pengaruh budaya terhadap pengobatan (etnofarmakologi) ?

e. Apa pengertian diversity (keragaman) dalam masyarakat ?

f. Bagaimana pengaruh diversity (keragaman) dalam masyarakat ?

g. Bagaimana alternative dalam pemecahan masalah dalam masyarakat multikultur

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui hal apa saja yang terkandung dalam perspektif traskultural

b. Untuk mengetahui konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural.

c. Untuk mengetahui pengkajian asuhan keperawatan budaya.

4
d. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap pengobatan (etnofarmakologi).

e. Untuk mengetahui diversity (keragaman) dalam masyarakat

b. Untuk mengetahui pengaruh diversity (keragaman) dalam masyarakat

c. Untuk mengetahui alternative dalam pemecahan masalah dalam masyarakat multikultur

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan

Kultur adalah kesatuan dari nilai, kepercayaan, norma, dan jalan hidup yang menjadi
pedoman dalam berpikir dan berperilaku (Purnell & Paulanka, 1998 ; Leininger, 2002a).

Keperawatan transkultural melintasi batas-batas kebudayaan untuk mencari esensi.


Keperawatan transkultural merupakan campuran dari antropologi dan keperawatan dalam
teori dan praktik. Antropologi mengacu pada manusia, termasuk asal, perilaku, status sosial,
fisik, mental, dan perkembangan zaman. Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan seni,
maka keperawatan transkultural memungkinkan untuk melihat profesi ini dengan perspektif
yang berbeda.

Keperawatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada studi komparatif


dan analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini berhubungan dengan kepedulian akan
perilaku, keperawatan, dan nilai sehat-sakit, serta kepercayaan mereka. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan untuk memberikan keperawatan
dalam kebudayaan khusus dan kebudayaan universal.

Menurut Leininger (1995), keperawatan transkultural penting karena beberapa faktor, yaitu :

1. Terjadi peningkatan imigrasi

2. Terjadi peningkatan idealitas multikultural dalam pemahaman dan penghargaan


pada perawat dan tenaga kesehatan lain

3. Peningkatan teknologi kesehatan

4. Konflik budaya yang terjadi berdampak pada interaksi budaya lain

5. Terjadi peningkatan jumlah orang yang bekerja atau berwisata kenegara lain

6. Terjadi peningkatan konflik budaya yang dihasilkan oleh praktik kesehatan

7. Adanya emansipasi wanita dan gender

8. Peningkatan permintaan untuk komunitas dan latar belakang budaya dalam


konteks lingkungan

Keperawatan transkultural dibagi menjadi :

a. Keperawatan transkultural dalam sejarah kesehatan untuk mengetahui aspek


positif dan negatif sejarah kesehatan klien, mencakup :

- Data biografi : informasi dasar

6
- Alasan : apa yang dikeluhkan oleh klien

- Riwayat kesehatan : sebagai penilaian dan evaluasi tentang riwayat

kesehatan klien

- Budaya : untuk mengantisipasi gangguan keterbatasan budaya

- Pengobatan saat ini : persepsi klien dan masyarakat terhadap obat

- Sejarah : silsilah dalam keluarga dan status sosial

b. Keperawatan transkultural dalam pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi variasi


biokultural yang dibutuhkan klien, mencakup :

a. Variasi ukuran (tinggi, proporsi, dan berat badan)

b. Variasi tanda-tanda vital (ras dan gender)

c. Variasi penampilan (tubuh secara keseluruhan)

d. Variasi kulit

e. Variasi sistem sekresi tubuh

f. Variasi wajah, mata, telinga, dan mulut

i. Variasi pleksus vena susu

g. Variasi sistem muskuloskeletal

h. Variasi penyakit

2.2 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

Asuhan keperawatan transkultural adalah salah satu bentuk asuhan keperawatan


profesional yang secara kultural sensitif, sesuai, dan berkompeten, merupakan
penyelenggaraan asuhan keperawatan lintas budaya dalam konteks pasien beserta lingkungan
di mana masalah kesehatan pasien tersebut timbul (Kozier, Berman & Snyder: 2004).

Menurut Leininger (2002), Transcultural Nursing adalah studi budaya pada proses
belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan di antara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia.

7
Konsep dalam Transcultural Nursing (Potter & Perry: 2009)

a. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung


dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
b. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat, berkembang, dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai.
c. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang
lain.
d. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik, dan nilai di atas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
e. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.
f. Diskriminasi, perlakuan yang berbeda terhadap individu atau kelompok berdasarkan
ras, etnis, gender, kelas sosial.
g. Cultural Shock yaitu rasa ketidaknyamanan yang muncul pada pasien sebagai akibat
perawat tidak mampu beradaptasi dengan nilai budaya dan kepercayaan.
h. Cultural pain dibagi menjadi dua, yaitu public pain (rasa sakit atau nyeri yang
dinyatakan oleh orang tersebut) dan private pain (pasien tidak mengatakan mengenai
rasa nyerinya).
i. Cultural variation yaitu perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan
bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang
mungkin kembali lagi (Leininger: 1985).
j. Stereotyping menganggap semua anggota suatu kebudayaan atau etnis sama.
Contohnya, seorang perawat menganggap semua orang Itali bersifat public pain.
Stereotyping dapat disebabkan karena generalisasi hasil penelitian, bisa juga tidak
ada hubungannya dengan kenyataan, yang biasanya merupakan bentuk diskriminasi.

8
Prinsip-prinsip asuhan keperawatan transkultural

a. Semua kebudayaan manusia mempunyai gaya hidup, asuhan keperawatan, dan


metode pengobatan yang berbeda, dan perawat harus memahami untuk dapat bekerja
secara efektif dengan orang lain.
b. Asuhan keperawatan adalah kebutuhan dasar manusia dan merupakan fokus dominan
pada keperawatan.
c. Memahami kebudayaan sendiri adalah langkah penting pertama untuk dapat
memahami kebudayaan lain.
d. Tiap orang memiliki hak untuk dihormati, dipahami, dikenal nilai budayanya, dan
mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan yang lain.
e. Asuhan keperawatan trankultural berhubungan dengan kepercayaan, perbandingan
nilai, dan praktik kebudayaan tertentu untuk menyediakan praktik layanan kesehatan
yang spesifik, aman, dan berarti.
f. Perawat menggunakan pengetahuan asuhan budaya humanis dan ilmiah untuk
menyediakan asuhan keperawatan pada klien dengan kebudayaan yang berbeda-beda.
g. Memahami perbedaan asuhan budaya dan kesamaannya akan membuat perawat
menghormati dan membantu pasien untuk sembuh, mencegah penyakit, dan
menghindari kematian prematur.
h. Kemampuan perawat untuk berbicara bahasa klien akan mempermudah pemahaman
apa yang dialami oleh klien.

9. Jika gaya hidup, nilai, dan ekspresi budaya terasa mustahil, perawat tetap harus
mencoba untuk memahami klien tersebut.

10. Setiap budaya, asuhan, penyembuhan, dan praktik kesehatan dipengaruhi oleh
pandangan dunia, konteks lingkungan, dan struktur sosial.

11. Budaya biasanya mempunyai dua tipe utama sistem asuhan keperawatan, yaitu
generik dan profesional.

12. Budaya mempunyai cara sendiri untuk memelihara kesehatan menghadapi


kematian, mengalami hal yang tidak menyenangkan, dan krisis.

13. Praktik keperawatan di Barat dan non-Barat mempunyai perbedaan utama


yang perlu dipahami ketika merencanakan dan menyediakan asuhan keperawatan.

2.3 Pengkajian Asuhan keperawatan Budaya

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi klien sesuai


dengn latar belakang budaya klien (Goger and Davidhizar, 1995). Tujuan dari pengkajian
budaya adalah untuk menghasilkan informasi signifikan dari klien dan pemahaman yang
memungkinkan perawat untuk menerapakan asuhan keperawatan yang sesuai (Leininger and
McFarland).

9
Selain itu, pengkajian asuhan keperawatan budaya memiliki tujuan lain, diantaranya :

a. untuk menemukan budaya keperawatan klien, pola kesehatan serta makan yang
berkaitan dengan pandangan klien cara hidup, nilai-nilai budaya, kepercayaan dan
faktor struktur sosial.

b. untuk mendapatakan informasi budaya keperawatan secara menyeluruh sebagai


dasar kuat untuk penentuan keputusan dan tindakan asuhan keperawatan.

c. untuk menemukan pola-pola keperawatan budaya tertentu yang dapat digunakan


untuk membuat keputusan keperawatan yang sesuai dengan nilai-nilai klien, cara
hidup, dan untuk menemukan pengetahuan apa yang dapat membantu klien.

d. untuk mengidentifikasi daerah yang berpotensi mengalami konflik budaya,


bentrokan dan daerah yang terasingkan aibat perbedaan nilai emik dan etik antara
klien dan tenaga kesehatan rofesional.

e. untuk mengidentifikasi perbandingan informasi keperawatan budaya antar klien


mengenai perbedaan atau persamaan budaya, yang dapat dibagi dan digunakan dalam
praktek kinis, pengajaran dan penelitian.

Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :

1). Faktor teknologi (tecnological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran


menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

2). Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran
di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan.

3). Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

4). Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

10
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

5). Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.

6). Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.

7). Faktor pendidikan (educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap
ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya

1. Etnisitas

Latar belakang yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap apa yang dia butuhkan
dan apa yang dia lakukan. Dalam budaya etnik, masyarakat biasanya menganut sesutau yang
terlalu berlebihan dalam memeluk suatu paham, misalnya agama dan bahasa. Namun
seseorang dapat juga mengadopsi dari kebudayaan lain. Etnisitas juga berpengeruh pada pola
pekerjaan dan tempat tinggal.

2. Religi

Religi atau keyakinan dalam diri seseorang yang berada diluar kekuatan manusia yang harus
dipatuhi. Dengan adanya religi etnisitas dapat dikaji ulang untuk mendapatkan klasifikasi

11
yang kongkrit. Religi juga dapat digunakan untuk merumuskan filosofi dan system melalui
system keyakinan.

2.4 Pengaruh budaya terhadap pengobatan (etnofarmakologi)

Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural


adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan
dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya (
kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan –
persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural
dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan
dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan.

Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat


sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem pengobatan
tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti
mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional )
adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. Beberapa
hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya – budaya yang ada di
Indonesia diantaranya adalah :

Budaya Jawa

Menurut orang Jawa , “sehat “ adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin . Bahkan ,
semua itu berakar pada batin . Jika “ batin karep ragu nututi “ , artinya batin berkehendak ,
raga / badan akan mengikuti . Sehat dalam konteks raga berarti “ waras “ . Apabila seseorang
tetap mampu menjalankan peranan sosialnya sehari – hari , misalnya bekerja di ladang ,
sawah , selalu gairah bekerja , gairah hidup , kondisii inilah yang dikatakan sehat . Dan
ukuran sehat untuk anak – anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan
selalu bergairah main .

Untuk menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu :

a. konsep personalistik

Dalam konsep personalistik, penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural ( makhluk gaib ,
dewa ) , makhluk yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur , roh jahat ) dan manusia ( tukang
sihir , tukang tenung ) . Penyakit ini disebut “ ora lumrah “ atau “ ora sabaene “ ( tidak wajar /
tidak biasa ) . Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara gaib atau
supernatural , misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik jenis
penyakit ini terdiri dari kesiku , kebendhu , kewalat , kebulisan , keluban , keguna – guna ,

12
atau digawe wong , kampiran bangsa lelembut dan lain sebagainya . Penyembuhan dapat
melalui seorang dukun atau “ wong tuo “.

Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati
penyakit melalui “Japa Mantera “ , yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Ada
beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing –
masing :

 Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan


dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.
 Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang sakit terkilir ,
patah tulang , jatuh atau salah urat.
 Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna atau “ digawa
uwong “.
 Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan
roh halus.
 Dukun hewan : khusus mengobati hewan

b. konsep naturalistik

Penyebab penyakit bersifat natural dan mempengaruhi kesehatan tubuh , misalnya karena
cuaca , iklim , makanan racun , bisa , kuman atau kecelakaan . Di samping itu ada unsur lain
yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh , misalnya dingin , panas , angin atau
udara lembab .Oleh orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit “ Lumrah “ atau biasa.

Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan , artinya


dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali . Misalnya orang sakit
masuk angin , penyembuhannya dengan cara “ kerokan “ agar angin keluar kembali . Begitu
pula penyakit badan dingin atau disebut “ndrodok” ( menggigil , kedinginan ) ,
penyembuhannya dengan minum jahe hangat atau melumuri tubuhnya dengan air garam dan
dihangatkan dekat api . Di samping itu juga banyak pengobatan yang dilakukan dengan
pemberian ramuan atau “dijamoni“ .Jamu adalah ramuan dari berbagai macam tumbuhan atau
dedaunan yang di paur , ditumbuk , setelah itu diminum atau dioleskan pada bagian yang
sakit. Di samping itu ada juga ramuan tumbuhan lain sebagai pelengkap , misalnya kulit
pohon randu yang sudah diberi mantera.

2.5. Makna Diversity (Keragaman)

Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa indonesia
artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak ragi, laras. Sehingga
kergaman berarti perihal beraga-ragam berjenis-jenis;perihal ragam hal jeniskergaman yang
di maksud di sini suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaa-perbedaan

13
dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan,ideologi,adat
kesoponan serta situasi ekonomi.

2.6. Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia

a. Suku Bangsa dan Ras

Suku bangsa yang menempati wilayah indonesia dari sabang sampai merauke sangat
beragam.sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokkan besar manusia
yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriyah yamg sama seperti rambut, warna kulit, ukuran
tubuh, mata, ukuran kepala dan lain sebagainya. Di indonesia, terutama bagian barat mulai
dari sulawesi adalah termasuk ras mongoloid melayu muda. Kecuali batak dan toraja yang
termasuk mongoloid melayu tua sebelah timur indonesia termasuk ras austroloid, termasuk
bagian NTT. Sedangkan kelompokterbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah
golongan chinayang termasuk atratic mongooid

b.Agama dan Keyakinan

Agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan di patuhi manusia. Ikatan yang di
maksud berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaibyang tak
dapat di tangkap dengan panca indra. Namun mempunyai pengaruh besar yang besar sekali
terhadap kehidupan manusia sehari-hari ( Haru nasution: 10). Agama sebagai keyakinan
memang sulit di ukur secara tepat dan rinci.Hal ini pula yang barang kali menyulitkan para
ahli untuk memberikan definisi yang tepat tentang agama. Namun apapun bentuknya
kepercayaan yang di anggap sebagai agama, tampaknya memang memilki ciri umum yang
hampir sama, baik dalam agama pitif maupun agama monoteisma. Menurut Robert H.
Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada tuhan atau dewa-dewa sebagai
ukuran yang menentukan yang tak boleh di abaikan ( psikologi agama:14)

Masalah agama tak akan mungkin dapat di pisahkan dari kehidupan masyarakat. Dalam
praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah :

 Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang
 Berfungsi penyelamat
 Berfungsi sebagai perdamaian
 Berfungsi sebagai sosial kontrol
 Berfungsi sebagai pemupuk ras dan solidaritas
 Berfungsi tranformatif
 Berfungsi kreatif
 Berfungsi sublimatif

14
c. Tata Krama

Tata krama yang di anggap sebagai dari bahasa jawa yang berarti “adat sopan santun, basa
basi” pada dasarnya ialah segala tindakan, prilaku, adat istiadat, tegur sapa,ucap dan cakap
sesuai kaidah atau norma tertentu. Tata krama di bentuk dan di kembangkan oleh masyarakat
yang terdiri dari aturan-aturan yang kalo di patuhi di harapkan akan tercipta interaksi sosial
yang tertib dan efektif di dalam masyarakat yang bersangkutan. Indonesia memiliki
keragaman suku bangsa dimanadi setiap suku bangsa memiliki adat tersendiri meskipun
kerena adanya sosialisasi nila-nilai dan norma secara turun menurun dan berkisenambungan
dari generasi ke generasi menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam suatuisuku bangsa
yang sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.

d. Kesenjangan Ekonomi

Bagi sebagian negara, perkonomian akan menjadi salah satu perhatian yang harus di
tingkatkan namun umumnya, masyarakat kita berada di golongan tingkat ekonomi menengah
kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat di
hindari lagi

e. Kesenjangan Sosial

Masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang majemmuk dengan bermacam tingkat


pangkat, dan seterata sosial yang hierarkis.hal ini, dapat terlihat dan di rasakan dengan jelas
dengan adanya penggologan orang berdasarkan kasta.Hal ini yang dapat menimbulkan
kesenjangan sosialyang tidak saja dapat menyakitkan, namun juga membahayakan bagi
kerukunan masyarakat.Tak hanya itu bahkan menjadi sebuah pemicu perang antara etnis atau
suku.

2.7. Pengaruh Keragaman dam Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara, dan


Kehidupan Global

Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai harmoni.Perbedaan
yang mewujud baik secara fisik ataupun mental, sebenarnya merupakankehendak tuhan yang
seharusnya dijadikan sebagai sebuah potensi untuk menciptakan sebuah kehidupan yang
menjunjung tinggi toleransi. Dikehidupan Sehari-Hari,Kebudayaan Suku Bangsa dan
kebudayaan agama,bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara,
mewarisi perilaku dan kegiatan kita.berbagai kebudayaan itu beriringan, saling melengkapi.
Bahkan mampu saling menyesuaikan dalamkehidupan sehari-hari tetapi sering kali yang
terjadi malah sebaliknya.Perbedaa-perbedaan tersebut menciptkan ketegangan hubungan
antara anggota masyarakat. Hal ini di sebabkan oleh sifat dasar yang selalu di miliki oleh
masyarakat majemuk sebagai mana di jelaskan oleh Van de Berghe:

a. Terjadinya sikmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki


kebudayaan yang berbeda.

15
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
non komplenter

c. Kurang mengembangkan konsensuf di antar anggota masyarakat tentang nilai-nilai


sosial yang bersifat dasar.

d. Secara relatif sering kali terjadi konflikdi antara kelompokyang satu dengan yang
lainnya.

e. Secara relatif integrasi tumbuh di atas paksaan yang saling ketergantungan di dalam
bidang ekonomi

f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelomok terhadap kelompok yang lain

Realitas di atas harus di akui dengan sikap terbuka logis, dan dewasa karena dengannya,
kemajemukkan yang adad dapat di pertumpul. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap
dikesampingkan, besarkemungkinan tercipta masalah-masalah menggoyahkan persatuan dan
kesatuan bangsa seperti:

1.Disharmonisasi, adalah tidak adanya kesesuaian atas keragaman antara manusia dengan
dunia lingkungannya. Disharmonisasi di bawa oleh virus paparoks yang ada dalam
globalisasi. Paket globalisasi begitu memikat masyarakat dunia dengan tawarannya akan
keseragman global untuk maju bersama dan komunikasi gaya hidup ,manusia yang bebas dan
harmonis dalam tatanan dunia, dengan menyampingkan keunikan dan keberagaman indonesia
sebagai pelaku utama.

2. Perilaku diskriminatif terdapat etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan muncul
masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja yang tidak
mengentungkan bagi hidup berbangsa dan bernegara.

3. Eksklusivme,realisis, bersumber dari superioritas, alasannya dapat bermacam-macam


antara lain; keyakinan bahwa secara koadrati ras/sukunya ke kelompoknya lebih tinggi dari
ras/suku/kelompok lain

Adanya beberapa hal yang dapat dilakukan memperkecil masalah yang di akibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:

 Semangat religius
 Semangat nasionalisme
 Semangat pluralisme
 Semangat humanisme
 Dialog antar umat beragama
 Membangun suatu pola komikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antara agama,media massa, dan harmonisasi dunia.

16
2.8. Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Multikultural

Kemampuan untuk menampung berbagai perbedaan dan keanekaragaman kebudayaan


dalam sebuah kesatuan yang di landasi suatu ikatan kebersamaan. Salah satu pengembangan
konsep toleransi terhadap keberagaman budaya adalah mewujudkan masyarakat indonesia
yang multikultural dengan bentuk pengakuan dan toleransi, terhadap perbedaan dalam
kesetaraan individual maupun secara kebudayaan. Dalam masyarakat multikultural,
masyarakat anatar suku bangsa dapat hidup berdampingan, bertoleransi, dan saling
menghargai. Selain itu, alternatif penyelesaian keberagaman budaya yang ada di indonesia di
lakukan melalui interaksi lintas budaya dengan mengembangkan media sosial, seperti
pengembangan lambang-lambang komunikasi lisan maupun tertulis, norma-norma yang di
sepakati dan di terima sebagai pedoman bersama, dan perangkat nilai sebagai kerangka
acuian bersama.

17
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Keperawatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada studi komparatif


dan analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini berhubungan dengan kepedulian
akan perilaku, keperawatan, dan nilai sehat-sakit, serta kepercayaan mereka.
2. Pengaruh budaya terhadap pengobatan dapat dilihat dari Kepercayaan Kuno dan
Praktik Pengobatan, budaya Jawa misalnya. Pada kepercayaan budaya Jawa ini
biasanya menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu konsep
personalistik dan konsep naluralistik . Dalam konsep personalistik , penyakit
disebabkan oleh makhluk supernatural, makhluk yang bukan manusia, dan manusia.
Penyakit ini disebut “ ora lumrah “ atau “ ora sabaene “ ( tidak wajar / tidak biasa ) .
3. keragaman berasaldarikata ragamyang menurut kamus besar bahasa indonesia artinya
tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak ragi, laras. Sehingga
kergaman berarti perihal beraga-ragam berjenis-jenis;perihal ragam hal jeniskergaman
yang di maksud di sini suatu kondisi dalammasyarakat diman terdapat perbedaaa-
perbedaan dalamberbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan
keyakinan,ideologi,adat keseponan serta situasi ekonomi.

3.2.Saran

Sebagai mahasiswa seharusnya mengetahui bagaimana cara bersikap ketika berada dalam
masyarakat yang berbagai macam kultur, dalam menangangi masalah harus sesuai norma
yang dianut oleh masing-masing suku. Agar tidak terjadi perselisihan atau permasalahan.

18
DAFTAR ISI

Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts,
Process, and Practices, 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice.
7th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.

Afifah, Efy. “Ringkasan Materi Keragaman Budaya Dan Perspektif Transkultural. Dalam
Keperawatan”.

.Andre, M dan Boyle , J,S (1995), Transkultural Concepts in Nursing Care

19

Anda mungkin juga menyukai