Psikososial Buk It
Psikososial Buk It
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. AGUNG PRATAMA
4. REZA FADILLAH
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.WIZZNATUL IZATI,S.Kep,M.Kep
YARSI BUKITTINGGI
SUMATERA BARAT
2018
1
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………….…...1
Daftar Isi……………………………………………………………………………..…..2
Kata Pengantar……………………………………………………………………......…3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….......4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
3.1. Kesimpulan.............................................................................................................18
3.2.Saran........................................................................................................................18
DAFTAR ISI.................................................................................................................19
2
Kata pengantar
Puji dan syukur patut kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah PSIKOSOSIAL yang berjudul
GLOBALISASI DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DAN DIVERSITY DALAM
MASYARAKAT ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Kami berterima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, khusunya kepada
dosen mata kuliah Psikososial yang memberikan kami tugas ini untuk kami selesaikan.
Kami sangat berharap, kiranya makalah ini dapat berguna menambah pengetahuan
kita mengenai konsep kematian. Kami pun menyadari, makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami memohon maaf maaf bila terdapat
kesalahan-kesalahan dalam penulisan. Untuk itu, kami sangat berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat diterima dan dipahami bagi siapa pun yang
membacanya.
Kelompok V
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam praktik pelayanan kesehatan, perawat adalah tenaga kesehatan yang paling dekat
dengan klien. Hal ini karena perawat tidak hanya memberikan asuhan keperawatan medis,
tetapi juga memberikan asuhan keperawatan lain, seperti asuhan latar belakang budaya.
Latar belakang budaya sangat erat kaitannya dengan asuhan keperawatan. Dalam masalah ini,
latar belakang budaya sangat mempengaruhi asuhan keperawatan yang akan diberikan pada
klien. Perspektif transkultural dalam keperawatan diharapkan dapat membantu klien untuk
mendapatkan asuhan keperawatan yang baik sesuai dengan kondisi dan keadaan klien.
Berlatar belakang dari masalah tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah dengan
mengangkat judul “Etnofarmakologi dan Nutrisi dalam Perspektif Transkultural dalam
Keperawatan”.
a. Apa yang dimaksud dengan keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan
kesehatan ?
b. Apa yang dimaksud dengan Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
?
a. Untuk mengetahui hal apa saja yang terkandung dalam perspektif traskultural
4
d. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap pengobatan (etnofarmakologi).
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kultur adalah kesatuan dari nilai, kepercayaan, norma, dan jalan hidup yang menjadi
pedoman dalam berpikir dan berperilaku (Purnell & Paulanka, 1998 ; Leininger, 2002a).
Menurut Leininger (1995), keperawatan transkultural penting karena beberapa faktor, yaitu :
5. Terjadi peningkatan jumlah orang yang bekerja atau berwisata kenegara lain
6
- Alasan : apa yang dikeluhkan oleh klien
kesehatan klien
d. Variasi kulit
h. Variasi penyakit
Menurut Leininger (2002), Transcultural Nursing adalah studi budaya pada proses
belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan di antara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia.
7
Konsep dalam Transcultural Nursing (Potter & Perry: 2009)
8
Prinsip-prinsip asuhan keperawatan transkultural
9. Jika gaya hidup, nilai, dan ekspresi budaya terasa mustahil, perawat tetap harus
mencoba untuk memahami klien tersebut.
10. Setiap budaya, asuhan, penyembuhan, dan praktik kesehatan dipengaruhi oleh
pandangan dunia, konteks lingkungan, dan struktur sosial.
11. Budaya biasanya mempunyai dua tipe utama sistem asuhan keperawatan, yaitu
generik dan profesional.
9
Selain itu, pengkajian asuhan keperawatan budaya memiliki tujuan lain, diantaranya :
a. untuk menemukan budaya keperawatan klien, pola kesehatan serta makan yang
berkaitan dengan pandangan klien cara hidup, nilai-nilai budaya, kepercayaan dan
faktor struktur sosial.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
2). Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran
di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan.
3). Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4). Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
10
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5). Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap
ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
1. Etnisitas
Latar belakang yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap apa yang dia butuhkan
dan apa yang dia lakukan. Dalam budaya etnik, masyarakat biasanya menganut sesutau yang
terlalu berlebihan dalam memeluk suatu paham, misalnya agama dan bahasa. Namun
seseorang dapat juga mengadopsi dari kebudayaan lain. Etnisitas juga berpengeruh pada pola
pekerjaan dan tempat tinggal.
2. Religi
Religi atau keyakinan dalam diri seseorang yang berada diluar kekuatan manusia yang harus
dipatuhi. Dengan adanya religi etnisitas dapat dikaji ulang untuk mendapatkan klasifikasi
11
yang kongkrit. Religi juga dapat digunakan untuk merumuskan filosofi dan system melalui
system keyakinan.
Budaya Jawa
Menurut orang Jawa , “sehat “ adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin . Bahkan ,
semua itu berakar pada batin . Jika “ batin karep ragu nututi “ , artinya batin berkehendak ,
raga / badan akan mengikuti . Sehat dalam konteks raga berarti “ waras “ . Apabila seseorang
tetap mampu menjalankan peranan sosialnya sehari – hari , misalnya bekerja di ladang ,
sawah , selalu gairah bekerja , gairah hidup , kondisii inilah yang dikatakan sehat . Dan
ukuran sehat untuk anak – anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan
selalu bergairah main .
Untuk menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu :
a. konsep personalistik
Dalam konsep personalistik, penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural ( makhluk gaib ,
dewa ) , makhluk yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur , roh jahat ) dan manusia ( tukang
sihir , tukang tenung ) . Penyakit ini disebut “ ora lumrah “ atau “ ora sabaene “ ( tidak wajar /
tidak biasa ) . Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara gaib atau
supernatural , misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik jenis
penyakit ini terdiri dari kesiku , kebendhu , kewalat , kebulisan , keluban , keguna – guna ,
12
atau digawe wong , kampiran bangsa lelembut dan lain sebagainya . Penyembuhan dapat
melalui seorang dukun atau “ wong tuo “.
Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati
penyakit melalui “Japa Mantera “ , yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Ada
beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing –
masing :
b. konsep naturalistik
Penyebab penyakit bersifat natural dan mempengaruhi kesehatan tubuh , misalnya karena
cuaca , iklim , makanan racun , bisa , kuman atau kecelakaan . Di samping itu ada unsur lain
yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh , misalnya dingin , panas , angin atau
udara lembab .Oleh orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit “ Lumrah “ atau biasa.
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa indonesia
artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak ragi, laras. Sehingga
kergaman berarti perihal beraga-ragam berjenis-jenis;perihal ragam hal jeniskergaman yang
di maksud di sini suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaa-perbedaan
13
dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan,ideologi,adat
kesoponan serta situasi ekonomi.
Suku bangsa yang menempati wilayah indonesia dari sabang sampai merauke sangat
beragam.sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokkan besar manusia
yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriyah yamg sama seperti rambut, warna kulit, ukuran
tubuh, mata, ukuran kepala dan lain sebagainya. Di indonesia, terutama bagian barat mulai
dari sulawesi adalah termasuk ras mongoloid melayu muda. Kecuali batak dan toraja yang
termasuk mongoloid melayu tua sebelah timur indonesia termasuk ras austroloid, termasuk
bagian NTT. Sedangkan kelompokterbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi adalah
golongan chinayang termasuk atratic mongooid
Agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan di patuhi manusia. Ikatan yang di
maksud berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaibyang tak
dapat di tangkap dengan panca indra. Namun mempunyai pengaruh besar yang besar sekali
terhadap kehidupan manusia sehari-hari ( Haru nasution: 10). Agama sebagai keyakinan
memang sulit di ukur secara tepat dan rinci.Hal ini pula yang barang kali menyulitkan para
ahli untuk memberikan definisi yang tepat tentang agama. Namun apapun bentuknya
kepercayaan yang di anggap sebagai agama, tampaknya memang memilki ciri umum yang
hampir sama, baik dalam agama pitif maupun agama monoteisma. Menurut Robert H.
Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada tuhan atau dewa-dewa sebagai
ukuran yang menentukan yang tak boleh di abaikan ( psikologi agama:14)
Masalah agama tak akan mungkin dapat di pisahkan dari kehidupan masyarakat. Dalam
praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah :
Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang
Berfungsi penyelamat
Berfungsi sebagai perdamaian
Berfungsi sebagai sosial kontrol
Berfungsi sebagai pemupuk ras dan solidaritas
Berfungsi tranformatif
Berfungsi kreatif
Berfungsi sublimatif
14
c. Tata Krama
Tata krama yang di anggap sebagai dari bahasa jawa yang berarti “adat sopan santun, basa
basi” pada dasarnya ialah segala tindakan, prilaku, adat istiadat, tegur sapa,ucap dan cakap
sesuai kaidah atau norma tertentu. Tata krama di bentuk dan di kembangkan oleh masyarakat
yang terdiri dari aturan-aturan yang kalo di patuhi di harapkan akan tercipta interaksi sosial
yang tertib dan efektif di dalam masyarakat yang bersangkutan. Indonesia memiliki
keragaman suku bangsa dimanadi setiap suku bangsa memiliki adat tersendiri meskipun
kerena adanya sosialisasi nila-nilai dan norma secara turun menurun dan berkisenambungan
dari generasi ke generasi menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam suatuisuku bangsa
yang sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.
d. Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian negara, perkonomian akan menjadi salah satu perhatian yang harus di
tingkatkan namun umumnya, masyarakat kita berada di golongan tingkat ekonomi menengah
kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat di
hindari lagi
e. Kesenjangan Sosial
Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai harmoni.Perbedaan
yang mewujud baik secara fisik ataupun mental, sebenarnya merupakankehendak tuhan yang
seharusnya dijadikan sebagai sebuah potensi untuk menciptakan sebuah kehidupan yang
menjunjung tinggi toleransi. Dikehidupan Sehari-Hari,Kebudayaan Suku Bangsa dan
kebudayaan agama,bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara,
mewarisi perilaku dan kegiatan kita.berbagai kebudayaan itu beriringan, saling melengkapi.
Bahkan mampu saling menyesuaikan dalamkehidupan sehari-hari tetapi sering kali yang
terjadi malah sebaliknya.Perbedaa-perbedaan tersebut menciptkan ketegangan hubungan
antara anggota masyarakat. Hal ini di sebabkan oleh sifat dasar yang selalu di miliki oleh
masyarakat majemuk sebagai mana di jelaskan oleh Van de Berghe:
15
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
non komplenter
d. Secara relatif sering kali terjadi konflikdi antara kelompokyang satu dengan yang
lainnya.
e. Secara relatif integrasi tumbuh di atas paksaan yang saling ketergantungan di dalam
bidang ekonomi
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelomok terhadap kelompok yang lain
Realitas di atas harus di akui dengan sikap terbuka logis, dan dewasa karena dengannya,
kemajemukkan yang adad dapat di pertumpul. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap
dikesampingkan, besarkemungkinan tercipta masalah-masalah menggoyahkan persatuan dan
kesatuan bangsa seperti:
1.Disharmonisasi, adalah tidak adanya kesesuaian atas keragaman antara manusia dengan
dunia lingkungannya. Disharmonisasi di bawa oleh virus paparoks yang ada dalam
globalisasi. Paket globalisasi begitu memikat masyarakat dunia dengan tawarannya akan
keseragman global untuk maju bersama dan komunikasi gaya hidup ,manusia yang bebas dan
harmonis dalam tatanan dunia, dengan menyampingkan keunikan dan keberagaman indonesia
sebagai pelaku utama.
2. Perilaku diskriminatif terdapat etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan muncul
masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja yang tidak
mengentungkan bagi hidup berbangsa dan bernegara.
Adanya beberapa hal yang dapat dilakukan memperkecil masalah yang di akibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:
Semangat religius
Semangat nasionalisme
Semangat pluralisme
Semangat humanisme
Dialog antar umat beragama
Membangun suatu pola komikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antara agama,media massa, dan harmonisasi dunia.
16
2.8. Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Multikultural
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2.Saran
Sebagai mahasiswa seharusnya mengetahui bagaimana cara bersikap ketika berada dalam
masyarakat yang berbagai macam kultur, dalam menangangi masalah harus sesuai norma
yang dianut oleh masing-masing suku. Agar tidak terjadi perselisihan atau permasalahan.
18
DAFTAR ISI
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts,
Process, and Practices, 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice.
7th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.
Afifah, Efy. “Ringkasan Materi Keragaman Budaya Dan Perspektif Transkultural. Dalam
Keperawatan”.
19