Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Medikal Bedah
Tuberculosis
Oleh
Kelompok 3
Alvin Alberta Ms
Annisa Meisy
Diana Octavia
Faizatul Ramadhani
Fathan Casakdwi
Nurhadiya Fauziah
Phagia Febriani
Welly Oktaviani
Sumatera Barat
S1 Keperawatan Tingkat 2B
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya kami
dapat meneyelasaikan Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang
Berjudul “Tuberkulosi”. Shoalawat beriring salam untuk baginda kita Nabi Besar
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan safaatnya di hari akhir. Dan tak lupa
pula kami ucapkan kepada Ibuk Dosen kami Ibuk Ns. Dona Amelia M,Kep karna
telah membimbing kami sehinnga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Kami sebagai penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna ,untuk itu kami mohon kritik dan saran yang sekiranya membangun.
Demikian makalah ini di buat semoga bermanfaat bagi mahasiswa secara
umumnya.
Penulis
i
Daftar Isi
Cover ..............................................................................................................
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit TBC sering menyerang pada usia rata-rata 15-35 tahun, boleh
dibilang usia masih produktif. Pada umumnya penyakit TBC menular melalui
udara, dan biasanya bakteri mikobakterium tuberklosa terbawa pada saat
seseorang batuk lalu mengeluarkan dahak. Bahayanya jika bakteri selalu
masuk dan terkumpul dalam paru-paru, maka bakteri ini akan berkembang
biak dengan cepat apalagi yang mempunyai daya tahan tubuh yang rendah.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit TBC?
2. Apa yang menyebabkan penyakit TBC?
3. Apa saja gejala penyakit TBC?
4. Masalah keperawatan yang mungkin timbul pada penyakit TBC
5. Intervensi MK pada TBC
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit TBC
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC
3. Untuk mengetahui gejala penyakit TBC
4. Untuk mengetahui apa apa kemungkinan masaalah keperawatan yang
mungkin timbul dari TBC
5. Untuk mengetahui intervensi ,rasional dan implementasi TBC
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit mikobakterial paling
terserang selama sejarah manusia ,selain lepra. Centers for disease control
and prevention melaporkan sekitar 2 miliar orang atau sepertiga populasi
dunia,terinfeksi bakteri yang menyebabkan tuberkulosis. Permasalahan
kesehatan masyarakat kedua adalah klien dengan infeksi HIV sangat rentan
terserang TB karena mycobacterium tuberculosis,organisme penyebab TB,
merupakan patogen yang sangat oportunistik. Klien lebih tinggi
dibandingkan angka tahunan di Amerika Serikat. Klien yang terinfeksi HIV
mempunyai resiko lebih besar terserang infeksi paru dengan perkembangan
cepat menjai penyakit aktif atau mengalami infeksi kembali dari dari lesi
yang brsifat dorman.
Batuk darah (hemoktisis) adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan
berasal dari .saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glotis kearah
distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekkan pembuluh darah
tidak luas, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi (Hood
Alsagaff,1995, hal.301).
2.2 Etiologi
Agen infeksius utama, mycobacetrium tuberculosis adalah batang aerobik
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet.
Mycobacterium bovis dan mycobacterium avium pernah, pada kejadian
yang jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberkulosis.
2.3 Patofisiologi
Infeksi primer adalah waktu pertama kali terinfeksi TB. Infeksi TB primer
biasanya menyerang apeks dari paru-paru atau dekat pleura dari lobus bawah.
Walaupun infeksi primer dapat berupa mikroskopik (sehingga tidak mucul pada
rongten dada), namun kelanjutan penyakit seperti dibawah ini sering ditemui.
4
dapat mengandung basilus hidup yang dapat mengalami reaktifasi terutama jika
klien mengalami masalah imunitas bahkan setelah bertahun-tahun dan
menyebabkan infeksi sekunder.
2.usia lanjut.
3.infeksi HIV.
4.imunosupresi.
6.tinggal atau bekerja pada area padat berisiko tinggi (penjara, fasilitas perawatan
jangka panjang).
8. penyalahgunaan narkoba.
9.adanya penyakit lain (misalnya, diabetes militus, penyakit ginjal stadium akhir
atau penyakit ganas).
5
Mengalami reaktivasi , maka penting bagi klien dengan infeksi TB untuk dikajian
secara periodik terhadap bukti bukti adanya penyakit aktif .
2.4 Klasifikasi
6
dan terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko tinggi untuk
tertular tuberkulosis adalah :
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
7
minggu setelah infeksi. Individu yang terpajan basil tuberkel membentuk
limfosit T yang tersensitisasi. Bila derivat protein tuberkulin yang telah
dimurnikan(PPD) disuntikkan ke dalam kulit individu yang limfositnya
sensitif terhadap tuberkuloprotein makan limfosit yang sensitif akan
mengadakan reaksi dengan ekstrak tersebut dan menarik makrofag ke daerah
tersebut.
8
2.7 Pemeriksaan Tb
1. Pemeriksaan fisik
Pada tahap ini biasanya sulit diketahui, adanya bunyi nafas ronchi
basah adanya efusi pleura sehingga pada saat perkusi
menghasilkan suara pekak.
2. TES TUBERKULIN INTRADERMAL(Mantoux).
Teknik standar (test mantoux) adalah dengan menyuntikkan tuberkulin
(PPD) sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit (TU) tuberkulin secara
intrakutan,pada sepertiga atas permukaan volar atau dorsal lengan setelah
kulit dibersihkan dengan alkohol.Biasanya di anjurkan memakai spuit
tuberkulin sekali pakai dengan ukuran jarum suntik 276-27 G.Jarum yang
pendek ini dipegang dengan permukaan yang miring diarahkan ke atas
dan ujung nya dimasukkan ke bawah permukaan kulit..Akan terbentuk
satu gelembung berdiameter 6-10 mm yang menyerupai gigitan nyamuk
bila dosis 0,1 ml disuntikkan dengan tepat dan cermat.
9
sedangkan indurasi sebesar 15 mm atau lebih adalah positif pada semua
orang dengan faktor resiko TB yang tidak di ketahui.
3. Tes Anergi
Anergi adalah tidak adanya respon hipersensitivitas seperti pada
tuberkulin. Anergi spesifik adalah tidak adanya raektivitas antigen
seseorang anergi nonspesisifik sacra keseluruhan adalah
ketidakmampuan untuk bereaksi terhadap berbagai antigen
(Slovis,Pittman,Haas,2000). Penyebab anergi bisa berasal dari
infeksi HIV, sakit berat atau demam, campak (infeksi virus
lainnya). Menurut CDC(2000), yaitu 10% hingga 25% pasien
dengan TB memiliki reaksi yang negatif terhadap tes tuberkulin
intradermal pada saat didiagnosis pada pengobatan di mulai.
Anergi di deteksi dengan pemberian dua antigen hipersensitivitas
menggunakan mantoux. The American Thoracic Society
merekomendasikan bahwa tes anergi tidak cocok untuk
identifikasi pasien infeksi TB termasuk yang terinfeksi HIV.
4. Vaksin BCG
Bacille Calmette Guerin biasa disuntikkan ke kulit untuk
membentuk fokus primer yang berdinding kapur dan berbatas
tegas. Walaupun begitu daerah Amerika masih tidak
merekomendasikan vaksin BCG sebagai pencegahan terhadap TB
karena reiko infeksi yang rendah dan keefektifan vaksin yang
bervariasi, karena keefektifan vaksin BCG hanya 50%pad semua
jenis TB.
5. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini bisa menunjukkan adanya TB tapi tidak dapat
mendiagnosis karena TB hampir semua manifestasi klinis TB
10
meyerupai penyakit penyakit lainnya. Biasanya pada orang HIV
foto dada dapat menunnjukkan ketidak normalan.
6. Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan ini dengan merupakan pemeriksaan paling penting
dalam mendiagnosis TB yaitu dengan sputum. Metode pewarnaan
Ziehl Neelsen dapat dipakai. Sediaaan apus digenangi dengan zat
karbolfuksin yang dipanaskan ,lalu dialakukan dekolarisasi dengan
alkohol asam. Sesudah itu diwarnai dengan metilen biru atau
briliant green. Cara peawrnaan dengan flouresensi memakai
larutan auramin rodamin. Pemeriksaan dapat memeperkiraan
jumlah basil tahan asam , yang positif menunjukkkan diagnosa
tetapi yang negatif belum tentu menyatakan tidak adanya infeksi.
7. Bronchografi
Untuk mnegetahui adanya kerusakan pada broncus
11
3. Mengobati dengan DOT.
12
2.9 WOC TB Paru
Microbacterium
Tuberkulosis Terhirup Masuk lewat
Masuk keparu Alveoli
Kejalan Nafas
Basil
Pembentukan sputum
Microbakterium Hipertermi Peningkatan suhu tubuh Proses peradangan
berlebih
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan Resiko Syok Hipovolemik
tubuh
2.10 Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri dada b.d pleuritis
2. Hipertermia b.d proses infeksi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penyebaran
patogen ke peritoneum d.d mual dan anoreksia
4. Pola nafas tidak efektif b.d tekanan inspirasi menurun
5. Bersihan jalan nafastidak efektif d.d sputum berlebih
6. Gangguan perfusi jaringan b.d ketidak adekuatan o2
7. Intoleransi aktivitas b.d ketidak adekuatan o2
8. Resiko syok hipovolemik d.d batuk berdarah
No Diagnosa Intervensi
1. Nyeri dada b.d pleuritis 1. Observasi tanda tanda vital
2. Kaji tingkatan nyeri
3. Atur posisi pasien senyaman
mungkin
4. Anjurkan untuk teknik
relaksasi
5. Kolaborasi dengan pemberian
analgesik
2. Hipertermi b.d proses 6. Observasi suhu tubuh
infeksi 7. Pantau intake cairan
8. Berikan kompres dingin
9. Berikan lingkungan yang
dingin
10. Kolaborasi dengan
pemberian obat intravena
3. Perubahan nutrisi kurang 1. Observasi status nutrisi, pantau
dari kebutuhan tubuh b.d berat badan
penyebaran patogen ke 2. Monitor asupan makan,
peritoneum d.d mual dan anjurkan pasien makan sedikit
anoreksia namun sering
3. Anjurkan pasien oral hygiene
sebelum makan
13
4. Berikan suplemen makanan
jika perlu
4. Pola nafas tidak efektif 1. Observasi frekuensi
b.d tekanan inspirasi pernafasan
menurun 2. Observasi adanya sianosis dan
pucat
3. Observasi adanya bunyi nafas
4. Observasi pola pernafasan
seperti bradipnea takipnea
hiperventilasi hipoventilasi
5. Inspeksi pergerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot otot
pernafasan
5. Bersihan jalan nafas tidak 1. Pantau respirasi
efektif d.d sputum berlebih 2. Kolaborasikan pengeluaran
sekret
3. Kolaborasikan bantuan
ventilasi, untuk meningkat
pola nafas spontan yang
optimal.
4. Latihan batuk efektif
5. Kolaborasi pemberian obat
inhalasi
6. Gangguan perfusi jaringan 1. Pantau tanda tanda vital
b.d ketidak adekuatan o2 terutama pernafasan
2. Inspeksi saluran nafas
3. Observasi adanya nyeri saat
bernafas
4. Kolaborasikan dengan
pemberian ventilasi buatan
7. Intoleransi Aktivitas b.d 1. Pantau tanda vital
ketidak adekuatan o2 2. Anjurkan relaksasi otot
14
3. Anjurkan klien untuk
mengurangi aktivitas.
4. Pantau jika adanya nyeri
5. Beri lingkungan yang
nyaman
8. Resiko syok hipovolemik 1. Pantau tanda tanda vital
d.d batuk berdarah 2. Monitor status
oksigenisasi AGD
3. Monitor status
pengeluaran cairan
4. Inpeksi tingkat kesadaran
5. Pantau pernafasan
15
Bab III
Penutup
5.1 Kesimpulan
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), Sebagain besar kuman
menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.(Dep
Kes,2003). Tuberculosis (TB) Merupakan suatu penyakit pada
saluran pernafasan yang disebabkan karena adanya infeksi pulmonary
oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.TB Dikategorikan sebagai
penyakit menular karna dapat menyebabkan kerusakan yang progresif
pada jaringan paru-paru atatau bahkan kematian jika penyakit ini
tidak di obati.
5.2 Saran
Untuk itu kepada setiap pembaca untu dapat menjaga kebersihan diri dan
lingkungan untuk mencegah resiko terjadinya penularan TB Paru,
meningkatakan imun dengan menjaga pola nutirisi dan istirahat.
16
Daftar Pustaka