Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ginjal merupakan salah satu isu kesehatan dunia dengan beban

pembiayaan yang tinggi. Ditemukannya urium pada darah merupakan salah satu

tanda dan gejala dari penyakit gangguan pada ginjal. Uremia merupakan akibat

dari ketidakmampuan tubuh untuk menjaga metabolisme dan keseimbangan

cairan serta elektrolit yang dikarenakan adanya gangguan pada fungsi ginjal yang

bersifat progresif dan irreversible, penyakit gagal ginjal masih menjadi masalah

besar bagi dunia. Selain sulit disembuhkan, biaya perawatan dan pengobatan

penderita gagal ginjal sangat mahal. Indonesia termasuk negara dengan tingkat

penderita cukup tinggi, dari permasalahan diatas menyebabkan keluarga sulit

dalam melakukan regimen terapeutik yang sudah diprogramkan oleh petugas

kesehatan. (Smeltzer, et al, 2010; Kemenkes, 2018).

Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal tahap akhir yang menyebabkan

gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan

cairan dan eletrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen

lain dalam darah) (Clevo, M, 2012). Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap

akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel

dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahakan metablosime dan

keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah). Ini dapat disebabkan oleh penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus, glomerulonefritis kronis (penyakit peradangan),

pielonefritis (infeksi saluran kemih), hipertensi yang tidak dapat di kontrol,

obstrukti traktus urinarius, lesi herediter, seperti penyakit ginjal polikistik

(penyakit kongenital dan herediter), gangguan vaskuler, infeksi, medikasi, atau

agens toksik, lingkungan dan agens berbahaya juga mempengaruhi gagal ginjal

kronis. Dialisis dan tlansplantasi ginjal kadang-kadang diperlukan untuk

kelangsungan hidup pasien (Brunner & Suddarth, 2015). Penyakit ginjal kronis

merupakan penyakit ginjal tahap akhir dimana kemampuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit serta mengarah

pada kematian (Padila, 2012). Gagal ginjal kronis merupakan penyakit ginjal

tahap akhir yang bersifat progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh

gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit

sehingga terjadi uremia (Bararah & Jauhar,2013).

WHO tahun 2014 memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan

penderita gagal ginjal pada tahun 1995-2025 sebesar 41,4% dan menurut data dari

Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) diperkirakan terdapat 70.000

penderita gagal ginjal di Indonesia, angka ini akan terus meningkat sekitar 10%

setiap tahunnya (Tandi, dkk, 2014). Riskesdas tahun 2013 melaporkan prevalensi

gagal ginjal kronis terbesar terdapat pada pasien berusia ≥ 75 tahun, yaitu sebesar

0.6 persen.

Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan

urine secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir respon ginjal yang sesuai

terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Pasien

sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal
jantung progresif dan hipertensi. Hipertensi dapat terjadi akibat aktivasi aksis

reninangiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.

Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan

resiko hipotensi dan hipovelemia. Episode muntah dan diare menyebabkan

penipisan air dan natrium yang semakin memperburuk status uremik. Hal ini

mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang di ikuti oleh peningkatan tekanan

kapiler dan aliran darah glomerolus diikuti oleh proses maladaptasi berupa

sklerosis nefron yang masih tersisa dan akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi

nefron yang progresif, sehingga menyebabkan glomerulonefritis, infeksi kronis,

penyakit vaskular sehingga terjadi gagal ginjal kronik dan menyebabkan

penurunan urine karena ginjal tidak lagi dapat menyaring darah secara maksimal

sehingga penderita sulit berkemih dan menyebabkan terjadi hambatan eliminasi

urine.(Brunner & Suddarth, 2015). Penderita gagal ginjal kronik sering

mengeluh hipertensi dikarenakan kerja jantung yang kuat sehingga (Bararah &

Jauhar,2013). dan pasien yang sudah dalam pengobatan dirumah muncul masalah

dalam keluarga dimana terjadi kesulitan dalam melakukan regimen terapeutik

kepada pasien dari petugas kesehatan yang sudah diprogramkan dari rumahsakit,

keluarga lupa akan diet makan yang diberikan ke pasien dan kebiasaan sehari-hari

yang harus di hindari faktor- faktor yang harus dihindari selama dirumah,

sehingga muncul masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan.


Dari permasalahan gagal ginjal kronik diatas dengan masalah keperawatan

Ketidakefektifan manajemen kesehatan dapat dilakukan tindakan dengan

intervensi menggunakan teori NIC (

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan keperawatan pada

keluarga yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Ketidakefektifan

Manajemen Kesehatan di Desa............ Kabupaten Bondowoso.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan keperawatan pada keluarga yang mengalami Gagal

Ginjal Kronik dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di Desa............

Kabupaten Bondowoso?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan keperawatan pada keluarga yang mengalami Gagal

Ginjal Kronik dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di

Desa............ Kabupaten Bondowoso

1.4.1 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga yang mengalami

Gagal Ginjal Kronik dengan Gagal Ginjal Kronik dengan

Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di Desa............ Kabupaten

Bondowoso

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga yang mengalami

Gagal Ginjal Kronik dengan Gagal Ginjal Kronik dengan


Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di Desa............ Kabupaten

Bondowoso

3. Menyusun intervensi keperawatan pada keluarga yang mengalami Gagal

Ginjal Kronik dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di

Desa............ Kabupaten Bondowoso

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga yang mengalami

Gagal Ginjal Kronik dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di

Desa............ Kabupaten Bondowoso

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga yang mengalami Gagal

Ginjal Kronik dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di

Desa............ Kabupaten Bondowoso

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari Studi Kasus yang telah dilakukan dapat digunakan

sebagai bahan pembelajaran, pengembangan ilmu keperawatan dan

pemahaman keterampilan dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada

keluarga yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Ketidakefektifan

Manajemen Kesehatan .

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan bacaan mahasiswa keperawatan untuk menambah

wawasan dan sebagai acuan atau refrensi Asuhan Keperawatan pada

Keluarga yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Ketidakefektifan

Manajemen Kesehatan .
2. Manfaat bagi perawat

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian Asuhan

Keperawatan pada Keluarga yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan

Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan.

3. Manfaat bagi keluarga

Menambah pengetahuan keluarga tentang Asuhan Keperawatan

Gagal Ginjal Kronik dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan.

4. Manfaat bagi puskesmas

Sebagai data tambahan tentang permasalahan pada keluarga yang

mengalami Asuhan Keperawatan pada Keluarga yang mengalami Gagal

Ginjal Kronik dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian

Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal tahap akhir yang menyebabkan

gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan

cairan dan eletrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen

lain dalam darah) (Clevo, M, 2012).

2.1.2 Etiologi

Padila (2012) menjelaskan etiologi dari gagal ginjal kronik, antara lain:

1. Diabetes Mellitus

2. Glumerulonefritis Kronis

3. Pielonefritis

4. Hipertensi tak terkontrol

5. Obstruksi saluran kemih

6. Penyakit ginjal polikistik

7. Gangguan vaskuler

8. Lesi herediter

9. Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)

2.1.3 Patofisiologi

Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada

penyakit yang mendasarinya, pada waktu

Anda mungkin juga menyukai