Anda di halaman 1dari 88

Katalog BPS : 4102002.

36

INDEKS
PEMBANGUNAN

.id
MANUSIA go
s.
bp

PROVINSI BANTEN
n.
te

2015
anb
://
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


PROVINSI BANTEN
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
PROVINSI BANTEN 2015

ISSN : 2356-511X
No. Publikasi : 36550.1610
Katalog BPS : 4102002.36

Diterbitkan : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten


© Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

.id
Penanggung Jawab : Ir. Agoes Soebeno, MSi.

go
Editor : Budi Prawoto, MM.
Penulis : Saeful Hidayat, SSi., MSE.
s.
Desain Cover : Teuku MM, SSi.
bp

Dicetak Oleh : CV. Dharmaputra


n.

Serang: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2016


te

viii + 78 halaman; 17,6 X 25 cm


b an

”Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan,


://

dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk


tp

tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik"


2.
ht

3.
4.
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, atas
terbitnya publikasi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten
2015. Publikasi ini memuat hasil pembangunan manusia Banten, yang
mencakup 3 (tiga) dimensi yaitu : umur panjang dan sehat, pengetahuan
dan standar hidup layak. Ketiga dimensi tersebut terangkum dalam satu

.id
indeks komposit yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

go
Publikasi IPM ini menyajikan data runtun waktu mengenai pembangunan
s.
manusia di Banten, yang dihitung dengan menggunakan metode baru. Selain
bp
itu, juga ditampilkan perbandingannya secara nasional. Publikasi ini juga
diperkaya dengan analisis singkat dan padat, mengenai IPM serta
n.

hubungannya dengan variabel pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan.


te
an

Disadari, publikasi ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan
saran demi perbaikan di masa mendatang sangat diharapkan. Ucapan terima
b
://

kasih disampaikan pada semua pihak yang telah berperan dalam membantu
tp

menyusun publikasi ini, sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.


ht

Serang, November 2016

Kepala Badan Pusat Statistik


Provinsi Banten

Agoes Soebeno

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 iii


ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Daftar Isi

Kata Pengantar …………………………………………………………………….. iii


Daftar Isi ……………………………………………………………………………… v
Daftar Tabel …………………………………………………………………………. Vii
Daftar Gambar ……………………………………………………………………… viii

Bab I. Pendahuluan ………………………………………………………… 1

.id
Latar Belakang ….…………………………………………………… 3
Tinjauan Atas Berbagai Paradigma Pembangunan ….… 5

go
Kerangka Konseptual Pembangunan Manusia .………… 7
s.
Arah Penulisan ……………………………………………………… 8
Tujuan Penulisan ………………………………………………….. 9
bp

Sistematika Penulisan ……………………………………………. 9


n.

Bab II. Perubahan Metodelogi …………………………………………… 11


te

Sejarah Penghitungan ..…………………………………………. 13


Alasan Perubahan Metodologi ………………………………… 15
an

Cakupan Perubahan Metodologi ..…………………………… 17


b

Dampak Perubahan Metodologi ……………………………… 18


://

Implementasi IPM Metode Baru di Indonesia .…………. 19


tp

Bab III. Metodelogi Baru IPM .……………………………………..…….. 23


ht

Pengertian IPM ……..……………………………………………… 25


Dimensi Umur Panjang dan Sehat ….………………………. 27
Dimensi Pengetahuan ……………………………………………. 28
Harapan Lama Sekolah ..………………………………………. 28
Rata-rata Lama Sekolah ..………………………………………. 29
Indeks Pengetahuan ..…………………..………………………. 31
Dimensi Standar Hidup Layak ………..………………………. 32
Penyusunan IPM Metode Baru ..……..………………………. 33
Pencapaian dan Status Pembangunan Manusia ….……. 35

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 v


Daftar Isi

Bab IV. Hasil-Hasil IPM ……………………………………………………… 37


Status Pembangunan Manusia Banten Naik Kelas ……. 39
Hidup Sehat dan Lebih Lama …………………………………. 41
Kualitas Pendidikan Meningkat, Peluang Terbuka Luas 42
Kenaikan Standar Hidup ……………………………………….. 45
Perbedaan Capaian Pembangunan Manusia

.id
Kabupaten/Kota …………………………………………………….. 46

go
Capaian Pembanguan Manusia Banten Di Tengah
Provinsi Lainnya …………………………………………………….. 49
s.
Bab V. IPM dan Indikator Sosial Ekonomi ………………………….. 53
bp

IPM dan Pertumbuhan Ekonomi ……………………………… 55


IPM dan Penduduk Miskin ……………..………………………. 59
n.

Bab VI. Kesimpulan ………………………………………………………….. 63


te

Daftar Pustaka ..……………………………………………………………………. 67


an

Lampiran ……………………………………………………………………………… 71
b
://
tp
ht

vi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Daftar Tabel

Tabel 2.1. Perbedaan Indikator IPM Metode Baru dan Lama


UNDP ………………………………………………………………… 17
Tabel 2.2. Perbedaan Indikator IPM Metode Baru dan Lama BPS 21

Tabel 3.1. Konversi Tahun Untuk Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan …………………………………………………. 30

.id
Tabel 3.2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

go
Metode Baru ……………………………………………………….. 34
Tabel 3.3. Klasifikasi Status Pembangunan Manusia ………………
s. 36
bp

Tabel 4.1. IPM Banten dan Nasional Menurut Komponen, 2015 50


n.
te
b an
://
tp
ht

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 vii


Daftar Gambar

Gambar 2.1. Perjalanan Metodelogi Penghitungan IPM oleh


UNDP ……………………………………………………………. 14

Gambar 3.1. Diagram Penghitungan Metode Baru indonesia …. 26

Gambar 4.1. Nilai dan Pertumbuhan Indeks Pembangunan


Manusia (IPM) Banten, 2010-2015 …………………… 40

.id
Gambar 4.2. Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH)
Banten, 2010-2015 ………………………………………… 41

go
Gambar 4.3. Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan
s.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Banten, 2010-2015 44
Gambar 4.4. Pengeluaran per Kapita Setahun Disesuaikan
bp

Penduduk Banten, 2010-2015 ………………………….. 45


n.

Gambar 4.5. Nilai dan Pertumbuhan Indeks Pembangunan


Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota
te

di Banten, 2014-2015 ………………………………..…… 46


an

Gambar 4.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/


Kota di Banten Menurut Status Pembangunan
b

Manusia, 2015 …………..……………………………..…… 47


://

Gambar 4.7. Perkembangan Ketimpangan IPM Banten, 2010-


tp

2015 …………………………………………………………….. 48
ht

Gambar 4.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat


Kesehatan Masyarakat (Teori Derajat Kesehatan
Hendrik L. Blum) ………………………….………………… 51

Gambar 5.1. Kategorisasi Hubungan Antara Pertumbuhan


Indeks Pembangunan Manusia (G-IPM) dan
Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Banten, 2015 ……. 57
Gambar 5.5. Kategorisasi Hubungan Antara Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Persentase
Penduduk Miskin (P0) di Banten, 2015 ………………. 60

viii Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
PENDAHULUAN
I
BAB
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Bab I

Pendahuluan

Latar Belakang

Berbagai macam masalah kronis yang dihadapi oleh kebanyakan negara


di dunia, sampai sekarang ini masih berkisar pada taraf hidup yang rendah,
angka pengangguran yang tinggi, tingkat kemiskinan dan kesenjangan

.id
pendapatan yang semakin melebar, serta kualitas sumber daya manusia
yang rendah dan tidak merata penyebarannya.

go
Pada dasarnya, taraf hidup tercermin dalam tingkat dan pola konsumsi yang
s.
meliputi unsur pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.
bp

Lima jenis kebutuhan pokok ini bagi sebagian penduduk, bukan saja masih
n.

kurang terpenuhi, bahkan menjadi sesuatu yang sangat mahal untuk


te

diperoleh. Di sisi lain, kebutuhan akan lima jenis kebutuhan pokok ini sangat
an

diperlukan untuk mempertahankan taraf hidup yang layak.


b

Dalam hal pangan, tidak hanya jumlahnya saja yang harus mendapat
://

perhatian, tapi juga mutu dan penyediaan gizinya. Selain itu, akses untuk
tp

memperoleh pangan haruslah dipelihara, sehingga kebutuhan setiap


ht

penduduk akan pangan yang layak untuk dikonsumsi menjadi lebih terjamin.
Adapun dalam hal sandang, selain masalah etika kesopanan dalam
bersosialisasi di masyarakat, juga yang terpenting adalah cermin pemeliharan
akan kebudayaan dan peradaban manusia.

Perumahan menjadi masalah menahun, karena terkait dengan jumlah


penduduk yang semakin bertambah. Namun soalnya kini bukan lagi semata-
mata masalah perumahan, tapi pemukiman dalam arti yang luas. Pemukiman
dalam arti yang luas, menyangkut juga ketersediaan tanah yang murah
terutama di daerah perkotaan, sumber air bersih, sanitasi, fasilitas kesehatan

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 3


Bab I Pendahuluan

dan kemudahan akses pendidikan serta angkutan umum. Fasilitas kesehatan


dan kemudahan akses pendidikan ini juga merupakan elemen utama dalam
pengembangan sumber daya manusia pada masyarakat yang bersangkutan.

Pertambahan penduduk biasanya diikuti oleh kenaikan jumlah angkatan


kerja. Namun pertumbuhan kesempatan kerja relatif tidak secepat kenaikan
angkatan kerja. Akibatnya, penurunan jumlah penduduk yang menganggur
menjadi kurang memadai dan angka pengangguran pun setiap tahun masih
dirasakan cukup tinggi.

Disamping itu, pertambahan penduduk juga membuat pengurangan

.id
kemiskinan terasa lambat. Hal ini karena lapangan kerja formal yang tercipta,

go
tidak sebanyak kenaikan jumlah angkatan kerja. Akibatnya, cukup banyak
pekerja baru terpaksa bekerja di sektor informal yang kurang memberikan
s.
kesejahteraan. Dengan demikian, meskipun mereka bukan pengangguran
bp

namun termasuk dalam kategori penduduk miskin, sehingga pengurangan


n.

jumlah penduduk miskin menjadi lambat.


te

Pertambahan penduduk juga cenderung untuk mempertajam kepincangan


an

dalam hal distribusi pendapatan. Hal ini disebabkan keluarga-keluarga baru,


b

justru lebih banyak bertambah di antara golongan masyarakat dengan


://

pendapatan rendah.
tp
ht

Peningkatan taraf hidup, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan


serta perbaikan dalam hal distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
di suatu daerah, akan berakibat pada membaiknya kondisi sumber daya
manusia di daerah tersebut.

Untuk itu diperlukan suatu model dan strategi pembangunan yang tepat,
yang dapat menyentuh keseluruhan aspek dari peningkatan taraf hidup dan
perbaikan kesejahteraan masyarakat, serta pemerataan pendapatan, baik
antara kelompok masyarakat maupun antar daerah.

4 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Pendahuluan Bab I

Tinjauan Atas Berbagai Paradigma Pembangunan

Sebelum dasawarsa tujuh puluhan, upaya mengatasi keterbelakangan


di dunia ketiga, ditempuh dengan mengejar pertumbuhan ekonomi. Kondisi
ini dipilih karena pada saat itu, pertumbuhan diyakini sangat penting bagi
kemajuan suatu bangsa. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila paradigma
pembangunan kala itu didominasi oleh pentingnya mengejar ketertinggalan,
atau yang lebih dikenal dengan paradigma pertumbuhan (growth paradigm).

Dalam growth paradigm, pertumbuhan ekonomi diyakini sebagai ukuran


utama keberhasilan pembangunan. Hal ini karena hasilnya dapat dinikmati

.id
oleh masyarakat sampai dilapisan paling bawah, baik dengan sendirinya

go
maupun melalui campur tangan pemerintah (trickle-down effect).
s.
Namun hipotesis “trickle-down effect” yang melekat pada “growth paradigm”
bp

ini, yang diharapkan secara otomatis menyertai pertumbuhan, ternyata tidak


terwujud. Bahkan yang terjadi di banyak negara yang sedang membangun
n.

adalah sebaliknya, yakni kesenjangan yang justru semakin melebar.


te
an

Melihat berbagai kegagalan ini, maka timbullah pemikiran bahwa


pertumbuhan haruslah secara beriringan dan terencana, mengupayakan
b
://

terciptanya pemerataan kesempatan serta pembagian hasil-hasilnya dengan


tp

lebih merata. Hanya dengan demikianlah, maka mereka yang miskin,


ht

tertinggal dan tidak produktif, akan menjadi produktif. Semua hal ini pada
akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Strategi yang
demikian, dikenal dengan isitilah “redistribution with growth” (RWG). Strategi
RWG ini dikembangkan berdasarkan suatu studi yang disponsori oleh Bank
Dunia pada tahun 1974 (Chenerey, at al., 1974).

Meninggalkan dasawarsa tujuh puluhan dan masih dalam rangka mencari


jawaban terhadap tantangan paradigma keadilan dalam pembangunan,
berkembang pendekatan kebutuhan dasar manusia atau basic human needs
(BHN) (Streeten et al., 1981). Strategi BHN ini disusun dalam kerangka untuk

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 5


Bab I Pendahuluan

menyediakan barang dan jasa dasar bagi masyarakat miskin, seperti


makanan pokok, air dan sanitasi, perawatan kesehatan, pendidikan dasar,
dan perumahan.

Walaupun RWG dan BHN mempunyai tujuan yang sama, keduanya berbeda
dalam hal kebijakan yang diambil. RWG menekankan pada peningkatan
produktivitas dan daya beli masyarakat miskin. Adapun BHN menekankan
pada penyediaan public services, disertai jaminan kepada masyarakat miskin
untuk memperoleh pelayanan tersebut.

Masalah pengangguran juga makin mendapat perhatian dalam rangka

.id
pembangunan ekonomi yang menghendaki adanya pemerataan. Todaro dan

go
Smith (2006), mengemukakan pendapat bahwa terdapat kaitan yang erat
antara pengangguran, ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan.
s.
bp
Pendapat Todaro ini didasarkan pada kenyataan, bahwa mereka yang tidak
memperoleh pekerjaan secara teratur adalah mereka yang termasuk dalam
n.

kelompok masyarakat miskin. Sebaliknya, mereka yang memperoleh


te

pekerjaan secara terus-menerus adalah mereka yang berpendapatan


an

menengah dan tinggi. Oleh karena itu, solusi terhadap masalah


b

pengangguran merupakan obat mujarab untuk masalah kemiskinan dan


://

pemerataan pendapatan.
tp
ht

Selanjutnya paradigma pembangunan dunia kembali mendapat nuansa baru.


Permasalahan hak asasi manusia makin menjadi perhatian masyarakat dunia.
Demikian pula dengan demokrasi, yang makin disadari erat kaitannya
dengan keberhasilan pembangunan.

Makin disadari pula bahwa fokus pembangunan haruslah bertumpu kepada


manusia. Pilihan masyarakat terhadap arah, tujuan dan jalan yang ditempuh
dalam pembangunan, haruslah yang dapat meningkatkan secara sepenuhnya
keberdayaan dan keikutsertaan mereka dalam pembangunan.

6 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Pendahuluan Bab I

Keterbatasan sumber daya alam merupakan faktor yang harus


dipertimbangkan pula dalam pembangunan dunia secara keseluruhan.
Permasalahan lingkungan hidup, yang sebelumnya tidak termasuk agenda
pembangunan di kebanyakan negara berkembang, sudah menjadi hal yang
tidak dapat ditawar lagi seperti yang disepakati dalam KTT Bumi di Rio de
Janerio pada tahun 1992.

Kerangka Konseptual Pembangunan Manusia

Dari uraian sebelumnya, diketahui bahwa usaha-usaha untuk mendapatkan

.id
model pembangunan yang lebih berkeadilan telah dimulai sejak beberapa

go
dasawarsa lalu.
s.
Setelah melalui proses yang panjang, disadari bahwa konsep pembangunan
bp

yang menekankan manusia sebagai tujuan dari pembangunan itu sendiri,


n.

dapat dianggap paling lengkap. Hal ini karena konsep pembangunan tersebut
te

merupakan sintesa dari model-model pembangunan sebelumnya. Model


pembangunan yang demikian selanjutnya dikenal sebagai paradigma
an

pembangunan manusia.
b
://

Menurut paradigma pembangunan manusia, tujuan utama pembangunan


tp

adalah memperluas pilihan-pilihan manusia. Pengertian ini mempunyai dua


ht

sisi. Pertama, pembentukan kemampuan manusia seperti tercermin dalam


kesehatan, pengetahuan dan keahlian yang meningkat. Kedua, penggunaan
kemampuan yang telah dimilikinya untuk bekerja, menikmati kehidupan atau
aktif dalam berbagai kegiatan kebudayaan, sosial dan politik.

Paradigma pembangunan manusia ini yang disebut sebagai konsep holistik,


yang mempunyai 4 (empat) unsur penting, yaitu : Pertama, produktivitas.
Masyarakat harus dapat meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh
dalam proses untuk memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah.

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 7


Bab I Pendahuluan

Kedua, ekuitas. Masyarakat harus mempunyai akses untuk memperoleh


kesempatan yang adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan
politik harus dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi dan memperoleh
manfaat yang sama dari setiap kesempatan yang ada.

Ketiga, kesinambungan. Akses untuk memperoleh kesempatan tidak hanya


untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk
permodalan, baik modal fisik dan manusia maupun lingkungan hidup, harus
dilengkapi agar tercapai kesinambungan.

Keempat, pemberdayaan. Pembangunan harus dilakukan oleh dan untuk

.id
masyarakat. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan

go
keputusan dan dalam proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Dengan meningkatnya kemampuan, maka kreatifitas dan produktifitas
s.
manusia akan meningkat, sehingga mereka dapat menjadi agen
bp

pembangunan yang berkualitas.


n.

Konsep pembangunan manusia ini diprakarsai dan ditunjang oleh United


te

Nations Development Programme (UNDP) , dengan mengembangkan Human


an

Development Index (HDI). HDI ini merupakan indikator komposit yang terdiri
b

dari 3 ukuran, yaitu kesehatan (sebagai ukuran longevity), pendidikan


://

(sebagai ukuran knowledge) dan tingkat pendapatan riil (sebagai ukuran


tp

living standards).
ht

Arah Penulisan

Keberhasilan pembangunan manusia dapat dilihat dari seberapa besar


permasalahan mendasar di masyarakat yang dapat teratasi. Permasalahan-
permasalahan tersebut antara lain meliputi kemiskinan dan pengangguran,
serta ketiadaan akses terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan.

8 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Pendahuluan Bab I

Keberhasilan pembangunan manusia juga harus dapat diukur. Berbagai


ukuran pembangunan manusia telah dibuat, namun tidak semuanya dapat
digunakan sebagai ukuran standar yang dapat berlaku di semua wilayah.

UNDP (1991), memperkenalkan suatu ukuran standar pembangunan


manusia yaitu HDI atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM ini
mengukur pencapaian dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia,
yang terdiri atas umur panjang dan sehat (longevity), pengetahuan
(knowledge), serta standar hidup layak (decent living standard).

IPM menjadi indikator yang penting dan populer, sehingga diadopsi oleh

.id
berbagai negara termasuk Indonesia. Oleh UNDP, pencapaian pembangunan

go
manusia setiap negara, setiap tahun dilaporkan secara rutin dalam bentuk
Human Development Report (HDR). Dalam kerangka inilah, publikasi Indeks
s.
Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 disusun.
bp
n.

Tujuan Penulisan
te
an

Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 ini disusun


b

dalam rangka untuk memberikan informasi mengenai tingkat pencapaian


://

pembangunan manusia, yang direpresentasikan oleh Indeks Pembangunan


tp

Manusia (IPM). Selain itu, disajikan pula analisis mengenai angka IPM
ht

menurut komponen pembentuk dan kabupaten/kota.

Sistematika Penulisan

Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 terdiri dari


enam bab. Bab I. Menyajikan pendahuluan yang menguraikan secara rinci
latar belakang, studi literatur berupa perkembangan paradigma
pembangunan dan kerangka konseptual pembangunan manusia. Selain itu,
juga dibahas arah, tujuan dan sistematika penulisan.

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 9


Bab I Pendahuluan

Perubahan metodologi IPM disajikan pada Bab II, yaitu bab yang
menguraikan sejarah penghitungan, alasan perubahan metodologi, cakupan
perubahan, dampak perubahan metodologi, dan implementasi IPM Metode
Baru di Indonesa.

Pada Bab III, disajikan metodologi baru penghitungan IPM, yang berisi
uraian tentang metode penghitungan masing-masing komponen sampai
terbentuknya IPM Metode Baru.

Selanjutnya pada Bab IV disajikan hasil-hasil IPM Banten, yang meliputi


status pembangunan manusia dan capaian menurut dimensi, serta capaian

.id
IPM kabupaten/kota dan disparitasnya. Selain itu, juga dibahas posisi IPM

go
Banten secara nasional.
s.
Sementara hubungan IPM dan indikator sosial ekonomi lainnya dibahas pada
bp
Bab V. Topik yang dibahas adalah hubungan antara IPM dan Pertumbuhan
Ekonomi, serta IPM dan Kemiskinan. Adapun Bab VI, adalah kesimpulan
n.

yang dapat diperoleh dari penulisan publikasi ini.


te
b an
://
tp
ht

10 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


BAB
II

.id
PERUBAHAN go
s.
bp

METODOLOGI
n.
te
anb
://
tp
ht
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Bab II

Perubahan Metodologi

Sejarah Penghitungan IPM

Sejak pertama kali diperkenalkan oleh UNDP, IPM terus mendapat sorotan.
Banyak dukungan yang mengalir, tetapi tidak sedikit juga muncul kritikan
terhadap indikator ini. Sebagian pihak yang mengkritik berpendapat, bahwa

.id
indikator yang tercakup dalam IPM kurang mewakili pembangunan. Kritikan
itu dijawab oleh para pakar, dengan terus melakukan sosialisasi mengenai

go
kelebihan-kelebihan IPM.
s.
Tidak hanya itu, mereka juga melakukan kajian untuk menyempurnakan
bp

metodelogi penghitungan IPM. Hal itu dilakukan terutama pada indikator-


n.

indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM. Tercatat bahwa UNDP


te

melakukan dua kali penyempurnaan, yaitu pada tahun 1991 dan 1995, serta
an

perubahan metodologi di tahun 2010.


b

Awalnya, UNDP memperkenalkan suatu indeks komposit yang mampu


://

mengukur pembangunan manusia. Ketika diperkenalkan pada tahun 1990,


tp

mereka menyebutnya sebagai Human Development Index (HDI) atau Indeks


ht

Pembangunan Manusia (IPM). IPM ini, kemudian secara rutin setiap tahun
dipublikasikan dalam Human Development Report (HDR) atau Laporan
Pembangunan Manusia.

Kala itu, IPM dihitung melalui pendekatan dimensi umur panjang dan hidup
sehat, yang diproksi dengan angka harapan hidup saat lahir, dimensi
pengetahuan menggunakan angka melek huruf dewasa, serta dimensi
standar hidup layak dengan PDB per kapita. Untuk merangkai ketiga dimensi
itu hingga menjadi sebuah indeks komposit, digunakan rata-rata aritmatik.

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 13


Bab II Perubahan Metodologi

Setahun berselang, UNDP melakukan penyempurnaan penghitungan IPM


dengan menambahkan variabel rata-rata lama sekolah ke dalam dimensi
pengetahuan. Akhirnya, terdapat dua indikator dalam dimensi pengetahuan
yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Oleh karena terdapat
dua indikator dalam dimensi pengetahuan, UNDP kemudian memberi bobot
kepada keduanya. Indikator angka melek huruf diberi bobot dua per tiga,
sementara indikator rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga.

Gambar 2.1.

Perjalanan Metodelogi Penghitungan IPM oleh UNDP

.id
go
s.
bp
n.
te
b an
://
tp
ht

Catatan:
AHH : Angka Harapan Hidup saat Lahir APK : Angka Partispasi Kasar
AMH : Angka Melek Huruf HLS : Harapan Lama Sekolah
RLS : Rata-rata Lama Sekolah PNB : Pendapatan Nasional Bruto
PDB : Produk Domestik Bruto

Hingga tahun 1994, ke empat indikator tersebut masih digunakan dalam


penghitungan IPM karena dianggap cukup relevan. Namun akhirnya, pada
tahun 1995, UNDP kembali melakukan penyempurnaan metodelogi

14 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Perubahan Metodologi Bab II

penghitungan IPM. Kali ini, UNDP mengganti variabel rata-rata lama sekolah
menjadi gabungan angka partisipasi kasar. Pembobotan tetap dilakukan
dengan metode yang sama seperti sebelumnya.

Pada tahun 2010, UNDP mengubah metodologi penghitungan IPM. Kali ini
perubahan drastis terjadi pada penghitungan IPM. UNDP menyebut
perubahan yang dilakukan pada penghitungan IPM sebagai metode baru.
Beberapa indikator diganti menjadi lebih relevan.

Indikator Angka Partisipasi Kasar gabungan (Combine Gross Enrollment


Ratio) diganti dengan indikator Harapan Lama Sekolah (Expected Years of

.id
Schooling). Indikator Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan

go
Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Selain itu, cara penghitungan juga
ikut berubah. Metode rata-rata aritmatik diganti menjadi rata-rata geometrik
s.
untuk menghitung indeks komposit.
bp

Perubahan yang dilakukan UNDP ternyata tidak hanya sebatas itu. Setahun
n.

kemudian, UNDP menyempurnakan penghitungan metode baru. UNDP


te

mengubah tahun dasar penghitungan PNB per kapita, yaitu dari tahun 2008
an

menjadi 2005.
b
://

Tiga tahun setelahnya, UNDP melakukan penyempurnaan kembali


tp

penghitungan metode baru. Kali ini, metode agregasi indeks pendidikan dari
ht

rata-rata geometrik diubah menjadi rata-rata aritmatik dan tahun dasar PNB
per kapita diubah kembali menjadi 2008. Serangkaian perubahan yang
dilakukan UNDP ini, bertujuan agar dapat membuat suatu indeks komposit
yang cukup relevan dalam mengukur pembangunan manusia.

Alasan Perubahan Metodologi

Perubahan metodologi penghitungan IPM oleh UNDP dilakukan berdasarkan


alasan yang cukup rasional. Dasar perubahannya adalah suatu indeks

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 15


Bab II Perubahan Metodologi

komposit harus mampu mengukur apa yang diukur. Dengan demikian,


pemilihan metode dan variabel harus dilakukan secara tepat, sehingga indeks
yang dihasilkan menjadi cukup relevan.

Ada dua alasan pokok yang dijadikan dasar perubahan metodologi


penghitungan IPM. Pertama, beberapa indikator sudah tidak tepat untuk
digunakan dalam penghitungan IPM. Angka melek huruf (AMH) sudah tidak
relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh, karena tidak dapat
menggambarkan perubahan kualitas pendidikan.

Sebelum penghitungan metode baru digunakan, AMH di sebagian besar

.id
daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan

go
antar wilayah dengan baik. Dalam konsep pembentukan indeks komposit,
variabel yang demikian itu akan menyebabkan indikator yang dibentuk
s.
menjadi tidak relevan. Oleh sebab itu, indikator AMH dianggap sudah tidak
bp

relevan sebagai komponen dalam penghitungan IPM.


n.

Selanjutnya adalah indikator PDB per kapita. Indikator ini pada dasarnya
te

merupakan proksi terhadap pendapatan masyarakat. Namun, haruslah


an

disadari bahwa PDB diciptakan dari seluruh faktor produksi yang ada di suatu
b

wilayah. Di sisi lain, tidak seluruh pendapatan faktor produksi dinikmati


://

penduduk lokal. Oleh karena itu, PDB per kapita kurang dapat
tp

menggambarkan tingkat pendapatan atau bahkan kesejahteraan masyarakat


ht

pada suatu wilayah.

Kedua, penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM


menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi
oleh capaian tinggi dari dimensi lain. Kondisi ini menjadi kontra produktif,
karena konsep yang diusung dalam pembangunan manusia adalah
pemerataan pembangunan dan sangat anti terhadap ketimpangan
pembangunan.

16 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Perubahan Metodologi Bab II

Rata-rata aritmatik memungkinkan adanya transfer capaian dari dimensi


dengan capaian tinggi ke dimensi dengan capaian rendah. Oleh sebab itu,
penggunaan rumus rata-rata aritmatika menjadi tidak relevan lagi dalam
menghitung capaian pembangunan manusia.

Cakupan Perubahan Metodologi

UNDP memperkenalkan penghitungan IPM metode baru, dengan beberapa


perbedaan nyata dibandingkan metode lama. Setidaknya, terdapat dua hal
mendasar dalam perubahan metode baru ini. Kedua hal mendasar tersebut,

.id
terdapat pada aspek indikator dan cara penghitungan indeks.

go
Tabel 2.1.
s.
bp
Perbedaan Indikator IPM Metode Lama dan Metode Baru UNDP
n.

Indikator
te

Dimensi
an

Metode Lama Metode Baru


(1) (2) (3)
b

Umur Panjang dan Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup


://

Hidup Sehat Saat Lahir (AHH) Saat Lahir (AHH)


tp

Pengetahuan Angka Melek Huruf Harapan Lama Sekolah


ht

(AMH) (HLS)
Kombinasi Angka Rata-rata Lama Sekolah
Partisipasi Kasar (APK) (RLS)

Standar Hidup Layak PDB per Kapita PNB per Kapita

Agregasi Rata-rata Aritmatik Rata-rata Geometrik

Pada metode baru, UNDP memperkenalkan indikator baru pada dimensi


pengetahuan yaitu harapan lama sekolah (HLS). Indikator ini digunakan
untuk menggantikan indikator AMH yang memang sudah tidak lagi relevan.

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 17


Bab II Perubahan Metodologi

UNDP juga menggunakan indikator PNB per kapita untuk menggantikan


indikator PDB per kapita.

Selain indikator baru, UNDP melakukan perubahan cara penghitungan indeks


komposit, metode rata-rata aritmatik diganti menjadi rata-rata geometrik.
Cara penghitungan indeks yang terbilang baru ini, membuat indeks cederung
sensitif terhadap ketimpangan. Dengan kata lain, rata-rata geometrik
menuntut adanya keseimbangan dari ketiga dimensi, sehingga capaian IPM
menjadi optimal.

.id
Dampak Perubahan Metodologi

go
Perubahan mendasar yang terjadi pada penghitungan IPM, tentunya
s.
membawa dampak. Secara langsung, ada dua dampak yang terjadi akibat
bp

perubahan metode penghitungan IPM.


n.

Pertama, perubahan level IPM. Secara umum, level IPM metode baru akan
te

lebih rendah dibandingkan IPM metode lama. Hal ini terjadi karena adanya
an

perubahan indikator dan cara penghitungan.


b

Penggantian indikator AMH menjadi HLS, membuat angka IPM menjadi


://
tp

rendah. Secara umum AMH sudah di atas 90 persen, sedangkan HLS belum
cukup optimal. Selain itu, perubahan rata-rata aritmatik menjadi rata-rata
ht

geometrik juga turut andil dalam menurunkan level IPM metode baru. Hal ini
karena, ketimpangan antar dimensi akan mengakibatkan capaian IPM
menjadi rendah.

Kedua, terjadi perubahan peringkat IPM. Perubahan indikator dan cara


penghitungan membawa dampak pada peringkat IPM. Perubahan indikator
berdampak pada perubahan indeks dimensi, sedangkan perubahan cara
penghitungan berdampak signifikan terhadap agregasi indeks. Namun, perlu

18 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Perubahan Metodologi Bab II

dicatat bahwa peringkat IPM antara kedua metode tidak dapat dibandingkan,
karena keduanya menggunakan metode yang tidak sama.

Beberapa negara yang telah mencoba mengimplementasikan metode baru


penghitungan IPM, mencacat adanya perubahan peringkat yang terjadi di
tingkat regional.

Misalnya, China yang menerapkan metode baru di tingkat regional mulai


tahun 2013 dengan menggunakan data tahun 2011. Hasilnya, cukup
menggembirakan tetapi dampak yang muncul juga signifikan. Tercatat,
beberapa provinsi mengalami perubahan drastis, antara lain Guangdong (4

.id
menjadi 7), Hebei (10 menjadi 16), dan Henan (15 menjadi 20).

go
Filipina juga mengalami hal serupa. Terjadi perubahan peringkat yang tajam
s.
di tingkat regional. Misalnya, Abra (46 menjadi 51), Aklan (49 menjadi 63),
bp
Camiguin (28 menjadi 39), dan Albay (30 menjadi 43).
n.
te

Implementasi IPM Metode Baru di Indonesia


an

Indonesia juga turut ambil bagian dalam mengaplikasikan penghitungan


b

metode baru. Dengan melihat secara mendalam tentang kelemahan pada


://
tp

penghitungan metode lama, Indonesia merasa perlu memperbarui


penghitungan untuk menjawab tantangan masyarakat internasional.
ht

Pada tahun 2014, Indonesia secara resmi melakukan penghitungan IPM


dengan menggunakan metode baru. Untuk mengaplikasikan metode baru,
sumber data yang tersedia di Indonesia antara lain:

 Angka harapan hidup saat lahir (Proyeksi Penduduk Hasil Sensus


Penduduk 2010)

 Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (Survei Sosial
Ekonomi Nasional-SUSENAS)

 Pengeluaran per kapita setahun disesuaikan (SUSENAS).

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 19


Bab II Perubahan Metodologi

Indonesia melakukan beberapa penyesuaian terhadap metode baru.


Penyesuaian ini dilakukan pada indikator PNB per kapita, karena
ketidaktersediaan data pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Dari empat indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM metode baru,
tiga diantaranya sama persis dengan UNDP. Khusus untuk PNB per kapita,
diproksi dengan pengeluaran per kapita setahun disesuaikan.

Indikator angka harapan hidup saat lahir sangat penting untuk melihat
derajat kesehatan suatu masyarakat. Indikator ini tetap dipertahankan
keberadaannya karena selain relevansinya, juga ketersediaan data hingga

.id
tingkat kabupaten/kota cukup memadai. Betapapun juga, sumber data yang

go
digunakan dalam penghitungan indikator ini telah diperbarui dengan
menggunakan hasil Sensus Penduduk 2010. s.
bp
Indikator angka melek huruf diganti dengan indikator baru yang disebut
harapan lama sekolah. Seperti pada penjelasan sebelumnya, indikator angka
n.

melek huruf sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini sehingga diganti
te

dengan harapan lama sekolah. Sementara, indikator rata-rata lama sekolah


an

tetap dipertahankan karena menggambarkan stok yang terjadi pada dunia


b

pendidikan. Namun demikian, cakupan penghitungan yang digunakan pada


://

metode baru telah diganti.


tp
ht

Pada metode lama, cakupan penduduk yang dihitung adalah penduduk


berusia 15 tahun ke atas. Adapun pada metode baru, cakupannya adalah
penduduk berusia 25 tahun ke atas sesuai dengan rekomendasi UNDP.

Selain untuk keterbandingan dengan dunia internasional, alasan penting lain


yang mendasari perubahan cakupan adalah pada umumnya penduduk
berusia 25 ke atas sudah tidak bersekolah lagi. Walaupun sebagian kecil ada
yang masih bersekolah, tetapi jumlahnya tidak akan signifikan. Dengan
demikian, penduduk usia 25 tahun ke atas merupakan stok pendidikan yang
dimiliki oleh suatu wilayah.

20 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Perubahan Metodologi Bab II

Tabel 2.2.

Perbedaan Indikator IPM Metode Lama dan Metode Baru BPS

Indikator
Dimensi
Metode Lama Metode Baru
(1) (2) (3)
Umur Panjang dan Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup
Hidup Sehat Saat Lahir (AHH) Saat Lahir (AHH)
Pengetahuan Angka Melek Huruf Harapan Lama Sekolah
(AMH) (HLS)

.id
Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah
(RLS) Penduduk Usia (RLS) Penduduk Usia

go
15 Tahun ke Atas 25 Tahun ke Atas

Standar Hidup Layak


s.
Pengeluaran per Kapita: Pengeluaran per Kapita:
27 Komoditas 96 Komoditas
bp

Paritas Daya Beli Paritas Daya Beli


n.

Agregasi Rata-rata Aritmatik Rata-rata Geometrik


te

Perubahan Capaian Reduksi Shortfall (RSF) Pertumbuhan


b an
://

Pada dasarnya, indikator PNB per kapita lebih dapat menggambarkan


tp

kesejahteraan masyarakat dibanding pengeluaran per kapita. Namun data ini


tidak tersedia hingga tingkat kabupaten/kota. Oleh karena itu, indikator
ht

pengeluaran per kapita juga tetap dipertahankan keberadaannya, karena


cukup operasional dari sisi ketersedian data. Meskipun demikian, ada
perubahan pada penghitungan paritas daya beli yang digunakan.

Pada metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam


penghitungan paritas daya beli. Sementara pada metode baru terdapat 96
komoditas yang digunakan. Perubahan ini dilakukan karena selama 1990
hingga 2014 telah terjadi banyak perubahan pola konsumsi masyarakat,
sehingga komoditas penghitungan paritas daya beli juga harus diperbarui.

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 21


Bab II Perubahan Metodologi

Pada metode lama, agregasi indeks komposit menggunakan rata-rata


aritmatik. Sementara pada metode baru menggunakan rata-rata geometrik.
Metode agregasi indeks komposit yang digunakan pada metode baru
merupakan penyempurnaan metode lama. Seperti pada penjelasan
sebelumnya, rata-rata geometrik memiliki keunggulan dalam mendeteksi
ketimpangan dibanding rata-rata aritmatik.

Kecepatan perubahan IPM juga menjadi salah satu fokus dalam


pembangunan manusia. Pada metode lama, kecepatan perubahan IPM
diukur dengan menggunakan reduksi shortfall. Pada metode baru, kecepatan
perubahan IPM diukur dengan menggunakan pertumbuhan IPM.

.id
go
s.
bp
n.
te
b an
://
tp
ht

22 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


BAB
III

.id
METODOLOGI BARU go
s.
bp

IPM
n.
te
anb
://
tp
ht
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Bab III

Metodologi Baru IPM

Pengertian IPM

Menurut UNDP dalam Human Development Report 1991, pembangunan


manusia adalah suatu “proses meningkatkan pilihan yang lebih banyak bagi
manusia untuk hidup (a process of increasing people options) atau proses

.id
peningkatan kemampuan manusia”.

go
Proses tersebut dikonsentrasikan secara merata pada peningkatan formasi
kemampuan manusia dengan cara investasi pada diri manusia. Selain itu,
s.
dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan manusia melalui penciptaan
bp

kerangka partisipasi untuk menghasilkan pendapatan dan peningkatan


n.

kesempatan kerja.
te

Adapun peningkatan pilihan bagi manusia mencakup tiga hal, yaitu


an

menikmati kehidupan yang sehat dalam jangka waktu yang relatif lama,
b

mempunyai pengetahuan, pekerjaan, dan pendapatan untuk mendukung


://

kebutuhan hidup sesuai dengan standar yang memadai.


tp
ht

Dalam laporan yang sama, kemajuan pembangunan manusia menurut UNDP


diukur dengan menggunakan Human Development Index (HDI) atau Indeks
pembangunan manusia (IPM). IPM dibangun melalui pendekatan tiga
dimensi kebutuhan dasar manusia, yang mencakup umur panjang dan sehat,
pengetahuan, dan kehidupan yang layak.

IPM ini selanjutnya diadopsi oleh berbagai negara termasuk Indonesia,


tentunya dengan melakukan berbagai modifikasi yang disesuaikan dengan
ketersediaan data di negara masing-masing.

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 25


Bab III Metodologi Baru IPM

Gambar 3.1.

Diagram Penghitungan IPM Metode Baru di Indonesia

.id
go
s.
bp
n.
te
b an
://
tp
ht

26 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Metodologi Baru IPM Bab III

Dalam konteks Indonesia, saat itu IPM merupakan indeks komposit yang
dihitung berdasarkan tiga dimensi, yaitu: umur panjang dan sehat
menggunakan ukuran harapan hidup pada saat lahir, pengetahuan sebagai
ukurannya adalah kombinasi dari angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah, dan standar hidup layak menggunakan pengeluaran per kapita
setahun disesuaikan sebagai ukuran.

Seiring dengan perubahan metodelogi yang dilakukan oleh UNDP sejak tahun
2010 sampai tahun 2013, Indonesia mulai 2015 ini turut mengadopsi IPM
Metode Baru. Komponen apa saja yang digunakan dalam menghitung IPM
Metode Baru dapat dilihat pada Gambar 3.1. di atas.

.id
go
Dimensi Umur Panjang dan Sehat s.
bp

Sebenarnya cukup banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur


n.

dimensi umur panjang dan sehat. Namun dengan mempertimbangkan


te

ketersediaan data secara umum, UNDP memilih indikator angka harapan


hidup waktu lahir (life expectancy at birth) sebagai proxy nya.
b an

Angka harapan hidup (AHH) didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak


://

tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Secara teori,
tp

semakin baik kesehatan seseorang maka kecenderungan untuk bertahan


ht

hidup akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin buruk kesehatannya maka


umur kehidupan orang tersebut akan semakin pendek. Dengan demikian,
AHH jelas dapat menggambarkan dimensi umur panjang dan sehat.

AHH dihitung melalui pendekatan tak langsung (indirect estimation), dengan


menggunakan data jumlah “Anak Kandung Lahir Hidup” dan “Anak Kandung
Masih Hidup”. Penghitungan angka harapan hidup ini menggunakan paket
program Mortpack dengan metode Trussel dan model West. Pemilihan
metode ini dilakukan, karena sesuai dengan historis data kependudukan dan
kondisi umum Indonesia (Preston, 2004).

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 27


Bab III Metodologi Baru IPM

Melalui program Mortpack, dihasilkan estimasi AHH empat tahun sebelum


tahun sensus atau survei. Untuk mendapatkan AHH pada tahun sensus atau
survei, dilakukan Fitting model dari beberapa data historis. AHH sendiri
dihitung dengan menggunakan data Proyeksi Penduduk Hasil Sensus
Penduduk 2010.

Setelah mendapatkan AHH, selanjutnya dihitung Indeks AHH.


Penghitungannya dilakukan dengan cara membandingkan angka tersebut
dengan angka standar UNDP, yaitu angka harapan hidup minimum dan
maksimum. Kedua angka standar tersebut masing-masing mecapai 20 tahun
dan 85 tahun.

.id
go
Dimensi Pengetahuan s.
bp

Untuk mengukur dimensi pengetahuan atau pencapaian pendidikan


n.

penduduk digunakan dua indikator, yakni harapan lama sekolah dan rata-
te

rata lama sekolah. Informasi mengenai harapan lama sekolah, sangat


penting karena dapat mencerminkan tingkat partisipasi masyarakat dan
an

perluasan kesempatan dalam bidang pendidikan di suatu wilayah.


b
://

Adapun rata-rata lama sekolah dapat menggambarkan kualitas sumber daya


tp

manusia yang diukur dalam aspek pendidikan. Semakin lama rata-rata tahun
ht

pendidikan penduduk di suatu wilayah, akan semakin tinggi pula mutu


sumber daya manusianya.

Harapan Lama Sekolah

Harapan lama sekolah (HLS) adalah lamanya sekolah (dalam tahun) yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang.

28 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Metodologi Baru IPM Bab III

HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan


pemerintah yaitu program wajib belajar, dengan sumber data dari Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).

Adapun rumus untuk penghitungan HLS adalah sebagai berikut :

n
Ei
HLS7  
i 7 Pi

Dimana :

.id
HLS = Harapan Lama Sekolah

go
Ei = Jumlah penduduk usia i yang bersekolah
s.
Pi = Jumlah seluruh penduduk usia i
bp

i = Usia (7, 8,…,n)


n.
te

Setelah mendapatkan HLS, selanjutnya dihitung Indeks HLS. Indeks HLS


an

diperoleh dengan membandingkan angka tersebut terhadap angka standar


b

UNDP, dimana UNDP telah menetapkan HLS minimum dan maksimum, yaitu
://

masing-masing adalah 0 tahun dan 18 tahun.


tp
ht

Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah (RLS) didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun


yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas di seluruh
jenjang pendidikan formal yang yang pernah dijalani.

RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas, dengan asumsi pada umur 25
tahun proses pendidikan sudah berakhir. Selain itu, juga untuk mengikuti
standar internasional yang digunakan oleh UNDP. Sama sepert HLS, sumber
data yang digunakan untuk menghitung RLS adalas Susenas.

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 29


Bab III Metodologi Baru IPM

RLS dihitung dengan mengolah dua variabel secara simultan, yaitu jenjang
pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat/kelas pendidikan yang
sedang/pernah diduduki. Penghitungan rata-rata lama sekolah dilakukan
secara bertahap. Tahap pertama, dihitung lama sekolah untuk masing-
masing individu dengan menggunakan pola hubungan antar variabel. Tahap
selanjutnya, dihitung rata-rata lama sekolah untuk keseluruhan individu.

Tabel 3.1.

Konversi Tahun Untuk Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

.id
Tingkat Pendidikan Tertinggi yang
Konversi Tahun
Ditamatkan

go
(1) s. (2)

Tidak/Belum pernah sekolah 0


bp

Tamat SD 6
n.

Tamat SLTP 9
te

Tamat SLTA/SMU 12
an

Diploma I 13
b
://

Diploma II 14
tp

Akademi / Diploma III 15


ht

Diploma IV / Sarjana 16

Master (S2) 18

Doktor (S3) 21

Adapun formula untuk lama sekolah adalah :

Lama Sekolah = Konversi Tahun + Tingkat/Kelas Tertinggi


yang pernah/sedang diduduki - 1

30 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Metodologi Baru IPM Bab III

Dengan nilai konversi tahun untuk setiap jenjang pendidikan disajikan pada
Tabel 3.1. Adapun penghitungan RLS nya menggunakan rata-rata
tertimbang, yaitu :

f xL i i
RLS  i

f i
i

Dimana :

.id
RLS = Rata-rata lama sekolah
fi = Frekuensi penduduk usia 25 tahun ke atas untuk jenjang

go
pendidikan ke-i s.
Li = Lama sekolah untuk jenjang pendidikan ke-i.
bp

i = Jenjang Pendidikan ke-i.


n.
te

Indeks RLS diperoleh dengan membandingkan angka tersebut terhadap


an

angka standar UNDP, yaitu RLS minimum dan maksimum, yang masing-
masing adalah 0 tahun dan 15 tahun.
b
://
tp

Indeks Pengetahuan
ht

Untuk memperoleh indeks pengetahuan atau indeks pencapaian pendidikan,


Indeks HLS dan Indeks RLS digabung menjadi satu dengan perbandingan
yang sama, yaitu :

Indeks Pengetahuan = 1/2 Indeks HLS + 1/2 Indeks RLS

Apabila dikalikan 100, maka Indeks ini akan bernilai antara 0 (keadaan
terburuk) dan 100 (keadaan terbaik).

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 31


Bab III Metodologi Baru IPM

Dimensi Standar Hidup Layak

Dimensi ketiga dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup
layak. Dalam cakupan lebih luas, standar hidup layak ini dapat
menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk,
sebagai dampak membaiknya ekonomi. Untuk pengukuran standar hidup
layak di Indonesia, BPS menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita
setahun disesuaikan.

Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per


kapita dan paritas daya beli. Dengan rata-rata pengeluaran per kapita

.id
setahun yang diperoleh dari Susenas, dibuat konstan dengan menggunakan

go
tahun dasar 2012 (2012=100).
s.
Perhitungan paritas daya beli menggunakan 96 komoditas, dengan 66
bp

komoditasnya merupakan komoditas makanan. Metode penghitungannya


menggunakan Metode Rao, yakni :
n.
te

1
 pij  m
an

m
PPPj    
b

i 1  pik 
://
tp

Dimana :
ht

PPPj = Paristas daya beli di kabupaten/kota j


Pij = Harga komoditas i di kabupaten/kota i
Pik = Harga komoditas i di Jakarta Selatan

Untuk menjamin keterbandingan yang standar, baik antar daerah maupun


secara runtun waktu (tahun), beberapa tahapan prosedur yang harus
ditempuh dalam penghitungan pengeluaran per kapita setahun disesuaikan
disesuaikan adalah sebagai berikut :

32 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Metodologi Baru IPM Bab III

1. Menghitung pengeluaran per kapita sebulan dari Susenas (=A)

2. Mengkonversi nilai A menjadi pengeluaran per kapita setahun dalam


ribuan (=B).

3. Mendeflasikan nilai B dengan IHK (2012=100) yang sesuai (=C).

4. Menghitung Daya beli penduduk (Purchasing Power Parity, PPP/unit).


Penghitungannya menggunakan Metode Rao, dengan data dasar adalah
data harga dan kuantum dari suatu basket komoditi yang terdiri dari nilai
konsumsi 96 komoditi.

5. Membagi nilai C dengan PPP/unit (=D).

.id
go
Adapun Batas maksimum dan minimum yang digunakan untuk penghitungan
indeks pengeluaran per kapita setahun disesuaikan masing-masing adalah
s.
26,6 juta rupiah dan 1 juta rupiah.
bp
n.
te

Penyusunan IPM Metode Baru


an

Untuk memperoleh angka IPM, dilakukan 2 (dua) tahapan penghitungan


b

sebagai berikut : Tahap pertama, melakukan penghitungan indeks untuk


://

setiap komponen pembentuk IPM, yaitu : Indeks AHH, Indeks Pengetahuan,


tp

dan Indeks Pendapatan.


ht

Untuk setiap komponen, cara penghitungan indeksnya adalah sama, yaitu


dengan membandingkan nilai masing-masing komponen dengan standar
maksimum dan minimum yang telah ditetapkan (Tabel 3.2).

Adapun tahap terakhir adalah menghitung angka IPM. Angka IPM sendiri
merupakan rata-rata geometrik dari ketiga komponen pembentuk IPM.

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 33


Bab III Metodologi Baru IPM

Tabel 3.2.

Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Metode Baru

Komponen IPM Maksimum Minimum Keterangan

(1) (2) (3) (4)


Angka Harapan Hidup 85 20 Standar
UNDP
Harapan Lama Sekolah 18 0 Standar
UNDP
Rata-rata Lama Sekolah 15 0 Standar

.id
UNDP
Pengeluaran per Kapita

go
26.572.252 1.007.436 Standar BPS
Setahun Disesuaikan
s.
bp

Rumus yang digunakan untuk penghitungan Indeks AHH, Indeks HLS, dan
n.

Indeks RLS adalah sebagai berikut :


te

X  X (i  min) 
an

Indeks X i 
i

X  X (i  min) 
b

( i  maks )
://

Dimana :
tp

Xi = Komponen IPM ke-i


ht

X(i-min) = Nilai minimum komponen IPM ke-i


X(i-maks) = Nilai maksimum komponen IPM ke-i

Sementara rumus yang digunakan untuk penghitungan Indeks Pendapatan


(Indeks Y) adalah sebagai berikut :

 Ln  y   Ln  ymin  
Indeks Y  
 Ln  ymaks   Ln  ymin 

34 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Metodologi Baru IPM Bab III

Dimana :

y = Pengeluaran per Kapita Setahun Disesuaikan


ymin = Nilai minimum komponen Pengeluaran per Kapita Setahun
Disesuaikan

ymakx = Nilai maksimum komponen Pengeluaran per Kapita Setahun


Disesuaikan

Adapun rumus yang digunakan untuk penghitungan IPM adalah

.id
IPM  3 Indeks AHH x Indeks Pengetahuan x Indeks Pendapatan

go
s.
Pencapain dan Status Pembangunan Manusia
bp
n.

Sebagai indikator komposit, IPM mempunyai manfaat terbatas terutama bila


te

disajikan tersendiri. Hal ini karena yang dapat ditunjukannya hanyalah status
an

pembangunan manusia wilayah tersebut saja.


b

Namun bila dilakukan perbandingan antar waktu dan antar wilayah, posisi
://

relatif suatu wilayah terhadap wilayah yang lain akan dapat diketahui. Selain
tp

itu, kemajuan atau pencapaian antar waktu di suatu wilayah dan


ht

perbandingannya dengan wilayah lain juga dapat diteliti.

Untuk mengetahui pencapaian pembangunan manusia dengan lebih teliti,


dapat dilihat dari dua segi : Pertama, kenaikan IPM secara nilai absolut yang
diukur dengan pertumbuhan IPM. Pertumbuhan IPM adalah peningkatan nilai
IPM dalam suatu periode (t+n) terhadap nilai IPM awal periode (t).

IPM t 1  IPM t
r x100
IPM t

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 35


Bab III Metodologi Baru IPM

Kedua, adalah kenaikan status pembangunan manusia. Adapun klasifikasi


statusnya telah ditentukan berdasarkan kategorisasi UNDP. Klasifikasi status
tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3.

Klasifikasi Status Pembangunan Manusia

Nilai IPM Status

(1) (2)

< 60 Rendah

.id
go
60 ≤ IPM < 70 Sedang

70 ≤ IPM < 80
s. Tinggi
bp

≥ 80 Sangat Tinggi
n.
te
b an
://
tp
ht

36 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


ht
tp
://

IPM
b an
te
n.
bp
s.
go
HASIL-HASIL
.id
IV
BAB
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Bab IV

Hasil-Hasil IPM

IPM merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur perkembangan


pembangunan manusia di suatu wilayah. Sebagai alat ukur, IPM dinilai cukup
memadai dalam hal menggambarkan capaian pembangunan manusia,
dibandingkan dengan indeks komposit lain.

Dikatakan memadai, karena IPM mencakup tiga dimensi pokok yang

.id
berperan besar dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Ketiga dimensi

go
pokok ini adalah umur panjang dan sehat, pengetahuan dan standar hidup
s.
layak. Bila ketiga dimensi tersebut menunjukkan kemajuan yang cukup
bp
berarti, sumber daya manusianya dapat dipastikan akan memiliki kualitas
yang sejalan dengan perkembangan indeksnya.
n.
te
an

Status Pembangunan Manusia Banten Naik Kelas


b

Perkembangan capaian pembangunan manusia di Banten terus mengalami


://

peningkatan. Hal ini dapat diketahui dari naiknya angka IPM secara konsisten
tp

selama periode 2010-2015. Adapun besaran kenaikannnya senilai 2,73 poin,


ht

yang setara dengan 0,46 poin per tahun (Gambar 4.1).

Angka IPM Banten sendiri pada tahun 2015 mencapai 70,27. Berarti, tingkat
pencapaian pembangunan manusianya dapat dikatakan masih sekitar 70
persen dari kondisi pembangunan manusia yang ideal (IPM ideal = 100).
Meskipun demikian, dengan capaian sebesar itu, Banten menempati urutan
kedelapan di Indonesia dalam hal pembangunan manusia.

Disamping itu, status pembangunan manusia Banten juga telah mengalami


kenaikan. Sebelum tahun 2015, statusnya masih berada pada kategori

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 39


Bab IV Hasil-Hasil IPM

“Sedang” (60 ≤ IPM <70). Akan tetapi, pada saat ini sudah meningkat
menjadi “Tinggi” (70 ≤ IPM < 80).

Gambar 4.1.

Nilai dan Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banten,


2010-2015

71 2,0
IPM 70,27
Pertumbuhan (persen)
69,89
70 1,6

.id
69,47
68,92

go
69 1,2
1,01

68 68,22
1,03
s. 0,8
67,54 0,80
bp

67 0,60 0,55 0,4


n.
te

66 0,0
an

2010 2011 2012 2013 2014 2015


b
://
tp

Keberhasilan pembangunan manusia tidak hanya diukur dari tingginya angka


ht

IPM, akan tetapi juga harus dilihat dari kecepatan dalam peningkatannya.
Untuk mengukur kecepatan peningkatan capaian pembangunan manusia,
digunakan angka pertumbuhan IPM.

Sayangnya, angka pertumbuhan IPM Banten selama periode 2010-2015


terus mengalami penurunan. Dengan demikian, meskipun kualitas
pembangunan manusianya terus menerus meningkat, namun kecepatan
peningkatannya justru semakin melambat. Perlambatan ini jelas akan
membawa implikasi kepada semakin lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai IPM yang ideal.

40 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Hasil-Hasil IPM Bab IV

Hidup Sehat dan Lebih Lama

Hidup lebih lama merupakan dambaan setiap orang. Untuk dapat berumur
panjang, diperlukan kesehatan yang lebih baik. Di sisi lain, tujuan
pembangunan manusia adalah memperluas pilihan-pilihan bagi manusia,
yang untuk memperoleh atau memanfaatkannya diperlukan umur panjang
dan sehat. Dimensi umur panjang dan sehat ini, dalam pembangunan
manusia diproksi dengan indikator angka harapan hidup saat lahir (AHH).

AHH sendiri adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh
oleh seseorang selama hidup. Dengan demikian, AHH juga dapat

.id
menggambarkan derajat kesehatan yang telah dicapai oleh seseorang atau

go
masyarakat. Semakin tinggi derajat kesehatannya, maka kesempatan untuk
bertahan hidup akan semakin besar. Sebaliknya, tingkat kesehatan yang
s.
buruk akan cenderung memperpendek usia hidup.
bp
n.

Gambar 4.2.
te

Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) Banten,


an

2010-2015 (tahun)
b
://

70
tp

69,43
69,04 69,13
ht

68,86
69 68,7
68,5

68

67

66

65
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 41


Bab IV Hasil-Hasil IPM

AHH yang merepresentasikan aspek kesehatan, terus meningkat selama


periode 2010-2015 (Gambar 4.2). Meningkatnya AHH ini mengindikasikan
bahwa derajat kesehatan masyarakat di Banten semakin membaik. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat atau penduduk Banten secara
rata-rata terindikasi hidup sehat dan lebih lama.

AHH Banten sendiri pada tahun 2015 mencapai 69,43 tahun. Artinya, setiap
penduduk Banten yang dilahirkan pada tahun 2015, dapat berharap untuk
hidup sampai usia 69 tahun lebih. Hanya saja, dibandingkan rata-rata
nasional yang sebesar 70,78 tahun, Banten masih tertinggal jauh.

.id
go
Kualitas Pendidikan Meningkat, Peluang Terbuka Luas
s.
Pendidikan meningkatkan kualitas atau kemampuan diri seseorang, sesuai
bp

dengan potensinya masing-masing. Kemampuan diri inilah yang digunakan


n.

oleh manusia yang berpendidikan, untuk lebih memperhatikan kualitas


te

hidupnya agar dapat hidup lebih lama.


an

Tidak hanya itu, dengan kemampuan diri yang meningkat, manusia yang
b

berpendidikan akan berpeluang besar untuk mendapatkan pekerjaan dan


://

pendapatan yang lebih layak.


tp

Oleh karena itu, pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas


ht

manusia, agar semakin terbuka peluang bagi mereka. Dengan kata lain,
pendidikan memperluas peluang atau pilihan seseorang.

Begitu pentingnya peran pendidikan ini, sehingga fokus pemerintah dalam


pembangunan bidang pendidikan adalah untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat. Selain itu, juga untuk memperluas akses atau kesempatan
dalam memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. Terakhir,
adalah meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan dengan dunia usaha.

42 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Hasil-Hasil IPM Bab IV

Meningkatnya partisipasi masyarakat dan semakin terbukanya kesempatan


dalam pendidikan ini, pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan
masyarakat. Keberhasilannya itu, jelas memerlukan dukungan yang kuat dari
seluruh elemen masyarakat. Sementara tingkat keberhasilannya, dapat
diketahui dari indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama
Sekolah (HLS).

Kedua indikator pendidikan di atas, juga digunakan dalam pengukuran


capaian pembangunan manusia, untuk mewakili dimensi pengetahuan.
Dengan demikian, ada kesesuaian antara program pemerintah dengan
pembangunan manusia.

.id
go
RLS Banten sendiri selama periode 2010-2015 terus mengalami peningkatan
(Gambar 4.3). Peningkatannya ini jelas menjadi penanda bahwa kualitas
s.
pendidikan penduduk Banten secara rata-rata telah meningkat. Dengan
bp

demikian, semakin terbuka peluang bagi penduduknya untuk lebih


n.

meningkatkan kualitas hidup dan tingkat kesejahteraannya.


te

Betapun juga, peningkatan kualitas pendidikan penduduk Banten terasa


an

sangat lambat. Pada tahun 2010, rata-rata penduduk Banten berusia 25


b

tahun ke atas, bersekolah hingga kelas 2 SMP. Lima tahun kemudian, rata-
://

rata lama sekolahnya hanya bertambah satu tahun menjadi kelas 3 SMP
tp

(belum tamat). Meskipun demikian, rata-rata lama sekolah ini masih di atas
ht

nasional yang hanya sampai kelas 2 SMP.

Sementara itu, HLS Banten pada periode yang sama juga terus meningkat
(Gambar 4.3). Peningkatannya ini mengindikasikan bahwa tingkat partisipasi
masyarakat dan perluasan kesempatan dalam bidang pendidikan, telah
menunjukan adanya perbaikan. Adapun perbaikannya itu juga menjadi
penanda bahwa sistem pendidikan di Banten selama ini sudah berjalan pada
arah yang benar.

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 43


Bab IV Hasil-Hasil IPM

Gambar 4.3.

Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan


Harapan Lama Sekolah (HLS) Banten,
2010-2015 (tahun)

15
RLS HLS
12,05 12,31 12,35
11,79
12 11,02 11,41

9 7,92 8,06 8,17 8,19 8,27


7,95

.id
6

go
3 s.
bp

0
n.

2010 2011 2012 2013 2014 2015


te
an

Meningkatnya HLS Banten juga mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan


b
://

penduduk Banten pada masa mendatang akan semakin meningkat. Hal ini
tp

karena HLS menggambarkan rata-rata lama sekolah yang dapat ditempuh


ht

oleh penduduk usia 7 tahun selama masa hidupnya.

HLS nya sendiri mencapai 12,35 tahun, yang setara dengan kuliah sampai
Semester I. Pada saat yang sama, penduduk Indonesia umumnya bersekolah
hingga dua bulan lebih lama. Dengan demikian, meskipun sistem pendidikan
di Banten sudah berjalan pada arah yang benar, namun tetap harus
diperbaiki agar dapat mengejar ketertinggalannya.

44 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Hasil-Hasil IPM Bab IV

Kenaikan Standar Hidup

Dimensi terakhir yang menggambarkan kualitas hidup manusia adalah


standar hidup layak. Dimensi ini direpresentasikan dengan menggunakan
indikator pengeluaran per kapita setahun disesuaikan. Sementara indikator
pengeluaran sendiri jelas dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan yang
dinikmati oleh penduduk. Selain itu berdasarkan data historis, sensitif
terhadap perubahan kondisi perekonomian, sehingga cocok untuk digunakan
sebagai proksi standar hidup layak.

.id
Gambar 4.4.

Perkembangan Pengeluaran per Kapita Setahun Disesuaikan

go
Penduduk Banten, 2010-2015 (ribu rupiah)
s.
bp

11.500
n.

11.261
11.150
te

11.200
11.061
11.008
an

10.933
10.900
10.777
b
://

10.600
tp
ht

10.300

10.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pengeluaran per kapita setahun disesuaikan Banten selama periode 2010-


2015, sebagaimana yang ditunjukan pada Gambar 4.5 terlihat terus
meningkat. Namun peningkatannya ternyata berjalan lambat, karena dalam
setahun rata-rata hanya bertambah 97 ribu rupiah. Adapun nilai

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 45


Bab IV Hasil-Hasil IPM

pengeluarannya mencapai mencapai 11,3 juta rupiah, jauh di atas rata-rata


pengeluaran penduduk Indonesia yang hanya sebesar 10,2 juta rupiah.

Perbedaan Capaian Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota

Perbedaan letak geografis, keberagaman potensi sumber daya alam dan


sumber daya manusia, serta perbedaan dalam struktur ekonomi dan
ketenagakerjaan antar daeerah, akan menghasilkan capaian pembangunan
manusia yang berbeda pada setiap daerah.

.id
Disamping itu, adanya perbedaan strategi dan fokus pembangunan, serta
keberhasilan berbagai program pembangunan yang diselenggarakan oleh

go
pemerintah daerah, juga menentukan tinggi rendah dan keceapatan capaian
pembangunan manusia pada setiap daerah.
s.
bp
n.

Gambar 4.5.
te

Nilai dan Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


an

Menurut Kabupaten/Kota di Banten, 2014-2015


b
://

100 2,0
tp

79,38
79,17
76,08

71,81
75,87

70,51
70,05
ht

71,57

80 1,6
69,57

70,26
64,61
62,72

62,03

63,97
61,64
62,06

60 1,2

1,07 1,00
40 0,8

0,64 0,69
20 0,4
0,35
0,28 0,35
0,26
0 0,0
Pandeglang Lebak Tangerang Serang Kota Kota Kota Kota
Tangerang Cilegon Serang Tangerang
Selatan

2014 2015 Pertumbuhan per Tahun 2015 (persen)

46 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Hasil-Hasil IPM Bab IV

Capaian pembangunan manusia di seluruh kabupaten/kota menunjukkan


adanya perbaikan. Hal ini terlihat dari meningkatnya angka IPM seluruh
kabupaten/kota, yaitu dari kisaran 61,64 sampai 79,17 di tahun 2014
menjadi 62,03 sampai 79,38 pada tahun 2014 (Gambar 4.5).

Dari sisi status pembangunan manusia, juga terlihat ada peningkatan. Pada
tahun 2014, IPM Kabupaten Tangerang masih di bawah 70. Namun pada
tahun 2015 ini, sudah meningkat menjadi di atas 70. Akibatnya, kabupaten/
kota yang memiliki status pembangunan manusia “Tinggi” (70 ≤ IPM < 80),
jumlahnya bertambah dari 4 menjadi 5.

.id
Gambar 4.6.

go
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Banten
s.
Menurut Status Pembangunan Manusia, 2015
bp
n.
te
b an
://
tp
ht

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 47


Bab IV Hasil-Hasil IPM

Betapapun juga, memang ada perbedaan capaian yang nyata antar


kabupaten/kota. Berdasarkan data historis, IPM wiliayah kota selalu lebih
besar daripada wilayah kabupaten. Selain itu, IPM tertinggi selalu diduduki
oleh Kota Tangerang Selatan, sedangkan yang terendah tetap berada
di tangan Kabupaten Lebak.

Berdasarkan Gambar 4.5, juga terlihat bahwa semua wilayah kabupaten


memiliki pertumbuhan IPM yang lebih tinggi dibandingkan wilayah kota.
Kondisi ini sangat menguntungkan, karena ketimpangan IPM di Banten pada
tahun 2015 menjadi berkurang.

.id
Gambar 4.7.

go
Perkembangan Ketimpangan IPM Banten,
2010-2015
s.
bp
n.

21
te

17,46 17,52 17,53 17,35


17,17
an

17
14,86
b

Kota-Kabupaten (persen poin)


://

13
tp

Tertinggi-Terendah (persen poin)


ht

9
9,70 9,81 9,76 9,91 9,59
8,50

5
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Meskipun ketimpangannya berkurang, namun konvergensi IPM antar wilayah


di Banten sepertinya memang tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Hal ini

48 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Hasil-Hasil IPM Bab IV

karena terjadi stagnasi ketimpangan IPM selama periode 2011-2015. Bahkan


bila dihitung sejak tahun 2010, ketimpangannya justru meningkat.

Capain Pembangunan Manusia Banten Di Tengah Provinsi Lainnya

Capain pembangunan manusia Banten pada tahun 2015, secara nasional


sesungguhnya sudah sangat baik. Penilaian ini setidaknya didasarkan kepada
peringkat IPM yang selalu berada pada urutan kedelapan se Indonesia.
Selain itu, Banten menjadi salah satu dari delapan provinsi yang sudah
berhasil mencapai status pembangunan manusia “Tinggi”.

.id
Hanya saja, bila dilihat menurut kecepatan peningkatan IPM, capaian Banten

go
pada tahun 2015 ini sangat rendah sekali. Kecepatan peningkatan IPM
s.
Banten bukan hanya terendah se Jawa, bahkan menempati urutan ke 29,
bp

atau selisih lima peringkat dari urutan terbawah yang diduduki oleh
n.

Kalimantan Utara.
te

Implikasinya, peringkat IPM Banten sangat mungkin akan terlewati oleh


an

provinsi di bawahnya. Meskipun tidak akan terjadi dalam waktu dekat,


b

namun peristiwa tersebut pasti akan benar-benar terjadi selama Banten tidak
://

melakukan perbaikan dalam program pembangunan manusia.


tp

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.1, terlihat bahwa ada 2 komponen
ht

IPM Banten yang masih tertinggal dari rata-rata Nasional. Kedua komponen
ini adalah AHH yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan sehat,
serta HLS sebagai salah satu komponen yang mewakili dimensi pengetahuan.
Meskipun demikian, untuk mempertahankan peringkat IPM, yang harus
dilakukan dalam jangka pendek adalah meningkatkan capaian HLS nya.

Ada dua alasan mengapa HLS dulu yang dipilih. Pertama, rendahnya HLS
pasti akan menyebabkan capaian RLS yang sudah baik menjadi tertinggal
dari provinsi lain. Hal ini karena HLS itu dihitung berdasarkan angka

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 49


Bab IV Hasil-Hasil IPM

partisipasi sekolah (APS). Semakin tinggi APS, semakin tinggi pula HLS.
Tingginya HLS ini, pada akhirnya akan meningkatkan capaian RLS pula.

Sementara alasan kedua, APS itu lebih mudah ditingkatkan daripada


meningkatkan AHH. Dampak pelaksanaan program peningkatan APS pun,
pasti akan langsung terlihat.

Untuk meningkatkan APS, yang perlu dilakukan oleh pemerintah hanyalah


melaksanakan program penambahan gedung sekolah atau kelas baru,
merelokasi guru agar alokasinya menjadi lebih merata dan membuat regulasi
yang membatasi atau menggratiskan sama sekali biaya masuk sekolah

.id
pertama kali.

go
Tabel 4.1.
s.
IPM Banten dan Nasional Menurut Komponen, 2015
bp
n.

Komponen IPM Banten Indonesia


te

(1) (2) (3)


an

Angka Harapan Hidup (AHH, tahun) 69,43 70,78


b
://

Harapan Lama Sekolah (RLS, tahun) 12,35 12,55


tp

Rata-rata Lama Sekolah (HLS, tahun) 8,27 7,84


ht

Pengeluaran per Kapita Setahun 11.261 10.150


Disesuaikan (ribu rupiah)

Indeks Pembangunan Manusia 70,27 69,55

Menurut Hendrik L Blum, ada empat faktor yang mempengaruhi derajat


kesehatan seorang individu atau masyarakat. Keempat faktor tersebut
masing-masing adalah lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan,
dan keturunan (Gambar 4.8).

50 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Hasil-Hasil IPM Bab IV

Gambar 4.8.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat


(Teori Derajat Kesehatan Hendrik L. Blum)

.id
go
s.
bp
n.
te

Di antara keempat faktor tersebut, yang paling besar peranannya dalam


an

menentukan derajat kesehatan adalah lingkungan. Sementara pelayanan


b

kesehatan, satu-satunya faktor yang dapat dikendalikan oleh pemerintah,


://

peranannya justru sangat kecil. Inilah yang menjadi penyebab mengapa


tp

menaikkan AHH dalam jangka pendek sangat sulit untuk dilakukan.


ht

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 51


ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
BAB
V

IPM
.id
DAN
go
s.
INDIKATOR
bp
n.

SOSIAL EKONOMI
te
anb
://
tp
ht
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Bab V

IPM dan Indikator


Sosial Ekonomi

IPM dan Pertumbuhan Ekonomi

Modal manusia (human capital), merupakan salah satu faktor penting dalam
proses pembangunan ekonomi. Dengan modal manusia yang berkualitas,

.id
pembangunan ekonomi yang alat ukurnya adalah meningkatnya output atau

go
pertumbuhan ekonomi, diyakini akan menjadi lebih baik.
s.
Demikian pula sebaliknya, pembangunan ekonomi dapat pula meningkatkan
bp

kualitas sumber daya manusia. Hal ini karena, pertumbuhan ekonomi akan
n.

menjamin tersedianya dana yang cukup, guna peningkatan kualitas sumber


te

daya manusia.
an

Dengan demikian, terdapat hubungan yang saling mempengaruhi atau yang


b

lebih dikenal sebagai hubungan dua arah, antara pertumbuhan ekonomi


://

dengan pembangunan manusia.


tp
ht

Ramirez dkk (1998) dari studi lintas negara menemukan bukti adanya
hubungan positif dan kuat pada kedua jalur hubungan pembangunan
manusia dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Ramirez dkk, Pertumbuhan
ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia, khususnya melalui aktivitas
rumahtangga, pemerintah dan perusahaan, serta organisasi masyarakat dan
lembaga swadaya masyarakat.

Semua aktivitas tersebut di atas, berkaitan dengan pengeluaran yang baik


langsung maupun tidak langsung berhubungan erat dengan peningkatan
kualitas manusia. Pengeluaran-pengeluaran ini, antara lain adalah

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 55


Bab V IPM dan Indikator Sosial Ekonomi

pengeluaran untuk makanan dan gizi (rumahtangga), serta pengeluaran


untuk pendidikan, kesehatan dan pelatihan ketenagakerjaan (rumahtangga,
pemerintah dan institusi lainnya).

Adapun tingkat pembangunan manusia yang tinggi, dalam arti tingkat


kesehatan, pendidikan dan keterampilan yang tinggi, akan mempengaruhi
perekonomian melalui peningkatan kapabilitas, produktivitas dan kreativitas
penduduk (tenaga kerja).

Berkaitan dengan hubungan antara pembangunan manusia dan


pertumbuhan ekonomi, UNDP melakukan kategorisasi hubungan tersebut

.id
menjadi hubungan yang seimbang (kuat atau lemah) dan tidak seimbang.

go
Hubungan dikatakan seimbang jika laju pertumbuhan ekonomi maupun
pembangunan manusia berlangsung relatif cepat (hubungan yang kuat),
s.
atau keduanya berlangsung relatif lambat (hubungan yang lemah).
bp

Sementara itu hubungan dikatakan tidak seimbang bila laju pertumbuhan


n.

ekonomi berlangsung dengan relatif lambat tetapi pembangunan manusia


te

relatif cepat (Lambat Cepat), atau laju pertumbuhan PDRB per kapita relatif
an

cepat tetapi pembangunan manusia relatif lambat (Cepat Lambat).


b
://

Dengan menggunakan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) dan pertumbuhan


tp

IPM (G-IPM) Banten sebagai cut of poin, maka kategorisasi hubungan antara
ht

pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota se


Banten yang sesuai dengan pengkategorian UNDP dapat dilihat pada Gambar
5.1 di bawah ini.

Rekomendasi kebijakan yang diajukan oleh UNDP untuk masing-masing


kategori hubungan adalah sebagai berikut :

Kuat. Dalam hubungan ini, antara pertumbuhan ekonomi dengan


pembangunan manusia saling mendorong satu dengan lainnya melalui
kebijakan pemerintah. Laju pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat
dimanfaatkan untuk penciptaan lapangan kerja dan pembangunan manusia.

56 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


IPM dan Indikator Sosial Ekonomi Bab 5

Sebaliknya, pembangunan manusia yang relatif cepat, memberi dampak bagi


percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Kabupaten/kota yang masuk
kedalam kategori ini adalah Kabupaten Pandelang, Kabupaten Lebak dan
Kabupaten Tangerang. Untuk ketiga daerah ini, UNDP mengajukan beberapa
saran sebagai berikut :

 Perhatian yang lebih besar harus diarahkan kepada pembangunan


manusia, termasuk dalam hal ini insiden kemiskinan, konservasi
lingkungan dan regenerasi.

 Untuk menjamin kesinambungan, upayakan agar pertumbuhan ekonomi

.id
yang tinggi, sepenuhnya digunakan untuk pembangunan manusia.

 Menentukan target segmen penduduk yang tidak memperoleh manfaat

go
sepenuhnya dari pembangunan manusia secara keseluruhan, misalnya
kelompok wanita.
s.
bp
n.

Gambar 5.1.
te

Kategorisasi Hubungan Antara Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia


(G-IPM) dan Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Banten, 2015
b an
://

1,10
G-IPM

Lambat-Cepat Pandelang Kuat


tp

Serang
ht

Tangerang
Lebak
G-IPM Banten=0,55%
0 10,74

Kota Serang
Kota Cilegon
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan

Lemah 0,00
Cepat Lambat
LPE Banten=5,37 LPE

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 57


Bab V IPM dan Indikator Sosial Ekonomi

Lemah. Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah


menyebabkan pendanaan atau investasi untuk pembangunan manusia,
terutama dalam pencapaian status kesehatan, gizi, dan pendidikan, menjadi
lebih lambat penambahannya. Kondisi yang demikian juga menyebabkan
pencapaian pendapatan yang meningkat menjadi sulit untuk dicapai. Untuk
Kota Cilegon yang masuk kedalam kategori ini, UNDP mengajukan beberapa
saran sebagai berikut :

 Dibutuhkan upaya besar untuk menciptakan dan mempercepat laju


pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan manusia.

.id
 Upaya harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan
dengan memperbaiki distribusi pendapatan dan dengan memfokuskan

go
pada penciptaan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan.
s.
 Subsidi harus disediakan bagi program-program sosial yang menjangkau
bp

rakyat banyak.
n.
te

Cepat-Lambat. Kategori ini diperuntukan bagi kabupaten/kota dengan laju


an

pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun kurang berhasil dalam upaya


mengonversikannya menjadi pembangunan manusia yang lebih cepat.
b
://

Kabupaten/kota yang masuk kedalam kategori ini adalah Kota Serang, Kota
tp

Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Adapun saran UNDP bagi ketiga
ht

daerah tersebut adalah :

 Diupayakan agar distribusi sumber daya publik dan swasta lebih merata.

 Diupayakan agar pola laju pertumbuhan PDRB ekonomi menjadi lebih


partsipatif, dengan menekankan penciptaan lapangan kerja pada
pekerjaan-pekerjaan yang produktif.

 Aset-aset produktif dan pendapatan agar diredistribusikan dengan


menekankan pada sumber daya manusia, bukan sumber daya fisik.

58 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


IPM dan Indikator Sosial Ekonomi Bab 5

Lambat-Cepat. Kabupaten/kota dalam kategori ini memiliki capaian


pembangunan manusia yang relatif cepat, namun belum optimal dalam
pemanfaatannya untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Untuk
Kabupaten Serang yang masuk kedalam kategori, UNDP mengajukan
beberapa saran sebagai berikut :

 Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kapabilitas penduduk harus


diperkuat kembali.

 Permintaan terhadap sumber daya manusia harus ditingkatkan, melalui


investasi pada bidang-bidang produktif yang sesuai dengan komposisi

.id
keterampilan penduduk.

 Upayakan agar penduduk memiliki peluang penuh untuk memanfaatkan

go
kapabilitas penduduk yang meningkat.
s.
bp
n.

IPM dan Penduduk Miskin


te

Ukuran kemiskinan yang umum digunakan untuk melihat fenomena


an

kemiskinan di suatu daerah adalah persentase penduduk miskin. Persentase


b

penduduk sendiri adalah persentase penduduk yang memiliki pendapatan


://

(atau proksi pendapatan) kurang dari jumlah yang diperlukan untuk


tp

memenuhi kebutuhan dasar hidup.


ht

Walaupun demikian, kemiskinan sesungguhnya memiliki banyak dimensi


selain dimensi pendapatan. Dimensi lain kemiskinan, dapat dilihat dari
peluang untukcmemperoleh kesehatan dan umur yang panjang, peluang
memiliki pengetahuan dan keterampilan, dan lain-lain. Intinya adalah
kemiskinan sangat terkait dengan sempitnya kesempatan seseorang dalam
menentukan pilihan-pilihan hidup.

Bila kemiskinan berkaitan erat dengan semakin sempitnya kesempatan yang


dimiliki, pembangunan manusia adalah sebaliknya. Konsep pembangunan

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 59


Bab V IPM dan Indikator Sosial Ekonomi

manusia adalah memperluas pilihan manusia, terutama untuk memenuhi


kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan dan kemampuan daya beli.
Dengan hubungan yang berkebalikan tersebut, suatu daerah dengan kualitas
pembangunan manusia yang baik, idealnya memiliki persentase penduduk
miskin yang rendah.

Selanjutnya, dengan menggunakan angka kemiskinan Banten sebagai Cut of


point, maka seluruh kabupaten/kota dapat dibagi kedalam empat kategori.
Dalam hal ini, persentase penduduk miskin suatu kabupaten/kota dikatakan
tinggi, bila lebih besar dari persentase penduduk miskin Banten (5,90
persen) dan dikatakan rendah bila lebih kecil dari nilai tersebut. Begitu juga

.id
IPM, dikatakan tinggi bila lebih besar dari IPM Banten (70,27) dan dikatakan

go
rendah bila lebih kecil dari nilai tersebut. Keempat kategori tersebut adalah
sebagai berikut (Gambar 5.2) :
s.
bp

Gambar 5.2.
n.

Kategorisasi Hubungan Antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan


te

Persentase Penduduk Miskin (P0) di Banten, 2015


b an
://
IPM

Rendah-Tinggi Tinggi-Tinggi
tp

Kota Tangerang
ht

Kota Tangerang
Selatan
Kota Cilegon
Kota Serang
0 11,8

IPM Banten=70,27 Tangerang

Serang
Lebak Pandeglang

Rendah-Rendah 55,11
Tinggi-Rendah
P0 Banten=5,90% P0 (%)

60 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


IPM dan Indikator Sosial Ekonomi Bab 5

Tinggi-Tinggi. Kabupaten/kota dalam kategori ini memiliki kapabilitas


manusia yang relatif baik, meskipun dengan penduduk miskin yang relatif
banyak. Konsentrasi lebih besar perlu diberikan untuk menekan angka
kemiskinan. Hal yang mungkin dilakukan yaitu dengan menerapkan kebijkan
yang berorientasi pada pemerataan pendapatan dan peningkatan daya beli
masyarakat. Kabupaten/kota yang termasuk dalam kelompok ini hanyalah
Kota Serang.

Rendah-Rendah. Kabupaten/Kota dalam kategori ini telah cukup berhasil


dalam menekan angka kemiskinannya, namun belum cukup berhasil dalam
pencapaian kapabilitas penduduk. Upaya lebih besar perlu dilakukan untuk

.id
mengejar ketertinggalan capaian pembangunan manusia yaitu dengan

go
perhatian yang lebih besar pada peningkatan kapabilitas dasar penduduk.
s.
Kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Kabupaten
bp
Serang dan Kabupaten Tangerang.
n.

Tinggi-Rendah. Kondisi kabupaten/kota dalam kategori ini adalah kondisi


te

yang paling kurang. Diperlukan usaha yang lebih untuk dapat mengejar
an

ketertinggalannya dalam menekan angka kemiskinan dan mempercepat


capaian pembangunan manusia. Kabupaten/kota yang termasuk kedalam
b
://

kelompok ini adalah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.


tp

Rendah-Tinggi. Kondisi kabupaten/kota dalam kategori ini adalah kondisi


ht

yang ideal. Kategori ini mampu menekan angka kemiskinan dan pada saat
yang sama mampu meraih capaian pembangunan manusia yang tinggi.
Kabupaten/kota yang termasuk kedalam kelompok ini adalah Kota Cilegon,
Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 61


ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
VI
BAB

KESIMPULAN
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Bab VI

Kesimpulan

 Angka IPM Banten pada tahun 2015 mencapai 70,27. Berarti, tingkat
pencapaian pembangunan manusianya dapat dikatakan masih sekitar 70
persen dari kondisi pembangunan manusia yang ideal (IPM ideal = 100).

 Status pembangunan manusia Banten pada tahun 2015 sudah meningkat


dari “Sedang” (60 ≤ IPM <70) menjadi “Tinggi” (70 ≤ IPM < 80).

.id
go
 Angka harapan hidup yang merepresentasikan dimensi kesehatan, pada
tahun 2015 mengalami kenaikan. Besarannya sendiri mencapai 69,43
s.
tahun, yang berarti setiap penduduk Banten yang dilahirkan pada tahun
bp

2015 dapat berharap untuk hidup sampai usia 69 tahun lebih.


n.

 Harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah yang mewakili dimensi
te

pengetahuan, pada tahun 2015 sama-sama mengalami peningkatan.


an

 Harapan lama sekolah pada tahun 2015 mencapai 12,35 tahun. Berarti,
b
://

setiap penduduk Banten yang berusia 7 tahun pada tahun 2015, dapat
tp

berharap untuk bersekolah selama 12 tahun lebih, atau kuliah sampai


ht

semester I.

 Rata-rata lama sekolah pada tahun 2015 mencapai 8,19 tahun. Berarti,
setiap penduduk Banten yang berusia 25 tahun ke atas pada tahun 2015,
bersekolah hingga setara kelas 3 SMP (belum tamat).

 Pengeluaran per kapita setahun disesuaikan yang merepresentasikan


standar hidup layak, pada tahun 2015 mengalami kenaikan. Besaran
pengeluarannya sendiri mencapai 11,3 juta rupiah, jauh di atas rata-rata
pengeluaran penduduk Indonesia yang hanya sebesar 10,2 juta rupiah.

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 65


Bab VI Kesimpulan

 Capaian pembangunan manusia di seluruh kabupaten/kota menunjukkan


adanya perbaikan. Hal ini terlihat dari meningkatnya angka IPM seluruh
kabupaten/kota, yaitu dari kisaran 61,64 sampai 79,17 di tahun 2014
menjadi 62,03 sampai 79,38 pada tahun 2014.

 Kabupaten/kota yang memiliki status pembangunan manusia “Tinggi”


(70 ≤ IPM < 80), jumlahnya bertambah dari 4 menjadi 5. Penambahan ini
terjadi karena status pembangunan manusia Kabupaten Tangerang
meningkat menjadi “Tinggi”.

 Ketimpangan IPM pada tahun 2015 memang berkurang, namun

.id
konvergensi IPM antar wilayah di Banten sepertinya memang tidak akan

go
terjadi dalam waktu dekat. Hal ini karena terjadi stagnasi ketimpangan
IPM selama periode 2011-2015. Bahkan bila dihitung sejak tahun 2010,
s.
ketimpangannya justru mengalami peningkatan.
bp

 Wilayah yang memiliki peningkatan kualitas penduduk dan pertumbuhan


n.

ekonominya saling berdampak positif satu sama lain secara kuat adalah
te

Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Tangerang.


an

Maksudnya adalah Laju pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat


b

dimanfaatkan untuk pembangunan manusia, sebaliknya pembangunan


://

manusia yang relatif cepat yang memberi dampak bagi percepatan laju
tp

pertumbuhan ekonomi.
ht

 Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan merupakan


tiga daerah di Banten yang kondisinya paling baik. Dalam hal ini, tingkat
kemiskinan rendah dan capaian pembangunan manusia relatif lebih tinggi
dibandingkan kabupaten/kota lain di Banten.

66 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


ht
tp
://
b an
te
n.
bp

DAFTAR
s.

PUSTAKA
go
.id
DF
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Daftar Pustaka

BPS. 2015. Indeks Pembangunan Manusia 2014. BPS: Jakarta

BPS. 2015. Indeks Pembangunan Gender 2014. BPS: Jakarta

BPS. 2016. Statistik Indonesia 2016. Jakarta: BPS: Jakarta

.id
Chenery, H., M. S. Ahluwalia, C. L. G. Bell, J. H. Duloy and R. Jolly (Chenery,
et. al.). 1974. Redistribution with Growth. Oxford: Oxford

go
University Press
s.
UNDP. 1991. Human Development Report. Oxford: Oxford University Press
bp

Streeten, Paul. 1981. First Things First: Meeting Basic Human Needs in The
n.

Developing Countries. New York: Published for the World Bank by


te

Oxford University Press


an

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith, 2006. Economic Development,


b
://

Longman. Terjemahan. Munandar, Haris (2000), Pembangunan


tp

Ekonomi, edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.


ht

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 69


ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
LAMPIRAN .id
L
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Lampiran

Lampiran 1. IPM Banten Menurut Komponen, 2010-2015

Penge-
AHH HLS RLS luaran
Tahun
(tahun) (tahun) (tahun) (ribu
rupiah)

.id
(1) (2) (3) (4) (5)

go
2010 68,50 11,02 7,92 10.777

2011 68,68
s.
11,41 7,95 10.933
bp

2012 68,86 11,79 8,06 11.008


n.

2013 69,04 12,05 8,17 11.061


te
an

2014 69,13 12,31 8,19 11.150


b

2015 69,43 12,35 8,27 11.261


://
tp
ht

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 73


Lampiran

Lampiran 1. IPM Banten Menurut Komponen, 2010-2015

Lanjutan

IPM

Tahun Pertum-
Nilai Status Peringkat buhan
(persen)
(1) (2) (3) (4) (5)

2010 67,54 Sedang 8 -

68,22 Sedang 8 1,01

.id
2011

68,92 Sedang 8 1,02

go
2012

2013 69,47 Sedang s. 8 0,79


bp

2014 69,89 Sedang 8 0,61


n.

2015 70,27 Tinggi 8 0,55


te
b an
://
tp
ht

74 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Lampiran

Lampiran 2. IPM Banten Menurut Kabupaten/Kota, 2010-2015

Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pandeglang 59,08 59,92 60,48 61,35 62,06 62,72

2. Lebak 58,83 59,82 60,22 61,13 61,64 62,03

*)
3. Tangerang 68,01 68,45 68,83 69,28 69,57 70,05

4. Serang 60,96 61,97 62,97 63,57 63,97 64,61

.id
go
5. Kota Tangerang 73,69 74,15 74,57 75,04 75,87 76,08

6. Kota Cilegon 68,80 s.


69,26 70,07 70,99 71,57 71,81
bp

7. Kota Serang 68,25 68,69 69,43 69,69 70,26 70,51


n.

8. Kota Tangerang
… 76,99 77,68 78,65 79,17 79,38
te

Selatan
an

Provinsi Banten 67,54 68,22 68,92 69,47 69,89 70,27


b
://

Catatan : *) Termasuk Kota Tangerang Selatan


tp
ht

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 75


Lampiran

Lampiran 3. IPM Banten Menurut Kabupaten/Kota dan Komponen,


2014-2015

AHH (tahun) HLS (tahun)


Kabupaten/Kota
2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pandeglang 62,91 63,51 13,38 13,39

2. Lebak 65,88 66,28 11,88 11,90

.id
3. Tangerang 68,98 69,28 11,65 11,89

go
4. Serang 63,09 63,59 12,35 12,36
s.
5. Kota Tangerang 71,09 71,29 12,86 12,90
bp

6. Kota Cilegon 65,85 66,15 13,07 13,10


n.
te

7. Kota Serang 67,23 67,33 12,34 12,36


an

8. Kota Tangerang
72,11 72,12 13,58 13,61
Selatan
b
://

Provinsi Banten 69,13 69,43 12,31 12,35


tp
ht

76 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


Lampiran

Lampiran 3. IPM Banten Menurut Kabupaten/Kota dan Komponen,


2014-2015

Lanjutan

Pengeluaran
RLS (tahun)
(ribuan rupiah)
Kabupaten/Kota
2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pandeglang 6,45 6,60 7.589 7.730

2. Lebak 5,84 5,86 7.977 8.111

.id
go
3. Tangerang 8,20 8,22 11.666 11.727

4. Serang 6,69 s. 6,90 9.886 10.004


bp

5. Kota Tangerang 10,20 10,20 13.671 13.766


n.

6. Kota Cilegon 9,66 9,67 12.057 12.127


te

7. Kota Serang 8,58 8,59 12.091 12.289


an

8. Kota Tangerang
11,56 11,57 14.361 14.588
b

Selatan
://
tp

Provinsi Banten 8,19 8,27 11.150 11.261


ht

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 77


Lampiran

Lampiran 3. IPM Banten Menurut Kabupaten/Kota dan Komponen,


2014-2015

Lanjutan

Pertumbuhan
IPM
(persen)
Kabupaten/Kota
2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pandeglang 62,06 62,72 1,16 1,07

2. Lebak 61,64 62,03 0,82 0,64

.id
go
3. Tangerang 69,57 70,05 0,42 0,69

4. Serang 63,97 64,61 s.


0,63 1,00
bp

5. Kota Tangerang 75,87 76,08 1,10 0,28


n.

6. Kota Cilegon 71,57 71,81 0,81 0,35


te

7. Kota Serang 70,26 70,51 0,81 0,35


an

8. Kota Tangerang
79,17 79,38 0,67 0,26
b

Selatan
://
tp

Provinsi Banten 69,89 70,27 0,61 0,55


ht

78 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015


.id
go
D ATA s.
bp
n.
te

MENCERDASKAN BANGSA
b an
://
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


PROVINSI BANTEN
Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Kav. H1-2
Jl. Raya Syekh Nawawi Al-Bantani, Kecamatan Curug, Kota Serang
Telepon : 0254-267027, Faks. : 0254-267026
E-mail : bps3600@bps.go.id, Website : banten.bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai