Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 PDF
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 PDF
36
INDEKS
PEMBANGUNAN
.id
MANUSIA go
s.
bp
PROVINSI BANTEN
n.
te
2015
anb
://
tp
ht
ISSN : 2356-511X
No. Publikasi : 36550.1610
Katalog BPS : 4102002.36
.id
Penanggung Jawab : Ir. Agoes Soebeno, MSi.
go
Editor : Budi Prawoto, MM.
Penulis : Saeful Hidayat, SSi., MSE.
s.
Desain Cover : Teuku MM, SSi.
bp
3.
4.
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, atas
terbitnya publikasi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten
2015. Publikasi ini memuat hasil pembangunan manusia Banten, yang
mencakup 3 (tiga) dimensi yaitu : umur panjang dan sehat, pengetahuan
dan standar hidup layak. Ketiga dimensi tersebut terangkum dalam satu
.id
indeks komposit yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
go
Publikasi IPM ini menyajikan data runtun waktu mengenai pembangunan
s.
manusia di Banten, yang dihitung dengan menggunakan metode baru. Selain
bp
itu, juga ditampilkan perbandingannya secara nasional. Publikasi ini juga
diperkaya dengan analisis singkat dan padat, mengenai IPM serta
n.
Disadari, publikasi ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan
saran demi perbaikan di masa mendatang sangat diharapkan. Ucapan terima
b
://
kasih disampaikan pada semua pihak yang telah berperan dalam membantu
tp
Agoes Soebeno
.id
Latar Belakang ….…………………………………………………… 3
Tinjauan Atas Berbagai Paradigma Pembangunan ….… 5
go
Kerangka Konseptual Pembangunan Manusia .………… 7
s.
Arah Penulisan ……………………………………………………… 8
Tujuan Penulisan ………………………………………………….. 9
bp
.id
Kabupaten/Kota …………………………………………………….. 46
go
Capaian Pembanguan Manusia Banten Di Tengah
Provinsi Lainnya …………………………………………………….. 49
s.
Bab V. IPM dan Indikator Sosial Ekonomi ………………………….. 53
bp
Lampiran ……………………………………………………………………………… 71
b
://
tp
ht
.id
Tabel 3.2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
go
Metode Baru ……………………………………………………….. 34
Tabel 3.3. Klasifikasi Status Pembangunan Manusia ………………
s. 36
bp
.id
Gambar 4.2. Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH)
Banten, 2010-2015 ………………………………………… 41
go
Gambar 4.3. Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan
s.
Harapan Lama Sekolah (HLS) Banten, 2010-2015 44
Gambar 4.4. Pengeluaran per Kapita Setahun Disesuaikan
bp
2015 …………………………………………………………….. 48
ht
Pendahuluan
Latar Belakang
.id
pendapatan yang semakin melebar, serta kualitas sumber daya manusia
yang rendah dan tidak merata penyebarannya.
go
Pada dasarnya, taraf hidup tercermin dalam tingkat dan pola konsumsi yang
s.
meliputi unsur pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.
bp
Lima jenis kebutuhan pokok ini bagi sebagian penduduk, bukan saja masih
n.
diperoleh. Di sisi lain, kebutuhan akan lima jenis kebutuhan pokok ini sangat
an
Dalam hal pangan, tidak hanya jumlahnya saja yang harus mendapat
://
perhatian, tapi juga mutu dan penyediaan gizinya. Selain itu, akses untuk
tp
penduduk akan pangan yang layak untuk dikonsumsi menjadi lebih terjamin.
Adapun dalam hal sandang, selain masalah etika kesopanan dalam
bersosialisasi di masyarakat, juga yang terpenting adalah cermin pemeliharan
akan kebudayaan dan peradaban manusia.
.id
kemiskinan terasa lambat. Hal ini karena lapangan kerja formal yang tercipta,
go
tidak sebanyak kenaikan jumlah angkatan kerja. Akibatnya, cukup banyak
pekerja baru terpaksa bekerja di sektor informal yang kurang memberikan
s.
kesejahteraan. Dengan demikian, meskipun mereka bukan pengangguran
bp
pendapatan rendah.
tp
ht
Untuk itu diperlukan suatu model dan strategi pembangunan yang tepat,
yang dapat menyentuh keseluruhan aspek dari peningkatan taraf hidup dan
perbaikan kesejahteraan masyarakat, serta pemerataan pendapatan, baik
antara kelompok masyarakat maupun antar daerah.
.id
oleh masyarakat sampai dilapisan paling bawah, baik dengan sendirinya
go
maupun melalui campur tangan pemerintah (trickle-down effect).
s.
Namun hipotesis “trickle-down effect” yang melekat pada “growth paradigm”
bp
tertinggal dan tidak produktif, akan menjadi produktif. Semua hal ini pada
akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Strategi yang
demikian, dikenal dengan isitilah “redistribution with growth” (RWG). Strategi
RWG ini dikembangkan berdasarkan suatu studi yang disponsori oleh Bank
Dunia pada tahun 1974 (Chenerey, at al., 1974).
Walaupun RWG dan BHN mempunyai tujuan yang sama, keduanya berbeda
dalam hal kebijakan yang diambil. RWG menekankan pada peningkatan
produktivitas dan daya beli masyarakat miskin. Adapun BHN menekankan
pada penyediaan public services, disertai jaminan kepada masyarakat miskin
untuk memperoleh pelayanan tersebut.
.id
pembangunan ekonomi yang menghendaki adanya pemerataan. Todaro dan
go
Smith (2006), mengemukakan pendapat bahwa terdapat kaitan yang erat
antara pengangguran, ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan.
s.
bp
Pendapat Todaro ini didasarkan pada kenyataan, bahwa mereka yang tidak
memperoleh pekerjaan secara teratur adalah mereka yang termasuk dalam
n.
pemerataan pendapatan.
tp
ht
.id
model pembangunan yang lebih berkeadilan telah dimulai sejak beberapa
go
dasawarsa lalu.
s.
Setelah melalui proses yang panjang, disadari bahwa konsep pembangunan
bp
dapat dianggap paling lengkap. Hal ini karena konsep pembangunan tersebut
te
pembangunan manusia.
b
://
.id
masyarakat. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan
go
keputusan dan dalam proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Dengan meningkatnya kemampuan, maka kreatifitas dan produktifitas
s.
manusia akan meningkat, sehingga mereka dapat menjadi agen
bp
Development Index (HDI). HDI ini merupakan indikator komposit yang terdiri
b
living standards).
ht
Arah Penulisan
IPM menjadi indikator yang penting dan populer, sehingga diadopsi oleh
.id
berbagai negara termasuk Indonesia. Oleh UNDP, pencapaian pembangunan
go
manusia setiap negara, setiap tahun dilaporkan secara rutin dalam bentuk
Human Development Report (HDR). Dalam kerangka inilah, publikasi Indeks
s.
Pembangunan Manusia Provinsi Banten 2015 disusun.
bp
n.
Tujuan Penulisan
te
an
Manusia (IPM). Selain itu, disajikan pula analisis mengenai angka IPM
ht
Sistematika Penulisan
Perubahan metodologi IPM disajikan pada Bab II, yaitu bab yang
menguraikan sejarah penghitungan, alasan perubahan metodologi, cakupan
perubahan, dampak perubahan metodologi, dan implementasi IPM Metode
Baru di Indonesa.
Pada Bab III, disajikan metodologi baru penghitungan IPM, yang berisi
uraian tentang metode penghitungan masing-masing komponen sampai
terbentuknya IPM Metode Baru.
.id
IPM kabupaten/kota dan disparitasnya. Selain itu, juga dibahas posisi IPM
go
Banten secara nasional.
s.
Sementara hubungan IPM dan indikator sosial ekonomi lainnya dibahas pada
bp
Bab V. Topik yang dibahas adalah hubungan antara IPM dan Pertumbuhan
Ekonomi, serta IPM dan Kemiskinan. Adapun Bab VI, adalah kesimpulan
n.
.id
PERUBAHAN go
s.
bp
METODOLOGI
n.
te
anb
://
tp
ht
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Bab II
Perubahan Metodologi
Sejak pertama kali diperkenalkan oleh UNDP, IPM terus mendapat sorotan.
Banyak dukungan yang mengalir, tetapi tidak sedikit juga muncul kritikan
terhadap indikator ini. Sebagian pihak yang mengkritik berpendapat, bahwa
.id
indikator yang tercakup dalam IPM kurang mewakili pembangunan. Kritikan
itu dijawab oleh para pakar, dengan terus melakukan sosialisasi mengenai
go
kelebihan-kelebihan IPM.
s.
Tidak hanya itu, mereka juga melakukan kajian untuk menyempurnakan
bp
melakukan dua kali penyempurnaan, yaitu pada tahun 1991 dan 1995, serta
an
Pembangunan Manusia (IPM). IPM ini, kemudian secara rutin setiap tahun
dipublikasikan dalam Human Development Report (HDR) atau Laporan
Pembangunan Manusia.
Kala itu, IPM dihitung melalui pendekatan dimensi umur panjang dan hidup
sehat, yang diproksi dengan angka harapan hidup saat lahir, dimensi
pengetahuan menggunakan angka melek huruf dewasa, serta dimensi
standar hidup layak dengan PDB per kapita. Untuk merangkai ketiga dimensi
itu hingga menjadi sebuah indeks komposit, digunakan rata-rata aritmatik.
Gambar 2.1.
.id
go
s.
bp
n.
te
b an
://
tp
ht
Catatan:
AHH : Angka Harapan Hidup saat Lahir APK : Angka Partispasi Kasar
AMH : Angka Melek Huruf HLS : Harapan Lama Sekolah
RLS : Rata-rata Lama Sekolah PNB : Pendapatan Nasional Bruto
PDB : Produk Domestik Bruto
penghitungan IPM. Kali ini, UNDP mengganti variabel rata-rata lama sekolah
menjadi gabungan angka partisipasi kasar. Pembobotan tetap dilakukan
dengan metode yang sama seperti sebelumnya.
Pada tahun 2010, UNDP mengubah metodologi penghitungan IPM. Kali ini
perubahan drastis terjadi pada penghitungan IPM. UNDP menyebut
perubahan yang dilakukan pada penghitungan IPM sebagai metode baru.
Beberapa indikator diganti menjadi lebih relevan.
.id
Schooling). Indikator Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan
go
Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Selain itu, cara penghitungan juga
ikut berubah. Metode rata-rata aritmatik diganti menjadi rata-rata geometrik
s.
untuk menghitung indeks komposit.
bp
Perubahan yang dilakukan UNDP ternyata tidak hanya sebatas itu. Setahun
n.
mengubah tahun dasar penghitungan PNB per kapita, yaitu dari tahun 2008
an
menjadi 2005.
b
://
penghitungan metode baru. Kali ini, metode agregasi indeks pendidikan dari
ht
rata-rata geometrik diubah menjadi rata-rata aritmatik dan tahun dasar PNB
per kapita diubah kembali menjadi 2008. Serangkaian perubahan yang
dilakukan UNDP ini, bertujuan agar dapat membuat suatu indeks komposit
yang cukup relevan dalam mengukur pembangunan manusia.
.id
daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan
go
antar wilayah dengan baik. Dalam konsep pembentukan indeks komposit,
variabel yang demikian itu akan menyebabkan indikator yang dibentuk
s.
menjadi tidak relevan. Oleh sebab itu, indikator AMH dianggap sudah tidak
bp
Selanjutnya adalah indikator PDB per kapita. Indikator ini pada dasarnya
te
disadari bahwa PDB diciptakan dari seluruh faktor produksi yang ada di suatu
b
penduduk lokal. Oleh karena itu, PDB per kapita kurang dapat
tp
.id
terdapat pada aspek indikator dan cara penghitungan indeks.
go
Tabel 2.1.
s.
bp
Perbedaan Indikator IPM Metode Lama dan Metode Baru UNDP
n.
Indikator
te
Dimensi
an
(AMH) (HLS)
Kombinasi Angka Rata-rata Lama Sekolah
Partisipasi Kasar (APK) (RLS)
.id
Dampak Perubahan Metodologi
go
Perubahan mendasar yang terjadi pada penghitungan IPM, tentunya
s.
membawa dampak. Secara langsung, ada dua dampak yang terjadi akibat
bp
Pertama, perubahan level IPM. Secara umum, level IPM metode baru akan
te
lebih rendah dibandingkan IPM metode lama. Hal ini terjadi karena adanya
an
rendah. Secara umum AMH sudah di atas 90 persen, sedangkan HLS belum
cukup optimal. Selain itu, perubahan rata-rata aritmatik menjadi rata-rata
ht
geometrik juga turut andil dalam menurunkan level IPM metode baru. Hal ini
karena, ketimpangan antar dimensi akan mengakibatkan capaian IPM
menjadi rendah.
dicatat bahwa peringkat IPM antara kedua metode tidak dapat dibandingkan,
karena keduanya menggunakan metode yang tidak sama.
.id
menjadi 7), Hebei (10 menjadi 16), dan Henan (15 menjadi 20).
go
Filipina juga mengalami hal serupa. Terjadi perubahan peringkat yang tajam
s.
di tingkat regional. Misalnya, Abra (46 menjadi 51), Aklan (49 menjadi 63),
bp
Camiguin (28 menjadi 39), dan Albay (30 menjadi 43).
n.
te
Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (Survei Sosial
Ekonomi Nasional-SUSENAS)
Dari empat indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM metode baru,
tiga diantaranya sama persis dengan UNDP. Khusus untuk PNB per kapita,
diproksi dengan pengeluaran per kapita setahun disesuaikan.
Indikator angka harapan hidup saat lahir sangat penting untuk melihat
derajat kesehatan suatu masyarakat. Indikator ini tetap dipertahankan
keberadaannya karena selain relevansinya, juga ketersediaan data hingga
.id
tingkat kabupaten/kota cukup memadai. Betapapun juga, sumber data yang
go
digunakan dalam penghitungan indikator ini telah diperbarui dengan
menggunakan hasil Sensus Penduduk 2010. s.
bp
Indikator angka melek huruf diganti dengan indikator baru yang disebut
harapan lama sekolah. Seperti pada penjelasan sebelumnya, indikator angka
n.
melek huruf sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini sehingga diganti
te
Tabel 2.2.
Indikator
Dimensi
Metode Lama Metode Baru
(1) (2) (3)
Umur Panjang dan Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup
Hidup Sehat Saat Lahir (AHH) Saat Lahir (AHH)
Pengetahuan Angka Melek Huruf Harapan Lama Sekolah
(AMH) (HLS)
.id
Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah
(RLS) Penduduk Usia (RLS) Penduduk Usia
go
15 Tahun ke Atas 25 Tahun ke Atas
.id
go
s.
bp
n.
te
b an
://
tp
ht
.id
METODOLOGI BARU go
s.
bp
IPM
n.
te
anb
://
tp
ht
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Bab III
Pengertian IPM
.id
peningkatan kemampuan manusia”.
go
Proses tersebut dikonsentrasikan secara merata pada peningkatan formasi
kemampuan manusia dengan cara investasi pada diri manusia. Selain itu,
s.
dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan manusia melalui penciptaan
bp
kesempatan kerja.
te
menikmati kehidupan yang sehat dalam jangka waktu yang relatif lama,
b
Gambar 3.1.
.id
go
s.
bp
n.
te
b an
://
tp
ht
Dalam konteks Indonesia, saat itu IPM merupakan indeks komposit yang
dihitung berdasarkan tiga dimensi, yaitu: umur panjang dan sehat
menggunakan ukuran harapan hidup pada saat lahir, pengetahuan sebagai
ukurannya adalah kombinasi dari angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah, dan standar hidup layak menggunakan pengeluaran per kapita
setahun disesuaikan sebagai ukuran.
Seiring dengan perubahan metodelogi yang dilakukan oleh UNDP sejak tahun
2010 sampai tahun 2013, Indonesia mulai 2015 ini turut mengadopsi IPM
Metode Baru. Komponen apa saja yang digunakan dalam menghitung IPM
Metode Baru dapat dilihat pada Gambar 3.1. di atas.
.id
go
Dimensi Umur Panjang dan Sehat s.
bp
tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Secara teori,
tp
.id
go
Dimensi Pengetahuan s.
bp
penduduk digunakan dua indikator, yakni harapan lama sekolah dan rata-
te
manusia yang diukur dalam aspek pendidikan. Semakin lama rata-rata tahun
ht
Harapan lama sekolah (HLS) adalah lamanya sekolah (dalam tahun) yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang.
n
Ei
HLS7
i 7 Pi
Dimana :
.id
HLS = Harapan Lama Sekolah
go
Ei = Jumlah penduduk usia i yang bersekolah
s.
Pi = Jumlah seluruh penduduk usia i
bp
UNDP, dimana UNDP telah menetapkan HLS minimum dan maksimum, yaitu
://
RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas, dengan asumsi pada umur 25
tahun proses pendidikan sudah berakhir. Selain itu, juga untuk mengikuti
standar internasional yang digunakan oleh UNDP. Sama sepert HLS, sumber
data yang digunakan untuk menghitung RLS adalas Susenas.
RLS dihitung dengan mengolah dua variabel secara simultan, yaitu jenjang
pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat/kelas pendidikan yang
sedang/pernah diduduki. Penghitungan rata-rata lama sekolah dilakukan
secara bertahap. Tahap pertama, dihitung lama sekolah untuk masing-
masing individu dengan menggunakan pola hubungan antar variabel. Tahap
selanjutnya, dihitung rata-rata lama sekolah untuk keseluruhan individu.
Tabel 3.1.
.id
Tingkat Pendidikan Tertinggi yang
Konversi Tahun
Ditamatkan
go
(1) s. (2)
Tamat SD 6
n.
Tamat SLTP 9
te
Tamat SLTA/SMU 12
an
Diploma I 13
b
://
Diploma II 14
tp
Diploma IV / Sarjana 16
Master (S2) 18
Doktor (S3) 21
Dengan nilai konversi tahun untuk setiap jenjang pendidikan disajikan pada
Tabel 3.1. Adapun penghitungan RLS nya menggunakan rata-rata
tertimbang, yaitu :
f xL i i
RLS i
f i
i
Dimana :
.id
RLS = Rata-rata lama sekolah
fi = Frekuensi penduduk usia 25 tahun ke atas untuk jenjang
go
pendidikan ke-i s.
Li = Lama sekolah untuk jenjang pendidikan ke-i.
bp
angka standar UNDP, yaitu RLS minimum dan maksimum, yang masing-
masing adalah 0 tahun dan 15 tahun.
b
://
tp
Indeks Pengetahuan
ht
Apabila dikalikan 100, maka Indeks ini akan bernilai antara 0 (keadaan
terburuk) dan 100 (keadaan terbaik).
Dimensi ketiga dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup
layak. Dalam cakupan lebih luas, standar hidup layak ini dapat
menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk,
sebagai dampak membaiknya ekonomi. Untuk pengukuran standar hidup
layak di Indonesia, BPS menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita
setahun disesuaikan.
.id
setahun yang diperoleh dari Susenas, dibuat konstan dengan menggunakan
go
tahun dasar 2012 (2012=100).
s.
Perhitungan paritas daya beli menggunakan 96 komoditas, dengan 66
bp
1
pij m
an
m
PPPj
b
i 1 pik
://
tp
Dimana :
ht
.id
go
Adapun Batas maksimum dan minimum yang digunakan untuk penghitungan
indeks pengeluaran per kapita setahun disesuaikan masing-masing adalah
s.
26,6 juta rupiah dan 1 juta rupiah.
bp
n.
te
Adapun tahap terakhir adalah menghitung angka IPM. Angka IPM sendiri
merupakan rata-rata geometrik dari ketiga komponen pembentuk IPM.
Tabel 3.2.
.id
UNDP
Pengeluaran per Kapita
go
26.572.252 1.007.436 Standar BPS
Setahun Disesuaikan
s.
bp
Rumus yang digunakan untuk penghitungan Indeks AHH, Indeks HLS, dan
n.
X X (i min)
an
Indeks X i
i
X X (i min)
b
( i maks )
://
Dimana :
tp
Ln y Ln ymin
Indeks Y
Ln ymaks Ln ymin
Dimana :
.id
IPM 3 Indeks AHH x Indeks Pengetahuan x Indeks Pendapatan
go
s.
Pencapain dan Status Pembangunan Manusia
bp
n.
disajikan tersendiri. Hal ini karena yang dapat ditunjukannya hanyalah status
an
Namun bila dilakukan perbandingan antar waktu dan antar wilayah, posisi
://
relatif suatu wilayah terhadap wilayah yang lain akan dapat diketahui. Selain
tp
IPM t 1 IPM t
r x100
IPM t
Tabel 3.3.
(1) (2)
< 60 Rendah
.id
go
60 ≤ IPM < 70 Sedang
70 ≤ IPM < 80
s. Tinggi
bp
≥ 80 Sangat Tinggi
n.
te
b an
://
tp
ht
IPM
b an
te
n.
bp
s.
go
HASIL-HASIL
.id
IV
BAB
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Bab IV
Hasil-Hasil IPM
.id
berperan besar dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Ketiga dimensi
go
pokok ini adalah umur panjang dan sehat, pengetahuan dan standar hidup
s.
layak. Bila ketiga dimensi tersebut menunjukkan kemajuan yang cukup
bp
berarti, sumber daya manusianya dapat dipastikan akan memiliki kualitas
yang sejalan dengan perkembangan indeksnya.
n.
te
an
peningkatan. Hal ini dapat diketahui dari naiknya angka IPM secara konsisten
tp
Angka IPM Banten sendiri pada tahun 2015 mencapai 70,27. Berarti, tingkat
pencapaian pembangunan manusianya dapat dikatakan masih sekitar 70
persen dari kondisi pembangunan manusia yang ideal (IPM ideal = 100).
Meskipun demikian, dengan capaian sebesar itu, Banten menempati urutan
kedelapan di Indonesia dalam hal pembangunan manusia.
“Sedang” (60 ≤ IPM <70). Akan tetapi, pada saat ini sudah meningkat
menjadi “Tinggi” (70 ≤ IPM < 80).
Gambar 4.1.
71 2,0
IPM 70,27
Pertumbuhan (persen)
69,89
70 1,6
.id
69,47
68,92
go
69 1,2
1,01
68 68,22
1,03
s. 0,8
67,54 0,80
bp
66 0,0
an
IPM, akan tetapi juga harus dilihat dari kecepatan dalam peningkatannya.
Untuk mengukur kecepatan peningkatan capaian pembangunan manusia,
digunakan angka pertumbuhan IPM.
Hidup lebih lama merupakan dambaan setiap orang. Untuk dapat berumur
panjang, diperlukan kesehatan yang lebih baik. Di sisi lain, tujuan
pembangunan manusia adalah memperluas pilihan-pilihan bagi manusia,
yang untuk memperoleh atau memanfaatkannya diperlukan umur panjang
dan sehat. Dimensi umur panjang dan sehat ini, dalam pembangunan
manusia diproksi dengan indikator angka harapan hidup saat lahir (AHH).
AHH sendiri adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh
oleh seseorang selama hidup. Dengan demikian, AHH juga dapat
.id
menggambarkan derajat kesehatan yang telah dicapai oleh seseorang atau
go
masyarakat. Semakin tinggi derajat kesehatannya, maka kesempatan untuk
bertahan hidup akan semakin besar. Sebaliknya, tingkat kesehatan yang
s.
buruk akan cenderung memperpendek usia hidup.
bp
n.
Gambar 4.2.
te
2010-2015 (tahun)
b
://
70
tp
69,43
69,04 69,13
ht
68,86
69 68,7
68,5
68
67
66
65
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AHH Banten sendiri pada tahun 2015 mencapai 69,43 tahun. Artinya, setiap
penduduk Banten yang dilahirkan pada tahun 2015, dapat berharap untuk
hidup sampai usia 69 tahun lebih. Hanya saja, dibandingkan rata-rata
nasional yang sebesar 70,78 tahun, Banten masih tertinggal jauh.
.id
go
Kualitas Pendidikan Meningkat, Peluang Terbuka Luas
s.
Pendidikan meningkatkan kualitas atau kemampuan diri seseorang, sesuai
bp
Tidak hanya itu, dengan kemampuan diri yang meningkat, manusia yang
b
manusia, agar semakin terbuka peluang bagi mereka. Dengan kata lain,
pendidikan memperluas peluang atau pilihan seseorang.
.id
go
RLS Banten sendiri selama periode 2010-2015 terus mengalami peningkatan
(Gambar 4.3). Peningkatannya ini jelas menjadi penanda bahwa kualitas
s.
pendidikan penduduk Banten secara rata-rata telah meningkat. Dengan
bp
tahun ke atas, bersekolah hingga kelas 2 SMP. Lima tahun kemudian, rata-
://
rata lama sekolahnya hanya bertambah satu tahun menjadi kelas 3 SMP
tp
(belum tamat). Meskipun demikian, rata-rata lama sekolah ini masih di atas
ht
Sementara itu, HLS Banten pada periode yang sama juga terus meningkat
(Gambar 4.3). Peningkatannya ini mengindikasikan bahwa tingkat partisipasi
masyarakat dan perluasan kesempatan dalam bidang pendidikan, telah
menunjukan adanya perbaikan. Adapun perbaikannya itu juga menjadi
penanda bahwa sistem pendidikan di Banten selama ini sudah berjalan pada
arah yang benar.
Gambar 4.3.
15
RLS HLS
12,05 12,31 12,35
11,79
12 11,02 11,41
.id
6
go
3 s.
bp
0
n.
penduduk Banten pada masa mendatang akan semakin meningkat. Hal ini
tp
HLS nya sendiri mencapai 12,35 tahun, yang setara dengan kuliah sampai
Semester I. Pada saat yang sama, penduduk Indonesia umumnya bersekolah
hingga dua bulan lebih lama. Dengan demikian, meskipun sistem pendidikan
di Banten sudah berjalan pada arah yang benar, namun tetap harus
diperbaiki agar dapat mengejar ketertinggalannya.
.id
Gambar 4.4.
go
Penduduk Banten, 2010-2015 (ribu rupiah)
s.
bp
11.500
n.
11.261
11.150
te
11.200
11.061
11.008
an
10.933
10.900
10.777
b
://
10.600
tp
ht
10.300
10.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
.id
Disamping itu, adanya perbedaan strategi dan fokus pembangunan, serta
keberhasilan berbagai program pembangunan yang diselenggarakan oleh
go
pemerintah daerah, juga menentukan tinggi rendah dan keceapatan capaian
pembangunan manusia pada setiap daerah.
s.
bp
n.
Gambar 4.5.
te
100 2,0
tp
79,38
79,17
76,08
71,81
75,87
70,51
70,05
ht
71,57
80 1,6
69,57
70,26
64,61
62,72
62,03
63,97
61,64
62,06
60 1,2
1,07 1,00
40 0,8
0,64 0,69
20 0,4
0,35
0,28 0,35
0,26
0 0,0
Pandeglang Lebak Tangerang Serang Kota Kota Kota Kota
Tangerang Cilegon Serang Tangerang
Selatan
Dari sisi status pembangunan manusia, juga terlihat ada peningkatan. Pada
tahun 2014, IPM Kabupaten Tangerang masih di bawah 70. Namun pada
tahun 2015 ini, sudah meningkat menjadi di atas 70. Akibatnya, kabupaten/
kota yang memiliki status pembangunan manusia “Tinggi” (70 ≤ IPM < 80),
jumlahnya bertambah dari 4 menjadi 5.
.id
Gambar 4.6.
go
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Banten
s.
Menurut Status Pembangunan Manusia, 2015
bp
n.
te
b an
://
tp
ht
.id
Gambar 4.7.
go
Perkembangan Ketimpangan IPM Banten,
2010-2015
s.
bp
n.
21
te
17
14,86
b
13
tp
9
9,70 9,81 9,76 9,91 9,59
8,50
5
2010 2011 2012 2013 2014 2015
.id
Hanya saja, bila dilihat menurut kecepatan peningkatan IPM, capaian Banten
go
pada tahun 2015 ini sangat rendah sekali. Kecepatan peningkatan IPM
s.
Banten bukan hanya terendah se Jawa, bahkan menempati urutan ke 29,
bp
atau selisih lima peringkat dari urutan terbawah yang diduduki oleh
n.
Kalimantan Utara.
te
namun peristiwa tersebut pasti akan benar-benar terjadi selama Banten tidak
://
Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.1, terlihat bahwa ada 2 komponen
ht
IPM Banten yang masih tertinggal dari rata-rata Nasional. Kedua komponen
ini adalah AHH yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan sehat,
serta HLS sebagai salah satu komponen yang mewakili dimensi pengetahuan.
Meskipun demikian, untuk mempertahankan peringkat IPM, yang harus
dilakukan dalam jangka pendek adalah meningkatkan capaian HLS nya.
Ada dua alasan mengapa HLS dulu yang dipilih. Pertama, rendahnya HLS
pasti akan menyebabkan capaian RLS yang sudah baik menjadi tertinggal
dari provinsi lain. Hal ini karena HLS itu dihitung berdasarkan angka
partisipasi sekolah (APS). Semakin tinggi APS, semakin tinggi pula HLS.
Tingginya HLS ini, pada akhirnya akan meningkatkan capaian RLS pula.
.id
pertama kali.
go
Tabel 4.1.
s.
IPM Banten dan Nasional Menurut Komponen, 2015
bp
n.
Gambar 4.8.
.id
go
s.
bp
n.
te
IPM
.id
DAN
go
s.
INDIKATOR
bp
n.
SOSIAL EKONOMI
te
anb
://
tp
ht
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Bab V
Modal manusia (human capital), merupakan salah satu faktor penting dalam
proses pembangunan ekonomi. Dengan modal manusia yang berkualitas,
.id
pembangunan ekonomi yang alat ukurnya adalah meningkatnya output atau
go
pertumbuhan ekonomi, diyakini akan menjadi lebih baik.
s.
Demikian pula sebaliknya, pembangunan ekonomi dapat pula meningkatkan
bp
kualitas sumber daya manusia. Hal ini karena, pertumbuhan ekonomi akan
n.
daya manusia.
an
Ramirez dkk (1998) dari studi lintas negara menemukan bukti adanya
hubungan positif dan kuat pada kedua jalur hubungan pembangunan
manusia dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Ramirez dkk, Pertumbuhan
ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia, khususnya melalui aktivitas
rumahtangga, pemerintah dan perusahaan, serta organisasi masyarakat dan
lembaga swadaya masyarakat.
.id
menjadi hubungan yang seimbang (kuat atau lemah) dan tidak seimbang.
go
Hubungan dikatakan seimbang jika laju pertumbuhan ekonomi maupun
pembangunan manusia berlangsung relatif cepat (hubungan yang kuat),
s.
atau keduanya berlangsung relatif lambat (hubungan yang lemah).
bp
relatif cepat (Lambat Cepat), atau laju pertumbuhan PDRB per kapita relatif
an
IPM (G-IPM) Banten sebagai cut of poin, maka kategorisasi hubungan antara
ht
.id
yang tinggi, sepenuhnya digunakan untuk pembangunan manusia.
go
sepenuhnya dari pembangunan manusia secara keseluruhan, misalnya
kelompok wanita.
s.
bp
n.
Gambar 5.1.
te
1,10
G-IPM
Serang
ht
Tangerang
Lebak
G-IPM Banten=0,55%
0 10,74
Kota Serang
Kota Cilegon
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan
Lemah 0,00
Cepat Lambat
LPE Banten=5,37 LPE
.id
Upaya harus diarahkan untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan
dengan memperbaiki distribusi pendapatan dan dengan memfokuskan
go
pada penciptaan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan.
s.
Subsidi harus disediakan bagi program-program sosial yang menjangkau
bp
rakyat banyak.
n.
te
Kabupaten/kota yang masuk kedalam kategori ini adalah Kota Serang, Kota
tp
Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Adapun saran UNDP bagi ketiga
ht
Diupayakan agar distribusi sumber daya publik dan swasta lebih merata.
.id
keterampilan penduduk.
go
kapabilitas penduduk yang meningkat.
s.
bp
n.
.id
IPM, dikatakan tinggi bila lebih besar dari IPM Banten (70,27) dan dikatakan
go
rendah bila lebih kecil dari nilai tersebut. Keempat kategori tersebut adalah
sebagai berikut (Gambar 5.2) :
s.
bp
Gambar 5.2.
n.
Rendah-Tinggi Tinggi-Tinggi
tp
Kota Tangerang
ht
Kota Tangerang
Selatan
Kota Cilegon
Kota Serang
0 11,8
Serang
Lebak Pandeglang
Rendah-Rendah 55,11
Tinggi-Rendah
P0 Banten=5,90% P0 (%)
.id
mengejar ketertinggalan capaian pembangunan manusia yaitu dengan
go
perhatian yang lebih besar pada peningkatan kapabilitas dasar penduduk.
s.
Kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Kabupaten
bp
Serang dan Kabupaten Tangerang.
n.
yang paling kurang. Diperlukan usaha yang lebih untuk dapat mengejar
an
yang ideal. Kategori ini mampu menekan angka kemiskinan dan pada saat
yang sama mampu meraih capaian pembangunan manusia yang tinggi.
Kabupaten/kota yang termasuk kedalam kelompok ini adalah Kota Cilegon,
Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.
KESIMPULAN
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Bab VI
Kesimpulan
Angka IPM Banten pada tahun 2015 mencapai 70,27. Berarti, tingkat
pencapaian pembangunan manusianya dapat dikatakan masih sekitar 70
persen dari kondisi pembangunan manusia yang ideal (IPM ideal = 100).
.id
go
Angka harapan hidup yang merepresentasikan dimensi kesehatan, pada
tahun 2015 mengalami kenaikan. Besarannya sendiri mencapai 69,43
s.
tahun, yang berarti setiap penduduk Banten yang dilahirkan pada tahun
bp
Harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah yang mewakili dimensi
te
Harapan lama sekolah pada tahun 2015 mencapai 12,35 tahun. Berarti,
b
://
setiap penduduk Banten yang berusia 7 tahun pada tahun 2015, dapat
tp
semester I.
Rata-rata lama sekolah pada tahun 2015 mencapai 8,19 tahun. Berarti,
setiap penduduk Banten yang berusia 25 tahun ke atas pada tahun 2015,
bersekolah hingga setara kelas 3 SMP (belum tamat).
.id
konvergensi IPM antar wilayah di Banten sepertinya memang tidak akan
go
terjadi dalam waktu dekat. Hal ini karena terjadi stagnasi ketimpangan
IPM selama periode 2011-2015. Bahkan bila dihitung sejak tahun 2010,
s.
ketimpangannya justru mengalami peningkatan.
bp
ekonominya saling berdampak positif satu sama lain secara kuat adalah
te
manusia yang relatif cepat yang memberi dampak bagi percepatan laju
tp
pertumbuhan ekonomi.
ht
DAFTAR
s.
PUSTAKA
go
.id
DF
ht
tp
://
b an
te
n.
bp
s.
go
.id
Daftar Pustaka
.id
Chenery, H., M. S. Ahluwalia, C. L. G. Bell, J. H. Duloy and R. Jolly (Chenery,
et. al.). 1974. Redistribution with Growth. Oxford: Oxford
go
University Press
s.
UNDP. 1991. Human Development Report. Oxford: Oxford University Press
bp
Streeten, Paul. 1981. First Things First: Meeting Basic Human Needs in The
n.
Penge-
AHH HLS RLS luaran
Tahun
(tahun) (tahun) (tahun) (ribu
rupiah)
.id
(1) (2) (3) (4) (5)
go
2010 68,50 11,02 7,92 10.777
2011 68,68
s.
11,41 7,95 10.933
bp
Lanjutan
IPM
Tahun Pertum-
Nilai Status Peringkat buhan
(persen)
(1) (2) (3) (4) (5)
.id
2011
go
2012
*)
3. Tangerang 68,01 68,45 68,83 69,28 69,57 70,05
.id
go
5. Kota Tangerang 73,69 74,15 74,57 75,04 75,87 76,08
8. Kota Tangerang
… 76,99 77,68 78,65 79,17 79,38
te
Selatan
an
.id
3. Tangerang 68,98 69,28 11,65 11,89
go
4. Serang 63,09 63,59 12,35 12,36
s.
5. Kota Tangerang 71,09 71,29 12,86 12,90
bp
8. Kota Tangerang
72,11 72,12 13,58 13,61
Selatan
b
://
Lanjutan
Pengeluaran
RLS (tahun)
(ribuan rupiah)
Kabupaten/Kota
2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5)
.id
go
3. Tangerang 8,20 8,22 11.666 11.727
8. Kota Tangerang
11,56 11,57 14.361 14.588
b
Selatan
://
tp
Lanjutan
Pertumbuhan
IPM
(persen)
Kabupaten/Kota
2014 2015 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5)
.id
go
3. Tangerang 69,57 70,05 0,42 0,69
8. Kota Tangerang
79,17 79,38 0,67 0,26
b
Selatan
://
tp
MENCERDASKAN BANGSA
b an
://
tp
ht