KELAS A
KELOMPOK 4 DAN SHIFT 2
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
(FI.Ed.III.37)
Nama lain : Acetaminophenum (FI.Ed.III.37)
Nama kimia : C8H9NO2. (FI.Ed.III.37)
BM : 151,16 (FI.Ed.III.37)
Pemerian senyawa : Hablur atau serbuk hablur putih ; tidak
berbau ; rasa pahit. (FI.Ed.III.37)
Kelarutan senyawa : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol 95% P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol
P dan dalam 9 bagian propilenglikol p, larut dalam larutan alkali
hidroksida. (FI.Ed.III.37)
pH larutan, pH stabilitas, pH sediaan zat Paracetamol adalah 3,8
dan 6,1 ; 5,3 dan 6,5 ; dan 6,0
Titik didih / titik leleh zat Acetaminophenum adalah 420°C.
(FI.Ed.III.37)
Titik lebur zat Acetaminophenum adalah 168°C - 172°C.
(FI.Ed.III.37)
Stabilitas zat Acetamonophenum terhadap:
- pH : terhidrolisis pada pH minimal 5 – 7
- Logam : dapat terdegradasi oleh quinominim dan
terbentuk pink, coklat, hitam
- Panas : stabil pada temperatur 45°C, menguap uap
air dalam jumlah tidak signifikan pada suhu 25°C dan
kekebalan 90°C
Senyawa Acetaminophenum inkompatibel dengan permukaan nilon
dan rayon (FI edisi V hal 984)
Wadah dan penyimpanan senyawa Acetaminophenum adalah dalam
wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya (FI.Ed.III.37)
B. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja zat parasetamol adalah menghambat enzim siklo yang
menyebabkan asam arakidonat menjadi endoperoksida, sehingga menghambat
pembentukan prostaglandin. (Gunawan.2007. Farmakologi dan terapi. Edisi 5
jakarta : UI Press)
Demam anak usia diatas > 12th 325-650mg tiap 4-6 jam
Dosis maksimal harian : 4000mg /hari
Nyeri anak usia diatas > 2th 325-650mg tiap 4-6 jam
Dosis maksimal harian : 4000mg /hari
2.10 Toksisitas
Pada dosis terapi, salah satu metabolit Parasetamol bersifat hepatotoksik,
didetoksifikasi oleh glutation membentuk asam merkapturi yang bersifat non
toksik dan diekskresikan melalui urin, tetapi pada dosis berlebih produksi
metabolit hepatotoksik meningkat melebihi kemampuan glutation untuk
mendetoksifikasi, sehingga metabolit tersebut bereaksi dengan sel-sel hepar dan
timbulah nekrosis sentro-lobuler. Oleh karena itu pada penanggulangan keracunan
Parasetamol terapi ditujukan untuk menstimulasi sintesa glutation. Dengan proses
yang sama Parasetamol juga bersifat nefrotoksik.
2.11 Interaksi obat
Parasetamol dapat berinteraksi jika digunakan dengan obat lainnya, berikut ini
beberapa interaksi yanh dapat terjadi
•meningkatkan resiko pendarah jika digunakan bersamaan dengan warfarin
•meningkatkan efek samping obat busulfar
•menurunkan efek parasetamol, jika digunakan carbamazepine, phenobarbital
Sediaan tablet paracetamol disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk serta terlindung
dari cahaya. ( FI III 1979, hal 9 ). Berbentuk botol yang dapat menampung sekian banyak
sediaan tablet paracetamol, lalu diberi etiket dan brosur.
Hasil Pengamatan
7. persentase fines :
1. bobot jenis
a. bobot jenis benar
volume cairan =
diantara bahan =
gram
volume granul = volume piknometer – volume cairan diantara
= granul
= 25 – 24,116
0,884 gram
=
d. porositas
x 100%= 53,93%
e. kompresibiltas
x 100%= 16,92%
2. kandungan lembab
3. kecepatan alir
4. sudut istirahat
Replikasi h (cm) r (cm)
I 3,5 6,7 27,56
Rata-rata 27,56
5. keseragaman bobot
9. friabilitas
x 100 %= 10.96 %
10. friksibilitas
F= Wa -Wb/ Wa = 6.12-6/6 x 100 %= 0.12/6 x100%= 2 %
PEMBAHASAN
tanα =
α = tan 0,522
Kemudian pengujian keseragaman bobot dan ukuran dilakukan untuk
melihat keseragaman dosis pada masing-masing kaplet. Pada evaluasi
keseragaman bobot, didapatkan bobot rata-rata sebesar 0,616 g dari bobot tablet
yang direncanakan 0,750 g. Berdasarkan FI III, untuk uji keseragaman bobot pada
kaplet yang telah dibuat dengan bobot rata-rata tersebut (di atas 300 mg),
dinyatakan bahwa tidak boleh ada lebih dari 2 kaplet yang bobotnya menyimpang
dari 5% bobot rata-rata (0,03304 g) dan tidak boleh ada 1 kaplet pun yang
bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-rata (0,06608 g). Dengan demikian,
kaplet yang dibuat hampir memenuhi syarat.
Kemudian uji keseragaman ukuran tablet, uji keseragaman ukuran tablet
tidak lebih dari 3x diameter tablet dan tidak kurang dari ¾ ukuran tablet.
Didapatkan rata-rata D,T yaitu 2,156.
Kemudian uji waktu hancur,pengujian waktu hancur dilakukan untuk
melihat seberapa lama tablet akan hancur pada kondisi yang menyerupai tubuh
manusia. Berdasarkan FI III, waktu hancur yang baik tidak lebih dari 15 menit.
Pada pengujian ini rata-rata hasil yaitu 2,95 detik.
Pengujian kekerasan dilakukan untuk melihat seberapa kuat kaplet
sehingga mempengaruhi pengemasan dan penyimpanannya. Pada pengujian
kekerasan, kaplet diletakan dengan posisi panjang vertikal seperti angka “0”
karena pada posisi ini tekanan maksimalnya dapat terukur. Syarat pengujian
kekerasan yaitu ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/ cm3, maksimal 10
kg/cm3.
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan teblet
terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Pada
pengujian frialbilitas, digunakan 10 tablet dengan bobot total 6,18 gr. % friabilitas
tidak boleh lebih dari 1%. Setelah diuji, didapatkan % friabilitas sebesar 2%. Hal
ini tidak memenuhi syarat dikarenakan nilai LOD yang kecil.
Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, praktikan dapat mengetahui dan menentukan
preformulasi dari zat aktif yang digunakan yaitu paracetamol, dapat mengetahui
cara pembuatan tablet paracetamol dan mengetahui evaluasi pada tablet. Adapun
beberapa evaluasi yaitu bentuk dan ukuran tablet; bobot jenis pada tablet;
kandungan lembab pada tablet; kecepatan alir tablet; sudut istirahat; keseragaman
bobot; keseragaman ukuran tablet; waktu hancur; kekerasan; friabilitas dan
friksibilitas.
Daftar Pustaka