Anda di halaman 1dari 11

Gangguan Hiperaktivitas Defisit Perhatian pada

Anak berusia 9 tahun

Grace Elizabeth Claudia | A1 | 102012290

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
gracesaroinsong@live.com
2013

Pendahuluan
Latar belakang
Hiperaktivitas dikenal juga sebagai Attention Deficit Disorder (ADD) atau
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Hiperaktif sudah dikenal bertahun-
tahun. Namun, cara mendiagnosa dan mengobatinya masih kontroversi. Istilah
hiperaktif atau ADD biasanya digunakan untuk menggambarkan anak yang masih
muda, yang dianggap sangat aktif, terlalu menuruti kata hati, kurang dapat
berkonsentrasi, atau anak yang sulit diatur. Namun, sebagian besar anak kecil
umumnya mempunyai tingkat aktivitas tinggi dan sulit diatur, tanpa harus menjadi
hiperaktif. Hal itu seringkali menyulitkan orang tua, bahkan tenaga kesehatan, dalam
mengidentifikasi. Derajat hiperaktif pada anak berbeda-beda. Beberapa anak mungkin
menderita hiperaktif sedang, sementara anak lain menderita hiperaktif tinggi.

Skenario
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang ke Poli Psikiatri Anak dan
Remaja dengan keluhan mendapat surat teguran dari wali kelasnya karena selalu
membuat onar dikelas atau tidak bisa diam di kelas.

Rumusan Masalah
Dari skenario diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Anak laki-laki berumur 9 tahun tidak bisa diam dan membuat onar di dalam
kelas
Analisis Masalah

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Patofisiologi
Etiologi
Laki, 9 tahun, tidak
bisa diam dan Epidemiologi
membuat onar
Gejala Klinis
Penatalaksanaan
Komplikasi
Prognosis
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami anamnesis.
2. Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan fisik.
3. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi.
4. Mahasiswa dapat memahami etiologi.
5. Mahasiswa dapat memahami epidemiologi.
6. Mahasiswa dapat memahami gejala klinis.
7. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan.
8. Mahasiswa dapat memahami komplikasi.
9. Mahasiswa dapat memahami prognosis.

2
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis
penyakit tertentu. Anamnesis pada pasien psikiatri memiliki tujuan untuk menentukan untuk
mendapatkan informasi, menilai emosi dan sikap pasien, dan untuk berperan suportif dan
mempermudah memahami pasien. Hal ini merupakan dasar hubungan kerja selanjutnya
dengan pasien. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau
terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak
memungkinkan untuk diwawancarai. Anamnesis psikiatri yang baik akan terdiri dari
identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat
psikiatri keluarga, riwayat pribadi, riwayat penyakit fisik terdahulu, penggunaan zat
psikoaktif, riwayat hukum dan kepribadian pramorbid.1,2
Anamnesis harus dilakukan dengan sangat teliti karena dengan anamnesis maka
diagnosis dapat tercapai hampir 80%. Beberapa pertanyaan yang dapat membantu diagnosis
suatu penyakit seperti dibawah ini juga perlu diajukan:

1. Sudah sejak kapan anak tidak bisa diam atau suka membuat onar?
2. Bagaimana awal mula hiperaktif pada anak?
3. Bagaimana lingkungan tempat tinggal dan sekolahnya?
4. Apakah sering bermain bersama teman di lingkungannya atau di sekolah?
3. Apakah anak pernah mengalami penyakit yang memicu gangguan kejiwaan?
4. Apakah anak lahir cukup bulan?
5. Bagaimana proses kelahirannya?
6. Apakah ada masalah saat dia dalam kandungan?
7. Apakah di dalam keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa?

Selain itu, pada pasien psikiatri dibutuhkan juga pemeriksaan status mental.
Pemeriksaan tersebut terdiri dari penilaian penampilan dan perilaku (penampilan umum,
penampilan wajah, sikap tubuh dan gerakan, perilaku sosial, dan rapport), bicara (kecepatan
dan kuantitas, neologisme, aksen, dan bentuk), mood, isi pikiran, keyakinan dan interpretasi
peristiwa yang abnormal, pengalaman abnormal, keadaan kognitif dan tilikan (insight).2

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memungkinkan ditemukannya penyebab organik gejala-gejala
psikiatri. Bila diduga terdapat gangguan serebral organik, pemeriksaan neurologik yang lebih

3
lengkap perlu dilaksanakan, termasuk uji tingkat kesadaran, kemampuan bahasa, kidal atau
kinan, memori, apraxia, agnosia, fungsi angka, disorientasi kanan-kiri, dan kelancaran
verbal.2

Etiologi
Meskipun banyak riset yang telah dilakukan, penyebab ADHD yang pasti tidak
diketahui. Kemungkinan bahwa kombinasi berbagai faktor ikut berperan, seperti lingkungan,
pengaruh prenatal, hereditas, dan kerusakan struktur dan fungsi otak. Pajanan selama prenatal
terhadap alkohol, tembakau, timbal, dan malnutrisi berat pada masa kanak-kanak awal
meningkatkan kemungkinan ADHD. Meskipun hubungan antara ADHD dan diet gula dan
vitamin telah diteliti, hasilnya tidak meyakinkan.3
Gambaran otak dari individu yang mengalami ADHD menunjukkan penurunan
metabolisme pada lobus frontalis otak, yang penting untuk perhatian, kontrol impuls,
pengaturan, dan aktivitas yang tetap sesuai tujuan. Studi juga menunjukkan penurunan
perfusi darah di korteks frontal pada anak yang mengalami ADHD dan atrofi kortikal frontal
pada dewasa muda yang memiliki riwayat ADHD pada masa kanak-kanak. Studi lain
menunjukkan penurunan penggunaan glukosa pada lobus frontalis orang tua dengan ADHD
dari anak yang mengalami ADHD. Bukti yang ada tidak meyakinkan, tetapi riset pada bidang
tersebut tampak menjanjikan.3
Tampaknya ada hubungan genetik untuk ADHD, yang paling mungkin dihubungkan
dengan abnormalitas pada katekolamin dan kemungkinan metabolisme serotonin. Memiliki
kerabat tingkat pertama yang mengalami ADHD meningkatkan risiko terjadinya gangguan
empat hingga lima kali daripada populasi umum. Meskipun ada bukti yang kuat untuk
kontribusi faktor genetik, terdapat pula kasus sporadik tanpa adanya riwayat ADHD pada
keluarga, yang mengembangkan teori bahwa banyak faktor dapat menyebabkan gangguan.3

Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif


Para ahli menengarai ada dua macam penyebab ADHD, yaitu faktor biologis dan
nonbiologis (lingkungan). Factor biologis karena adanya kerusakan kecil di otak yang
membuat anak sulit memusatkan perhatian dan mengontrol aktivitas fisiknya. Secara fisik
kerusakan kecil pada otak ini tidak tampat pada diri si anak karena ia tidak pernah merasakan
sakit.
Faktor nonbiologis lebih disebabkan pola asuh dan asupan makanan dan minuman
yang dikonsumsi anak. Ada bukti bahwa anak hiperaktif disebabkan pola atau kebiasaan tidur

4
yang kurang baik. Selain itu, anak yang hiperaktif sering dihubungkan dengan makanan atau
minuman yang banyak mengandung gula dan bahan kimia untuk pewarna dan pengawet.
Keturunan. Sebagian besar anak hiperaktif mempunyai sedikitnya satu sanak keluarga yang
selagi kecil juga hiperaktif. Jadi, diduga bahwa hiperaktif mempunyai komponen keturunan.
Namun, belum ditemukan gen spesifik penyebab hiperaktif. Hiperaktif lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Presentase terbesar anak laki-laki
hiperaktif adalah berambut pirang dan bermata biru.
Faktor Neurologik. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam
bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna
untuk memelihara proses konsentrasi Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan
perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-
prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
Kesehatan Ibu. Proporsi besar anak hiperaktif lahir dari keluarga dengan riwayat alergi dari
pihak ibu, seperti bay fever (alergi serbuk bunga), asma, eksim atau migrain. Di samping itu
faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu
yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Kehamilan dan Kelahiran. Masalah yang terjadi selama masa kehamilan, seperti alergi dan
stress, serta komplikasi pada proses kelahiran berperan dalam menyebabkan anak menjadi
hiperaktif. Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan
cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan
dan persalinan normal.
Faktor psikososial. Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru
antara orang tua dengan anaknya. Anak hiperaktif dan impulsif lebih banyak pada keluarga
tanpa ayah, sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai, jumlah keluarga yang terlalu besar,
orang tua terkena kasus kriminal, orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat),dan anak yang
diasuh di penitipan anak.
Faktor Lingkungan/Toksik. Kondisi lingkungan yang buruk, seperti adanya timah atau
nitrat dalam air keran, buangan uap atau gas, pestisida, dan zat kimia lain juga dapat
menyebabkan anak menjadi hiperaktif.
Kekuranan Asam Lemak Esensial. Dari hasil penelitian di Inggris dan Amerika Serikat
ditemukan beberapa anak hiperaktif juga menderita kekurangan asam lemak esensial. Gejala

5
kekurangan asam lemak esensial adalah rasa haus yang hebat, kulit dan rambut kering, sering
buang air kecil, serta ada riwayat alergi seperti asma dan eksema.
Kekurangan Zat Gizi. Beberapa anak hiperaktif menderita kekurangan zink, magnesium,
atau vitamin B12.
Makanan. Zat penambah makanan, pewarna, pengawet makanan, coklat, gula, makanan dari
susu, gandum, tomat, nitrat, jeruk, telur, dan makanan lain diduga sebagai penyebab
hiperaktif.4

Ciri-Ciri Anak Hiperaktif (ADHD)


Tidak dapat memusatkan perhatian. Ciri-ciri: sulit menerima pelajaran, sering
seperti tidak mendengarkan orang yang berbicara kepadanya, selalu membuat kesalahan
karena kurang teliti atau ceroboh, tugas-tugas yang diberikan tidak diselesaikan dengan baik,
mudah kehilangan barang-barang, sulit mengikuti perintah atau suruhan lebih dari satu pada
saat yang bersamaan, tidak mampu menulis surat, mengeja huruf dan berkesulitan dalam
surat-menyurat, sering gagal di sekolah disebabkan oleh adanya in-atensi dan masalah belajar
karena persepsi visual dan auditory yang lemah.
Impulsif. Ciri-ciri: sering bertindak tidak dipikir lebih dahulu, tidak sabar menunggu
giliran (antrean) dalam permainan, sering menyela pembicaraan orang lain, usil dan sering
menggangu teman, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan diajukan, sulit bertahan dalam
satu kegiatan dan dengan cepat beralih ke kegiatan lain. Karena sering menurutkan kata hati
(impulsiveness), mereka sering emndapat kecelakaan dan luka.
Hiperaktif. Ciri-ciri: sulit duduk diam barang sejenak, sering melompat ke sana-
kemari, banyak bicara (ceriwis), di kelas dering meninggalkan tempat duduknya.5

Epidemiologi
Beberapa penelitian membedakan ADHD dari gangguan tingkah laku maupun
keceamasan karena pada gangguan yang pertama banyak sekali terjadi pada laki-laki dan
terutama pada gangguan pelemahan kognitif, berbeda dengan gangguan yang lain. Para
peneliti Amerika dan Eropa berbeda dalam estimasinya tentang prevalensi ADHD. Penelitian
di Amerika Serikat telah menunjukkan angka prevalensi 1,5-4%. Laporan peneliti Kanada
baru-baru ini mendapatkan prevalensi keseluruhan adalah 9,0% pada anak laki-laki dan 3,3%
pada anak perempuan. Sindromnya adalah 4-6 kali lebih mungkin terjadi pada laki-laki
daripada pada wanita. Sekitar setengah kasus, usia pada saat mulai terjadi sebelum 4 tahun.
Gangguan sistem saraf sentral dan neurologis berperan sebagai faktor yang memberi

6
kecenderungan pada sindrom ini. ADHD, gangguan perkembangan, penyalahgunaan alkohol,
gangguan tingkah laku, dan gangguan kepribadian antisosial, kesemuanya terbukti lebih
lazim pada sanak keluarga tingkat pertama anak dengan ADHD pada populasi umum.6

Patofisiologi
Gejala ADHD sudah ada sebelum usia 7 tahun, namun umumnya diagnosis belum
ditegakkan sampai anak itu masuk sekolah, saat perilaku tersebut menganggu fungsi
akademik dan sosial anak. Anak yang mengalami ADHD mudah mengalam cedera fisik.
Koordinasi sensorimotorik mungkin terganggu, dan kejanggalan serta masalah dengan
orientasi ruang sering terjadi. Kekacauan, ledakan marah, dan aktivitas motorik yang tidak
terarah sering membuat marah teman sebaya dan anggota keluarganya. Masalah sekunder
seperti pertentangan, mood, dan ansietas, serta masalah komunikasi sering kali terjadi. Proses
pembelajaran dapat terhambat karena ketidakmampuan kronis untuk menyelesaikan tugas-
tugas pendidikannya.7
Ketika anak memasuki masa remaja, gejala yang dapat diobservasi kurang jelas.
Kegelisahan dan kegugupan menggantikan aktivitas yang berlebihan yang terlihat semasa
kanak-kanak. Remaja dengan ADHD mempunyai kesulitan dalam mematuhi harapan
perilaku atau peraturan yang biasanya diobservasi dalam lingkungan pendidikan dan
pekerjaan. Konflik dengan pihak yang memiliki pengaruh juga terlihat. Gejala dapat terus
berlangsung sampai masa dewasa. Individu tersebut mungkin dijuluki “orang yang tidak bisa
diam”, selalu sibuk, dan tidak dapat duduk tenang.7

Gejala Klinis
Identifikasi awal anak hiperaktif umumnya terjadi pada anak usia taman kanak-kanak
atau sekolah dasar. Para guru mereka akan melaporkan bahwa anak tersebut tidak dapat
dikendalikan, tidak dapat duduk diam, memasuki ruangan-ruangan serta mengganggu
kegiatan anak-anak yang lain, suka ribut dan tidak mempunyai perhatian, tidak bersedia
mengikuti petunjuk atau perintah yang diberikan, seolah-olah tidak mendengar, tidak mau
belajar dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat dimasa lalu serta tidak memberikan
tanggapan terhadap peraturan yang ada. Ukuran obyektif tidak memperlihatkan bahwa anak
yang terkena gangguan ini memperlihatkan aktivitas fisik yang lebih banyak, jika
dibandingkan dengan anak-anak kontrol yang normal, tetapi gerakan-gerakan yang mereka
lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu resah dan gelisah. Mereka
mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan

7
mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat
tindakan mereka tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan
frustasi dan secara emosional suasana hatinya sangat labil, beberapa menit terlihat gembira,
mendadak marah-marah dan ngambek serta mudah terangsang, perhatiannya gampang
teralihkan, tidak tahan frustasi, dan kurang dapat mengontrol diri. Suasana perasaan hati
mereka cenderung untuk bersifat netral atau bertentangan, mereka kerap kali berkelompok,
tetapi secara sosial mereka bersikap kaku, bersifat permusuhan dan negatif. Mempunyai
gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang
rendah dan kerap kali mengalami depresi. Mengalami kegagalan dalam akademik dan kadang
perkembangan motorik dan bahasanya juga terlambat, seperti ketidakmampuan belajar
membaca, matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal
1-2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesungguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka
yang diukur. Apa yang dilakukan tidak satu pun diselesaikan, anak cepat sekali beralih dari
satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Gejala lainnya, adalah tidak mampu mengontrol gerakan,
tidak bisa duduk tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari tempat duduk
dan sepertinya tidak kenal lelah, seakan energinya digerakan oleh mesin, kalau anak lain
diam karena capek setelah berlarian, tetapi anak ADHD hanya beristirahat minum kemudian
bergerak lagi.6

Penatalaksanaan
Belum ada satu pun terapi uang ditemukan efektif untuk ADHD, yang menimbulkan
banyak pendekatan yang berbeda, seperti diet pengontrol gula dan terapi megavitamin. Orang
tua perlu mengetahui bahwa setiap terapi yang dinyatakan sebagai pengobatan ADHD
mungkin terlalu baik untuk menjadi kenyataan. ADHD adalah gangguan kronis dan tujuan
terapi adalah mengatasi gejala, mengurangi hiperaktivitas dan impulsivitas, dan
meningkatkan perhatian anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Terapi yang paling efektif adalah kombinasi farmakoterapi dan intervensi perilaku,
psikososial, dan pendidikan.3

Psikofarmakologi
Obat-obatan sering kali efektif dalam mengurangi hiperaktivitas dan perilaku impulsif
serta meningkatkan perhatian anak, yang menyebabkan anak mampu berpartisipasi dalam
kegiatan sekolah dan kehidupan keluarga. Obat yang paling sering digunakan adalah
metilfenidat (Ritalin). Metilfenidat efektif pada 70% hingga 80% anak yang mengalami

8
ADHD, obat ini mengurangi hiperaktivitas, impulsivitas, dan kelabilan mood serta membantu
anak memberikan perhatian secara lebih tepat. Dekstroamfetamin (Dexedrine), amfetamin
(Adderall), dan pemolin (Cylert) adalah stimulan lain yang digunakan untuk mengobati
ADHD. Efek samping obat tersebut yang paling sering terjadi adalah insomnia, kehilangan
nafsu makan, dan penurunan berat badan atau gagal menaikkan berat badan. Karena pemolin
dapat menyebabkan kerusakan hati, obat ini adalah obat terakhir yang diresepkan. Tabel 1
memuat obat, dosis, dan pertimbangan keperawatan.3
Memberikan stimulan pada siang hari biasanya efektif dalam mengatasi insomnia.
Makan sarapan yang baik dengan dosis obat pagi dan makan kudapan yang bergizi dan
banyak pada sore hari dan menjelang tidur akan membantu anak mempertahankan asupan
diet yang adekuat. Saat obat stimulan tidak efektid atau efek sampingnya tidak dapat
ditoleransi, pilihan kedua untuk terapi ADHD adalah antidepresan.3

Tabel 1: Obat Stimulan yang Digunakan untuk Mengobati ADHD3


Obat Dosis (mg/hari) Pertimbangan Keperawatan
Metilfenidat (Ritalin) 10-60 dalam 3 atau 4 dosis Pantau supresi nafsu makan
yang terbagi yang turun, atau kelambatan
pertumbuhan; berikan setelah
makan; efek obat lengkap
dalam 2 hari
Dekstroamfetamin 5-40 dalam 2 atau 3 dosis Pantau adanya insomnia;
(Dexedrine), Amfetamin yang terbagi berikan setelah makan untuk
(Adderall) mengurangi efek supresi
nafsu makan; efek obat
lengkap dalam 2 hari
Pemolin (Cylert) 37,5-112,5 dalam satu dosis Pantau peningkatan tes
harian fungsi hati dan supresi nafsu
makan; dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek
obat yang lengkap

Strategi untuk di Rumah dan Sekolah

9
Obat-obatan tidak secara otomatis meningkatkan penampilan akademik anak atau
memastikan bahwa ia mendapatkan teman. Strategi perilaku diperlukan untuk membantu
anak menguasai perilaku yang tepat, dan strategi lingkungan di sekolah dan di rumah
membantu anak berhasil di lingkungan tersebut. Memberi penyuluhan kepada orang tua dan
membantu mereka dengan strategi pengasuhan adalah komponen terpenting terapi ADHD
yang efektif. Pendekatan yang efektif termasuk memberikan penghargaan dan konsekuensi
yang konsisten atas perilaku, memberikan pujian yang konsisten, menggunakan time-out, dan
memberikan teguran secara verbal. Strategi tambahan adalah memberikan kartu laporan
harian untuk perilaku dan menggunakan sistem poin untuk perilaku yang positif dan negatif.3
Dalam bermain terapeutik, teknik bermain digunakan untuk memahami pikiran dan
perasaan anak serta meningkatkan komunikasi. Hal ini tidak boleh dikelirukan dengan terapi
bermain, suatu teknik psikoanalitis yang digunakan oleh psikiater. Bermain drama adalah
melakonkan situasi yang menimbulkan ansietas, seperti mengizinkan anak untuk menjadi
dokter, menggunakan stetoskop atau peralatan lain untuk merawat pasien (boneka). Teknik
bermain untuk mengeluarkan energi dapat termasuk memukul-mukul pasak mainan, berlari,
atau bermain dengan tanah liat. Teknik bermain kreatif dapat membantu anak
mengekspresikan diri mereka, misalnya dengan menggambar diri mereka, keluarga, atau
teman. Teknik tersebut sangat bermanfaat ketika anak tidak mampu atau tidak mau
mengungkapkan diri mereka secara verbal.3

Komplikasi
Beberapa komplikasi pada ADHD adalah:
1. Diagnosis sekunder seperti gangguan konduksi, depresi, dan gangguan ansietas
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika (sering kali akibat masalah konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan kata-
kata yang diungkapkan.7

Prognosis
Meskipun hiperaktivitas mungkin berlangsung singkat, mungkin berlangsung singkat,
gejala lain ADHD dapat menetap pada kehidupan berikutnya. Beberapa penelitian yang tidak
dipublikasi menunjukkan bahwa gejala-gejala ADHD yang lain ini berlanjut sampai pada
masa remaja dan dewasa dan terkait dengan alkoholisme, sosiopati, dan histeria orang
dewasa. Penelitian lain dengan tegas menunjukkan bahwa anak hiperaktif kelak saat dewasa

10
menjadi baik jika mereka berhasil dalam pekerjaan. Adalah mungkin bahwa gejala prediktif
yang paling konsisten dari kondisi psikopatologis dikemudian hari adalah adanya agresi pada
masa anak. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa anak dengan ADHD yang diobati
dengan banyak terapi (misalnya; pengobatan, psikoterapi, konseling orang tua) kurang
mungkin datang dengan kenakalan pada masa remaja.6

Kesimpulan
Anak laki-laki berusia 9 tahun yang selalu membuat onar dan tidak bisa diam
memiliki gangguan hiperaktivitas defisit perhatian atau ADHD.

Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Jakarta: InternaPublishing; 2009.
2. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2011.
3. Videback, Sheila L. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC; 2008.
4. Thompson J. Toodler care: pedoman merawat balita. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2003.h.89-91
5. Ingram, IM. Psikiatri: catatan kuliah. Jakarta: EGC; 2003.h.45
6. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15. Jakarta: EGC;
2000.
7. Betz CL, Sowden LA. Buku saku keperwatan pediatri. Edisi ke-5. Jakarta: EGC;
2009.

11

Anda mungkin juga menyukai