Anda di halaman 1dari 14

Laporan Pendahuluan

STROKE NON HEMORAGIK

Oleh :

Dyah Khoirun Nisa

(15.20.053)

Program Studi Keperawatan Program Sarjana

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Pemkab Malang

2019
A. Definisi
Stroke adalah gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat
terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan maupun sumbatan dengan gejala
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena yang dapat sembuh sempurna, sembuh cacat,
atau kematian (Junaidi, 2011).
Stroke Iskemik (non hemoragic) adalah penurunan aliran darah ke bagian otak
yang disebakan karena vasokontriksi akibat penyumbatan pada pembuluh darah arteri
sehingga suplai darah ke otak mengalami penurunan (Mardjono & Sidharta, 2008).
Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkain
perubahan dalam otak yang terserang, apabila tidak ditangani akan segera berakhir
dengan kematian di bagian otak.

B. Etologi
Penyebab stroke dapat dibagi tiga, yaitu :
1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)

C. Faktor Resiko
Faktor resiko pada stroke terdiri dari :
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi
atrium, penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6. Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar
estrogen tinggi)
8. Penyalahgunaan obat ( kokain)
9. Konsumsi alkohol
D. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu. Luasnya
infark bergantung pada faktor - faktor seperti lokasidan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada
gangguanlokal (trombus, emboli, perdarahan,dan spasme vaskuler) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). aterosklerosis sering
sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah
mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi.
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema
ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area infark itu sndiri. Edema
dapat berkurang dalm beberapa jam atau kadang - kadang sudah beberapa hari.
Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena
trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan pasif. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis di ikuti
trombosis. Jika terjadi septikinfeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasianeurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruktur.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruktur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena
perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrkranial dan
yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada vlak cerebri atau lewat oramen
maknum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,
talamus, dan pons.
Jika sirkulasi cerebral, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan yang
disebabkan oleh anoksia cerebral dapat reversibel untuk waktu 4 - 6 menit. Perubahan
ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia cerebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak,akibat volume perdarahan yang relatif banyak
akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrkranial dan penurunan tekanan perfusi
otak serta gangguan drainase otak. Elemen - elemen vasoaktif darah yang keluar dan
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang
terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi (Muttaqin, 2008).
E. Manifestasi Klinik
Pada stroke non hemoragik gejala utamanya adalah timbulnya deficit neurologis
secara mendadak atau subakut, didahului gejala prodomal terjadi pada waktu istirahat
atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun, kecuali bila embolus cukup
besar (Wijaya, 2013)
Menurut WHO, dalam internasional Statistic Classification Of Diseases And
Related Health Problem 10th Revision stroke dapat dibagi atas
1. Perdarahan intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodomal yang tidak jelas, kecuali
nyeri kepala karena hipertensi. Serangan sering terjadi setiap hari, saat aktivitas,
atau emosi(marah). Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering
terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun cepat masuk koma
(65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1,5 s.d 2 jam dan 12% terjadi
setelah 2 jam, sampai 19 hari).
2. Perdarahan subaraknoid (PSA)
Pada klien dengan PSA didapatkan gejala prodomal berupa nyeri kepala
hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Edema pupil
dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri
anterior atau arteri karotis interna. Gejala neurologis yang muncul tergantung pada
berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi stroke dapat
berupa :
a. Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
c. Perubahan status mental yang mendadak.
d. Afasia (bicara tidak lancar).
e. Ataksia anggota badan.
f. Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala.
F. Pathway
G. Komplikasi
Menurut (Adrian J, 2013)
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kejang
3. Emboli paru
4. Depresi
5. Hipertensi
6. Infark miokard
7. Aritmia
8. Infeksi dan sepsis
9. Hiponatremia
10. Demam
11. Malnutrisi
12. Kontraktur
13. Ulkus dekubitus
H. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri
3. Pungsi Lumbal
- menunjukan adanya tekanan normal
- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaa secara non farmakologi
a. Rehabilitasi
b. Mobilisasi
c. ROM (Range Of Motion)
2. Penatalaksaan secara farmakologi
a. Trombolitik (streptokinase)
b. Anti platelet atau anti trombolik (asetosol, ticlopidin, cilostazol,
dipiridamol)
c. Antikoagulan (heparin)
d. Hemorrhagea (pentoxyfilin)
e. Antagonis serotonin (noftidrofuryl)
f. Antagonis calsium (nomodipin, piracetam)
3. Penatalaksaan secara khusus atau komplikasi
a. Atasi kejang (antikonvulsan)
b. Atasi tekanan intrakranial yang meningkat manitol, gliseron, furosemid,
intubasi, steroid dll
c. Atasi dekompresi (kraniotomi)
d. Untuk penatalaksaan faktor resiko

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
- Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk
- Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi
- Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
b. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
- kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
- mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) ,
kelemahan umum.
- gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,
kegembiraan
- kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara
usus( ileus paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
- Nafsu makan hilang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
- Obesitas ( factor resiko )
6. Sensori neural
Data Subyektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada
sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif:
- Perokok ( factor resiko )
9.Keamanan
Data obyektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
10. Interaksi social
Data obyektif:
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
-
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien stroke menurut (Nanda, 2015)
1. Hambatan mobilitas fisik berhungan dengan gangguan neuromuskular
(00085)
2. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan, gangguan
neuromuskular (000102)
3. Resiko kerusakan integritas kulit (00047)
4. Resiko cidera atau jatuh (00035)

3. Perencanaan (Intervensi)
Intervensi keperawatan pada klien menurut (Bulechek & Moorhead, 2016)
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
Tujuan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi kontraktur sendi bertambahnya kekuatan otot
b. Klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi
Terapi Latihan: Ambulasi (0221)
a. Bantu klien untuk perpindahan, sesuai kebutuhan
b. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak
sakit
1) Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
2) Kolaborasi dengan fisioterapi pemberian latihan ROM

2. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan, gangguan


neuromuskular
Tujuan : kebutuhan perawtan diri klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Klien dapat melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan
klien
b. Klien dapat mengidentiikasi sumber pribadi / komunitas, untuk memberikan
bantuan sesuai kebutuhan
Intervensi
Bantuan Perawatan Diri: Pemberian Makan (1803)
a. Monitor kemampuan klien untuk menelan
b. Posisikan klien dalam posisi makan yang nyaman
c. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan (misal, jauhkan
dari pandangan benda seperti pispot, urinal, dan suksion)
d. Berikan bantuan fisik, sesuai kebutuhan

3. Resiko kerusakan integritas kulit


Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawatan resiko kerusakan integritas kulit
dapat teratasi
Kriteria hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, tidak ada luka/lesi pada kulit
b. Perfusi jaringan baik
c. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cidera berulang
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
Intervensi
Perawatan Luka Tekan (3520)
a. Monitor warna, suhu, udem, kelembaban, dan kondisi area luka
b. Bersihkan kulit sekitar luka dengan sabun yang lembut dan air
c. Berikan salep jka diperlukan
d. Ubah posisi setiap 1-2 jam sekali

4. Resiko cidera atau jatuh


Tujuan : Agar tidak terjadi resiko cidera
Kriteria hasil :
a. Klien terbebas dari cidera
b. Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury
c. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan
d. Menggunakan fasilitas kesahatn yang ada
Intervensi :
Pencegahan Jatuh(6490) 27
a. Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
b. Kaji ulang riwayat jatuh bersama dengan klien dan keluarga
c. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang mungkin meningkatkan potensi
jatuh (misal, lantai licin dan tangga terbuka)
d. Ajarkan klien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan cidera

4. Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang
optimal.Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam
melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara
khusus pada klien bronkitis.Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara
independen, interdependen, dan dependen (Jitowiyono, dkk, 2010).
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua keiatan yang diprakarsai
oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya.
Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama
dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam perawatan maupun pelayanan kesehatan.
Sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilksanakan oleh perawat berdasarkan
atas pesan orang lain (Jitowiyono, dkk, 2010).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses atau evaluasi
formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil dan sumatif
dilakukan dengan membandingakan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan
(Afnuhazi, 2015).

Anda mungkin juga menyukai