Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KIMIA TENTANG KOLOID

DISUSUN OLEH:

DIO ARSYAF IKHSAN

KURNIA

M. RYADYA TANTRA

NADIA TIKA AULIA

NAUFAL FACHNI PRATAMA

OKTARIN

SANTI SASMITHA

NICO NATA ANGGARA

KELAS : XI MIA 6

GURU MATA PELAJARAN : DRA. HERLINA

SMA NEGERI 10 PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2016-2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberi

rahmat serta karunia –Nya kepada saya sehingga kami berhasil menyelesaikan

makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktu-Nya yang berjudul

:“MAKALAH KIMIA TENTANG KOLOID”. Kami harap Makalah ini dapat

memberi informasi kepada kita semua tentang “KOLOID” dan semoga makalah

ini bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari khususnya untuk kami dan umumnya

untuk para pembaca Makalah ini. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan ,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir Kata

,kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir,semoga Allah SWT

senantiasa meridhai segala usaha kita.

Aamiiiinnn……..

Penyusun

2
DAFTAR ISI
 Halaman Judul.........................................................................................................1
 Kata Pengantar........................................................................................................2
 Daftar Isi.................................................................................................................3
 BAB I : Pendahuluan...........................................................................................4-6
 BAB II : Isi........................................................................................................7-28
 BAB III : Penutup............................................................................................29-30
 Daftar Pustaka........................................................................................ ..............31

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang

mencakup berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam

ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses

sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup.

Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang

merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur

secara merata. Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau tepung susu

bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa

kita konsumsi, mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah

disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh

sistem koloid.

Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang

terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang

terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral

– mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh –

tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan

mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang

melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang

mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga merupakan sistem

koloid.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

 Apa itu koloid ?

 Apa saja jenis-jenis koloid ?

 Bagaimana penggunaan koloid ?

 Apa saja sifat-sifat koloid ?

 Bagaimana cara membuat koloid ?

 Bagaimana cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak

dibutuhkan?

 Apa saja contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari

1.3 TUJUAN

 Menjelaskan apa itu koloid.

 Menjelaskan macam-macam koloid.

 Menjelaskan penggunaan koloid.

 Menjelaskan sifat-sifat koloid.

 Menjelaskan cara membuat koloid.

 Menjelaskan cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak

dibutuhkan.

 Menjelaskan contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari.

1.4 MANFAAT

 Agar dapat mengetahui dan memahami apa itu koloid.

 Agar dapat mengetahui macam-macam koloid.

 Agar dapat mengetahui penggunaan koloid.

5
 Agar dapat mengetahui sifat-sifat koloid.

 Agar dapat mengetahui cara membuat koloid.

 Agar dapat mengetahui cara memurnikan koloid.

 Agar dapat mengetahui contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-

hari.

6
BAB II

PEMBAHASAN

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana

partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran

koloid berkisar antara 1-100 nm. Contoh : mayones dan cat, mayones adalah

campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran homogen zat

padat dan zat cair.

1. Sistem Koloid Dalam Pengelompokkan Campuran

Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara

campuran homogen (larutan) dan heterogen (suspensi). Dengan kata lain,

campuran koloid merupakan bentuk peralihan campuran dari heterogen menjadi

homogen.

Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur

pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja

campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan berupa

gabungan dari beberapa molekul. Namun karena bentuknya sangat kecil,

gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi.

Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem pemcapuran lainnya,

perhatikanlah tabel berikut!

LARUTAN KOLOID SUSPENSI

7
Terdiri atas satu fasa Terdiri atas satu fasa Terdiri atas dua fasa

Homogen Homogen Heterogen

Jernih Keruh Keruh

Tidak memisah jika Tidak memisah jika


Memisah jika didiamkan
didiamkan didiamkan

Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring

Dapat diamati dengan Dapat diamati dengan


Tidak dapat diamati
mikroskop ultra mikroskop biasa

Diameter partikel < 10- Diameter partikel 10-7 - 10-5


Diameter partikel > 10-5 cm.
7
cm. cm.

Penulisan A (aq) Penulisan A (s) Penulisan A (s)

2. Macam-macam Koloid dan Pengelompokkannya

Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase

dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap,

disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat

terdispensi.

Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian,

yaitu koloid sol, emulsi, dan buih.

1. Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya fase padat.

2. Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair.

3. Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase gas.

8
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas

beberapa jenis

1. KOLOID SOL

Koloid sol terdiri atas bagian-bagian berikut:

a. Sol padat (padat-padat)

Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat.

Contoh: logam paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.

b. Sol cair (padat-cair)

Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair.

Berarti, Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh:

cat, tinta, dan kanji.

c. Sol gas (padat-gas)

Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat

fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase gas. Contoh:

asap dan debu.

2. KOLOID EMULSI

Koloid emulsi terbagi ke dalam tiga jenis, yakni sebagai berikut:

a. Emulsi padat (cair-padat)

Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase

padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh:

mentega, keju, jeli, dan mutiara.

b. Emulsi cair (cair-cair)

9
Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase

cair. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair. Contoh: susu,

minyak ikan, dan santan kelapa.

c. Emulsi gas (cair-gas)

Emulsi gas (aerosol cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat

fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh:

obat-obat insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.

3. KOLOID BUIH

Kolodi buih erdiri atas dua jenis, , yaitu sebagai berikut:

a. Buih padat (gas-padat)

Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Hal

ini berarti zat terdispersi fase gas dan medium fase padat. Contoh: busa jok dan

batu apung.

b. Buih cair (gas-cair)

Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair.

Berarti, zat terdispersi faso gas dan medium fase cair. Contoh: buih sabun, buih

soda, dan krim kocok

Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan,

yakni seperti dalam tabel berikut.

Fase Fase
No Nama Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi

1 Gas cair buih, deterjen buih sabun, shampoo, krim

10
kocok

2 Gas padat busa padat karet busa, batu apung

3 Cair gas aerosol cair Kabut

susu, santan, minyak ikan,


4 Cair cair Emulsi
es krim

5 Cair padat emulsi padat mutiara, jeli, keju

6 padat gas aerosol padat Asap

7 padat cair Sol cat, tinta, larutan agar-agar

sol padat,
8 padat padat kaca berwarna, campuran
logam

3. Beberapa Macam Koloid Dan Penggunaannya

Ada banyak penggunaan sistem koloid baik di dalam kehidupan sehari-

hari maupun dalam berbagai industri seperti industri kosmetik, makanan, farmasi

dan sebagainya. Beberapa macam koloid tersebut antara lain :

1. Aerosol

Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam

gas. Aerosol yang dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di

11
udara. Dalam industri modern, banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang

diproduksi dalam bentuk aerosol, dan sering kita sebut sebagai obat semprot,

Contohnya antara lain adalah hair spray, deodorant dan obat nyamuk.

2. Sol

Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan.

Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita

mengenal dua macam sol;

a. Sol liofil, dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan,

sehingga terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya

“cinta cairan” (Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah

padat disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan gelatin. Ciri-ciri sol liofil :

Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium

terdispersinya

Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan

Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses

solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi

di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling

bergabung

Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi

Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit

Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi,

kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium

pendispersinya.

12
Memberikan efek Tyndall yang lemah

Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali

b. Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan.

Liofib artinya “takut cairan” (phobia=takut). ). Contoh koloid liofob adalah sol

sulfida dan sol logam. Ciri-cirinya :

Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium

pendisperinya

Memiliki muatan positif atau negative

Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan

partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik

Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi

Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan

Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi

sol

Memberikan efek Tyndall yang jelas

Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel

Jika medium pendispersinya berupa air, kedua macam koloid di atas masing-

masing disebut koloid hidrofil (cinta air) dan koloid liofob (takut air). Contoh

koloid hidrofil adalah kanji, protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh

koloid hidrofob adalah sol-sol sulfide dan sol-sol logam.

3. Emulsi

Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium

pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid,

13
harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak

dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut

dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya

emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim.

4. Sifat-sifat Koloid

1. Efek Tyndall

Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh

karena itu sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk

membedakan system koloid dari larutan sejati, contoh dalam kehidupan sehari –

hari dapat diamati dari langit yang tampak berwarna biru atau terkandang

merah/oranye.

Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka

sinar dihamburkan oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati

hal ini dapat dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid kanji

memiliki partikel-partikel koloid relatif besar untuk dapat menhamburkan sinar

dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki partikel-partikel yang relatif kecil sehingga

hamburan yang terjadi sedikit kecil dan sulit diamati.

2. Gerak Brown

Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika

pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-

menerus dengan gerakan zigzag. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown

(1773-1858), seorang ahli botani inggris pada tahun 1827. Ia sedang mengamati

14
butiran sari tumbuhan pada permukaan air dengan mikroskop. Partikel koloid

dalam medium pendispersinya disebut gerak brown. Gerak brown dapat diuraikan

sebagai berikut: Partikel – partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut

bersifat acak seperti pada zat cair dan gas. Sistem koloid dengan medium

pendipersi zat cair atau gas, partikel-partikel menghasilkan tumbukan. Tumbukan

tersebut berlangsung dari segala arah. Partikel koloid cukup kecil, tumbukan

cenderung tidak seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga

terjadi gerak zigzag atau gerak brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar

ukuran partikel, semakin lambat gerak brown.

Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid,

semakin besar energi kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak

Brown dari partikel fase terdispersinya semakin cepat. Semakin rendah suhu

system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3. Adsorpsi koloid

Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat

cair atau gas akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi adsorpsi terkait

dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki

kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya

adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu

permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti

penjernihan air.

4. Muatan koloid sol

15
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel

koloid memiliki muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak

menolak antar partikel koloid. Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga

memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan

bersifat netral.

a. Sumber muatan koloid sol

Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan

proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.

- Proses adsorpsi

Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya.

Jenis muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3

kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga

bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3 mengadsorpsi anion dari medium

pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Sol AgCI dalam medium pendispersi

dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan

positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion CI-

sehingga bermuatan positif.

- Proses ionisasi gugus permukaan partikel

Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus

yang ada pada permukaan partikel koloid.

 Koloid protein

Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam

(-COOH) dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan

16
muatan pada molekul protein.

Pada ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus

–NH3. Ph tinggi, gugus –COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus

–COO-. Pada pH intermediet partikel protein bermuatan netral karena muatan –

NH3+ dan COO- saling meniadakan.

 Koloid sabun dan deterjen

Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel

berukuran koloid yang disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara

spontan dalam suatu fase pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid

disebut koloid terasosiasi.

Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+.

Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor

non-polar tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.

b. Kestabilan koloid

Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.

c. Lapisan bermutar ganda

Permukaan partikel Koloid mendapat muatan bahwa partikel-partikel. lapisan

bermuatan listrik ini selanjutnya akan menarik ion-ion dengan

Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang

lebih akurat adalah :

Lapisan padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan.

Lapisandifusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium

pendispersi difusi.

17
d. Elektroforesis

Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm medan

listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis.

Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan

partikel koloid.

5. Koagulasi

Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis.

Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung

membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya

disebut Koagulasi. Koagulasi biasa digunakan untuk perebusan telur, pembuatan

yoghurt, tahu, lateks, penjernihan air sungai, pembentukan delta, dan pengolahan

asap atau debu. Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat

dilakukan empat cara yaitu :

a. Menggunakan prinsip elektroforesis

Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke

electrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode, maka

partikel akan kehilangan muatannya.

b. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan

Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang

bermuatan negatif, kedua koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral

maka terbentuk kogulasi.

c. Penambahan elektrolit

18
Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang

bermuatan negatif akan menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang

bermuatan positif akan menarik ion negatif dari elektrolit. Menyebabkan partikel

koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan.

d. Pendidihan

Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-

partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan

lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid.

6. Koloid pelindung

Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu

cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau

memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam

pembuatan iystem koloid sol, yaitu:

- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel

kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.

- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar

sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.

5. Pembuatan Koloid Sol

Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi,

karena itu cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel

19
larutan atau memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar

dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu:

- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel

kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.

- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar

sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.

1. Metode kondensasi

Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara

kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian

pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan menggabungkan partikel-partikel

larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel berukuran koloid.

a. Reaksi dekomposisi rangkap

Misalnya:

- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui

larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang:

As2O3 (aq) + 3H2S(g) → As2O3 (koloid) + 3H2O(l)

(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2)

- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl

encer: AgNO3 (ag) + HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

b. Reaksi hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:

- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan

larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;

20
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)

- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;

AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

c. Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)

Misalnya:

- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan

melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;

2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)

- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan

mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) →3S(s) + 2H2O(l)

d. Penggatian pelarut

Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa

terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran

koloid. Misalnya:

- untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam

alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih

dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang

dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil

diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan

penurunan kelarutan belerang dalam air.

21
- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan

terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan

etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.

2. Metode Dispersi

Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran

koloid yang kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3

cara dalam metode ini, yaitu:

a. Cara Mekanik

Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses

penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat

yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa

digunakan dalam:

- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.

- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen,

dsb.

- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.

- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

Sistem kerja alat penggilingan koloid:

Alat ini memiliki 2 pelat baja dengan arah rotasi yang berlawanan. Partikel-

partikel yang kasar akan digiling melalui ruang antara kedua pelat baja tersebut.

Kemudian, terbentuklah partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian

22
didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membentuk sistem koloid.

Contoh kolid yang dibuat adalah; pelumas, tinta cetak, dsb.

b. Cara peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau

dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat

pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya

yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.

Contoh:

- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.

- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru

terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga

bermuatan positif

- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem

kolid. Contohnya; gelatin dalam air.

c. Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti

Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel

kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke

dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling

berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang

timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi

dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa

23
pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap

logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.

d. cara ultrasonik

Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama berfungsi dalam

pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan

tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi berfrekuensi sangat

tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.

6. Pemurnian Koloid Sol

Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu

pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan

atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode

pemurnian yang dapat digunakan, yaitu:

1. Dialisis

Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang

menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput

semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil melalui selaput

semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion

pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion

penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran

semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena

diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan

24
merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan

tertinggal.

Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan

dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai

mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat

semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana

seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.

2. Elektrodialisis

Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik.

Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang

menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam

sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan

berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik akanmempercepat proses pemurnian

sistem koloid.

Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat

terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.

3. Penyaring Ultra

Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-

pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut.

Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka

ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi

tersebut disebut penyaring ultra.

25
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi

tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel

koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat

dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra

bertahap.

7. Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur

zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil

untuk produksi skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi

banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi koloid untuk produksi cukup luas).

Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam

kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;

Penggumpalan darah

Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat

luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang

mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu

menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu penggumpalan

darah.

Pembentukan delta di muara sungai

Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang

bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2

26
yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif

dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi

koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

Pengambilan endapan pengotor

Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali

mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan

pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang

bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.

Pemutihan gula

Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem

koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan

mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat

diputihkan.

Penjernihan Air

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah

liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena

itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa

langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan

cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut

akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif

melalui reaksi: Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+ . Setelah itu, Al(OH)3

menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan

27
terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama

tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana

partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.

Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara

campuran homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).

Sistem koloid terdiri atas dua fase yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase

pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi.

Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.

Sifat-sifat Koloid yaitu : efek tyndall, gerak brown, adsorpsi koloid, muatan

koloid sol, koagulasi, dan koloid pelindung.

Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel

larutan atau memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode dasar dalam

pembuatan sistem koloid sol, yaitu:

- Metode kondensasi

- Metode dispersi

Untuk pertikel-partikel yang mngganggu pembuatan sistem koloid, digunakan

metode pemurnian yaitu: dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra.

29
3. 2 Saran

Sebaikn ya dalam memanfaatkan penerapan sistem

koloid ini, kita harus tetap berpegang teguh pada prinsip

agar apapun yang nantin ya akan kita lakukan tidak

melanggar norma-norma yang berlaku di mas yarakat serta

btidak merugikan pihak lain. Dengan begitu semu a pihak

akan merasa diuntungkan oleh apa yang kita lakukan.

30
DAFTAR PUSTAKA

 http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

 http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm

 http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.htm

 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas_x/koloid/.

 http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/757

31

Anda mungkin juga menyukai