PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH:
A. Latar Belakang
Nikel laterit adalah mineral bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan
batuan induk/dasar yaitu ultramafic (ultrabasa) di atas permukaan bumi. Proses ini
permukaan bumi. Peridotit merupakan salah satu batuan asal pembawa nikel,
secara residual dan sekunder (Burger, 1996). Bijih nikel diperoleh dari endapan
nikel laterit yang terbentuk akibat pelapukan batuan ultramafik yang mengandung
nikel 0,2 – 0,4 % (Golightly, 1981). Nikel laterit umumnya ditemukan pada
topografi, drainase, tenaga tektonik, batuan induk, dan struktur geologi (Elias,
2001).
Rusia. Sebaran batuan ultramafik juga terbatas dan dijumpai di Pulau Kalimantan,
Maluku, Papua dan Sulawesi. Endapan nikel laterit di Provinsi Sulawesi Selatan,
dijumpai pada daerah Sorowako, kabupaten Luwu Timur dan Daerah Palakka
kabupaten Barru. Selain itu, endapan nikel laterit juga dijumpai di daerah
beberapa zona dengan ketebalan dan kadar yang bervariasi. Daerah yang
endapan laterit sangat tergantung pada faktor-faktor batuan dasar (source rock),
vegetasi, dan waktu. Secara tektonik Pulau sulawesi dan daerah sekitamya terletak
pada pertemuan tiga lempeng yakni lempeng benua Eurasia, benua Australia dan
begitu melimpah.
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi keilmuan:
terarah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Geologi Regional
geologi regionalnya Pulau Sulawesi dan sekitarnya dapat dibagi menjadi beberapa
mandala geologi yakni salah satunya adalah mandala geologi Sulawesi Timur.
Mandala ini meliputi lengan Tenggara Sulawesi, Bagian Timur Sulawesi Tengah
dan Lengan Timur Sulawesi. Lengan Timur dan Lengan Tenggara Sulawesi
tersusun atas batuan malihan, batuan sedimen penutupnya dan ofiolit yang terjadi
bahwa jalur batuan malihan dan sedimen serta penutupnya tersebut sebagai
Timur. Bagian Timur Sulawesi ini memanjang melalui ujung Timur Lengan
Timur, sisi Timur bagian Tengah, dan Lengan Tenggara Sulawesi. Pembagian
1. Geomorfologi Regional
Satuan morfologi ini mempunya topografi yang kasar dengan kemiringan lereng
yang tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini mempunya pola yang
hampir sejajar berarah barat laut-tenggara arah ini sejajar dengan pola struktur
Diitinjau dari citra IFSAR di bagian Tengah dan Ujung Selatan Lengan
Sulawesi, dan di Daerah Rumbia terdiri atas tiga satuan morfologi yaitu satuan
Satuan Pegunungan
mempunyai pola yang hampir sejajar berarah Barat laut-Tenggara. Arah ini
sejajar dengan pola struktur sesar regional di kawasan ini. Pola tersebut
oleh batuan malihan dan setempat oleh batuan ofiolit. Ada perbedaaan
morfologi yang khas di antara kedua batuan penyusun itu. Pegunungan yang
disusun dari batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang panjang dan
lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam. Sementara
ujung Selatan Lengan Tenggara. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah
Satuan Dataran
Penyebaran satuan dataran rendah ini tampak sangat dipengaruhi sesar geser
mengirih (Sesar Kolaka dan System Sesar Konaweha). Kedua sistem sesar ini
diduga masih aktif, yang ditunjukkan dengan adanya torehan pada endapan
alluvial dalam kedua dataran tersebut (Surono dkk, 1997), sehingga sangat
mungkin kedua dataran itu terus mengalami penurunan. Penurunan ini tentu
di kedua dataran itu akan diterjang banjir yang semakin parah setiap tahunnya.
Gambar 2. Bagian Selatan Lengan Sulawesi dari Citra IFSAR (Surono, 2013).
2. Stratigrafi Regional
pegunungan rumbia. Komplek ini di dominasi batuan malihan yang terdiri dari
1993b) dan terobos aplit dan diabas (Surono,1986). Secara garis besar kedua
mendala ini dibatasi oleh Sesar Lasolo . Batuan yang terdapat di Lajur Tinodo
yang merupakan batuan alas adalah batuan malihan Paleozoikum (Pzm) dan
Pada Permo-Trias di daerah ini diduga terjadi kegiatan magma yang menghasilkan
terobosan antara lain aplit PTr (ga), yang menerobos batuan malihan
(TRJt). Hubungan dengan Formasi Meluhu adalah menjemari. Pada kala Eosen.
Salodik (Tems); Batuan yang terdapat di Lajur Hialu adalah batuan ofiolit (Ku)
yang terdiri dari peridotit, harsburgit, dunit dan serpentintit. Batuan ofiolit ini
tertindih tak selaras oleh Formasi Matano (Km) yang berumur Kapur Akhir, dan
terdiri dari batugamping berlapis bersisipan rijang pada bagian bawahnya. Batuan
sedimen tipe molasa berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal membentuk Formasi
Pandua (Tmpp). Formasi ini mendindih takselaras semua formasi yang lebih tua,
baik di Lajur Tinodo maupun di Lajur Hialu. Pada Kala Plistosen Akhir terbentuk
batugamping terumbu koral (Ql) dan Formasi Alangga (Opa) yang terdiri dari
batupasir dan konglomerat. Batuan termuda di lembar peta ini ialah Aluvium (Qa)
Penelitian yang dilakukan oleh Bothe (1927) dan Rover (1956) dalam
batuan malihan di Lengan Tenggara bahwa periode pemalihan batuan, tua dan
penimbunan, sedangkan yang muda diakibatkan sesar naik. Sangat mungkin sesar
naik tersebut terjadi pola Oligosen Awal Miosen, sewaktu kompleks ofiolit
Sesar kolaka diberi nama oleh simandjuntak dkk (1993) berdasarkan kota
kolaka yang dilaluinya memanjang sekitar 250 km dari pantai barat teluk bone
sampai ujung selatan lengan tenggara sulawesi, Sesar kolaka, yang relatif sejajar
dengan sesar lawanopo, dan sesar konaweha ini nampak jelas pada citra jauh,
udara, landsat dan IFSAR. Struktur utama yang terbentuk setelah tumbukan
adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar lawanopo,
sistem sesar konaweha, sesar kolaka, dan banyak sesar lainnya serta lineasi. Sesar
dan liniasi menunjukkan sepasan arah utama tenggara-baratlaut dan timur laut
barat daya. Arah tenggara-baratlaut merupakan arah umum dari sesar mengiri
dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah baratlaut – tenggara searah
dengan Sesar geser jurus mengiri Lasolo. Sesar Lasolo aktif hingga kini. Sesar
tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif kembali pada Kala
beranjaknya batuan ofiolit ke atas Batuan Malihan Mekonga, Formasi Meluhu dan
Formasi Matano. Sesar Anggowala juga merupakan sesar utama, sesar mendatar
nikel, kemudian zona mantel bumi yang mempunyai ketebalan sampai 2.898 km
dalam mineral olivin, piroksen, ilmenit, magnetit (Browm dan Wager, 1967).
terutama terdapat dalam jaringan mineral olivin yang terbentuk pada proses
magmatik. Olivin dapat mengandung 0,4 % NiO dan 0,322 % Ni. Olivin (mineral
yang terbentuk pada temperatur tinggi) sangat tidak stabil di bawah kondisi
atmosfer, sehingga saat terjadi pelapukan akan melepaskan ion Ni yang terdapat
dengan lingkungan laterit. Ion - ion yang dilepaskan selama proses hidrolisis dari
serpentin, talk dan klorit. Anggota nikel murni tidak muncul secara alami dan
seluruh bentuk hidrous nikel magnesium silikat. Faust (1966) dalam Waheed
(2002), menyatakan bahwa kebanyakan garnierit terkait dengan talk dan serpentin.
Kato (1961) dalam Waheed (2002), bahwa garnierit yang ditemukan di New
Caledonia, merupakan struktur yang serupa dengan serpentin, talk dan klorit.
rekahan - rekahan yang ada. Warna garnierit mencakup dari hijau (terang dan
gelap) kekuning - kuningan, biru terang - gelap. Variasi yang kaya hijau berisi
dengan konsentrasi sisa. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa
dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses
pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan terusir oleh proses erosi,
sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai berat jenis besar akan
permukaan tanah sampai pada zona pelindian, dimana fluktuasi air tanah
berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya CO2 akan kontak dengan
zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral –
mineral yang tidak stabil seperti olivin / serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni
akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan
mineral – mineral baru pada proses pengendapan kembali (Hasanudin dkk, 1992).
mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya
mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh
pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh –
besi, nikel dan silika ke dalam larutan, cederung untuk membentuk suspensi
koloid dari partikel – partikel silika yang submikroskopis. Di dalam larutan, besi
mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil. Jadi, besi
Fe, Cr, Al, Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral –
(Mg), Silika (Si), dan Nikel (Ni) akan tertinggal di dalam larutan selama air masih
bersifat asam . Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan
tanah, maka zat – zat tersebut akan cendrung mengendap sebagai mineral
C. Kondisi Mineralogi
Endapan nikel laterite terbentuk baik pada mineral jenis silicate atau
oxide. Kemiripan radius ion Ni2+ dan Mg2+ memungkinkan substitusi ion
diantara keduanya. Umumnya, mineral bijih dari jenis hidrous silicate seperti talc,
mineral – mineral tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan Ni. Mineral garnierite
dari jenis silicate mempunyai ciri poor kristalin, texture afanitik, dan berstuktur
Fe di olivine yang tinggi dan Nikel berkadar antara 0.2% - 0.4% wt. Secara
mineralogi nikel laterite dapat dibagi kedalam tiga kategori (Brand et all.,1998)
Profil dari type ini dari vertical dari bawah ke atas : Ore horizon pada
lapisan saprolite (Mg-Ni silicate), grade Nikel antara 1.8% - 2.5%. Pada zona
boundaries dan dapat terbentuk mineral yang kaya akan Nikel; Garnierite (
max. Ni 40%). Ni terlarut (leached) dari fase limonite (Fe Oxyhydroxide) dan
pada serpentinite yang teralterasi. Jadi, meskipun nikel laterite adalah produk
sangat penting dalam pembentukan formasi dan nilai ekonomis dari endapan
hydrous silicate ini. Type ini dapat ditemui dibeberapa tempat seperti di New
bagian tengah profil saprolite. Ni-rich serpentine juga dapat di replace oleh
smectite atau kuarsa jika profile deposit ini tetap kontak dalam waktu lama
c. Oxide Deposits
E. Kadar Nikel
untuk endapan dominasi smectite (tipe B ) . Bagian dari beberapa jenis deposito A
berhubungan dengan fault dan shear zone . endapan oksida umumnya memiliki
kadar hingga 1,6 % Ni , (Goro, new caledonia ) , dengan kadar rata-rata global
Pelapukan adalah proses perubahan fisik dan kimia pada batuan atau
permukaan akibat proses tektonik, batuan secara perlahan -lahan akan pecah
(retak). Retakan pada batuan inilah yang merupakan akses yang baik untuk
1. Pelapukan Mekanis
akan pecah menjadi bagian-bagian yang kecil. Hasil akhir proses ini ialah material
kecil yang berasal dari batuan yang besar. Perombakan menjadi material kecil
2. Pelapukan Kimia
dimana batuan bereaksi dengan agen - agen atmosfir, hidrosfer dan aktifitas
biologi untuk membentuk fase mineral yang lebih stabil. Batuan terurai melalui
Hidrolisis
reaksi antara mineral dengan air, yaitu antara ion H+ dan ion OH- air dengan
ion-ion mineral.
Oksidasi
Agen oksidasi pada lingkungan tanah adalah oksigen yang larut dalam
air hujan dan air tanah. Kondisi oksidasi hanya berada diatas permukaan air
Hidrasi
Larutan (solution)
karena semua unsur akan terurai dari mineral – mineral utamanya yang
adalah hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisis merupakan tipe dari reaksi kimia antara
mineral dan air selanjutnya menghasilkan suatu kelebihan ion H+ atau OH- di
laterit
rekahan (joint) dan patahan (fault). Adanya rekahan dan patahan ini akan
terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsi
vein. Seperti diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai porositas dan
permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan
H. Tektonik Setting
dan joint sebagai efek dari tectonic uplift yang dapat memicu intensitas pelapukan
dan perubahan pada water table level. Deposit Nikel lainnya ditemukan pada
Archean Craton yang tergolong stabil berasosiasi dengan layer mafic complexes
and komatiite. Semakin banyak zona shear dan steep fault, semakin tinggi pula
dan bersama dengan greenstone membentuk zona serpentine milonite atau talc-
Beberapa bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
D. Instrumen penelitian
No Alat Kegunaan
Untuk mengambil conto/sampel batuan di
1 Palu geologi
lapangan
GPS (Global Untuk menentukan posisi pada peta di
2
Positioning System) lapangan
Alat pembesar dalam pengamatan sampel di
3 Lup (20x)
lapangan
4 Kantong sampel Sebagai tempat conto/sampel batuan
Untuk menentukan arah, orientasi, dan
5 Kompas geologi
pengukuran data geologi di lapangan
Untuk mencatat data-data yang ada pada
6 Buku catatan lapangan
saat melakukan observasi di lapangan
Alat bantu dalam menulis serta pengukuran
7 Clipboard
data di lapangan
No Alat Kegunaan
Alat tulis (Pensil,
8 polpen, penghapus dan Sebagai alat untuk tulis-menulis di lapangan
pensil warna)
9 Kamera Untuk mengambil foto di lapangan
Tempat untuk menyimpan semua peralatan
10 Tas ransel
yang digunakan di lapangan
E. Prosedur penelitian
dari tahap persiapan, tahap penelitian dan pengambilan data lapangan berupa data
kondisi geologi, data struktur geologi, tahap pengolahan data serta yang terakhir
1. Tahap persiapan
lapangan. Tahap ini terbagi atas : studi pustaka, pembuatan proposal, pengurusan
sekunder kadar nikel hasil pemboran oleh PT. Antam Tbk. Kemudian
1. Pengamatan singkapan
2. Pengambilan conto
Pengambilan data batuan dan data Struktur
lapangan geologi.
3. Pengambilan data
Sekunder Sebaran kadar
nikel.
1. Pembuatan peta
Pengolahan Data Sebaran Kadar Nikel
laterit menggunakan
software Arcgis v 10.3.
2. Pengolahan data
Struktur Geologi
menggunakan Software
Georose V.9 dan Arcgis
V.10.3
1 Studi Pustaka
Pengambilan
2
Data Lapangan
Pengolahan
3
Data
Pembuatan
4
skripsi
Keterangan :
= Sudah Berjalan
= Akan Berjalan
DAFTAR PUSTAKA