2013-1-00202-MN Bab2001
2013-1-00202-MN Bab2001
BAB 2T
LANDASAN TEORI
lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap
yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang
memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan
untuk melakukan pembelian. Ciri merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi
yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu.
Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran
atau citra tertentu yang dikaitkan suatu merek, sama halnya ketika kita
berpikir tentang orang lain.
Menurut Rangkuti (2004), citra merek adalah sekumpulan asosiasi
merek yang terbentuk dan melekat dalam benak konsumen.
Kotler (2007) mendefinisikan citra merek sebagai seperangkat
keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek,
karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat
ditentukan oleh citra merek tersebut. Citra merek merupakan syarat dari
merek yang kuat. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan
bila dibandingkan dengan pesaingnya, saat perbedaan dan keunggulan merek
dihadapkan dengan merek lain.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa citra merek
(brand image) adalah sekumpulan persepsi konsumen mengenai suatu merek
yang sudah terbentuk dan melekat dibenak konsumen.
Komponen citra merek (brand image) terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1. Citra pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatubarang
atau jasa.
2. Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu
barang atau jasa.
3. Citra produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang atau jasa.
Dalam Jalilvand dan Samiei (2012), untuk meningkatkan citra merek
suatu produk hal – hal yang dapat dilakukan manajer adalah meningkatkan
variasi produk, mengembangkan kualitas produk, menawarkan produk dalam
harga yang lebih sesuai dengan nilai yang diberikan, dan menyediakan
pelayanan pasca pembelian.
13
Menurut Kotler & Amstrong (2010:178) ada lima tahap dalam proses
keputusan pembelian konsumen yaitu:
1) Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah
atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh
rangsangan internal atau eksternal.
2) Pencarian informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya, akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Tantangan bagi marketer
adalah mengenali sumber informasi yang paling berpengaruh.
23
3) Evaluasi alternatif
Mengevaluasi berbagai alternatif yang ada dalam konteks
kepercayaan utama tentang konsekuensi yang relevan dan
mengkombinasikan pengetahuan tersebut untuk membuat
keputusan.
4) Keputusan pembelian
Calon pembeli menentukan apa dan dimana produk pilihan
mereka akan dibeli. Marketer harus menyediakan jalan paling
mudah bagi calon pembeli untuk mendapatkan produk yang
mereka inginkan. Misalnya, produk sudah disalurkan hingga ke
pengecer-pengecer kecil sekalipun sehingga dapat menjangkau
para calon pelanggan.
5) Perilaku pasca pembelian
Dalam perilaku pasca pembelian, hanya ada tiga kemungkinan,
yaitu:
a) Performa produk/jasa sama dengan ekspektasi.
b) Performa produk/jasa lebih rendah dari ekspektasi.
c) Performa produk/jasa lebih tinggi dari ekspektasi.
Citra
Merek
Minat Proses
Pembelian Keputusan
Pembelian
Pengetahuan
Produk
26
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu proporsi atau anggapan yang mungkin
benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau
pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut. Anggapan
atau asumsi dari hipotesis juga merupakan data, akan tetapi karena
kemungkinan bisa salah, maka apabila digunakan sebagai dasar pembuatan
keputusan harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan data hasil
observasi (Supranto,2007, p124). Berdasarkan tujuan penelitian yang ada,
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
a. Untuk T-1
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara citra merek terhadap
minat pembelian pada produk wafer Tango di CV. Analis Family
Group.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara citra merek terhadap minat
pembelian produk wafer Tango di CV. Analis Family Group.
b. Untuk T-2
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan produk
terhadap minat pembelian pada produk wafer Tango di CV. Analis
Family Group.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan produk
terhadap minat pembelian pada produk wafer Tango di CV. Analis
Family Group.
c. Untuk T-3
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara minat pembelian
terhadap proses keputusan pembelian pada produk wafer Tango di
CV. Analis Family Group.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara minat pembelian terhadap
proses keputusan pembelian pada produk wafer Tango di CV.
Analis Family Group.
d. Untuk T-4
27
bagi konsumen.
2. Lin dan Lin 2007 The Effect of Brand Berdasarkan hasil
Image and Product analisis yang telah
Knowledge on Purchase dilakukan. Dapat
Intention Moderated by disimpulkan bahwa citra
Price Discount merek dan pengetahuan
produk mempengaruhi
terjadinya minat beli
bagi konsumen.
3. Shannon, et.al 2009 The Pivotel Role of Berdasarkan hasil
Brand Image in analisis yang telah
Purchase Decision dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa citra
merek berpengaruh
terhadap proses
keputusan pembelian
bagi konsumen.
4. Jalilvand dan 2012 The Effect of Electronic Berdasarkan hasil
Samiei Word of Mouth on analisis yang telah
Brand Image and dilakukan. Dapat
Purchase Intention disimpulkan bahwa citra
merek mempengaruhi
terjadinya minat beli
bagi konsumen.
Sumber : Peneliti