Anda di halaman 1dari 19

1.

ERITROMISIN

Dosis Erythromicyn

Untuk pasien dewasa, erythromycin biasanya diberikan sebanyak 1,6-2 gram per hari, dibagi menjadi 2-4
kali jadwal konsumsi. Pada kondisi tertentu, dokter bisa memberikan dosis maksimal 4 gram per hari jika
diperlukan. Biasanya dosis akan disesuaikan dengan jenis infeksi yang diobati, tingkat keparahannya, dan
kondisi kesehatan pasien.

Durasi pengobatan dengan erythromycin bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Untuk
infeksi akut, pengobatan biasanya akan berlangsung sekitar 5 hari hingga 2 minggu. Untuk pasien anak-
anak, dokter akan menyesuaikan dosisnya dengan kondisi dan berat badan anak. Untuk obat dalam
bentuk gel, oleskan 1-2 kali sehari pada jerawat.

Mengonsumsi Erythromycin dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan erythromycin sebelum mulai
mengonsumsinya. Telanlah tablet atau kapsul erythromycin dengan air dan jangan mengunyahnya.
Antibiotik ini dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.

Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan untuk selalu
mengonsumsi erythromycin pada jam yang sama setiap harinya, agar efek obat dapat maksimal.

Bagi pasien yang lupa mengonsumsi erythromycin, disarankan untuk segera melakukannya begitu
teringat, jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan
jangan menggandakan dosis.

Pasien disarankan untuk menghabiskan seluruh dosis yang diresepkan oleh dokter meski kondisi
tampaknya sudah membaik. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah kambuhnya infeksi dan bakteri
menjadi kebal. Jika kondisi tidak membaik setelah menghabiskan obat, segera periksakan diri ke dokter.

Bagi yang mengonsumsi obat dalam bentuk sirop kering, campur serbuk erythromycin dengan air putih
sesuai dengan jumlah yang dianjurkan. Gunakan gelas ukur agar volume air yang dicampurkan tepat.
Sebelum konsumsi, jangan lupa untuk mengocoknya terlebih dahulu. Obat yang telah dicampurkan
memiliki batas waktu konsumsi, pastikan waktu konsumsi obat tidak melebihi batas waktu yang telah
ditentukan. Obat bentuk sirop kering tidak perlu disimpan dalam kulkas.
Untuk obat erythromycin dalam bentuk gel, konsultasikan kembali dengan dokter bila kondisi
memburuk, atau tidak ada perbaikan dalam waktu 6-8 minggu dengan pemakaian yang sudah sesuai
anjuran.

Interaksi Obat

Berikut ini adalah beberapa risiko yang mungkin terjadi jika menggunakan erythromycin bersamaan
dengan obat-obatan tertentu, di antaranya:

Gangguan irama jantung yang berisiko fatal, jika digunakan bersama dengan obat cisapride atau
terfenadine.

Penderita dapat mengalami penyempitan pembuluh darah hingga kematian jaringan jika erythromycin
digunakan bersama dengan ergotamine atau dihydroergotamine.

Dapat menyebabkan rhabdomyolysis jika digunakan bersama dengan obat golongan HMG-CoA reductase
inhibitors (misalnya simvastatin).

Meningkatkan efek toksik (keracunan) dari obat colchicine dan digoxin, bila diberikan bersama
erythromycin.

Erythromycin juga dapat meningkatkan efek mengantuk jika digabungkan dengan obat benzodiazepines
(misalnya alprazolam atau midazolam).

Risiko efek samping dari erythromycin dapat meningkat jika dikonsumsi bersama dengan cimetidine.

Efektivitas erythromycin menurun jika dikonsumsi dengan teofilin.

Dapat memicu hipotensi, denyut jantung lambat, dan asidosis jika digabungkan dengan obat darah tinggi
golongan antagonis kalsium.

Dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping dari obat sildenafil, ciclosporin, carbamazepine,
tacrolimus, methylprednisolone, cilostazol, vinblastine, dan bromocriptine.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Erythromycin

Beberapa efek samping yang mungkin saja dapat terjadi setelah mengonsumsi erythromycin adalah:

Diare.
Gangguan perut, seperti nyeri dan kram.

Kehilangan nafsu makan.

Mual.

Muntah.

2. Metilprednisolon

Beberapa efek samping methylprednisolone yang dapat terjadi mungkin tidak perlu perhatian medis
segera. Sembari tubuh Anda menyesuaikan diri dengan obat, efek samping mungkin hilang dengan
sendirinya. Dokter juga mungkin dapat memberi tahu Anda tentang cara mengurangi atau mencegah
beberapa efek samping methylprednisolone.

Efek samping methylprednisolone yang tidak serius biasanya berupa:

Sulit tidur (insomnia), perubahan mood

Jerawat, kulit kering, kulit menipis, memar, dan perubahan warna kulit

Luka yang tak kunjung sembuh

Produksi keringat meningkat

Sakit kepala, pusing, ruangan terasa berputar

Mual, sakit perut, kembung

Perubahan pada bentuk dan lokasi lemak tubuh (terutama di lengan, kaki, leher, wajah, payudara, dan
pinggang)

Penipisan rambut di puncak kepala; kulit kepala kering

Wajah memerah

Garis ungu kemerahan di lengan, wajah, kaki, paha, atau selangkangan

Peningkatan nafsu makan

Hentikan pengobatan segera dan hubungi dokter jika Anda mengalami efek samping methylprednisolone
yang lebih serius, seperti:
Agresi

Agitasi (resah dan gelisah)

Kecemasan

Kegugupan

Penglihatan kabur

Penurunan jumlah urin

Pusing

Detak/irama jantung tak teratur; cepat atau melambat

Mudah marah

Depresi

Napas pendek, berisik; berbunyi

Mati rasa atau kesemutan di lengan atau kaki

Telinga terasa berdebar

Sesak napas

Pembengkakan di jari, tangan, kaki, atau betis

Kesulitan berpikir, bicara, atau berjalan

Sulit bernapas saat sedang beristirahat

Penambahan berat badan

Feses berdarah atau hitam, batuk berdarah

Pankreatitis (rasa sakit tak tertahankan di perut bagian atas dan menyebar ke punggung, mual dan
muntah, detak jantung cepat)

Potasium rendah (kebingungan, detak jantung tak teratur, kehausan parah, sering buang air kecil, kaki
tidak nyaman, lemah otot dan perasaan lumpuh)

Tekanan darah sangat tinggi (sakit kepala parah, penglihatan buram, telinga berdengung, rasa cemas,
bingung, sakit dada, napas pendek, detak jantung tidak teratur, kejang-kejang)
Tidak semua orang mengalami efek samping methylprednisolone. Mungkin ada beberapa efek samping
yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu,
konsultasikan pada dokter atau apoteker Anda.

3. Codein

Bagaimana aturan minum Codeine?

Ikuti semua petunjuk pada label obat resep. Codeine bisa memperlambat atau mempercepat napas
Anda. Jangan pernah menggunakan obat ini dalam jumlah yang lebih banyak, atau lebih lama daripada
yang diharuskan. Beritahu dokter kalau obat tampak berhenti bekerja dalam meredakan nyeri. Codeine
mungkin menyebabkan kecanduan, bahkan pada dosis yang tepat dan teratur.

Jangan pernah berbagi obat ini dengan orang lain, yang terutama memiliki riwayat penyalahgunaan atau
kecanduan obat. PENYALAHGUNAAN OBAT NARKOTIK DAPAT MENGAKIBATKAN KECANDUAN,
OVERDOSIS, ATAU KEMATIAN, terutama pada anak-anak atau orang lain yang menggunakan obat tanpa
resep. Menjual atau memberikan codeine bertentangan dengan hukum. Minum codeine setelah makan
atau minum susu bila obat ini membuat Anda sakit perut.

Ukurlah codeine berbentuk cairan dengan sendok pengukur dosis khusus atau gelas obat. Jika Anda tidak
mempunyai alatnya, tanyakan apoteker untuk mendapatkannya.

Minum 6-8 gelas air setiap hari untuk mencegah sembelit saat Anda minum codeine. Jangan minum obat
pencahar (laksatif) tanpa menanyakan dokter. Jangan tiba-tiba berhenti menggunakan codeine setelah
penggunaan jangka panjang, atau Anda bisa mengalami gejala sakau yang menyakitkan. Tanyakanlah
kepada dokter bagaimana cara menghindari gejala sakau saat Anda berhenti menggunakan obat.

Simpan di tempat dengan suhu ruangan bebas dari kelembapan dan panas.

Perhatikan jumlah obat yang digunakan dari setiap botol baru. Codeine bisa disalahgunakan dan Anda
harus sadar kalau siapapun menggunakannya dengan tidak tepat atau tanpa resep.
Setelah Anda sudah berhenti menggunakan obat ini, siram pil yang tidak digunakan ke dalam toilet.
Pembuangan obat dengan cara mengguyur disarankan untuk mengurangi bahaya overdosis secara tidak
sengaja yang mengakibatkan kematian. Nasihat ini hanya berlaku untuk sejumlah kecil obat.

Bagaimana cara penyimpanan Codeine?

Codeine adalah salah satu obat yang paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari
obat ini mungkin memiliki aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada
kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-
anak dan hewan peliharaan.

Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila diinstruksikan.
Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi. Konsultasikan
kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal mengenai bagaimana cara aman
membuang produk Anda.

Dosis

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti dari nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter atau
apoteker Anda sebelum memulai pengobatan.

Bagaimana dosis Codeine untuk orang dewasa?

Untuk meredakan nyeri, dosis codein adalah 30 mg oral melalui suntikan atau infus setiap 6 jam atau
seperlunya.

Untuk mengatasi batuk, dosis codeine adalah 15 mg oral setiap 6 jam seperlunya. Mungkin bertambah
menjadi 20 mg setiap 4 jam. Dosis maksimald ari obat codein

Bagaimana dosis Codeine untuk anak-anak?

Untuk mengatasi batuk pada anak-anak, dosis codeine adalah:

2-6 tahun: 2,5-5 mg oral setiap 4-6 jam. Maksimal 30 mg/hari

6-12 tahun: 5-10 mg oral setiap 4-6 jam. Maksimal 60 mg/hari


Untuk mengetasi nyeri pada anak-anak, dosis codeine adalah:

1 tahun ke atas: 0,5 mg/kg atau 15 mg/m2 oral, IM, atau di bawah kulit setiap 4-6 jam seperlunya

Dalam dosis apakah Codeine tersedia?

Kesediaan obat codeine adalah:

Codeine bubuk

Codeine tablet 15mg, 30 mg, 60 mg

Codeine suntikan 15mh/mL, 30 mg/mL, 60 mg/mL, 600-1200mg/ mL

Codeine larutan 3-15 mg/5 mL

Efek Samping

Efek samping apa yang dapat dialami karena Codeine?

Efek samping codeine adalah:

Pusing

Mengantuk

Mual atau muntah

Sakit perut

Sembelit

Gatal atau ruam ringan

Hubungi dokter segera jika Anda mengalami efek samping serius dari codeine, seperti:

Detak jantung lambat, denyut nadi lemah

Kesulitan bernapas, atau sesak napas

Merasa hendak pingsan


Bertindak dan berperilaku tidak wajar

Kejang-kejang

Pencegahan & Peringatan

Apa saja yang harus diketahui sebelum menggunakan Codeine?

Dalam membuat keputusan untuk menggunakan obat, risiko meminum obat harus dipertimbangkan
melawan manfaatnya. Ini adalah keputusan Anda dan dokter Anda. Beberapa hal yang harus diketahui
sebelum menggunakan obat codeine adalah:

Alergi. Beri tahu dokter jika Anda pernah memiliki reaksi yang tidak biasa atau alergi terhadap obat ini
atau obat-obatan lainnya. Juga beri tahu ahli kesehatan jika Anda memiliki jenis alergi lain, seperti
makanan, pewarna, pengawet, atau hewan. Untuk produk obat non-resep, bacalah label atau bahan
penyusun dengan hati-hati.

Anak-anak. Produk coal tar tidak boleh digunakan pada bayi, kecuali dokter menganjurkan sebaliknya.
Studi pada obat ini telah dilakukan hanya pada pasien dewasa, dan tidak ada informasi lengkap yang
membandingkan penggunaan obat ini pada anak-anak dengan kelompok usia lainnya.

Lansia. Banyak obat-obatan belum diteliti secara khusus pada orang tua. Efek samping obat ini pada
lansia belum diketahui karena tidak ada informasi lengkap yang berhasil membandingkan penggunaan
obat ini pada orang tua dengan penggunaan dalam kelompok usia lainnya.

Interaksi

Obat-obatan apa yang mungkin berinteraksi dengan Codeine?

Walaupun beberapa jenis obat tidak bisa diminum secara bersamaan, ada juga kasus dimana obat bisa
diminum serentak jika ada interaksi. Dalam kasus ini, dokter mungkin mengubah dosis, atau mungkin
perlu adanya pencegahan. Beritahu petugas kesehatan profesional bila Anda minum obat dengan atau
tanpa resep.

Menggunakan obat ini bersamaan dengan naltrexone biasanya tidak disarankan. Dokter mungkin
memutuskan untuk tidak mengobati Anda dengan obat-obatan di bawah ini atau mengubah beberapa
obat lainnya yang Anda gunakan.
Menggunakan obat ini bersamaan dengan obat-obatan lain di bawah ini biasanya tidak disarankan, tapi
mungkin diperlukan dalam beberapa kasus. Jika kedua obat diresepkan serentak, dokter mungkin akan
mengubah dosis atau seberapa sering Anda menggunakan satu atau kedua obat.

Alfentanil

Alprazolam

Anileridine

Baclofen

Bromazepam

Buprenorphine

Bupropion

Butalbital

Butorphanol

Carbinoxamine

Carisoprodol

Chloral Hydrate

Chlordiazepoxide

Chlorzoxazone

Clobazam

Clonazepam

Clorazepate

Codeine

Dantrolene

Dezocine

Diazepam

Estazolam
Ethchlorvynol

Fentanyl

Flunitrazepam

Fluoxetine

Flurazepam

Halazepam

Hydrocodone

Hydromorphone

Ketazolam

Levorphanol

Lorazepam

Lormetazepam

Meclizine

Medazepam

Meperidine

Mephenesin

Mephobarbital

Meprobamate

Meptazinol

Metaxalone

Methadone

Methocarbamol

Methohexital

Midazolam

Morphine
Morphine Sulfate Liposome

Nalbuphine

Nitrazepam

Opium

Orphenadrine

Oxazepam

Oxycodone

Oxymorphone

Pentazocine

Prazepam

Propoxyphene

Quazepam

Remifentanil

Sodium Oxybate

Sufentanil

Suvorexant

Tapentadol

Temazepam

Tizanidine

Triazolam

Kondisi kesehatan apa yang dapat berinteraksi dengan Codeine?

Adanya masalah medis lainnya mungkin mempengaruhi penggunaan obat ini. Pastikan Anda
memberitahu dokter kalau Anda memiliki masalah medis lainnya, khususnya:

Penyakit addison (masalah pada kelenjar adrenal)

Penyalahgunaan alkohol
Masalah pada pernafasan atau paru-paru

Depresi cns

Ketergantungan obat-obatan, terutama narkoba

Prostat membesar (BPH, rostatic hypertrophy)

Hipotiroid (kekurangan tiroid)

Kifoskoliosis (tulang punggung melengkung sehingga dapat menganggu pernapasan)

Gangguan mental

Sulit buang air kecil

Tumor otak

Cedera kepala

Peningkatan tekanan di dalam kepala – beberapa efek samping codeine bisa menyebabkan masalah
serius pada orang dengan kondisi medis ini

Sulit bernapas (misalnya asma, hypercapnia)

Kelumpuhan ileus (penghambatan usus)

Depresi pernapasan (hipoventilasi atau bernafas dengan lambat)

Tekanan darah rendah

Pankreatitis (radang pankreas)

Kejang

Penyakit hati

Masalah pada perut atau pencernaan

Overdosis

Apa yang harus saya lakukan pada keadaan gawat darurat atau overdosis?

Pada kasus gawat darurat atau overdosis, hubungi penyedia layanan gawat darurat lokal (112) atau
segera ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat.

Gejala overdosis mungkin meliputi:


Kesulitan bernapas

Terlalu mengantuk

Detak jantung lambat

Pusing

Kulit dingin dan basah

Pingsan

Apa yang harus saya lakukan bila melewatkan satu dosis?

Apabila Anda melupakan satu dosis obat ini, minum sesegera mungkin. Namun, bila sudah mendekati
waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupakan dan kembali ke jadwal dosis yang biasa. Jangan
menggandakan dosis.

4. Biogesic

Indikasi

Kegunaan Biogesic (paracetamol) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :

Biogesic (paracetamol) digunakan untuk menurunkan demam pada segala usia. Namun obat ini
sebaiknya digunakan bila suhu tubuh sudah benar-benar tinggi dan membutuhkan terapi obat penurun
panas. Rekomendasi WHO : penggunaan obat penurun panas dilakukan bila suhu tubuh lebih besar dari
38.5 °C (101.3 °F).

Untuk meredakan sakit kepala, sakit gigi dan nyeri ringan lainnya. Pada nyeri yang lebih berat seperti
nyeri pasca operasi biasanya dikombinasikan dengan NSAID atau analgetic opioid.

Kombinasi Biogesic (paracetamol) dengan kafein adalah obat lini pertama pada pengobatan migrain.

Paracetamol bisa dipilih untuk meredakan nyeri pada arthritis ringan, dengan efek yang sebanding
dengan aspirin tetapi efek samping yang lebih ringan.

Obat ini adalah komponen utama pada obat flu dan pilek yang beredar luas di pasaran.

Kontra indikasi

jangan diberikan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap paracetamol.

Efek samping
Secara umum Biogesic (paracetamol) bisa ditoleransi dengan baik oleh sebagian besar orang, selama
diberikan pada dosis yang dianjurkan. Berikut adalah beberapa efek samping Biogesic (paracetamol)
yang mungkin terjadi :

Obat ini bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika penggunaanya melebihi dosis yang dianjurkan.
Potensi efek samping ini meningkat pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol.

Efek samping ringan pada saluran pencernaan misalnya mual dan muntah. Pada penggunaan dosis yang
lebih tinggi diketahui meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung.

Efek samping pada ginjal relatif jarang. Namun pada penggunaan jangka panjang, dapat meningkatkan
resiko kerusakan ginjal termasuk gagal ginjal akut.

Efek samping pada kulit kejadiannya jarang. Pada tahun 2013, FDA (US Food and Drug Administration)
memperingatkan kemungkinan terjadinya efek pada kulit seperti sindrom stevens-johnson dan nekrolisis
epidermal toksik akibat pemakaian paracetamol, meski hal ini sangat jarang namun bisa fatal jika terjadi.

Beberapa ahli menyarankan untuk menghindari penggunaan obat ini pada penderita asma terutama
anak-anak, karena ada kemungkinan menyebabkan peningkatan resiko asma ataupun memperburuk
penyakit asma yang telah diderita sebelumnya.

Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun jika terjadi pertolongan medis
harus segera diberikan karena bisa menyebabkan syok anafilaksis yang berakibat fatal

Beberapa ahli mengaitkan penggunaan Biogesic (paracetamol) oleh ibu hamil, dengan resiko terjadinya
asma pada anak-anak dan peningkatan ADHD. Namun paracetamol tetap dianjurkan sebagai obat pilihan
pertama untuk nyeri dan demam selama kehamilan, meski tetap harus memperhatikan resikonya.

Perhatian

Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan Biogesic adalah sebagai berikut :

Pemakaian Biogesic (paracetamol) harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam,
gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya muncul, karena jika terjadi
bisa berakibat fatal.

Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang mempunyai penyakit asma.

Biogesic (paracetamol) diketahui ikut keluar bersama air susu ibu (ASI) meskipun dalam jumlah yang
kecil. Obat ini adalah pilihan pertama sebagai pereda nyeri dan penurun panas bagi ibu menyusui,
namun jika anda ragu berkonsultasilah dengan dokter jika anda ingin menggunakan Biogesic
(paracetamol) saat menyusui.

Meskipun efek Biogesic (paracetamol) terhadap perdarahan lambung relatif lebih kecil daripada obat-
obat golongan NSAID, ada baiknya obat ini dikonsumsi setelah makan.
Jika anda mengkonsumsi alkohol, potensi terjadinya kerusakan hati sangat tinggi terutama pada
pemakaian jangka panjang dan dosis yang lebih tinggi.

Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.

5. Luminal / phenobarbital

Dosis Phenobarbital

Dosis phenobarbital berbeda-beda untuk setiap pasien. Berikut ini adalah dosis umum penggunaan
phenobarbital:

Kondisi: Obat penenang sebelum operasi

Suntik intramuskular

Dewasa: 100-200 mg, 60-90 menit sebelum operasi.

Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.

Anak-anak: 16-100 mg, 60-90 menit sebelum operasi.

Suntik intravena atau tablet

Anak-anak: 1-3 mg/kgBB, sebelum operasi.

Suntik

Dewasa: 200-600 mg, dilanjutkan dengan phenobarbital tablet 100-300 mg per hari pada malam hari.

Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.

Anak-anak: 100-400 mg, dilanjutkan dengan tablet 3-5 mg/kgBB atau 125 mg/m2 per hari.

Kondisi: Obat penenang

Tablet

Dewasa: 30-120 mg yang dibagi ke dalam 2-3 jadwal konsumsi.

Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.


Anak-anak: 6 mg/kgBB per hari atau 180 mg/m2, yang dapat dibagi menjadi beberapa jadwal konsumsi.

Kondisi: Obat tidur (hipnotik)

Tablet

Dewasa: 100-320 mg, khusus pengobatan insomnia, obat tidak boleh dikonsumsi selama lebih dari 2
minggu.

Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.

Suntik

Dewasa: 100-320 mg, khusus pengobatan insomnia, obat tidak boleh digunakan selama lebih dari 2
minggu.

Lansia: Kurangi dari dosis dewasa.

Menggunakan Phenobarbital dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan phenobarbital sebelum mulai
menggunakannya.

Phenobarbital bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah makan, dan gunakan air putih untuk menelan
tablet phenobarbital.

Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Konsumsi phenobarbital
pada malam hari karena obat ini bisa menyebabkan kantuk. Penderita epilepsi dilarang untuk
mengemudi hingga diperbolehkan oleh dokter, atau biasanya setelah pasien tidak lagi mengalami kejang-
kejang selama satu tahun.

Untuk mencegah kejang muncul kembali pada penderita epilepsi, phenobarbital harus dikonsumsi tiap
hari. Jangan menghentikan konsumsi phenobarbital tanpa seizin dokter.

Bagi pasien yang lupa mengonsumsi phenobarbital, disarankan untuk segera melakukannya begitu
teringat, jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan
jangan menggandakan dosis.
Pastikan untuk memeriksakan diri ke dokter secara teratur selama mengonsumsi phenobarbital agar
dokter dapat memonitor perkembangan kondisi.

Pasien wanita yang menggunakan kontrasepsi pil KB, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter
tentang pemilihan alat kontrasepsi lain karena phenobarbital bisa membuat pil kontrasepsi menjadi tidak
efektif.

Simpanlah phenobarbital di dalam tempat penyimpanan yang tertutup rapat dan jauh dari jangkauan
anak-anak. Simpan pada suhu ruangan yang terlindung dari paparan sinar matahari.

Interaksi Phenobarbital dengan Obat Lain

Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan phenobarbital bersama
dengan obat lain:

Warfarin. Phenobarbital dapat mengurangi kadar warfarin dalam darah, sehingga kurang efektif dalam
mencegah pembekuan darah.

Kortikosteroid. Phenobarbital dapat mengurangi efektivitas kortikosteroid dalam tubuh, sehingga tidak
dapat bekerja dengan baik.

Doxycycline. Phenobarbital dapat mengurangi kemampuan doxycycline untuk mengobati infeksi, karena
tubuh tidak mampu memproses doxycycline dengan baik.

Griseofulvin. Phenobarbital dapat menghambat penyerapan griseofulvin dalam darah dan menurunkan
efektivitasnya.

Progesteron dan estradiol. Phenobarbital dapat menurunkan efek obat-obatan ini.

Efek Samping Phenobarbital

Efek samping yang dapat timbul setelah menggunakan phenobarbital adalah:

Merasa lelah.

Mengantuk.

Pusing.
Sakit kepala.

Sensitif atau mudah marah.

Disartria, yaitu melemahnya otot-otot bicara.

Ataksia, yaitu kondisi berkurangnya kendali otot dan koordinasi gerakan tubuh, seperti berjalan atau
mengambil benda.

Kesemutan.

Vertigo.

Untuk pasien lansia, efek samping yang mungkin muncul adalah disorientasi dan depresi. Sementara
untuk pasien anak-anak, efek samping yang mungkin muncul adalah anak menjadi hiperaktif.

6. Vit b1

Vitamin B1 atau tiamin adalah salah satu vitamin yang berguna dalam merubah karbohidrat menjadi
energi untuk tubuh, terutama otak dan sistem saraf. Vitamin B1 dapat dijumpai dalam berbagai
makanan, seperti sereal, daging sapi, kacang-kacangan, dan telur.

Kekurangan vitamin B1 bisa menyebabkan penyakit beriberi atau sindrom Wernicke-Korsakoff.


Kekurangan vitamin B1 sendiri seringkali dialami oleh orang-orang yang kecanduan alkohol, rutin
mengonsumsi obat furosemide, penderita HIV/AIDS, dan orang-orang yang menjalani operasi bariatrik,
yaitu operasi pengecilan ukuran lambung untuk menurunkan berat badan. Jika asupan vitamin B1 tidak
tercukupi dari makanan, dokter akan menyarankan konsumsi suplemen vitamin B1. Suplemen vitamin B1
tersedia dalam bentuk obat tunggal, gabungan dengan vitamin B lainnya, atau gabungan dengan vitamin
dan mineral lainnya.

Manfaat: Memenuhi kebutuhan vitamin B1 dan mengobati penyakit akibat kekurangan vitamin B1

Peringatan:

Secara umum, penggunaan suplemen vitamin B1 dianggap aman bila digunakan sesuai dengan dosis
yang dianjurkan.

Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal yang direncanakan pemberian vitamin B1 melalui
suntikan.

Kekurangan vitamin B1 dapat dipicu oleh kondisi yang dapat menyebabkan kekurangan vitamin lainnya,
disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkinan kekurangan vitamin lainnya selain
vitamin B1.

Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.


Dosis:

Kekurangan vitamin B1 : Dewasa: Sampai 300 mg per hari.Anak: 10-50 mg per hari.

Pencegahan kekurangan vitamin B1. Dewasa: 10-25 mg satu kali sehari atau dibagi menjadi beberapa
dosis.

Interaksi Vitamin B1 dengan Obat Lain

Pemberian suplemen vitamin B1 bersama dengan antibiotik azithromycin, clarithromycin, dan


erythromycin dapat mengurangi efek dari vitamin B1.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Vitamin B1

Vitamin B1 hampir tidak pernah menyebabkan efek samping, terutama jika dikonsumsi dalam dosis yang
tepat. Terkadang pemberian vitamin B1 dapat menimbulkan reaksi seperti hangat, gatal, kesemutan, dan
mual. Meski jarang sekali terjadi, dapat menimbulkan syok anafilaktik, khususnya vitamin B1 dalam
bentuk suntikan.

Anda mungkin juga menyukai