Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH WAKTU PEMASAKAN DAN

VOLUME LARUTAN PEMASAK TERHADAP


VISKOSITAS PULP DARI AMPAS TEBU

Adi Gunawan*, Dessy Endiana Sihotang, M. Yusuf Thoha


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Abstrak

Ampas tebu mengandung selulosa yang cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan bahan baku alternatif
pembuatan pulp. Proses pembuatan pulp yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses acetosolv,
yaitu melepaskan serat ampas tebu dengan larutan asam asetat. Penelitian ini mengamati pengaruh waktu
pemasakan dan volume larutan pemasak terhadap % yield dan viskositas dari pulp yang dihasilkan.
Jangkauan variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah waktu pemasakan 90, 120, 150, dan 180
menit dengan volume larutan pemasak asam asetat 100, 120, 140 dan 160. Hasil kualitas pulp dianalisa
untuk mendapatkan viskositas dan % yield. Diperoleh hasil pulp terbaik pada waktu pemasakan 90 menit,
dengan volume larutan pemasak asam asetat 100 ml.

Kata kunci: ampas tebu, acetosolv, pulp, viskositas

Abstract

Bagasse contains cellulose a fairly high, so it can be used as alternative raw materials pulping. Process
pulping used in this study is acetosolv process, which is releasing fibers of bagasse with acetic acid
solution. This study looked at the effect of cooking time and cooking solution volume of % yield and
viscosity of the pulp produced. Range of variables used in this study is the cooking time 90, 120, 150, and
180 minutes with a volume of a solution of acetic acid cookers 100, 120, 140 and 160. The results were
analyzed to obtain quality pulp viscosity and % yield. Pulp obtained best results when cooking 90
minutes, with the volume of a solution of 100 ml of acetic acid cooker.

Keyword: bagasse, acetosolv, pulp, viscosity

1. PENDAHULUAN Sebenarnya bahan baku yang dapat


Perkembangan industri pulp dan kertas diolah untuk menghasilkan pulp ini ada beberapa
di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini ditunjukkan jenis, diantaranya kayu, jerami, bambu, bagasse,
dengan peningkatan kapasitas produksi pulp dari dan lain-lain. Namun, peneliti mencoba untuk
sekitar 6,5 juta ton per tahun, menjadi sekitar 11 memanfaatkan ampas tebu yang selama ini hanya
juta ton per tahun (Laporan Asosiasi Pulp dan dijadikan bahan bakar saja.
Kertas Indonesia, APKI, 2009). Peningkatan Ampas tebu sebagai sisa penggilingan
tersebut membuat bahan dasar kertas yaitu pulp tebu yang telah diambil cairan niranya
kayu semakin berkurang akibat dari tidak mengandung bahan berserat yang sangat
seimbangnya antara penanaman dan penebangan bermanfaat sebagai bahan baku pembuatan pulp.
kayu. Alternatif yang dapat dilakukan adalah Selama ini ampas tebu hanya ditumpuk di sekitar
mencari bahan baku alternatif sebagai tambahan pabrik maupun di tempat penjualan minuman
bahan baku kertas. Agar produksi pulp yang tebu (es tebu) dan akan dibuang begitu saja
dihasilkan dapat diterima di pasar internasional, karena dipandang tidak mempunyai nilai
maka harus dilakukan usaha-usaha pencarian ekonomis jika tidak dikelola secara tepat.
teknologi alternatif yang lebih aman terhadap Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
lingkungan. diadakan penelitian pembuatan pulp dengan

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 18, April 2012 Page 1


bahan baku alternatif, dan teknologi yang lebih kimia dan proses mekanis. Hasil yang diperoleh
aman terhadap lingkungan, dalam hal ini peneliti dengan proses ini lebih rendah dibandingkan
menggunakan ampas tebu dari penjualan dengan proses mekanis
minuman tebu yang tidak digunakan lagi,
sehingga menjadi limbah. Ampas tebu mudah 3.Pembuatan Pulp Secara Kimia
didapatkan dan terjangkau sehingga dapat Dalam metode ini, serpihan kayu dimasak
digunakan sebagai bahan baku alternatif dengan bahan kimia yang tepat dalam larutan
pembuatan pulp karena ampas tebu mempunyai berair dengan menaikkan suhu dan tekanan.
kandungan selulosa yang hampir sama Tujuannya adalah mendegradasi dan melarutkan
banyaknya dengan kayu. Tujuan utama lignin dan meninggalkan sebagian besar selulosa
pembuatan pulp adalah untuk melepaskan serat- dan hemiselulosa dalam bentuk serat utuh. Ada
serat yang dapat diproses secara kimia, secara tiga metode pembuatan pulp secara kimia yaitu
mekanis atau dengan kombinasi kedua perlakuan proses Kraft dan proses soda (basa), proses sulfit
tersebut. Sementara pada penelitian pembuatan (asam), dan proses organosolv.
pulp dari ampas tebu dilakukan secara kimia 1) Proses sulfat (Kraft)
dengan proses acetosolv. Sistem pemasakan alkali bertekanan
pada suhu tinggi dikenal dalam tahun 1850 –an.
Proses Pembuatan Pulp Menurut metode yang diusulkan oleh C. Watt
1.Pembuatan Pulp Secara Mekanis dan H. Burgess, larutan natrium hidroksida
Proses pengasahan kayu dimana kayu digunakan sebagai lindi pemasak dan lindi bekas
gelondongan yang dikuliti diperlakukan dalam yang dihasilkan dipekatkan dengan cara
batu asah yang berputar dengan diberi semprotan penguapan dan dibakar.
air merupakan dasar pembuatan pulp secara Dalam tahun 1870, A.K. Eaton
mekanis. Bahan kayu dirobek-robek dalam mematenkan penggunaan natrium sulfat sebagai
bentuk bagian-bagian serat yang kurang lebih pengganti natrium karbonat. Gagasan yang mirip
rusak. Kerusakan serat secara fisik ini tidak dapat diikuti oleh C.F. Dahl, yang sekitar 15 tahun
dihindari dan karena itu kekuatan kertas yang kemudian menyajikan proses pembuatan pulp
dibuat dari pulp - pulp mekanik agak rendah. yang mudah dilakukan secara teknik di Danzig.
Kelemahan-kelemahan lain dari pembuatan pulp Penemuan-penemuan ini mengawali proses
mekanik adalah pemakaian energi yang tinggi (kraft). Namun terobosan proses kraft pertama-
dan hanya kayu-kayu lunak, terutama yang tama terjadi dalam tahun 1930-an setelah
berguna sebagai bahan baku. Metode untuk dikenalkan sistem-sistem pengelantangan
memproduksi pulp kayu asah batu bertingkat banyak.
dikembangkan sekitar 1840 oleh F.G Keller. Saat ini proses sulfat tidak hanya
Metode secara mekanis adalah metode merupakan proses pembuatan pulp alkalis yang
yang paling tua dan masih digunakan adalah utama untuk kayu, tetapi sekaligus juga
groundwood process, dimana satu blok kayu merupakan proses pulp yang paling penting.
sesuai panjangnya dipres dengan batu giling Proses sulfat melibatkan pemasakan chip dengan
yang lembab dan kasar. Serat dipisahkan dari larutan NaOH dan Na2S. Reaksi dengan alkali
kayu dan dicuci dari permukaan batu dengan air. menyebabkan pemecahan lignin menjadi
Larutan encer dari serat dan potongan-potongan kelompok yang lebih kecil dimana garam
serat disaring untuk memisahkan pecahan dan natrium dapat larut dalam cairan pemasak. Pada
partikel berukuran besar dan dipadatkan (dengan proses sulfat menghasilkan kertas yang kuat
penghilangan air) untuk membentuk pulp dan tetapi pulp yang belum diputihkan berwarna
untuk pembuatan kertas. coklat tua. Proses ini ditemukan lebih dari 100
Metode ini memiliki keuntungan tahun yang lalu sebagai modifikasi dari proses
mengubah 95% berat kering kayu menjadi pulp soda.
tetapi membutuhkan jumlah energi yang sangat 2) Proses Soda
besar untuk mengerjakannya. Pulp membentuk Dalam proses ini, kayu dimasak dengan
kertas tak tembus cahaya yang bagus untuk NaOH. Cairan pemasak yang tersisa diuapkan
printing tapi lembarannya lemah dan dapat pudar dan dibakar menghasilkan Na2CO3 dan ketika
dengan mudah jika terkena cahaya. ditambahkan dengan kapur menghasilkan NaOH.
Keuntungan proses soda adalah mudah
2.Pembuatan Pulp Secara Semikimia mendapatkan kembali bahan kimia hasil
Proses-proses pembuatan pulp secara semikimia pemasakan (recovery) NaOH dari lindi hitam dan
pada dasarnya ditandai dengan perlakuan kimia bahan baku yang dipakai dapat bermacam-
didahului dengan tahap penggilingan secara macam.
mekanik. Proses ini menggabungkan proses

Page 2 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 18, April 2012


3) Proses Sulfit karakterisrik pulp yang dihasilkan sebanding
Dalam proses ini, campuran asam sulfit dengan proses Kraft.
(H2SO3) dan ion bisulfit (HSO3) digunakan untuk Menurut Kleinert (1974) mengatakan
melarutkan lignin. Sulfit bersatu dengan lignin bahwa ciri penting dari organosolv adalah
membentuk garam dari asam lignosulfonik yang pemutihan pulp lebih mudah dan dapat dilakukan
dapat larut dalam larutan pemasak dan struktur dengan menggunakan senyawa non-klor serta
kimia dari lignin masih utuh. Bahan kimia dasar daur ulang larutan pemasak relatif mudah
untuk bisulfit dapat berupa ion kalsium, melalui metode penguapan.
magnesium, natrium atau ammonium. Pulp sulfit
dapat dilakukan dalam rentang pH yang besar. Asam Asetat (CH3COOH)
Asam sulfit menunjukkan proses pulp dengan Asam asetat berbentuk cairan tak
kelebihan asam sulfur bebas (pH 1-2), dimana berwarna. Istilah yang paling sering digunakan
bisulfit memasak dalam keadaan sedikit asam. dalam industri yaitu asam cuka. Asam asetat
Pulp sulfit berwarna lebih cerah daripada pulp dapat membentuk kristal pada titik beku 16,7°C.
kraft dan dapat di bleach lebih mudah tetapi Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak
lembaran kertas lebih lemah daripada kertas logam seperti besi, magnesium, dan seng,
kraft. membentuk gas hidrogen dan garam-garam
1) Proses Organosolv asetat (disebut logam asetat).
Proses organosolv adalah proses pemisahan
serat dengan menggunakan bahan kimia organik Tabel 1. Sifat Fisika Asam Asetat
seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam Asam Asetat Keterangan
asetat, dan lain-lain. Proses ini telah terbukti Rumus Molekul CH3COOH
memberikan dampak yang baik bagi lingkungan Berat Molekul 60.05 gr/mol
dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber Densitas 1.049 g cm−3
daya hutan. Wujud Cairan tak berwarna
Dengan menggunakan proses organosolv atau Kristal
diharapkan permasalahan lingkungan yang Titik lebur 16,5oC
dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dapat Titik beku 118,1oC
diatasi. Hal ini karena proses organosolv
memberikan beberapa keuntungan, antara lain Asam asetat adalah senyawa kimia asam
yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam
tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih dan aroma dalam makanan. Asam asetat juga
aman terhadap lingkungan, dapat menghasilkan digunakan dalam produksi polimer seperti
hasil sampingan berupa lignin dan hemiselulosa polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan
dengan tingkat kemurnian tinggi. polivinil asetat, maupun berbagai macam serat
Penelitian mengenai penggunaan bahan dan kain. Larutan asam asetat dalam air
kimia organik sebagai bahan pemasak dalam merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
proses pulping sebenarnya telah lama dilakukan. terurai sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Ada berbagai macam jenis proses organosolv,
namun yang telah berkembang pesat pada saat
ini adalah proses alcell (alcohol cellulose) yaitu Faktor-Faktor dalam Pembuatan Pulp
proses pulping dengan menggunakan bahan Adapun faktor yang berpengaruh dalam
kimia pemasak alkohol dan proses acetosolv pembuatan pulp sebagai berikut :
dengan menggunakan bahan kimia pemasak 1) Konsentrasi Pelarut
asam asetat. Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka
Proses organosolv telah dipelajari sejak semakin banyak lignin yang ikut terlarut.
tahun 1930 oleh beberapa peneliti seperti 2) Perbandingan Cairan Pemasak Terhadap
Kleinert, Marton dan kawan-kawan, Green dan Bahan Baku
kawan-kawan, Nimz dan kawan-kawan. Tiga Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan
grup ini peneliti pertama menggunakan etanol baku haruslah memadai agar lignin terurai
dan metanol sebagai bahan pelarut, sedangkan dan dapat larut sempurna dalam cairan
Nimz menggunakan asam asetat. Proses pulping pemasak.
dengan menggunakan asam asetat disebut proses 3) Suhu dan Waktu Pemasakan
acetosolv. Menurut Ararki et al., (1989) bahwa Suhu dan waktu pemasakan meruapakan dua
tahun 1980 metode pulping organosolv telah variable yang terkait. Suhu dan waktu
mulai dikembangkan ke arah penerapan. Proses pemasakan mempengaruhi rendemen pulp
organosolv ini tidak hanya efektif digunakan yang dihasilkan dan kelarutan lignin
untuk karbohidrat dan lignin tetapi juga (Rydholm, 1965). Keterkaitan dua variable

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 18, April 2012 Page 3


ini dijelaskan oleh Casey (1960), bahwa m.Pa.s sedangkan industri pulp kertas memiliki
pengolahan pulp dengan suhu yang tinggi nilai viskositas optimal 9 – 9,5 m.Pa.s (PT.
akan memerlukan waktu pemasakan yang TEL,2010). Viskositas yang menurun karena
singkat. Namun, pada suhu yang tinggi terjadi pemutusan rantai selulosa yang
dengan waktu pemasakan yang lama akan mengakibatkan rendahnya rendemen dan
menyebabkan terurainya selulosa sehingga kekukatan pulp (Helga, 2009).
rendemen dan suatu pulp yang dihasilkan
rendah.
4) Serat
Serat mempengaruhi terhadap ketahanan dari 2. METODELOGI
kertas yang akan dibuat.
Alat dan Bahan
Viskositas Alat yang digunakan dalam pelaksanaan ini
Viskositas adalah ukuran yang terdiri dari :
menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. 1) Autoklaf
Kekentalan merupakan sifat cairan yang 2) Pemanas listrik
berhubungan erat dengan hambatan untuk 3) Erlenmeyer
mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat 4) Kertas saring
mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir 5) Aluminium foil
secara lambat. Cairan yang mengalir cepat 6) Oven
seperti air, alcohol dan bensin mempunyai 7) Timbangan
viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir 8) Gunting
lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu
mempunyai viskositas besar. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
Jadi viskositas tidak lain menentukan ini terdiri dari :
kecepatan mengalirnya suatu cairan. Viskositas 1) Ampas tebu
(kekentalan) cairan akan menimbulkan gesekan 2) Aquadest
antara bagian-bagian atau lapisan-lapisan cairan 3) Asam asetat 95%
yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan 4) Bahan-bahan untuk analisa
atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh gaya
kohesi dalam zat cair. Sedangkan viskositas gas Prosedur Penelitian
ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang a. Tahap Persiapan Bahan Baku
terjadi antara molekul-molekul gas. 1) Ampas tebu dibersihkan dari kotoran-
Satuan SI untuk viskositas adalah N s/m2 = Pa.s kotoran yang menempel.
(Paskal sekon), sedangkan menurut system cgs 2) Ampas tebu yang telah bersih direndam
satuan viskositas adalah Poise (1 Poise = 0,1 dengan air selama ± 24 jam, kemudian
Pa.s) yang setara dengan dyne s/cm2. Suatu dijemur dengan sinar matahari.
cairan mempunyai viskositas absolut atau 3) Ampas tebu dipotong dengan ukuran 1-2
dianamik 1 poise, bila gaya 1 dyne diperlukan cm.
untuk menggerakkan bidang seluas 1 cm2 pada 4) Ampas tebu yang telah dikeringkan
kecepatan 1 cm/detik terhadap permukaan disimpan dalam wadah yang tertutup.
bidang datar sejauh 1 cm. viskositas sering juga b. Proses Pemasakan
dinyatakan dalam sentipoise (1 Poise = 100 cP), 1) Ampas tebu dan cairan pemasak
(Yazid, 2005). dimasukkan ke dalam erlenmeyer sesuai
Viskositas suatu cairan murni atau larutan variabel percobaan.
merupakan indeks hambatan alir cairan. Cairan 2) Erlenmeyer ditutup dengan aluminium
mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk foil kemudian dimasukkan ke dalam
mengalir dari pada gas sehingga cairan autoklaf.
mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar 3) Erlenmeyer dipanaskan dengan autoklaf
daripada gas, (Sukardjo, 1997). pada temperatur tetap (121oC) dan waktu
Pengujian viskositas pulp merupakan salah satu tertentu (sesuai dengan variasi yang
pengujian yang penting dilakukan untuk dilakukan).
mengetahui kualitas pulp (SNI 14-0936-1989 ). 4) Autoklaf dimatikan, semua uap air
Dalam hal ini pengujian viskositas menunjukkan dikeluarkan dari autoklaf secara perlahan-
daya tahan serat pada lembaran pulp. Setiap lahan dari katup pengeluaran. Kemudian
industri pulp memiliki standar nilai viskositas Erlenmeyer dikeluarkan dan didinginkan
yang berbeda, seperti halnya pada industi pulp dalam air hingga temperatur kamar.
rayon memiliki nilai viskositas optimal 6,02

Page 4 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 18, April 2012


5) Padatan dipisahkan dengan cairan pemasak 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
melalui corong yang dilengkapi dengan
kertas saring. Tabel 1. Data Hasil Perolehan Pulp terhadap
6) Larutan dicuci kembali dengan asam asetat, Waktu Pemasakan dan Volume Larutan Pemasak
dan filtrat ditampung dengan wadah lain. Waktu Volume % Yield
7) Padatan dibilas dengan air sampai filtrat Pemasakan Larutan
kelihatan jernih, dan air cucian bekas bisa (menit) Pemasak (ml)
langsung dibuang. 100 45,81
8) Padatan yang telah dicuci kemudian 120 44,62
dikeringkan. 90
140 43,91
9) Padatan yang telah kering ditimbang. 160 43,47
100 43,25
Prosedur Analisa 120 42,67
a. Perhitungan Analisa % Yield Pulp 120
140 41,72
1) Timbang berat pulp kering yang didapat. 160 41,02
2) Menghitung % Yield :
100 40,62
% Yield=
BeratPulpK ering 120 39,21
x100% 150
BeratAwalB ahan 140 38,43
160 37,85
b.Analisa Viskositas pada Pulp 100 37,02
a. Penyiapan Sampel 120 36,45
1) Sampel pulp yang ada dijadikan slush pulp 180
140 35,82
dengan menambahkan air. 160 34,71
2) Sheet ditipiskan dengan menggunakan hand
sheet machine, lalu dikeringkan di udara
terbuka. Tabel 2. Data Hasil Perolehan Pulp terhadap
3) Pengeringan sampel untuk viskositas harus di Volume Larutan Pemasak dan Waktu Pemasakan
udara terbuka, seandainya menggunakan Waktu Pemasakan Volume %
pengering jangan dilakukan pada temperatur (menit) Larutan Yield
di atas 60oC. Pemasak (ml)
b. Cara Kerja 90 45,81
1) Sheet yang telah kering, ditimbang dengan 120 43,25
berat 0,250 gram sampel. 100
150 40,62
2) Sampel yang sudah ditimbang dimasukkan ke 180 37,02
dalam botol plastik yang berisi strirring rod
90 44,62
dari tembaga.
120 42,67
3) Ditambahkan 25 ml air, dikocok dengan 120
150 39,21
shaker selama 10 menit.
4) Ditambahkan 25 ml larutan 180 36,45
cupriethylenediamine, lalu tutup erat 90 43,91
tutupnya dan dikocok dengan shaker sampai 120 41,72
140
serat terdispersi dengan sempurna. (biasanya 150 38,43
15 menit cukup). 180 35,82
5) Didiamkan selama 2 menit, lalu pipet 10 ml 90 43,47
suspensi pulp dan dimasukkan ke dalam 120 41,02
160
viskometer yang terendam di dalam water 150 37,85
batch dengan suhu 25oC ± 1oC. 180 34,71
6) Suspensi pulp dihisap dari bagian tube yang
kecil sampai suspensi melewati batas atas,
biarkan suspensi turun dan stopwatch
dihidupkan begitu suspensi mencapai batas
bawah.
7) Kemudian efflux time-nya dicatat.

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 18, April 2012 Page 5


Tabel 3. Pengukuran Viskositas terhadap Waktu Pembahasan
Pemasakan dan Volume Larutan Pemasak Dari hasil penelitian yang dilakukan
Volume Waktu Viskositas diperoleh % yield dan pengukuran viskositas
Larutan pemasakan (mPa.s) yang berbeda-beda sesuai dengan variabelnya,
Pemasak (menit) terutama variabel waktu pemasakan dan volume
(ml) larutan pemasak. Dari data-data yang didapat
100 5,065 diketahui bahwa perolehan pulp dan viskositas
120 4,864 semakin menurun seiring meningkatnya volume
90 larutan pemasak dan lama pemasakan.
140 4,793
160 4,725 Menurunnya perolehan pulp dan viskositas ini
100 4,705 bisa dilihat secara lebih jelas pada gambaran
120 4,623 grafik di bawah ini.
120
140 4,560
160 4,482 Pengaruh Waktu Pemasakan dan Volume
100 4,435 Larutan Pemasak terhadap % Yield
120 4,412
150
140 4,362 46
160 4,283
100 4,211 44
120 4,154
180 42
140 4,067
% Yield
160 3,920
40

38
Tabel 4. Pengukuran Viskositas terhadap
Volume Larutan Pemasak dan Waktu Pemasakan 36

Waktu Volume Viskositas 34


Pemasakan Larutan (mPa.s) 80 100 120 140 160 180 200
(menit) Pemasak (ml) Waktu Pemasakan (menit)
90 5,065
120 4,705
100
150 4,435 100 ml 120 ml 140 ml 160 ml
180 4,211
90 4,864
120 4,623 Gambar 1. Pengaruh Waktu Pemasakan dan
120
150 4,412 Volume Larutan Pemasak terhadap %
180 4,154 Yield
90 4,793
120 4,560 Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui
140 perolehan pulp semakin menurun seiring
150 4,362
180 4,067 meningkatnya waktu pemasakan. Pemasakan
90 4,725 pulp dengan waktu 90 menit menghasilkan %
120 4,482 yield tertinggi yaitu 45,81 %. Sedangkan % yield
160 terendah diperoleh pada pemasakan pulp dengan
150 4,283
180 3,920 waktu 180 menit yaitu 34,71 %. Menurunnya
perolehan pulp ini disebabkan karena proses
delignifikasi semakin cepat sehingga yang
Analisa viskositas ini dilakukan di laboratorium diperoleh hanya selulosanya saja.
PT. Tanjung Enim Lestari pulp and paper.
Menggunakan alat pengukur viskositas yang
dinamakan Capillary Viscometer. Sebelum
dianalisa, pulp yang telah dibentuk sebelumnya
dicetak terlebih dahulu menjadi bentuk kertas
standar menggunakan screening, alat pencetak
kertas.

Page 6 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 18, April 2012


Pengaruh Volume Larutan Pemasak dan ini juga dapat menunjukkan daya tahan serat
Waktu Pemasakan terhadap % Yield pada lembaran pulp.

46 5,40
45 90
44 120 5,20 100 ml
43 150 120 ml
5,00

Viskositas (mPa.s)
42 140 ml
180
% Yield

41 4,80
40 160 ml
39 4,60
38
37 4,40
36
35 4,20
34
4,00
90 120 150 180
3,80
Volume Larutan Pemasak (ml)
80 100 120 140 160 180 200
Waktu Pemasakan (menit)

Gambar 2. Pengaruh Volume Larutan Pemasak


dan Waktu Pemasakan terhadap % Gambar 3. Pengukuran Viskositas terhadap
Yield Waktu Pemasakan dan Volume
Larutan Pemasak
Mac Donald dan Franklin (1969)
menjelaskan bahwa perbandingan volume larutan Dari grafik di atas, terlihat bahwa
pemasakan dengan berat serpih mempunyai viskositas pulp semakin turun seiring dengan
pengaruh besar terhadap tingkat kematangan semakin lamanya waktu pemasakan pada saat
pulp. Jika perbandingan tersebut cukup tinggi, proses pembuatan pulp. Pemasakan pulp dengan
maka larutan pemasak dan pematangan pulp waktu pemasakan 90 menit menghasilkan nilai
semakin sempurna. viskositas tertinggi yaitu 5,065 mPa.s.
Perbandingan volume larutan pemasak Sedangkan nilai viskositas terendah diperoleh
dengan berat serpih yang lebih kecil dari 12 : 1 pada pemasakan pulp dengan waktu pemasakan
akan menyebabkan tingginya konsentrasi lignin 180 menit yaitu 3,92 mPa.s. Penurunan
dan terjadinya pengendapan lignin pada pulp. viskositas ini disebabkan serat yang ada pada
Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pulp semakin terurai. Dengan kata lain, ikatan
perbandingan volume larutan pemasak yang yang ada pada pulp tersebut semakin terlepas
cukup besar yaitu 20 : 1 untuk meminimumkan satu sama lain yang membuat pulp tersebut
proses pengendapan lignin. semakin rapuh.
Berdasarkan grafik di atas dapat
diketahui perolehan pulp semakin menurun
seiring bertambahnya volume pemasakan. Pengukuran Viskositas terhadap Volume
Pemasakan pulp dengan volume larutan pemasak Larutan Pemasak dan Waktu Pemasakan
100 ml menghasilkan % yield tertinggi yaitu
45,81 %. Sedangkan % yield terendah diperoleh Untuk menyelesaikan suatu proses
pada pemasakan pulp dengan volume larutan pemasakan pada waktu yang relatif singkat,
pemasak 160 ml yaitu 34,71 %. biasanya ditambahkan larutan pemasak yang
jumlahnya sedikit berlebih. Dengan
bertambahnya volume larutan pemasak yang
Pengukuran Viskositas terhadap Waktu dimasukkan maka akan mengurangi rendemen
Pemasakan dan Volume Larutan Pemasak pulp karena jumlah hemisellulosa yang terlarut
bertambah. Semua zat kimia dikonsumsi bersama
Lamanya waktu pemasakan karbohidrat dan kekuatan pulp ditentukan dengan
berpengaruh terhadap viskositas yang menurun tingkat selulosa dan hemiselulosa yang
karena terjadi pemutusan rantai selulosa yang terdegradasi, yang dinyatakan dengan viskositas
mengakibatkan rendahnya rendemen dan pulp (PT. TPL, 2002).
kekukatan pulp (Helga, 2009). Analisa viskositas

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 18, April 2012 Page 7


viskositas yang dihasilkan semakin
6,00 meningkat. Dari penelitian ini didapatkan
90 menit bahwa perolehan viskositas tertinggi pada
5,50 120 menit saat waktu pemasakan 90 menit dengan
150 menit volume larutan pemasak 100 ml. sedangkan
Viskositas (mPa.s)

180 menit
5,00 perolehan viskositas pada saat waktu
pemasakan 180 menit dengan volume larutan
4,50 pemasak 160 ml.
4) Pada penelitian ini, perolehan % yield dan
4,00 viskositas semakin menurun seiring dengan
bertambahnya waktu pemasakan dan volume
larutan pemasak.
3,50

3,00
90 110 130 150 170 DAFTAR PUSTAKA
Volume Pemasakan (ml)
Simanjuntak, H.M.1994. Pulp Acetosolv.
Diakses pada 25 Sepetember 2011 dari
Gambar 4. Pengukuran Viskositas terhadap http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12
Volume Larutan Pemasak dan Waktu Pemasakan 3456789/30379/BAB%20II_Tinjauan%20Pu
staka_F94HMS-3.pdf
Berdasarkan grafik di atas, pengukuran
viskositas semakin menurun seiring Bima dan Novriyadi. 2009. Pengaruh Pemutihan
bertambahnya volume larutan pemasak. Terhadap Warna Pulp dari Ampas
Pemasakan pulp dengan volume larutan pemasak Tebu.Penelitian Jurusan Teknik Kimia
100 ml menghasilkan nilai viskositas tertinggi Universitas Sriwijaya. Indralaya.
yaitu 5,065 mPa.s. Sedangkan nilai viskositas
terendah diperoleh pada pemasakan pulp dengan Charles dan Putra. 2009. Pengaruh
volume larutan pemasak 160 ml yaitu 3,92 Perendaman,Penambahan Serat Dan Suhu
mPa.s. Penurunan viskositas ini dipengaruhi Perbusan Terhadap Kualitas Kertas Hasil
oleh proses perusakan selulosa dan hemiselulosa Daur Ulang Kertas Bekas Waktu. Penelitian
yang mempengaruhi kualitas pulp seiring Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya.
semakin banyaknya pemakaian volume larutan Indralaya.
pemasak.
Medi dan Arini. 2011. Pengaruh Pemutih
Terhadap Warna Pulp Dari Limbah Kayu
4. KESIMPULAN Merawan. Penelitian Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sriwijaya. Indralaya.
1) Ampas tebu dapat dijadikan salah satu bahan
alternatif untuk pembuatan pulp rayon SNI 14-0936-1989. 1989. Pulp - Cara uji
dikarenakan pada penelitian ini di dapat viskositas - Kuprietilendiamin (Viskometer
viskositas pulp sebesar 5,065 mPa.s yang kapiler). Diakses pada 27 Sepetember 2011
hampir mendekati SNI 0938:2010 yaitu 6,2 dari http:// websisni.bsn.go.id/ index.php?/
mPa.s. sni_main/sni/detail_sni/7678.
2) Pada pembuatan pulp dari ampas tebu,
semakin sedikit waktu pemasakan dan SNI 14-0936-2008. 2008. Pulp-Viskositas.
kecilnya volume larutan pemasak, maka pulp Diakses pada 27 Sepetember 2011 dari
yang dihasilkan semakin meningkat. Dari http://eascience.files.wordpress.com/2010/06/
penelitian didapatkan bahwa perolehan pulp 16486_sni-0936-2008-pulp-viskositas.pdf
tertinggi pada saat waktu pemasakan 90
menit dengan volume larutan pemasak 100 Anonim. 2011. Asam Asetat. Diakses pada 27
ml. sedangkan perolehan pulp terendah pada September 2011 dari http:// id.wikipedia.org/
saat waktu pemasakan 180 menit dengan wiki/Asam_asetat
volume larutan pemasak 160 ml.
3) Pada pembuatan pulp dari ampas tebu,
semakin sedikit waktu pemasakan dan
kecilnya volume larutan pemasak, maka

Page 8 Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 18, April 2012

Anda mungkin juga menyukai