net/publication/323847167
Filsafat Manusia
CITATIONS READS
0 5,390
1 author:
Helaluddin Helaluddin
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
44 PUBLICATIONS 11 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Helaluddin Helaluddin on 19 March 2018.
2
Das Man : Manusia Inautentik
Menurut Martin Heidegger kondisi manusia selalu
terentang di antara dua eksistensi yaitu autentik dan
inautentik.
Eksistensi autentik adalah kesadaran bahwa akulah yang
harus menentukan pilihan sedangkan eksistensi inautentik
adalah hilangnya kesadaran aku yang autentik.
Kosa kata untuk merangkum total kegiatan manusia
disebut sorge (care dan concern).
Sorge mencakup tiga komponen, yaitu terlempar di dunia
(faktisitas), larut dalam keseharian (kejatuhan) dan
mengantisipasi masa depan.
LANJUTAN
4
DASEIN: MANUSIA AUTENTIK
5
LANJUTAN
7
Manusia selalu akan menemui Angst (kecemasan)
ketika prahara menyentuh kehidupannya baik
penyakit, kekalahan, kejatuhan, kegagalan, dan
kematian.
Dengan prahara, keyakinan, wawasan, prinsip,
pandangan dan nilai-nilai akan runtuh dan kita
terhempas pada palung eksistensi kita sendiri.
Tetapi paradoksnya adalah: dengan kesengsaraan itu
malah akan bermuara dalam ketenangan,
keheningan, dan kedamaian ontologis.
Seolah-olah kita sedang mendayung eksitensi kita
dengan kesadaran penuh melawan arus yang
menghadang.
Realitas Wajah Masyarakat Era
Informasi
Menurut James Gleick, kebanyakan manusia
terperangkap pada apa yang disebut kecepatan.
Manusia terjebak pada sesuatu yang serba instan yang
menjadi gaya hidup yang disebut Instant Life Style.
Segala hal yang mereka cari tidak lagi dilandasi oleh
logika kebutuhan (need) tetapi justru logika hasrat (desire).
Pada abad XXI memang menyuguhkan segala yang
melampaui mimpi-mimpi manusia tetapi malah
menimbulkan pula fenomena paradoksal.
Sarat hiburan namun miskin kedalaman, sarat kegairahan
namun miskin pencerahan, sarat informasi namun miskin
kontemplasi.
Relevansi Eksistensialisme Heidegger
bagi Masyarakat Abad XXI
• Menurut Heidegger, dewasa ini manusia tidak
mampu lagi menggunakan akal sehatnya sebagai
manusia yang terjerat dalam “ketidakberpikiran”.
• Manusia tetap berpikir namun lebih banyak berpikir
kalkulatif, yaitu tentang keuntungan, kerugian, laba,
bunga, modal, produksi dan lainnya. Mereka tidak
lagi menghidupkan model berpikir mediatif yaitu
berpikir ke arah pencarian aksistensial yang lebih
dalam.
• Filsafat eksistensialisme ini mengajarkan bagaimana
manusia harus melepaskan diri dari
ketergantungan/keterkungkungan pada segala
sesuatu di luar dirinya, dengan pesan: Be Your self!
10
11