Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323847167

Filsafat Manusia

Presentation · March 2018

CITATIONS READS

0 5,390

1 author:

Helaluddin Helaluddin
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
44 PUBLICATIONS   11 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Language & Literature Teaching View project

Buletin Editor View project

All content following this page was uploaded by Helaluddin Helaluddin on 19 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


FILSAFAT MANUSIA
(Sumber: Filsafat Umum oleh Dr.
Zaprulkhan)
Oleh:
Helaluddin, M.Pd.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)


SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
PENDAHULUAN

Filsafat manusia atau Philosophy of Man


merupakan bagian filsafat yang membahas
eksistensi seorang manusia.

Eksistensi manusia sangat kompleks karena


mencakup dimensi spiritual, emosional,
intelektual, moral, dan juga dimensi fisikal.

Bentuk atau jenis gejala apapun tentang


manusia sejauh itu dapat dipikirkan dan
memungkinkan dipikirkan secara rasional
maka masuk dalam kajian filsafat manusia.

2
Das Man : Manusia Inautentik
Menurut Martin Heidegger kondisi manusia selalu
terentang di antara dua eksistensi yaitu autentik dan
inautentik.
Eksistensi autentik adalah kesadaran bahwa akulah yang
harus menentukan pilihan sedangkan eksistensi inautentik
adalah hilangnya kesadaran aku yang autentik.
Kosa kata untuk merangkum total kegiatan manusia
disebut sorge (care dan concern).
Sorge mencakup tiga komponen, yaitu terlempar di dunia
(faktisitas), larut dalam keseharian (kejatuhan) dan
mengantisipasi masa depan.
LANJUTAN

Manusia enggan menerima “adanya sendiri” atau


miliknya sendiri dan lebih suka menguasakan atas
nama orang lain.
Misalnya cara berpakaian, berpikir, berbicara,
bercita rasa.
Manusia memilih tidak autentik karena merasa
Produksi
akan terbebaskan dari kecemasan.
Jadi, manusia selalu berpaling dari dirinya sendiri
dan tenggelam dalam arus hidup manusia
kebanyakan

4
DASEIN: MANUSIA AUTENTIK

Manusia terlempar ke dunia begitu saja tanpa


dia tahu dari mana dan mau kemana (dasein).
Pertanyaannya: bagaimana reaksi orang
beragama tentang pernyataan Heidegger
tersebut?
Dalam hal ini, kesadaran religius harus
ditangguhkan dulu karena pada kenyataannya
kesadaran religius justru banyak membius orang
untuk tidak lagi menanyakan eksistensinya
dalam kehidupan ini.

5
LANJUTAN

Dengan menyingkirkan kesadaran religius tersebut,


Heidegger membubuhi dua karakter bagi manusia:
A. mengambil jarak
B. menciptakan makna
Mengambil jarak dapat diilustrasikan dengan mahasiswa
yang memilih jurusan komputer kemudian memutuskan
untuk berpindah jurusan
Bagi Heidegger dunia/realitas bukanlah fisikal bumi semata
tetapi merupakan sebuah kode atau seperangkat
pemaknaan mengenai simbol.
Dasein tidak pernah mencapai keseluruhan tetapi
merupakan suatu “kebeluman yang terus-menerus”. Contoh
pada kehidupan suami-istri
6
Momen Eksistensial: Bersua dengan
Kecemasan

7
Manusia selalu akan menemui Angst (kecemasan)
ketika prahara menyentuh kehidupannya baik
penyakit, kekalahan, kejatuhan, kegagalan, dan
kematian.
Dengan prahara, keyakinan, wawasan, prinsip,
pandangan dan nilai-nilai akan runtuh dan kita
terhempas pada palung eksistensi kita sendiri.
Tetapi paradoksnya adalah: dengan kesengsaraan itu
malah akan bermuara dalam ketenangan,
keheningan, dan kedamaian ontologis.
Seolah-olah kita sedang mendayung eksitensi kita
dengan kesadaran penuh melawan arus yang
menghadang.
Realitas Wajah Masyarakat Era
Informasi
Menurut James Gleick, kebanyakan manusia
terperangkap pada apa yang disebut kecepatan.
Manusia terjebak pada sesuatu yang serba instan yang
menjadi gaya hidup yang disebut Instant Life Style.
Segala hal yang mereka cari tidak lagi dilandasi oleh
logika kebutuhan (need) tetapi justru logika hasrat (desire).
Pada abad XXI memang menyuguhkan segala yang
melampaui mimpi-mimpi manusia tetapi malah
menimbulkan pula fenomena paradoksal.
Sarat hiburan namun miskin kedalaman, sarat kegairahan
namun miskin pencerahan, sarat informasi namun miskin
kontemplasi.
Relevansi Eksistensialisme Heidegger
bagi Masyarakat Abad XXI
• Menurut Heidegger, dewasa ini manusia tidak
mampu lagi menggunakan akal sehatnya sebagai
manusia yang terjerat dalam “ketidakberpikiran”.
• Manusia tetap berpikir namun lebih banyak berpikir
kalkulatif, yaitu tentang keuntungan, kerugian, laba,
bunga, modal, produksi dan lainnya. Mereka tidak
lagi menghidupkan model berpikir mediatif yaitu
berpikir ke arah pencarian aksistensial yang lebih
dalam.
• Filsafat eksistensialisme ini mengajarkan bagaimana
manusia harus melepaskan diri dari
ketergantungan/keterkungkungan pada segala
sesuatu di luar dirinya, dengan pesan: Be Your self!
10
11

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai