Laporan Prakerin Himawan FIXED PARAH PDF
Laporan Prakerin Himawan FIXED PARAH PDF
Analisis Utilitas dan Indikasi Regenerasi Resin Anion dalam Demineralized Plant
pada Pabrik Pusri IV di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
Laporan Praktik Kerja Industri sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian Lisan
Semester Genap Tahun Ajaran 2018/2019
Oleh
Bogor
2019
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Diketahui oleh,
Disahkan oleh,
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Industri dengan judul “Analisis Rutin Utilitas dan Indikasi Regenerasi Resin Anion
dalam Demineralized Plant pada Pabrik Pusri IV di PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang”.
Praktik Kerja Industri ini merupakan bagian dari kurikulum yang ditetapkan
oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) – SMAK Bogor. Laporan ini disusun
berdasarkan hasil Praktik Kerja Industri di Laboratorium Pusat PT Pupuk
Sriwidjaja.
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat dan karunia-Nya selama
menjalani Praktik Kerja Industri.
2. Orang tua dan keluarga tercinta, Ayah Imat Suyatman dan Mama Soleha
Nur Utari serta Kakak Siti Ulvia, Kakak Kartika Ayu Wandari, Adik Nazwa
Annisa, dan Adik Shaumi Sari Ramadhan.
3. Dwika Riandari, M.Si , selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) –
SMAK Bogor.
4. Amilia Sari Ghani, S.S selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan
Kerjasama Industri yang telah membantu dalam penempatan praktik kerja
industri.
5. Pimpinan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk melaksanakan praktik kerja industri.
6. Elviera, S.Si. selaku guru pembimbing Prakerin di sekolah yang telah
banyak memberikan pengarahan dan membantu dalam pembuatan laporan
Prakerin ini.
7. Denny, BSC. selaku pembimbing Prakerin di PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang yang telah banyak memberikan pengarahan dan membantu
dalam pembuatan laporan Prakerin ini.
i
8. Seluruh staf dan karyawan Laboratorium Pusat PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang, dan seluruh staff office, produksi, security PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang yang tak dapat disebutkan satu persatu dan telah banyak
membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Teman-teman di Bogor yang telah memberikan fasilitas, semangat serta
selalu mendoakan selama kegiatan Praktik Kerja Industri.
10. Serta rekan – rekan seperjuangan Prometheus Clavata 61 yang selalu
memberikan inspirasi, motivasi dan selau melekat dalam sanubari.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak bisa saya sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sangat
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang berguna untuk
perbaikan laporan ini.
Akhirnya Penulis berharap laporan ini berguna bagi Penulis khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya.
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan Praktik Kerja Industri
Praktik Kerja industri dilaksanakan di unit atau bagian pada perusahaan atau
lembaga penelitian yang terkait dengan analisis kimia. Adapun tempat Praktik
Kerja Industri yang dipilih oleh penyusun adalah PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
yang berlokasi di Jalan Mayor Zen 4 Palembang, Sumetera Selatan, penyusun
melaksanakan Prakerin selama 4 bulan terhitung mulai dari tanggal 2 Januari
2019 sampai dengan 30 April 2019.
3
BAB II
INSTITUSI PRAKERIN
1. Pabrik Pupuk Sriwidjaja I yang didirikan pada tahun 1963 dengan kapasitas
terpasang sebesar 100.000 ton/tahun. Karena pabrik Pupuk Sriwidjaja I
kurang efektif dan boros maka diganti Pupuk Sriwidjaja IB pada tahun 1990
dan beroperasi pada tahun 1994 total volume produksi
2. Pabrik Pupuk Sriwidjaja II yang didirikan pada tahun 1974 dengan kapasitas
terpasang sebesar 300.000 ton/tahun.
3. Pabrik Pupuk Sriwidjaja III yang didirikan pada tahun 1976 dengan kapasitas
terpasang sebesar 570.000 ton/tahun
4. Pabrik Pupuk Sriwidjaja IV yang didirikan pada tahun 1977 dengan
kapasitas terpasang sebesar 570.000 ton/tahun
4
5. Pada tahun 1993 dilakukan pembangunan Pabrik Pusri IB berkapasitas
570.000 ton per tahun, sebagai upaya peremajaan dan peningkatan kapasitas
produksi pabrik dan untuk menggantikan pabrik Pusri I yang dihentikan
operasinya karena usia dan tingkat efisiensi yang menurun.
6. Pada tahum 2012 dengan digantinya Pabrik Pusri II yang memiliki kapasitas
450.000 ton per tahun, maka jika nantinya pabrik Pusri II-B mulai beroperasi
akan menambah produksi sebesar 457.500 ton/urea per tahun.
5
Gambar 2 Skema Perjalanan PT Pupuk Sriwidjaja
Pada tahun 1964, wakil Perdana Menteri Chaerul Saleh menekan tombol
tanda diresmikannya penyelesaian Pabrik Pupuk Sriwidjaja I didampingi Direktur
Utama Pupuk Sriwidjaja Ir. Salmon Mustafa 4 Juli 1964.
6
Selama periode 1972-1977, seiring dengan kebutuhan pupuk yang terus
meningkat, Pupuk Sriwidjaja membangun Pabrik Pupuk Sriwidjaja II, Pupuk
Sriwidjaja III dan Pupuk Sriwidjaja IV. Pabrik Pupuk Sriwidjaja II memiliki
kapasitas terpasang 380.000 ton per tahun. Pada tahun 1992 dilakukan proyek
optimalisasi urea Pabrik Pupuk Sriwidjaja II dengan kapasitas terpasang sebesar
552.000 ton per tahun.
7
oleh Gass Bell and Associaties dari Amerika Serikat yang memberikan
rekomendasi untuk membangun pabrik Pupuk Urea di Sumatera Selatan.
Kelayakan tersebut ditunjang oleh beberapa faktor geografis sebagai berikut.
Dekat dengan sumber bahan baku gas alam yaitu di Prabumulih dan Pendopo
yang terletak di sekitar 100-150 km dari pabrik. Dekat dengan sumber bahan
baku air yaitu di sungai Musi. Air merupakan salah satu penunjang utama
sebagai bahan baku pembuatan steam, pemenuhan kebutuhan proses produksi
lainnya, sebagai air minum dan tempat pembuangan limbah yang telah
mengalami pengolahan.
Selain itu, sungai Musi mempunyai peranan penting untuk transfortasi bahan
baku maupun hasil produksi baik dalam bentuk pupuk curah (bulk) maupun
dalam bentuk pupuk kantong (in bag) dari atau ke lokasi pabrik.
Dekat dengan sarana pelabuhan dan kereta api. Dekat dengan Bukit Asam
yang mengolah batubara sehingga dapat dijadikan cadangan bahan baku sangat
potensial jika persediaan gas bumi sudah menipis.
Luas tanah yang digunakan untuk lokasi pabrik adalah 20,4732 hektar
ditambah untuk lokasi perumahan karyawan seluas 26,5265 hektar. Disamping
itu, sebagai lokasi cadangan disiapkan tanah seluas 41,7965 hektar untuk
persediaan perluasan komplek pabrik dan perumahan karyawan bila diperlukan
dikemudian hari.
Visi
Menjadi perusahan pupuk terkemuka tingkat regional.
Misi
Memproduksi, serta memasarkan pupuk dan produk agrobisnis secara efisien,
berkualitas prima dan memuaskan pelanggan.
8
D. Tata Nilai
1. Integritas
Perilaku yang mencerminkan kesesuaian antara pikiran, perkataan dan
perbuatan.
9
3. Loyalitas
Taat peraturan, patuh pada pimpinan, serta menjaga kesatuan hati antara
pimpinan dengan karyawan demi melindungi nilai dan mencapai visi.
4. Baik sangka
Selalu bersikap atau menanggapi segala hal dari perspektif positif.
10
pengawas atas semua kegiatan dan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Dewan
Direksi.
1. Direktur Utama
- Dijabat oleh Mulyono Prawiro.
2. Direktur Produksi
- Dijabat oleh Ir. Filius Yuliandi.
3. Direktur Teknik dan Pengembangan
- Dijabat oleh Listyawan Adi Pratisto.
4. Direktur Komersil
- Dijabat oleh Muhammad Romli H. M.
5. Direktur SDM dan Umum
- Dijabat oleh Bob Indiarto.
e. Laboratorium Benfield
Bertugas untuk menganalisis reagent benfield yang digunakan untuk
menyerap CO2 pada proses pabrik.
12
2. Laboratorium Kimia Analisis
Laboratorium kimia analisis terbagi atas 3 seksi, yaitu :
13
BAB III
KEGIATAN DI LABORATORIUM
A. Tinjauan Umum
a. Pupuk Urea
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung kadar Nitrogen (N) tinggi.
Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk
urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih. Pupuk urea dengan rumus kimia
NH2CONH2 merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat
mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat
yang kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N
w
sebesar 46% ( /w ) dengan pengertian setiap 100 kg mengandung 46 Kg
Nitrogen, Moisture 0,5% (w /w ) dan Kadar Biuret 1% (w /w ) dengan ukuran 1-3,35
mm 90% (w /w ) (min) serta berbentuk Prill.
Unsur hara Nitrogen dikandung dalam pupuk urea sangat besar kegunaannya
bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya :
1. Unit Sintesis
Pada unit ini bahan baku NH3 dan CO2 akan bereaksi dan menghasilkan urea,
berikut reaksinya:
15
dapat dipindahkan sehingga temperatur yang seimbang dengan tekanan
disosiasi yang terdapat di dalam reaktor.
2. Unit Purifikasi
Ammonium carbamate yang tidak terkonversi dan kelebihan ammonia di unit
sintesis diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan
pemanasan dengan dua langkah, penurunan teknan yaitu pada 17 kg/cm 2Hg
dan 2,3 kg/cm2Hg. Hasil penguraian berupa gas CO 2 dan NH3 dikirim ke bagian
recovery sedangkan larutan ureanya dikirim kebagian kristaliser.
3. Unit Kristalisasi
Larutan urea dari unit purifikasi dikristalisasi pada unit ini secara vaccum,
kemudian kristal ureanya dipisahkan di alat centrifuge. Panas yang diperlukan
untuk menguapkan air diambil dari panas kristalisasi urea.
4. Unit Pembutiran
Kristal urea keluaran centrifuge dikeringkan sampai 99,8% berat dengan
udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas prilling tower untuk dilelehkan
dan didistribusikan merata oleh distributor, dan dari distributor dijatuhkan ke
bawah dan menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke Bulk
Storage dengan Belt Conveyor.
5. Recovery Unit
Recovery Unit berfungsi untuk menyerap sisa gas CO 2 dan NH3 yang keluar
dari unit purifikasi dengan menggunakan air dan larutan urea di dalam absorber
untuk kemudian di daur ulang ke reaktor urea.
16
6. Unit Pengolahan Kondensat
Uap air yang terpisahkan di bagian kristaliser didinginkan dan
dikondensasikan, sejumlah kecil urea, NH3 dan CO2 ikut kondensat kemudian
diolah dan dipisahkan di stripper dan hydrolizer. Gas CO2 dan gas NH3 dikirim
kembali ke bagian purifikasi untuk direcovery. Sedangkan air kondensasinya
dikirim ke utilitas untuk diolah kembali menjadi demin water.
a. Ammonia
Ammonia adalah senyawa kimia berupa gas yang berbau tajam. Pabrik
ammonia PT Pupuk Sriwidjaja Palembang ialah pabrik yang menghasilkan
ammonia sebagai hasil utama dan carbon dioxide sebagai hasil samping yang
keduanya merupakan bahan baku pupuk urea.
Bahan baku pembuatan ammonia adalah gas bumi yang diperoleh dari
Pertamina dengan komposisi utama metana (CH 4) sekitar 70% (v/v) dan Karbon
dioksida (CO2) sekitar 10% (v/v) Steam.
b. Pembuatan Ammonia
Feed
Reforming Purifikasi
G Treating
Ammonia Sintesis
17
Jenis proses yang digunakan tergantung dari jenis bahan baku dan jenis
teknologi. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan ammonia adalah gas
bumi, air dan udara. Unit pabrik ammonia ini mengahasilkan ammonia cair
dengan gas CO2 yang merupakan bahan baku untuk pembuatan pupuk urea.
Gas bumi dari Pertamina dengan komposisi CO2, H2S, C2-C6, RSH dan RSR
dialirkan ke knock out drum untuk memisahkan gas-gas ringan CO2, C2-C6 dan
hidrokarbon rantai panjang yang berupa cairan pada temperatur kamar, lalu
masuk ke filter (202-L) untuk menghilangkan kotoran atau debu yang ikut masuk
ke dalam gas tersebut. Kemudian untuk menyerap H2S digunakan katalis ZnO
dengan reaksi.
Keluar separator, gas dialirkan ke dalam CO2 absorber (201-E) yang mana
sebagai penyerapnya adalah larutan Benfield yang terdiri dari larutan K2CO3 ±
30%, V2O5 0,5-0,8%, DEA 3-5% dan larutan Defoamer (anti foaming) UCON.
Pada absorber ini yang diserap hanya gas CO 2 saja, setelah melalui proses
stripping dan pemisahan dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan pupuk
urea. Gas-gas lainnya dialirkan ke desulfurizer (101-D dan 108-D). Pada 101-D
gas yang mengandung organik sulfur (RSP) dan mercaptan (RSH) dengan H 2.
Pada 108-D gas H2S yang terbentuk diserap oleh penyerap ZnO.
Gas bumi yang telah bebas kandungan sulfur selanjutnya dicampur steam
dengan perbandingan tertentu masuk ke dalam primary reformer (101-B) dimana
dengan katalis Ni akan terbentuk gas-gas CO2 dan H2. Kemudian dialirkan ke
dalam secondary reformer (103-D) dengan tambahan udara temperatur ±
1000oC dan katalis nikel- alumina akan terbentuk CO2, CO, Ar, CH4 dan H2 atau
disebut gas sintesis. Gas sintesis tersebut lalu diproses hingga dihasilkan gas
CO2, N2 dan H2. Antara gas nitrogen dan hidrogen dengan perbandingan
tertentu di dalam ammonia converter akan dihasilkan ammonia. Selanjutnya CO2
dan NH3 dalam reaktor urea menghasilkan larutan urea.
18
2NH3 (g) + CO2 (g) → (NH2)2CO (s) + H2O (g)
3. Air
Air dibedakan menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah. Air pemukaan
adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat
oleh mata kita. Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah.
Peraturan pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi
beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut :
a) Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b) Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
c) Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
d) Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi, 2003).
Air menjadi salah satu bahan utama yang dibutuhkan dalam proses
pembuatan pupuk di PT.Pupuk Sriwidjaja. Air ini utamanya digunakan untuk
keperluan sanitasi, cooling water, dan bahan baku air demin.
4. Utilitas
Unit pendukung proses atau sering pula disebut unit utilitas merupakan
sarana penunjang proses yang diperlukan pabrik agar dapat berjalan dengan
baik. Pada umumnya, utilitas dalam pabrik proses meliputi air, kukus (steam),
dan listrik. Penyediaan utilitas dapat dilakukan secara langsung dimana utilitas
diproduksi di dalam pabrik tersebut, atau secara tidak langsung yang diperoleh
dari pembelian ke perusahaan-perusahaan yang menjualnya.
PT Pupuk Sriwidjaja memiliki unit penunjang atau utilitas (offsite) berupa unit
pendukung yang bertugas mempersiapkan kebutuhan operasional pabrik
ammonia dan urea. Khususnya yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku
19
dan bahan pembantu. Diantaranya berupa water treatment yang merupakan unit
pengolahan air untuk mendapatkan air bersih (filter water) dengan bahan baku air
sungai musi. Unit ini bertugas memenuhi kebutuhan pokok air bersih untuk
perumahan maupun pabrik, dengan mengolah air baku menjadi air bersih
dengan proses kimia. Di pabrik air digunakan untuk keperluan sanitasi, cooling
water, dan bahan baku air demin.
5. Water Treatment
Pengolahan air sungai menjadi air bersih akan digunakan sebagai bahan
baku (steam) dan bahan baku pembantu (air minum/air pendingin). Di
perusahaan PT Pupuk Sriwidjaja Bahan baku air sungai musi kemudian diolah
dengan tahapan sebagai berikut: penyaringan zat padat terapung, premix tank,
floctreater, clear well, sand filter, filtered water storage tank. Hasil proses
penyaringan filtered water storage tank yang berfungsi sebagai tempat
penampungan air bersih untuk selanjutnya dikirim ke unit yang memerlukan
yaitu: Cooling tower sebagai make-up cooling water, demineralized plant sebagai
bahan baku air demin, dan portable housing water yang dikirim ke perumahan
dan perkantoran untuk memenuhi kebutuhan air. Air sungai diolah lebih lanjut
dengan peralatan :
a) Aluminium Sulfat
20
b) Coagulant Aid
c) Gas Klorin
d) Caustic soda
2) Clarifying
a) Clarifier
Air bersih tersebut dipisahkan melalui over low dan yang terbentuk
secara otomatis dibuang melalui bagian bawah clarifier ke sewer. Di area clarifier
ini dianalisis pH dan turbidity, di sini pHnya dijaga 5,5– 6,2 sedangkan
turbiditasnya dijaga 3,5 NTU.
b) Clear well
Air bersih yang keluar dari clarifier selanjutnya dikirim ke dalam clear well,
dimana pada unit ini pH dinetralkan. Fungsi dari clear well adalah untuk
menampung air bersih sebelum disaring di-sand filter supaya alirannya dapat
dijaga konstan. Di laboratorium ini hanya menganalisis pH saja.
21
c) Filtering
Air dari clear well mengalir ke sand filter yang berfungsi untuk
memisahkan/menyaring kotoran ataupun endapan yang masih terdapat di dalam
air bersih.
Reaksi :
B. Tinjauan Khusus
1. Demineralized Plant
Mengolah air bersih (filtered water) agar bebas dari zat-zat yang terlarut
di dalamnya sehingga didapatkan air yang bermutu tinggi dan memenuhi
persyaratan sebagai air umpan ketel pada pembangkit steam bertekanan tinggi
(105 kg/cm2) di pabrik ammonia dan pembangkit steam tekanan 42 kg/cm 2 di
pabrik offsite.
Air demin yang biasanya dipakai sebagai bahan baku pembuatan uap air
(air umpan ketel).
Filtered water yang dihasilkan dari proses water treatment plant masih
belum memenuhi syarat-syarat untuk digunakan sebagai air umpan ketel uap
bertekanan tinggi karena masih mengandung zat-zat terlarut dengan kadar
diatas kadar maksimum yang diperbolehkan. Pada tekanan tinggi, silika akan
23
larut dalam uap air membentuk silika koloidal yang bersifat hampir-hampir
seperti fluida. Apabila tekanan ketel melebihi 28 kg/cm 2 (400 psi), jumlah silika
yang terbawa larut dalam uap akan bertambah, sebanding dengan kadar silika
dalam air ketel. Silika yang terbawa oleh uap itu akan menempel pada sudut-
sudut turbin apabila tekanan uap dalam turbin itu turun. Hal ini akan
menyebabkan turunnya efisiensi turbin dan bahkan mungkin menyebabkan
kerusakan turbin.
Pada pembuatan air demin, water filtered water yang telah diolah di water
treatment plant dilewatkan pada Carbon Filter. Dari Carbon filter, air dialirkan
ke unit Cation Exchanger dengan arah aliran dari atas ke bawah. Kation-kation
dari mineral terlarut dalam air diserap oleh resin penukar kation dalam Cation
exchanger.
Dari unit penukar kation, air dialirkan ke Anion echanger unit, juga dari
atas ke bawah. Pada pipa outlet anion exchanger, terdapat conductivity meter
dan silica analyzer yang masing-masing mengukur daya hantar listrik dan kadar
silika dalam air.
24
3. Regenerasi
Bila daya kerja resin dari ion exchanger telah berkurang, maka resin
tersebut harus diaktifkan kembali. Pada dasarnya regen ini terbagi dalam tiga
step yang terpisah, yakni : Wash, Regenerasi dengan bahan kimia dan Rinse
(pembilasan). Regenerasi terkadang bisa saja tidak berhasil, dikarenakan
proses injeksi caustic dan acid terlalu cepat.
4. Metode Analisis
1. Penentuan pH
Prinsip :
Reaksi :
25
Alat dan Bahan :
Alat :
1) pH Meter
4) Termometer 0℃ - 100℃
Bahan :
Cara Kerja :
3) Dicelupkan elektroda ke dalam larutan buffer yang akan digunakan pada suhu
25℃.
26
5) Ditekan tombol pada posisi pH dan adjust pH kontrol sampai didapat angka
yang dirunjukan.
6) Elektroda dibilas dengan demin water, kemudian dicelupkan pada contoh dan
disesuaikan temperatur pH meter dengan temperatur contoh.
Acuan Standar :
ASTM 1293 tahun 1994
2. Penentuan Conductivity
Prinsip :
Reaksi :
Alat :
4) Termometer 0-100℃.
Cara Kerja :
27
3) Dicelupkan elektroda dengan kedalaman larutan contoh yang akan dilakukan
analisa conductance-nya.
Acuan Standar :
ASTM 1125-82 (Electrical Conductivity and Resistivity of Water)
Prinsip :
Alkali silika diubah menjadi asam silika yang lebih stabil pada pH optimum 1,2
- 1,5 dan akan bereaksi dengan Ammonium Molibdate membentuk senyawa
berwarna kuning kemudian direduksi oleh ANSA (Amino Naftol Sulfonic Acid)
membentuk senyawa kompleks dari Asam Molibdat Silika.
Reaksi :
Alat :
3) Kuvet
28
4) Spektrofotometer UV-Vis
Bahan :
2) HCl 1:1
5) ANSA
Cara Kerja :
a. Kalibrasi
1) Buat deret larutan standar 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 ppm didalam labu ukur 50 mL
b. Analisa
1) Pipet 50 mL contoh dan air demin sebagai blank kedalam erlenmeyer plastik
29
Perhitungan :
Keterangan :
F = faktor pada Kurva Kalibrasi
Fp = faktor pengenceran
Acuan Standar :
ASTM D.859-80 (Test Methods for Silica in Water)
Metoda HACH
Prinsip :
Reaksi :
H+ + OH- → H2O
Alat :
a. Erlemeyer 100 mL
b. Pipet volume 50 mL
c. Buret 10 mL
30
Bahan :
a. Na2CO3 0,02N
b. Indikator Metil Jingga
Cara Kerja :
4. Dititrasi dengan Na2CO3 0,02 N hingga warna berubah dari merah menjadi
kuning.
Perhitungan :
𝐴×𝐵×𝐵𝑠𝑡 𝐶𝑎𝐶𝑂3
Ppm FMA = 𝑆
× 1000
Keterangan :
A = konsentrasi Na2CO3 (Normalitas)
B = Volume penitaran (mL)
S = Volume sampel (mL)
Acuan Standar :
ASTM D-1067-82 (Acidity or Alkalinity of water)
Bezt Hand Book Sixth Edition 1962
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Analisis Utilitas Demin Plant di PUSRI IV pada 8 April 2019
Hasil
Titik Sampel Parameter Unit Batas
23:00 3:00 7:00 11:00 15:00 19:00
Anion pH (A) 8,6 8,3 7,8 7,5 (A) 8,0 (B) 8,3
Exchanger - 8,0 - 9,0
(C) 9,0 8,8 8,7 8,2 (B) 8,3 (C) 8,7
Conductivity (A) 4,7 1,4 1,8 1,8 (A) 3,4 (B) 6,0
µmhos < 25
(C) 9,3 6,,8 8,9 5,1 (B) 5,8 (C) 17,5
SiO2 (A) 0,00 0,00 0,00 0,00 (A) 0,00 (B) 0,00
ppm < 0,05
(C) 0,00 0,00 0,00 0,00 (B) 0,00 (C) 0,00
32
Tabel 2. Hasil Analisis Utilitas Extra di PUSRI IV pada 8 April 2019
Tabel 3. Hasil Analisis Utilitas Demin Plant di PUSRI IV pada 9 April 2019
Hasil
Titik Sampel Parameter Unit Batas
23:00 3:00 7:00 11:00 15:00 19:00
Anion pH (B) 8,6 8,2 8,2 (A) 8,2 7,9 (A) 7,8
Exchanger - 8,0 - 9,0
(C) 8,9 8,7 8,7 (C) 8,3 8,2 (B) 9,5
Conductivity (B) 4,2 4,4 4,3 (A) 10,3 5,8 (A) 8,6
µmhos < 25
(C) 16,5 13,0 9,3 (C) 9,4 8,7 (B) 11,2
SiO2 (B) 0,00 0,00 0,00 (A) 0,00 0,00 (A) 0,00
ppm < 0,05
(C) 0,00 0,00 0,00 (C) 0,00 0,00 (B) 0,00
33
Tabel 4. Hasil Analisis Utilitas Extra di PUSRI IV pada 9 April 2019
Tabel 5. Hasil Analisis Utilitas Demin Plant di PUSRI IV pada 10 April 2019
Hasil
Titik Sampel Parameter Unit Batas
23:00 3:00 7:00 11:00 15:00 19:00
34
Tabel 6. Hasil Analisis Utilitas Extra di PUSRI IV pada 10 April 2019
Tabel 7. Hasil Analisis Utilitas Demin Plant di PUSRI IV pada 11 April 2019
Hasil
Titik Sampel Parameter Unit Batas
23:00 3:00 7:00 11:00 15:00 19:00
35
Tabel 8. Hasil Analisis Utilitas Extra di PUSRI IV pada 11 April 2019
Tabel 9. Hasil Analisis Utilitas Demin Plant di PUSRI IV pada 12 April 2019
Hasil
Titik Sampel Parameter Unit Batas
23:00 3:00 7:00 11:00 15:00 19:00
Anion pH (A) 7,7 (B) 8,3 8,2 8,0 8,4 (A) 8,2
Exchanger - 8,0 - 9,0
(B) 8,4 (C) 9,2 9,0 8,7 8,7 (C) 8,7
Conductivity (A) 1,3 (B) 5,7 11,4 3,1 9,2 (A) 6,5
µmhos < 25
(B) 6,6 (C) 44,1 17,4 13,4 10,9 (C) 10,6
SiO2 (A) 0,00 (B) 0,00 0,00 0,00 0,00 (A) 0,01
ppm < 0,05
(B) 0,00 (C) 0,01 0,01 0,01 0,01 (C) 0,01
36
Tabel 10. Hasil Analisis Utilitas Extra di PUSRI IV pada 12 April 2019
B. Pembahasan
Analisis Utilitas yang dilakukan di lab kontrol dilakukan setiap 4 jam sekali,
yang bertujuan untuk mengontrol air yang dihasilkan dari setiap proses sesuai
dengan spesifikasi yang sudah ditentukan oleh PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.
Hal ini dilakukan agar air demin yang dihasilkan adalah air demin yang layak
dipakai di sistem boiler.
Dalam carbon filter terdapat karbon aktif yang berfungsi untuk menyerap zat
organik, warna, minyak, bau, dan rasa dari Filtered water. Setiap 2 jam sebelum
dilakukan analisa di lab kontrol, operasi akan melakukan backwash agar karbon
aktif didalamnya tetap bersih, dan dilakukan steam clean untuk pembersihan
karbon aktif lebih lanjut (jika karbon aktif sudah kotor). Karbon aktif dalam carbon
filter memiliki life time 7 tahun - 10 tahun.
37
Analisis Free Mineral Acid (FMA) dalam cation exchanger bertujuan untuk
mengetahui jumlah asam yang larut dalam air. Asam ini berasal dari proses
penyerapan kation oleh resin, yang memiliki reaksi :
Semakin banyak asam yang dihasilkan berarti semakin banyak kation yang
diserap oleh cation exchanger, sehingga kualitas penyerapan kation exchanger
semakin baik. Pada Analisis kali ini didapatkan nilai FMA yang masuk standar
(kisaran 26-32) sehingga dapat diketahui bahwa daya serap resin kation masih
optimal. Asam bebas yang dihasilkan akan bereaksi dengan ion OH- yang
terdapat pada resin anion, dengan persamaan reaksi :
Seperti reaksi pengikatan kation, jika resin sudah jenuh atau daya tukar dari
anion telah habis, reaksi pengikatan anion diatas dapat dibalik, dengan
meregenerasi menggunakan basa kuat (kaustik). Alkali akan menyerap anion-
anion yang terakumulasi dalam bentuk garam-garamnya yang terlarut dan
mengembalikan anion exchanger ke keadaan semula
Jika sudah terjadi hal seperti itu maka resin anion tersebut harus di
regenerasi dengan penambahan caustic (NaOH) secara berkala. Dan reaksi
yang terjadi ketika proses regenerasi resin anion ini adalah :
Dalam 1 jam air yang dihasilkan sebanyak 100 m 3 sehingga akan diketahui
jika dalam waktu 24-26 jam resin harus diregenerasi walaupun nilai konduktivitas
dan silika masih dibawah batas. Namun apabila sebelum jumlah total gallon
tercapai namun resin telah mengalami kenaikan konduktivitas atau silika maka
regenerasi harus tetap dilakukan, untuk satu kali regenerasi dibutuhkan waktu
paling lambat 4 jam, dikarenakan tiap injeksi membutuhkan waktu yang bertahap.
Setiap resin memiliki lifetime selama 7 - 10 tahun, dan disesuaikan dengan hasil
Analisis mutu resin di LPU.
Analisis konduktivitas pada anion exchanger didapatkan hasil yang sesuai
dengan spesifikasi nya sehingga dapat dikatakan air yang dihasilkan dari anion
exchanger dapat digunakan pada proses berikutnya. Namun pada saat
regenerasi didapatkan beberapa data yang nilai konduktivitas nya lebih dari 25
39
hal ini dapat diatasi saat service time, maka nilai konduktivitas akan turun. Jika
nilai konduktivitas masih tinggi maka dapat diketahui bahwa air bahan baku
mengandung banyak ion mineral sehingga perlu dilakukan proses steam clean
pada carbon filter agar ion mineral dari air bahan baku berkurang ketika melalui
proses di anion exchanger.
Analisis pH pada anion exchanger didapatkan beberapa hasil yang sesuai
dengan spesifikasinya (8,0-9,0), namun terdapat beberapa data yang
menunjukkan pH yang didapatkan sedikit lebih rendah dari spesifikasinya,
apabila terjadi hal seperti ini maka tidak dilakukan tindakan khusus, karena pada
proses berikutnya di mix bed exchanger pH akan disesuaikan dengan sendirinya
karena pada saat air melalui proses mix bed exchanger air akan masuk ke resin
kation dan anion sehingga secara teoritis pH akan netral dengan sendirinya.
Analisis silika pada anion exchanger terdapat satu data (pada 10 April 2019,
pukul 11:00) yang hasilnya lebih tinggi daripada spesifikasinya (≥ 0,05), hal ini
dapat disebabkan karena resin telah mengalami kejenuhan yang menyebabkan
resin tidak bisa menyerap silika dengan baik.
Mix bed exchanger adalah ion exchanger yang terdiri dari kation dan anion
exchanger, analisis yang dilakukan adalah pH, konduktivitas, dan silika. Pada
proses ini pH yang dihasilkan harus mendekati netral (±7,0) karena ini
merupakan proses terakhir sebelum akhirnya air dimasukkan ke dalam
Demineralized Tank dan pada hasil analisa ini didapatkan hasil yang bervariasi
(6,8 - 7,3) dan hasil tersebut masih dapat di toleransi karena masihdapat
dikatakan netral.
Analisis konduktivitas pada mix bed exchanger didapatkan hasil yang sesuai
dengan spesifikasi, sehingga air dapat dijadikan demin water. Analisis silika pada
mix bed exchanger didapatkan hasil yang sesuai dengan spesifikasi, sehingga
air dapat dijadikan demin water karena sudah tidak memiliki kandungan silika.
Demin Water Tank merupakan tangki penyimpanan air demin yang sudah
melewati serangkaian proses. Pada analisis satu minggu ini (8 April 2019 - 12
April 2019) didapatkan hasil yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan,
sehingga air demin dapat dipakai untuk proses berikutnya.
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
41
Daftar Pustaka
PT Pupuk Sriwidjaja.
PT Pupuk Sriwidjaja.
42
Lampiran
Hasil
Titik Sampel Parameter Unit Batas
23:00 3:00 7:00 11:00 15:00 19:00
Anion pH (A) 8,6 8,3 7,8 7,5 (A) 8,0 (B) 8,3
Exchanger - 8,0 - 9,0
(C) 9,0 8,8 8,7 8,2 (C) 8,3 (C) 8,7
Conductivity (A) 4,7 1,4 1,8 1,8 (C) 3,4 (B) 6,0
µmhos < 25
(C) 9,3 6,,8 8,9 5,1 (D) 5,8 (C) 17,5
SiO2 (A) 0,00 0,00 0,00 0,00 (C) 0,00 (B) 0,00
ppm < 0,05
(C) 0,00 0,00 0,00 0,00 (D) 0,00 (C) 0,00
43
SiO2 ppm < 0,01 0,00 - 0,00 - 0,00 -
Perhitungan :
𝐴×𝐵×𝐵𝑠𝑡 𝐶𝑎𝐶𝑂3
➢ ppm FMA = × 1000
𝑆
0,02×1,3×50
ppm FMA (Kation A) = 50
× 1000 = 26 ppm
0,02×1,4×50
ppm FMA (Kation C) = × 1000 = 28 ppm
50
𝐴𝑏𝑠 - Int
➢ ppm SiO2 = 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
× 𝑓𝑝
Intersep = 0,001
Faktor = 6,932
1 1
Slope = 𝑓 = 6,932= 0,1442
Fp = 1x
0,001 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Anion A = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Anion C = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed A= × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed B = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion C = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
45
0,001 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed A= × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed B = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Demin Tank = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion C = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
46
0,001 - 0,001
Anion B (23:00) = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Two Bed C (13:30) = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
Hasil
Titik Sampel Parameter Unit Batas
23:00 3:00 7:00 11:00 15:00 19:00
Anion pH (B) 8,6 8,2 8,2 (A) 8,2 7,9 (C) 7,8
Exchanger - 8,0 - 9,0
(C) 8,9 8,7 8,7 (C) 8,3 8,2 (B) 9,5
Conductivity (B) 4,2 4,4 4,3 (A) 10,3 5,8 (A) 8,6
µmhos < 25
(C) 16,5 13,0 9,3 (C) 9,4 8,7 (B) 11,2
SiO2 (B) 0,00 0,00 0,00 (A) 0,00 0,00 (A) 0,00
ppm < 0,05
(C) 0,00 0,00 0,00 (C) 0,00 0,00 (B) 0,00
47
⚫ Data Hasil Regenerasi 9 April 2019
Perhitungan :
𝐴×𝐵×𝐵𝑠𝑡 𝐶𝑎𝐶𝑂3
➢ ppm FMA = 𝑆
× 1000
0,02×1,2×50
ppm FMA (Kation B) = 50
× 1000 = 24 ppm
0,02×1,3×50
ppm FMA (Kation C) = × 1000 = 26 ppm
50
𝐴𝑏𝑠 - Int
➢ ppm SiO2 = × 𝑓𝑝
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
Intersep = 0,001
Faktor = 6,932
1 1
Slope = 𝑓 = 6,932= 0,1442
Fp = 1x
48
ppm SiO2 (23:00) :
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
49
ppm SiO2 (11:00) :
0,001 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion C = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
50
ppm SiO2 (regenerasi) :
0,004 - 0,001
Two Bed A (23:15) = 0,1442
× 1 = 0,021 ppm
0,004 - 0,001
Anion B (13:00) = 0,1442
× 1 = 0,021 ppm
Hasil
Titik Sampel Parameter Unit Batas
23:00 3:00 7:00 11:00 15:00 19:00
51
Demin Tank pH - 6,8 - 7,0 7,1 - 7,0 - 7,1 -
Perhitungan :
𝐴×𝐵×𝐵𝑠𝑡 𝐶𝑎𝐶𝑂3
➢ ppm FMA = 𝑆
× 1000
0,02×1,4×50
ppm FMA (Kation A) = 50
× 1000 = 28 ppm
0,02×1,5×50
ppm FMA (Kation B) = 50
× 1000 = 30 ppm
𝐴𝑏𝑠 - Int
➢ ppm SiO2 = 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
× 𝑓𝑝
Intersep = 0,001
Faktor = 6,932
52
1 1
Slope = 𝑓 = 6,932= 0,1442
Fp = 1x
0,002 - 0,001
Anion A = × 1 = 0,007 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,002 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,007 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,002 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,007 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= × 1 = 0,000 ppm
0,1442
53
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,012 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,083 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
54
0,001 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,002 - 0,001
Two Bed B (23:40) = 0,1442
× 1 = 0,007 ppm
0,001 - 0,001
Two Bed A (16:10) = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
Hasil
Titik Sampel Parameter Unit Batas
23:00 3:00 7:00 11:00 15:00 19:00
55
Mix Bed pH 7,0 7,0 7,4 7,0 7,1 7,0
Exchanger - 6,8 - 7,0
7,0 7,1 7,4 7,0 7,1 6,9
Perhitungan :
𝐴×𝐵×𝐵𝑠𝑡 𝐶𝑎𝐶𝑂3
➢ ppm FMA = 𝑆
× 1000
0,02×1,4×50
ppm FMA (Kation A) = 50
× 1000 = 30 ppm
56
0,02×1,5×50
ppm FMA (Kation C) = 50
× 1000 = 28 ppm
𝐴𝑏𝑠 - Int
➢ ppm SiO2 = × 𝑓𝑝
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
Intersep = 0,001
Faktor = 6,932
1 1
Slope = 𝑓 = 6,932= 0,1442
Fp = 1x
0,001 - 0,001
Anion A = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Anion C = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion A = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
57
ppm SiO2 (07:00) :
0,001 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
58
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Two Bed B (01:00) = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,002 - 0,001
Two Bed C (19:00) = 0,1442
× 1 = 0,007 ppm
Hasil
Titik Sampel Parameter Unit Batas
23:00 3:00 7:00 11:00 15:00 19:00
Anion pH (A) 7,7 (B) 8,3 8,2 8,0 8,4 (A) 8,2
Exchanger - 8,0 - 9,0
(B) 8,4 (C) 9,2 9,0 8,7 8,7 (C) 8,7
59
Conductivity (A) 1,3 (B) 5,7 11,4 3,1 9,2 (A) 6,5
µmhos < 25
(B) 6,6 (C) 44,1 17,4 13,4 10,9 (C) 10,6
SiO2 (A) 0,00 (B) 0,00 0,00 0,00 0,00 (A) 0,01
ppm < 0,05
(B) 0,00 (C) 0,01 0,01 0,01 0,01 (C) 0,01
60
Perhitungan :
𝐴×𝐵×𝐵𝑠𝑡 𝐶𝑎𝐶𝑂3
➢ ppm FMA = 𝑆
× 1000
0,02×1,3×50
ppm FMA (Kation B) = × 1000 = 26 ppm
50
0,02×1,3×50
ppm FMA (Kation C) = × 1000 = 26 ppm
50
𝐴𝑏𝑠 - Int
➢ ppm SiO2 = 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
× 𝑓𝑝
Intersep = 0,001
Faktor = 6,932
1 1
Slope = = = 0,1442
𝑓 6,932
Fp = 1x
0,001 - 0,001
Anion A = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
61
ppm SiO2 (03:00) :
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,002 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,007 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,002 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,007 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,002 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,007 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
62
ppm SiO2 (15:00) :
0,001 - 0,001
Anion B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,002 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,007 ppm
0,001 - 0,001
Mix Bed A= × 1 = 0,000 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,002 - 0,001
Anion A = × 1 = 0,007 ppm
0,1442
0,002 - 0,001
Anion C = 0,1442
× 1 = 0,007 ppm
0,002 - 0,001
Mix Bed A= × 1 = 0,007 ppm
0,1442
0,001 - 0,001
Mix Bed B = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Demin Tank = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,002 - 0,001
Two Bed A (07:00) = 0,1442
× 1 = 0,007 ppm
0,001 - 0,001
Two Bed C (19:30) = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
0,001 - 0,001
Extra Mix Bed A (20:00) = 0,1442
× 1 = 0,000 ppm
63
Lampiran 2. Worksheet Analisis Utilitas Demin Plant
64