Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap manusia pasti akan mengalami masa tua. Masa tua merupakan

masa hidup manusia yang terakhir dimana setiap manusia pasti akan

mengalami proses penuaan. Proses penuaan adalah suatu proses

menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat melakukan

kegiatan sehari-hari. Hal ini terjadi pada lansia atau lanjut usia. Menurut UU

No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia disebutkan bahwa lansia

adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih daari 60 tahun (Rhosma, S.

2014). Seiring dengan proses menua tersebut tubuh ajan mengalami

berbagai masalah kesehatan yang biasa disebut sebagai penyakit

degeneratife salah satunya adalah hipertensi.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut dengan pembunuh

diam-diam atau silent killer, karena terjadi tanpa adanya gejala. Gejala

seperti sakit kepala, pusing atau mimisan terkadang dianggap sebagai gejala

peringatan meningkatnya tekanan darah padahal hanya sedikit yang

mengalami hal tersebut (Junaedi, E. dkk. 2013). Menurut World Health

Organization (WHO) batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg

tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan

mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg (Manuntung, A.

2019). Hipertensi menjadi masalah yang sering ditemukan pada lanjut usia
dan merupakan faktor utama penyebab terjadinya stroke dan serangan

jantung. Lebih dari 50% kematian diatas 60 tahun terjadi karena penyakit

jantung dan cerebrovaskuler (Ekasari, dkk. 2018).

Menurut data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan

hampir 1 miliar orang atau sekitar seperempat dari sepuluh populasi orang

dewasa di dunia menyandang tekanan darah tinggi dan jumlah ini cenderung

meningkat setiap tahunnya. Lebih dari 50 juta orang di Amerika Serikat

mengalami hipertensi. Beberapa Negara lain di Asia, pada tahun 2000

tercatat 38,4 juta orang penderita dan pada tahun 2025 diperkirakan menjadi

67,4 juta orang. Masalah hipertensi di Indonesia merupakan masalah yang

serius. Angka prevalensinya cukup tinggi, sekitar 6-15%, bahkan pada usia

50 tahun keatas angka tersebut mencapai 20% dan prevalensinya semakin

hari semakin meningkat. Dari penduduk Indonesia dewasa, setiap 1000

orang terdapat 74 orang perempuan dan 94 orang laki-laki menderita

hipertensi menyebutkan prevalensi pada wanita berumur antara 50-59 tahun

sebesar 29% dan usia di atas 60 tahun sebesar 64,9% (Aulia, A. dkk. 2018).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan bahwa

prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 adalah sebebsar 25,8%.

Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara dari 7,6%

tahun 2007 menjadi 9,5% tahun 2013. Prevalensi hipertensi meningkat

dengan bertambahnya umur, pada umur 35-44 tahun adalah sebesar 24,8%,

umur 45-54 tahun meningkat menjadi sebesar 35,06%, dan meningkat lebih

besar pada umur 55-64 tahun sebesar 45,9%.


Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah

faktor keturunan, faktor ciri perseorangan, dan faktor kebiasaan hidup.

Faktor keturunan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita

hipertensi karena orang tuanya adalah penderita hipertensi. Sedangkan

faktor ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi yaitu

umur dan jenis kelamin. Umur yang bertambah akan menyebabkan

terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pada pria umunya lebih

tinggi dibandingkan wanita. Selain faktor-faktor diatas, hipertensi juga

dapat disebabkan oleh kebiasaan hidup seperti mengkonsumsi garam yang

tinggi (melebihi dari 30 gram), kegemukan atau makan berlebihan, stress

dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alkohol, minum obat-obatan

(ephedrine, prednisone, epineprin). Hipertensi menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan

menimbulkan komplikasi yang berbahaya, misalnya stroke, penyakit jantung

koroner, dan gagal jantung (Gunawan, L. 2001).

Untuk mencegah terjadinya hipertensi maka dibutuhkan penanganan

secara tepat. Penangan tersebut dilakukan secara farmakologis dan non

farmakologis. Penanganan secara farmakologis dianggap mahal oleh

masyarakat, selain itu juga mempunyai efek samping sehingga masyarakat

lebih menyukai penanganan secara non farmakologis. Penanganan secara

non farmakologis dapat dilakukan dengan cara terapi herbal, salah satunya

yaitu mentimun.
Mentimun memiliki kandungan air yang berlebih, sehingga dapat

dikatakan bahwa 90% dari mentimun adalah air. Dengan adanya kandungan

air didalam mentimun, maka mentimun merupakan suatu buah yang bersifat

diurertik (perangsang produksi urin). Proses diueretik sangat efektif dalam

mengeluarkan kandungan garam-garam mineral yang ada didalam tubuh

melalui urin (Sutomo, B. 2009).

Efek diuretik tersebut akan menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi. Banyaknya garam-garam mineral yang dikeluarkan tubuh

melalui urin akan berdampak pada kontraksi jantung yang menurun,

sehingga menyebabkan tekanan darah pada arteri menjadi rendah yang pada

akhirnya terjadi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pada

dasarnya penderita hipertensi mengalami sebuah tekanan yang tinggi karena

kontraksi jantung yang meningkat dan menyebabkan tekanan arteri juga

meningkat. Oleh karena itu, dengan adanya buah mentimun yang memiliki

efek diueretik inilah diharapkan terjadi perubahan tekanan pada darah pada

penderita hipertensi yang akan berubah menjadi normal.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian tentang

pengaruh jus mentimun terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang

hipertensi.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana tekanan darah lansia yang hipertensi sebelum diberikan jus

mentimun?

2. Bagaimana tekanan darah lansia yang hipertensi sesudah diberikan jus

mentimun?

3. Adakah pengaruh jus mentimun terhadap perubahan tekanan darah pada

lansia yang hipertensi?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh jus mentimun terhadap perubahan

tekanan darah pada lansia yang hipertensi.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tekanan darah lansia yang hipertensi sebelum

diberikan jus mentimun.

2. Mengidentifikasi tekanan darah lansia yang hipertensi sesudah

diberikan jus mentimun.

3. Menganalisis pengaruh jus mentimun sebelum dan sesudah

terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang hipertensi.


1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penanganan

hipertensi secara non farmaologis.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian dapat di pakai sebagai bahan acuan dalam

mengembangkan penelitian lain dimasa yang akan datang.

3. Bagi Masyarakat

Membantu masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan tentang

hipertensi dan sebagai dasar untuk pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai