Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS

Resume Pada Ny.R ( 30 thn ) Di Poli Kebidanan Dan Kandungan

RSUD KAB. CIAMIS

Dibuat sebagai salah satu tugas Program Profesi Ners dalam pembuatan kasus
keperawatan Maternitas di Poli Kebidanan Dan Kandungan

Oleh
Sidik Purnama
1490119108

PROGRAM STUDI PROPESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIGAL CIAMIS

TAHUN 2019
Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi / Pengertian

Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal.

Dalam kamus istilah kedokteran, Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya

menstruasi pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum

pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi

normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus – hipofisis – aksis indung

telur serta organ reproduksi yang sehat.

Amenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Amenorrhea fisiologik : Terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan,

laktasi dan sesudah menopause.

b. Amenorrhea Patologik

- Amenorrhea Primer : Wanita umur 18 tahun keatas tidak pernah haid.

Penyebab : kelainan congenital dan kelainan genetik.

- Amenorrhea Sekunder : Penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian

tidak dapat lagi.

Penyebab : hipotensi, anemia, gangguan gizi, gangguan metabolisme,

tumor, penyakit infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara umum dan stress

psikologis.

2. Epidemiologi / Insiden Kasus

Sekitar 3-4% dari populasi dengan usia reproduktif dapat ditemukan adanya

amenore yang bersifat patologik. Amenore didiagnosa pada perempuan yang tidak

menstruasi :
a. sampai usia 13 tahun dan belum menunjukkan tanda – tanda pubertas

b. sampai usia 15 tahun walaupun sudah menunjukkan tanda pubertas lain

c. sudah menstruasi, tetapi tidak menstruasi lagi selama interval 3 siklus atau

lebih atau selama 6 bulan

3. Etiologi / Penyebab

Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:

a. Hymen Imperforata : Selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi

terhambat untuk keluar.

b. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone-hormone yang tidak

mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi

haid atau hanya sedikit.

c. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat

badan

d. Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan

e. Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor

f. Endometrium tidak bereaksi

g. Penyakit lain : penyakitmetabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan

hepar dan ginjal.

4. Patofisiologi

Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat

berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang

membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan

pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung

menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat


menghambat pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan

amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan

perkembangan ovarium (disgenesis gonad). Kegagalan ovarium premature dapat

disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga

merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan

yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang

banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan

hormone steroid seksual (estrogen dan progesterone) tidak tercukupi. Pada

keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi

kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone yang

memicu terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan

endorphin yang merupakan derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan

GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih

cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid

yang dapat menekan pembentukan GnRH.

5. Pathway

Terlampir

6. Gejala Klinis

Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :

- Tidak terjadi haid

- Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.

- Nyeri kepala

- Badan lemah
7. Komplikasi

Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya

adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen

IV dan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain

akibat hormone seperti osteoporosis.

8. Pemeriksaan Diagnostik / penunjang

Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual

sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur,

rahim, perekatan dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG, Histerosal Pingografi,

histeroskopi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan

tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan

kadar hormone FSH dan LH setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada

amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating

Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi kadar

hormone prolaktin dalam tubuh.

9. Penatalaksanaan

Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab

adalah kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa

penelitian dapat dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu

dapat dipertahankan.

Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang

dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga adalah
terapinya, belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang

berlebih juga dapat membantu. Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita

yang mengalami Amenorrhea Primer

DAFTAR PUSTAKA

1. Speroff L, Glass RH, Kase NG. Clinical gynecologic endocrynologi and

infertility. Baltimore: Williams & Wilkins, 1994: 401-456

2. Scherzer WJ, McClamrock H. Amenorrhea. In: Berek JS, Adashi EY,

Hillard PA. Novak’s gynecology. 12th edition. Baltimore: Williams &

Wilkins, 1996: 820-832

3. Baziad A, Alkaff Z. Pemeriksaan dan penanganan amenorea. Dalam:

Baziad A, Jacoeb TZ, Surjana EJ, Alkaff Z. Endokrinologi ginekologi.

Edisi pertama. Jakarta: Kelompok studi endokrinologi reproduksi

Indonesia bekerjasama dengan Media Aesculapius, 1993: 61-70

4. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999: 203-223

5. Jacoeb TZ, Rachman IA, Soebijanto S, Surjana EJ. Panduan endokrinologi

reproduksi. Jakarta: Bagian obstetric dan ginekologi FKUI/RSCM, 1985:

10-13

6. Yen SSC. Chronic anovulation caused by peripheral endocrine disorders.

In: Yen SSC, Jaffe RB. Reproductive Endocrinology. 3rd edition.

Philadelphia: WB Saunders Company, 1991: 577-673

7. Brewer JI, Decosta EJ. Textbook of Gynecology. 4th edition. Baltimore:

Williams & Wilkins, 1967: 101-136

Anda mungkin juga menyukai