Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perairan laut adalah suatu badan air yang berhubungan dengan lautan. Untuk
mengetahui apakah terdapat suatu keseimbangan antara factor biologi dan
habitatnya, yaitu organisme dengan parameter-parameter fisika, kimia,dan biologi
suatu perairan serta kondisi fisik alam dalam perairan diperlukan pengetahuan
tentang ukuran faktor-faktor tersebut secara kualitatif dan kuantitatif.
Beberapa faktor lingkungan penentu perairan diperanguhi pengelolaan dan
kelangsungan hidup, kondisi fisik alam, pertumbuhan, atau reproduksi organisme
akuatik dapat dilihat dari sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Namun disini
kita akan membahas tentang parameter-parameter fisika, kimia dan biologi
perairan. Parameter kimia meliputi : Salinitas dan pH , Parameter fisika meliputi :
suhu, arus, panjang gelombang, tinggi gelombang, periode gelombang, sudut
refraksi , kemiringan pantai, pasang surut, sedimen, kecerahan sedangkan
Parameter biologi meliputi: magrove dan lamun.
Praktikum Keluar Pengantar Oceanografi bertujuan agar praktikan mampu
dan memahami cara pengamatan parameter-parameter yang mempengaruhi
kondisi lingkungan sekitar ( Pantai Bentar) yang nantinya para praktikan dapat
menganalisa dari hasil pengamatan tersebut dan memutuskanya.
Beberapa parameter yang diteliti antara lain suhu, DO, pH, kecerahan,
salinitas, nitrat, nirit, ammonia, arus, sedimentasi, kelandaian, pasang surut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana hubungan parameter fisika terhadap ekosistem di pantai bentar ?
2. Bagaimana hubungan parameter kimia terhadap ekosistem di pantai bentar ?
3. Bagaimana kondisi lingkungan pantai bentar ?
4. Bagaimana hubungan praktikum dengan dunia perikanan ?

1.3 TUJUAN
1.Untuk mengetahui hubungan parameter fisika terhadap ekosistem di pantai
bentar
2. Untuk mengetahui hubungan parameter kimia terhadap ekosistem di pantai
bentar
3. Untuk mengetahui kondisi topografi dari pantai bentar
4. Untuk mengetahui hubungan praktikum dengan dunia perikanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Arus
Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horisontal
sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang
terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu
massa air yang dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau
pergerakan gelombang panjang. Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa
hal antara lain arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya
Coriolis dan arus ekman, topografi dasar laut, arus permukaan. ( Suminto,
2015)
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas terhadap ikan-ikan atau
biota akuatik. Suhu dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme berperan
secara langsung atau tidak langsung bersama dengan komponen kualitas air
lainnya mempengaruhi kualitas akuatik. Temperatur air mengendalikan
spawning dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangan, menyebabkan air menjadi panas atau dingin
sekali secara mendadak. Temperatur air juga mempengaruhi berbagai macam
reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik. Suhu adalah suatu
besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung dalam
suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahan dalam air laut adalah
matahari. Suhu dilaut bersamaan dengan salinitas sangat mempengaruhi
densitas dari ar laut. ( Hattory, 2016)
3. pH
pH adalah ukuran keseimbangan antara Hidrogen (H +) dan hidroksida
(OH) ion dalam air. Skala pH bernilai dari 0-14. Seperti yang kita tahu, nilai
pH 7,0 berarti bahwa pH air netral, dengan pembacaan 0-6, sebagai asam, dan
8-14 Basa. Air laut umiumnya memiliki nilai PH di atas 7 yang berarti
bersifat basa, namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat menjadi lebih
rendah sehingga menjadi bersifat asam. Perubahan nilai PH yang demikian
berpengaruh terhadap kualitas perairan yang pada akhirnya berdampak
terhadap kehidupan biota di dalamnya. ( Raymont, 2015)
4. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu,
air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3
sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.Salinitas merupakan nilai yang
menunjukkan jumlah garam-garam terlarut dalam satuan volum air biasanya
dinyatakan dalam satuan per mil ‰. Berdasarkan nilai salinitas air
diklasifikasikan sebagai berikut: air tawar <0,5 ‰, air payau (0,5 – 30 ‰) laut
(30 – 40 ‰) dan hiperhalin (>40 ‰) (Barus, 2004). Salinitas mempunyai
peranan yang penting dalam kehidupan organisme, misalnya dalam hal
distribusi biota laut akuatik. Salinitas juga berperan dalam mempengaruhi
proses osmoregulasi biota perairan termasuk makrozoobentos.( Hutagalung,
H, P., Dan Abdul Rozak., 2014)
5. Sedimen
Sedimen merupakan partikel batuan, mineral, atau bahan organik yang
terbentuk akibat proses pengendapan melalui perantara angin, air atau es 5
sampai 10 milyar ton partikel bahan organik tenggelam dalam laut dunia dan
terakumulasi sebagai sedimen. Sedimen laut menutupi 70% permukaan bumi
dan berperan penting dalam siklus karbon dan nutrien bagi kehidupan di dunia
ini. ( Alaerts, G. dan S.S. Santika., 2014)
6. Kelandaian
Kelandaian pantai mempengaruhi kedalaman pantai secara horizontal,
sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah sinar matahari
yang dapat mencapai dasar perairan, karena sinar matahari ini diperlukan oleh
organisme benthik untuk berfotosintetis.( Alaerts, G. dan S.S. Santika., 2014)
7. pasang surut
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi
laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-
lain. Karena sifat pasang surutyang periodik, maka ia dapat
diramalkan.Pasang surut juga sangat mempengaruhi kehidupan organisme
laut, terutama pada daerah intertidal dan daerah litora. Pasang surut
laut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu
gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai
bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh dari gaya tarik
menarik antara Bumi, Matahari dan Bulan. Ada tiga jenis pasang surut yang
pokok yaitu pasang surut tipe harian tunggal (diurnal type), pasang surut tipe
harian ganda (semi diurnal type), dan pasang surut tipe campuran. ( Dugdale
dan Goering., 2016)
8. DO
Kebutuhan oksigen (Oxygen Demand) merupakan salah satu parameter
penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam
bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam
suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air
tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan
melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan
mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran
juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. ( Hattory, 2016)
9. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah
senyawa yang stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk sintesis
protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang
tinggi dapat mengakumulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas
sehingga air kekurangan oksigen terlarut dan menyebabkan kematian pada
ikan. Kadar nitrat secara alamiah biasanya agak rendah, namun kadar nitrat
dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi pupuk
dan mengandung nitrat. Senyawa nitrogen dalam air laut terdapat dalam 3
bentuk utama yang berada dalam keseimbangan, yaitu amoniak, nitrit dan
nitrat. Keseimbangan tersebut sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen
bebas dalam air. Pada saat kadar oksigen rendah, keseimbangan bergerak
menuju amoniak, sedangkan pada saat kadar oksigen tinggi keseimbangan
bergerak menuju nitrat sehingga nitrat merupakan hasil akhir dari oksidasi
nitrogen dalam air laut. ( Grasshoff, K., 2015)
10. Nitrit
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat
(nitrifikasi) oleh bakteri Nitrosomonas dan antara nitrat dengan gas
nitrogen(denitrifikasi) oleh karena itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen. Kandungan nitrit pada perairan alami mengandung nitrit
sekitar 0.001 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari 0.06 mg/L adalah bersifat
toksik bagi organisme perairan. Keberadaan nitrit menggambarkan
berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki
kadar oksigen terlarut yang rendah. Selain itu nitrit juga bersifat racun karena
dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen, disamping itu juga nitrit membentuk nitrosamin (RRN-
NO) pada air buangan tertentu dan dapat menimbulkan kanker. ( Hutagalung,
H, P., Dan Abdul Rozak., 2014)
11. Amoniak
Amoniak merupakan produk akhir utama penguraian protein pada ikan.
Ikan akan mencerna protein dalam pakan dan mengekskresikan amoniak
melalui insang dan feses. Amoniak pada lingkungan budidaya juga berasal
dari proses dekomposisi bahan organic seperti sisa pakan, alga mati dan
tumbuhan akuatik. Terdapat 2 bentuk amoniak di air,yaitu yang
terionisasi(amonium,NH4+) dan yang tidak terionisasi(amoniak,NH3).
Amoniak yang tidak terionisasi berbahaya bagi organism akuatik, karena
bersifat toksik. Nilai NH3 tergantung pada nilai pH dan suhu perairan.
Semakin tinggi suhu dan pH air, persentase NH3 semakin tinggi. ( Raymont,
2015)
12. Kecerahan
Kecerahan suatu perairan menetukan sejauh mana cahaya matahari
dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses
fotosintesis dapat berlansung sempurna. Kecerahan yang mendukung apabila
Seichi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. Kecerahan merupakan ciri
penentu untuk pencerahan, penglihatan yang mana suatu sumber dilihat
memancarkan sejumlah kandungan cahaya. Dalam kata lain kecerahan adalah
pencerahan yang terhasil dari pada kekilauan sasaran penglihatan, Kecerahan
merupakan suatu ukuran dimana cahaya didalam air yang disebabkan oleh
adanya partikel-partikel kaloid dan suspensi dari suatu bahan pencemaran,
Antara lain bahan organic dari buangan-buangan industry, Rumah tangga,
Pertanian yang terkandung di perairan. ( Wardoyo, S,T,H., 2017)
BAB III
METODOLOGI

3.1 WaktudanTempat
Praktikum Pengantar Oceanografi dilakukan pada tanggal 05 Desember 2018
pada pukul 08.10 di Pantai Bentar Probolinggo
3.1 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
a) Kecerahan
1. Secchi Disc
2. Roll Meter
3. HandPhone
4. Alat Tulis
b) Do
1. Botol Winkler
2. Gelas Kimia
3. Botol Plastok 600 ml
4. Baker Glass
5. Buret
6. Erlenmeyer
7. Piper Ukur
8. Pipet Tetes
9. HandPhone
10. Alat Tulis
c) Nitrat
1. Testkit Nitrat
2. HandPhone
3. Alat Tulis
d) Nitrit
1. Teskit Nitrit
2. HandPhone
3. Alat Tulis
e) Ammonia
1. Testkit Amonia
2. HandPhone
3. Alat Tulis
f) Suhu
1. Termometer
2. HandPhone
3. Alat Tulis
g) Ph
1. Kertas Lakmus
2. Testkit Ph
3. HandPhone
4. Alat Tulis
h) Salinitas
1. Refraktometer
2. HandPhone
3. Alat Tulis
i) Kelandaian
1. Kayu 2 Meter
2. Raffia
3. Roll Meter
4. HandPhone
5. Alat Tulis
j) Sedimen
1. Toples
2. Penggaris
3. HandPhone
4. Alat Tulis
k) Arus
1. Bola Arus
2. Stopwatch
3. HandPhone
4. Alat Tulis
l) Pasang Surut
1. Kayu 2 Meter
2. Raffia
3. Roll Meter
4. Stopwatch
5. HandPhone
6. Alat Tulis
3.2.1 Bahan
a) Kecerahan
1. Perairan yang diukur
b) DO
1. MNSO4
2. NaOH + KI
3. H2SO4 pekat
4. NaS2O3 0.025 N
5. Amilum
6. Air sampel
c) Nitrat
1. reagen nitrat
2. air sampel
d) Nitrit
1. Reagen nitrir
2. Air sampel
e) Ammonia
1. Reagen 1, 2, dan 3amoniak
2. Air sampel
f) Suhu
1. Perairan yang di uji
g) pH
1. air sampel
h) Salinitas
1. Air sampel
i) Kelandaian
1. Perairan yang diukur
j) Sedimen
1. Sedimen
k) Arus
1. perairan yang diukur
l) Pasang surut
1. Perairan yang diukur
3.3 Cara kerja
3.3.1 Kecerahan
1. Menyiapkan secchi disk
2. Sechi disk di turunkan kedalam air kolam (secchi disk tetap dalam posisi
sejajar dengan permukaan)
3. Sambil di lepaskan ke air, sechi disk terlihat samar-samar (D1), catat
kedalamanya
4. Sechi disk di turunkan sampai sechi disk tidak terlihat kemudian ditarik
sampai terlihat kembali (D2), catat kedalamanya.
5. Hasil pengamatan D1 dan D2 dijumlahkan kemudian dibagi 2
3.3.2 DO
1. Mengambil sampel air dengan botol winkler sebanyak 150 ml
2. Menambahkan MNSO4 2 ml
3. Menambahkan NaOH + KI 2 ml
4. Menghomogenkan selama beberapa menit hingga mengendap
5. Menambahkan H2SO4 pekat 2 ml hingga endapan larut sempurna
6. Mengambil 50 ml di taruh di dalam erlemeyer
7. Mentitrasi dengan NaS2O3 0.025 N sampai berubah kuning muda
8. Menambahkan 2 tetes amilum
9. Mencatat ml titran
10. Menghitung DO dengan rumus:

3.3.3 Nitrat
1. Mengambil sampel 5 ml kedalam botol plastic
2. Menambahkan reagen nitrat 1 sendok
3. Mengocok dan mendiamkan 5 menit
4. Mencocokkan warna larutan dengan teskit
3.3.4 Nitrit
1. Mengambil 5 ml sampel kedalam botol plastic
2. Menambah reagen nitrit sebanyak 1 sendok
3. Mengocok larutan dan mendiamkan 5 menit
4. Mencocokkan warna larutan dengan teskit
3.3.5 Amoniak
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil 5 ml sampel kedalam botol plastic
3. Menambahkan reagen amonia sebanyak 10 tetes dan reagen 2 sebanyak 1
sendok.
4. Mengocok larutan dan didiamkan selama 5 menit
5. Menambahkan 6 tetes reagen 3 lalu didiamkan 5 menit.
6. Mencocokkan hasil dengan kertas teskit
3.3.6 Suhu
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memasukkan termometer ke laut.
3. Menunggu sampai kurang lebih 2 menit.
4. Mencatat hasil
3.3.7 pH
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memasukkan kertas lakmus kedalam sampel
3. Mencocokan hasil
4. Mencatat hasil
3.3.8 Salinitas
1. Mengkalibrasi refraktometer dengan aquades kemudian mengeringkan
dengan tissue
2. Mengambil sampel air laut dan meneteskan ke refraktometer
3. Mengamati dan mencatat besarnya salinitas air laut pada skala yg di tunjukan
oleh refraktometer
3.3.9 Kelandaian
1. Mengukur kedalaman (h) dimulai pertemuan pasir dan air
2. Mengukur jarak (s) pertemuan air dan pasir
3. Menghitung kelandaian dengan rumus (arc tan α)

4. Menghitung presentasi kemiringan dengan rumus 𝑠 𝑥100%

3.3.10 Sedimen
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil sedimen dasar perairan dengan toples
3. Mengendapkan sedimen yang telah diambil selama 24 jam
4. Mengamati dan mengukur tinggi sedimen
5. Mencatat hasilnya
3.3.11 Arus
1. Bola dikaitkan dengan tali rafia sepanjang 10 meter
2. Bola di lemparkan ke permukaan air
3. Ujung tali di pegang dan ditunggu sampai tali merenggang
4. Mencatat waktu sejak bola di lempar sampai terenggangnya tali
5. Hitung limit waktu bergeraknya objek dari A0 menuju A1 (kecepatan
arus = V)
6. Lakukan ulangan 3 kali berturut-turut
7. Menghitung dengan rumus :
3.3.12 Pasang Surut
1. Kayu/bambu diberi tanda, kemudian berjalan ke arah pantai yang
tergenang air laut
2. Kayu/bambu ditancapkan di pantai serta menandai tinggi air pada saat itu
dengan spidol (tinggi awal) dibiarkan selama 3 jam
3. Tiap satu jam dilihat perubahan ketinggian permukaan air
4. Buat sumbu x (waktu) dan y (kedalaman) pada kertas
5. Ploting hasil pengamatan kedalaman sumbu simetris tersebut dan tentukan
tipe pasang surut di lokasi praktikum tersebut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No. Pengamatan/uji Gambar Hasil/perhitungan
coba/perlakuan
1 Kecerahan Pengukuran kecerangan
menggunakan secchidisk
Hasil pengukuran kecerahan
yaitu diketahui D1=56 cm dan
dok : praktikan D2=30 cm, maka nilai
kecerahannya yaitu berkisar 43
cm.
2 DO Pengukuran DO dapat dilakukan
dengan metode titrasi. Adapun
hasil pengamatan DO yaitu
berkisar 32,4 mg/l

dok : praktikan
3 Nitrat Pengamatan nitrat dapat
dilakukan dengan menggunakan
teskit nitrit.
Adapun hasil pengamatan nitrat
yaitu 10 mg/l
dok : 10 mg/l = 0,01 mg/ml
praktikan
4 Nitrit Pengamatan nitrit
menggungakan testkit nitrit.
Adapun hasil pengamatan nitrit
yaitu 5 mg/l
dok : praktikan 5 mg/l = 0,005 mg/ml
5 Amonia Pengamatan ammonia
menggunakan teskit amonia
Hasil pengamatan ammonia
yaitu 0

dok : praktikan
6 Suhu Pengukuran suhu menggunakan
termometer.
Hasil pengamatan suhu air laut

dok : praktikan yaitu 310 C


7 pH Pengamatan pH menggunakan
kertas lakus
Hasil pengamatan Ph yaitu
berkisar 7
dok : praktikan
8 Salinitas Pengukuran salinitas dapat
menggunakan refratktometer
Hasil pengukuran salinitas yaitu
berkisar 35 ppt
dok : praktikan
9 Kelandaian 18
𝑥 100% = 3%
600

𝑎𝑟𝑐 tan 0,03 = 1,71°


Kelandaian dapat diukur
dok : praktikan menggunakan meteran.

10 Sedimen Hasil pengamatan sedimen yaitu


90% berupa pasir dan 10%
berupa lumpur

dok : praktikan
11 Arus 2
𝑣 = 150
= 0,013 m/dtk
Pengukuran arus menggunakan
bola arus dengan panjang tali 2
dok: praktikan meter..
12 Pasang Surut Pasang surut dapat diukur
menggunakan kayu/bambu dan
penggaris
ketingggian awal yaitu 75 cm,
dok : praktikan
ketinggian kedua 82 cm, dan
ketinggian ketiga 85 cm.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Arus
Berdasarkan hasil praktikum pengantar oceanografi didapati hasil dari
pengamatan bahwa kecepatan arus di Pantai Bentar Probolinggo memiliki
kekuatan 0,013 m/dtk. Pengukuran arus dilakukan dengan cara melepaskan
bola yang telah dikaitkan dengan tali sepanjang 2m, bola dilepaskan sembari
menghitung waktu dengan stopwatch, yang mana saat bola arus dilemparkan,
bola arus mengarah ke timur yang artinya sedang terjadi musim angin timur.
Menurut menurut Budi, S & Pamungkas, A (2017) arus 0,013 m/dtk termasuk
arus tenang untuk pantai utara jawa, yang mana beliau memperkirakan arus
normal musim angin timur yaitu 0,002 – 0,083 m/dtk. Sementara untuk
musim angin barat dikisaran 0,0015 – 0,065 m/dtk.
4.2.2 Suhu
Berdasarkan praktikum pengantar oceanografi didapati hasil dari
pengamatan bahwa air laut di Pantai Bentar Probolinggo memiliki suhu 31°C.
Suhu tersebut dipengaruhi oleh penetrasi cahaya matahari yang secara
langsung menyinari perairairan pada pantai bentar. Pengukuran suhu
dilakukan dengan menggunakan thermometer yang dicelupkan selama kurang
lebih satu menit. Suhu tersebut masih tergolong normal mengingat letaknya
berada di daerah tropis khatulistiwa. Suhu optimal pada perairan laut
indonesia adalah 26°C-29°C . Menurut Mira Y (2006) suhu permukaan air
laut di Indonesia tidak terlalu berbeda jauh antara daerah satu dengan lainnya,
di Indonesia sendiri secara umum memiliki suhu air laut berkisar 26°C-29°C.
Sementara pada Kawasan Timur Indonesia (KTI) berkisar 28°C-29°C dan
pada Kawasan Barat Indonesia (KBI) berkisar 26°C-28°C. Dan untuk suhu di
Laut Jawa berkisar 27°C-31°C.
4.2.3 pH
Berdasarkan praktikum pengantar oceanografi didapati hasil dari
pengamatan bahwa perairan di Pantai Bentar menunjukan derajat/tingkat
keasaaman(pH) sebesar 7. Pengukuran derajat keasaman dilakukan
menggunakan kertas lakmus. Optimal bagi organisme air laut hiduppada
derajat keasaman 6,5-8,5. Menurut Sri Y dan Yusuf (2014) jika menggukan
pH-meter data yang diperoleh lebih akurat, pH di perairan laut Indonesia
cenderung stabil di angka 6,7 – 7,9. Dengan rata-rata data yang seharusnya
didapatkan yaitu pH 7,05.
4.2.4 Salinitas
Berdasarkan hasil praktikum pengantar oseanografi tentang Salinitas
dapat praktikan ketahui bahwa salinitas pada perairan pesisir pantai bentar
adalah 35 ppt. suhu adalah faktor utama yang mmempengaruhi kada garam
atau salinias. Suhu akan menyebabkan penguapan pada perairan sehinnga
salinitas akan semakin tinggikarena berkurangnya massa air pada perairan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Mira Y (2006) yang menyatakkan bahwa
salinitaspada pesisir pantai akan cenderung lebih tinggi dari pada peraitan
tengah laut hal ini karena pada perairan pantai banyak mineral pada daratan
yang terbawa oleh aliran sungai dan kecerahan pada perairan panteilebih
keruh sehingga akan menyebabkan penguapan lebih cepat dan salinitas pada
perairan pantai lebih tinggi.

4.2.5 Sedimen
Berdasarkan praktikum pengantar oceanografi didapati hasil dari
pengamatan bahwa hasil perhitunganya ialah 1,12. Pengamatan sedimen
dilakukan dengan mengambil sedimen di dasar laut menggunakan toples yang
didiamkan selama 24 jam, bentuk sedimen tersebut berupa pasir, lumpur dan
bebatuan. Diketahui pula bahwasanya sedimen cenderung kasar, mengingat
Pantai Bentar terletak di pantai utara Pulau Jawa. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Isnaniawardani (2010) yang menyatakan bahwa sedimen berbutir
kasar dengan kandungan kerikil paris kuarsa dijiumpai di wilayah selat,
sedangkan sedimen yang lebih halus diendapkan di laut terbuka. Komposisi
mineral karbonat atau gamping meningkat pada sedimen sekitar pulau karang
dan terumbu karang. Mineral ini juga dijumpai pada sedimen laut terbuka dan
pantai berpasir.
4.2.6 Kelandaian
Berdasarkan praktikum pengantar oceaongrafi didapati hasil dari
pengamatan bahwa pada Pantai Bentar Probolinggo memiliki derajat
kelandaian yaitu 1,71° dan persentase kemiringan yaitu 3%, yang mana hasil
tersebut merupakan normal untuk wilayah pesisir pantai jawa utara.
Kelandaian diukur menggunakan roll meter. Menurut Wahyudi (2009)
dikarenakan jawa utara tergolong dangkal maka kemiringan pun tidak terlalu
tajam, namun metode perhitungan kelandaian juga dipengaruhi oleh
tekniknya, manual atau dengan alat ukur otomatis. Untuk persentase
kemiringan sendiri di pesisir jawa utara berkisar 1%-5%.
4.2.7 Pasang Surut
Berdasarkan praktikum pengantar oceanografi didapati hasil dari pengamatan
bahwa pada pengukuran pertama pada jam 9.30 = 75 cm, pada pengukuran
kedua pada jam 10.30 = 82 cm, pada pengukuran ketiga pada jam 11.30 = 85
cm. sehingga dapat diketahui puncak pasang tertinggi dari tiga kali
pengukuran tersebut, pasang tertinggi terjadi pada pengukuran ketiga jam
11.30 dengan ketinggian 85 cm. Pasang surut dapat digunakan nelayan
sebagai petunjuk nelayan untuk melakukan aktifitasnya melaut. Pasang surut
diukur dengan menggunakan batang kayu yang diberikan tanda ketinggian air,
pasang surut air dipengaruhi oleh daya tarik bulan pada saat malam hari, dan
daya tarik matahari pada siang hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Budi, S
& Pamungkas, A (2017) yang menyatakan bahwa pasang surut laut
merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu
gerakan vertical dari seluruh partikel massa air laut yang disebabkan oleh
pengaruh dari gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari.
4.2.8 DO
Berdasarkan praktikum pengantar oceanografi didapati hasil dari
pengamatan bahwa kadar oksigen terlarut (DO) di Pantai Bentar Probolinggo
sebesar 32,4 mg O2/l yang apabila dikonversikan ke part per million (ppm)
sebesar 32,4 ppm dan jika dikonversika ke ml menjadi 0,0324 mg/ml. Hasil
yang begitu besar untuk pantai utara jawa. Kemungkinan pada saat mentitrasi,
praktikan tidak dengan betul memperhatikan volume titran. Menurut Sri Y
dan Yusuf (2014) pada pantai utara jawa seharusnya DO yang diperoleh
berkisar 5,95 – 7,05 ppm dengan konversi mg/ml yaitu 0.00595mg/ml -
0.00705mg/ml. Kemungkinan penyebab tingginya DO yang diperoleh yaitu
volume titran yang berlebihan, human erro saat titrasi.
4.2.9 Nitrat
Berdasarkan praktikum pengantar oceanografi didapati hasil dari
pengamatan bahwa kadar nitrat (NO3) di perairan Pantai Bentar Probolinggo
yaitu 10 mg/l. Yang jika dikonversikan ke ml yaitu sebesar 0,01 mg/ml,
merupakan ambang batas kadar nitrat di perairan yang baik bagi hewan
akuatik.Menurut Sri Y dan Yusuf (2014) perairan dengan kadar nitrat yang
baik yaitu berkisar 6-10 ppm sedangkan untuk kondisi normal berkisar 1-5
ppm bila dikonversi menjadi mg/ml yaitu kadar nitrat yang baik sekitar 0,006
- 0,01 mg/ml dan kadar nomal sekitar 0.001 – 0,005 mg/ml.
4.2.10 Nitrit
Berdasarkan praktikum pengantar oceanografi didapati hasil dari
pengamatan bahwa kadar nitrit (NO2) yang terdapat di perairan Pantai Bentar
Probolinggo yaitu 5 mg/l yang bila dikonversika ke ml yaitu sebesar 0,005
mg/ml, tergolong banyak kadar nitritnya. Menurut Sri Y dan Yusuf (2014)
apabila suatu perairan memiliki kadar nitrit (NO2) melebihi (>) 0,06 mg/L
atau 0,00006 mg/ml maka perairan tersebut sudah tercemar. Bisa dibayangkan
dengan 5 mg/ml bagaimana tercemarnya perairan tersebut untuk ikan hidup.
Seharusnya suatu perairan alami mana pun memiliki kadar NO2 hanya 0,001
mg/l atau 0,000001 mg/ml saja.
4.2.11 Amonia
Berdasarkan praktikum pengantar oceanografi didapati hasil dari pengamatan
bahwa kadar amonia (NH3) di perairan Pantai Bentar Probolinggo hanya 0
mg/ml. Seharusnya data yang diperoleh bisa lebih akurat dengan alat
pendukung. Menurut Adam (2016) apabila menggunakan alata pendukung
yang lebih akurat bisa mendapatkan data yang lebih juga, pada peraira jawa
utara biasanya kadar amonia hanya di kisaran 4 mg/l atau 0,004 mg/ml. Yang
artinya perairan tersebut tidak memiliki banyak kadar NH3.
4.2.12 Kecerahan
Berdasarkan praktikum pengantar oceanografi didapati hasil dari pengamatan
bahwa nilai kecerahan di perairan Pantai Bentar Probolinggo yaitu hanya 43
cm, penetrasi cahaya tidak terlalu dalam ke perairan, warna perairan pun juga
keruh dan hitam. Diperkiraan disebabkan oleh limbah buangan pabrik di
pesisir pantai khususnya pembangkit listrik paiton dan limbah buangan
tambak udang. Menurut Adam (2016) penetrasi cahaya yang rendah bisa
disebabkan banyak hal, yaitu kedalaman suatu perairan, padatnya plankton
khususnya fitoplankton, tebalnya alga saat blooming, limbah, ataupun
sedimen yang bertebaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Parameter fisika terhadap ekosistem di Pantai Bentar mempengaruhi kondisi
lingkungan yang mencangkup ekosistem seperti organisme sampai mikro
organism yang tinggal, selain itu mempengaruhi keadaan pantai seperti jenis
substrat pada pantai.
2. Parameter kimia terhadap ekosistem di Pantai bentar memengaruhi ekosistem
di pantai bentar terkait jenis organism dan mikroorganisme yang tinggal di
pantai bentar, artinya parameter kimia mempengaruhi jenis organism dan
mikro organism yang hidup.
3. Pantai Bentar terletak dibawah bebukitan, di sampingnya terdapat hutan
bakau, gelombang di Pantai Bentar tidak terlalu tinggi, substrat pantainya
berupa lumpur berpasir halus.
4. Dalam dunia perikanan praktikum pengantar oceanografi memiliki hubungan
dalam dunia perikanan terkait penentuan wilayah dalam membangun usaha
perikanan tangkap maupun budidaya.

5.2 Saran
1. Untuk laboratorium harapanya kedepanya untuk sarana dan prasarana lebih
ditingkatkan lagi guna menciptakan suasana yang nyaman bagi praktikan.
2. Untuk kedepanya lagi harapanya para asisten laboratorium lebih
meningkatkan lagi komunikasi kepada praktikan supaya para praktikan tidak
dirugikan dari kurangnya informasi ataupun dari terjadinya misskomunikasi
antara asisten laboratorium dengan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Adam. (2016). Studi Model Distribusi Pencemaran di Pantai Utara Jawa Tengah
Menggunakan Model MIKE 21 ECOLab. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan,
8(2), 89-100.
Alaerts, G. dan S.S. Santika., 2014.Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Indonesia.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Medan:
USU Press
Budi, S. & Pamungkas (2017). PERBANDINGAN KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI
PESISIR UTARA DAN SELATAN PULAU JAWA: Pasang-surut, Arus, dan
Gelombang. Bangkalan: Universitas Trunojoyo Madura.
Dugdale dan Goering., 2016. Marine Chemistry.Dept. of Chemistry and Institute of Marine
Science.University of South Florida Tempa-Florida.
Grasshoff, K., 2015. Determination of Nitrate. Methods of Seawater Analysis
(Grasshoffedt.). Verlag chemic-Weinheim-New York : 137-145.
Hattory., 2016. Water Quality Criteria for European Fresh water Fish water Temperature
and Inland Fisheries. Fishwater Press. Pergamon Press.
Hutagalung, H, P., Dan Abdul Rozak, 2014. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota,
Buku 2. P3O. LIPI Jakarta.
Kusmanto, E. (2016). Amplifikasi Pasang Surut dan Dampaknya terhadap Perairan Pesisir
Probolinggo. Oseanologi dan Limnologi, 1(3), 69-80.
Mira, Y. (2006). ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT
JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL
SATELIT NOAA16-AVHRR. Skripsi.
Raymont, 2015. Dampak Pencemaran Lingkungan. Badan Kerja sama Perguruan Tinggi
Negeri. Indonesia BagianTimur.
Sri, Y. Y. (2014). Kajian Konsentrasi Dan Sebaran Parameter Kualitas Air Di Perairan
Pantai Genuk, Semarang. Buletin Oseanografi Marina, 3(1), 9-19.
Suminto, 2015. Pencemaran Lingkungan. Seminar pengendalian pencemaran. Bagian
Akuakultur fakultas Perikanan; IPB. Bogor
Wahyudi. (2009). Analisa Kerentanan Pantai di Wilayah Pesisir Pantai Utara Jawa
Timur. Surabaya: ITS.
Wardoyo, S,T,H. 2017. Manajemen Kualitas Air.Fak.Perikanan IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai