Anda di halaman 1dari 11

TI 3104 Perancangan Teknik Industri I

Modul 2 : Pemetaan dan Analisis Metode Kerja

MODUL II
PEMETAAN DAN ANALISIS METODE KERJA

I. TUJUAN
Dengan praktikum ini diharapkan praktikan mampu:
1. Mengidentifikasi kondisi existing (layout dan lingkungan fisik) suatu sistem kerja
2. Mendokumentasikan suatu sistem kerja dalam bentuk peta kerja setempat yaitu peta tangan
kanan-tangan kiri.
3. Mengidentifikasi metode kerja berdasarkan studi gerakan(Therblig) dan prinsip ekonomi
gerakan
4. Mengidentifikasi pemborosan dalam suatu metode kerja
5. Memahami alasan dan kegunaan pengaplikasian pemetaan metode kerja
6. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada suatu metode kerja menggunakan 7 tools, 5
why, dan 5W1H dalam 8 langkah pemecahan masalah

II. GARIS BESAR PRAKTIKUM


Pada praktikum ini, praktikan mendokumentasikan kondisi existing proses perakitan dongkrak.
Selama masa dokumentasi, praktikan mengidentifikasi pemborosan-pemborosan yang terjadi.

III. DASAR TEORI

III.1 PEMETAAN SISTEM KERJA


Seorang sarjana Teknik Industri diharapkan mampu mengelola faktor-faktor yang membentuk
suatu sistem kerja yang terdiri dari pekerja (man), mesin (machine), metode kerja (method),
material (material) dan lingkungan kerjanya (environment) sehingga sistem kerja yang
dihasilkan lebih memenuhi kriteria EASNE (efektif, aman, sehat, nyaman , dan aman).

TEKNIK TATA
PERANCANGAN CARA KERJA
SISTEM KERJA

PEKERJA
BAHAN
MESIN/ ALTERNATIF SISTEM KERJA
BEBERAPA ALTERNATIF
PERALATAN SISTEM KERJA TERBAIK
LINGKUNGAN
METODA KERJA

SISTEM KERJA

Gambar 3.1-1. Bagan gambaran keseluruhan perancangan sistem kerja

Salah satu faktor dari sistem kerja yaitu metode kerja (method). Metode kerja merupakan
faktor yang harus diperhatikan. Hal ini karena metode kerja berkaitan erat dengan waktu
siklus karena waktu siklus dari suatu elemen kerja bergantung pada metode kerja yang
diterapkan. Metode kerja yang lebih baik(pada saat itu) dipilih dari beberapa alternatif metode

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI – ITB 1


TI 3104 Perancangan Teknik Industri I
Modul 2 : Pemetaan dan Analisis Metode Kerja

kerja yang didapatkan dari hasil eksperimen yang dilakukan dengan cara membandingkan
peta-peta kerja dari metode-metode kerja tersebut.
Optimasi metode kerja tidak hanya sekedar memilih metode dan mencari waktu kerja yang
tersingkat, tetapi juga harus mempertimbangkan adanya pengurangan terhadap kelelahan
kerja, penghilangan masalah yang timbul pada sistem kerangka-otot, dan rasa tanggung jawab
untuk menjadikan pekerjaan tersebut tidak membosankan. Pengembangan metode kerja pada
umumnya merupakan pekerjaan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan, ergonomi, dan
psikologi. Modul ini menitikberatkan pada alasan serta dasar-dasar penggunaan prinsip-
prinsip studi dan ekonomi gerakan, sedangkan untuk penggunaan prinsip-prinsip ergonomi
dan psikologi akan dibahas pada modul berikutnya.

III.1.1 Peta-Peta Kerja


Dalam buku Teknik Perancangan Sistem Kerja disebutkan bahwa peta kerja merupakan
suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja
produksi). Studi seksama yang dilakukan pada peta-peta kerja dapat menjadi salah satu
acuan untuk perbaikan metode kerja karena peta-peta kerja menggambarkan keseluruhan
proses yang dialami raw material dari awal sampai menjadi benda jadi dan seluruh
langkah yang dilewatinya. Peta-peta kerja yang ada dibagi menjadi 2, yaitu peta kerja
keseluruhan dan peta kerja setempat. Bentuk dan cara penyusunan peta-peta tersebut
selengkapnya terdapat pada referensi [5].

III.1.1.1Peta-peta Kerja Keseluruhan


Peta-peta kerja keseluruhan digunakan untuk menganalisis suatu kegiatan kerja
yang bersifat keseluruhan, yang umumnya melibatkan sebagian besar atau semua
sistem kerja yang diperlukan dalam pembuatan sebuah produk. Peta-peta kerja
ini menggambarkan keseluruhan proses produksi serta interaksi antar stasiun
kerja dan antar kelompok kegiatan operasi. Peta-peta kerja keseluruhan terdiri
dari :

a. Diagram Rakitan (Assembly Chart, AC)


Diagram rakitan merupakan gambaran grafis urutan aliran perakitan suatu
produk sehingga dapat diketahui:
 Komponen-komponen pembentuk suatu produk
 Urutan perakitan komponen-komponen tersebut
 Keterkaitan antar komponen

b. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart,OPC)


Peta proses operasi menunjukkan urutan operasi, inspeksi, kelonggaran
waktu, dan material yang digunakan dalam proses bisnis atau manufaktur,
dari raw material sampai dengan packaging produk jadi. OPC sebagai tool
memiliki kelebihan diantaranya :
 Mengidentifikasi seluruh operasi, inspeksi, material, gerakan,
penyimpanan, dan delays yang terlibat di dalam suatu proses
 Menunjukkan seluruh kejadian dalam urutan yang benar
 Menunjukkan hubungan antara parts dengan kompleksitas pembuatannya
 Membedakan antara produk yang dibeli dan dibuat
 Menyediakan informasi tentang jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan setiap operasi dan inspeksi

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI – ITB 2


TI 3104 Perancangan Teknik Industri I
Modul 2 : Pemetaan dan Analisis Metode Kerja

Elemen kerja yang digambarkan pada peta ini terdiri dari operasi,
inspeksi, dan penyimpanan.
c. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart, FPC)
Peta aliran proses menggambarkan aliran barang,pekerja, atau kertas dalam
suatu proses atau prosedur operasi. Pada peta kerja ini, elemen kerja yang
digunakan lebih detail, yaitu :
 operasi
 inspeksi
 transportasi
 penyimpanan sementara
Namun peta aliran proses tidak menggambarkan proses produksi suatu
produk secara keseluruhan, melainkan hanya terbatas untuk tiap komponen
pembentuk produk akhir tersebut.

d. Peta Proses Kelompok Kerja


Pada dasarnya peta kerja ini merupakan bagian dari peta aliran proses. Peta
kerja ini digunakan pada suatu tempat kerja dimana untuk melaksanakan
pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari sekelompok pekerja, misalnya
pergudangan.
e. Diagram Aliran
Diagram aliran merupakan suatu gambaran menurut skala tertentu dari
susunan lantai dan gedung pabrik yang menunjukkan lokasi dari semua
aktivitas yang terjadi pada peta aliran proses. Dengan mengetahui tata letak
tempat perpindahan suatu barang, maka dapat dianalisa agar jarak
perpindahan tersebut minimum.

III.1.1.2Peta-peta Kerja Setempat


Peta-peta kerja yang termasuk peta kerja setempat digunakan untuk menganalisis
kegiatan kerja pada satu stasiun kerja tertentu, karena peta kerja ini menggambarkan
proses produksi yang terjadi pada stasiun kerja itu saja. Proses produksi ini dijabarkan
dengan elemen-elemen gerakan operator yang lebih detail daripada peta-peta kerja
keseluruhan.

Peta-peta kerja setempat ini terdiri dari:

a. Peta Pekerja dan Mesin


Peta kerja ini menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu
menganggur pekerja dan mesin. Informasi terpenting dari peta kerja ini adalah
hubungan antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya
sehingga dapat dirancang suatu keseimbangan kerja antara pekerja dan mesin, utilisasi
lebih pada kedua faktor, dan keseimbangan di keseluruhan siklus kerja.

b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan


Pada peta kerja ini digambarkan gerakan-gerakan tangan kiri dan tangan kanan
pekerja secara detail saat melakukan pengerjaan suatu produk. Dengan demikian dapat

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI – ITB 3


TI 3104 Perancangan Teknik Industri I
Modul 2 : Pemetaan dan Analisis Metode Kerja

dibandingkan besarnya tugas yang dibebankan dan waktu pengerjaan masing-masing


gerakan pada kedua tangan.

III.1.2 Studi Gerakan


Studi gerakan merupakan salah satu metode pemetaan sistem kerja dengan menganalisis
gerakan anggota badan saat bekerja yang diuraikan dalam elemen-elemen gerakan. Salah
satu penguraian elemen gerakan yang sering digunakan adalah Therblig yang
dikembangkan oleh Frank dan Lilian Gilbreth. Elemen gerakan ini terdiri dari 17 elemen
gerakan yang dapat dikelompokkan menjadi:

a. Kelompok gerakan utama


Elemen-elemen gerakan yang bersifat memberi nilai tambah termasuk di dalamnya,
yaitu assemble, disassemble dan use.

b. Kelompok gerakan penunjang


Elemen-elemen gerakan yang kurang memberikan nilai tambah, namun diperlukan.
Terdiri dari elemen gerakan reach, grasp, move dan released load.

c. Kelompok gerakan pembantu


Elemen-elemen gerakan yang tidak memberikan nilai tambah dan memungkinkan
untuk dihilangkan. Elemen-elemen gerakan yang termasuk di dalamnya, yaitu search,
select, position, hold, inspection dan pre-position.

d. Kelompok gerakan luar


Elemen-elemen gerakan yang sama sekali tidak memberikan nilai tambah, sehingga
sedapat mungkin dihilangkan. Terdiri dari elemen gerakan rest to overcome fatigue,
plan, unavoidable delay dan avoidable delay,.

III.1.3 Prinsip Ekonomi Gerakan


Prinsip ekonomi gerakan digunakan untuk merancang sistem kerja dengan gerakan-
gerakan kerja yang benar dan ekonomis (menghemat tenaga dan waktu). Secara garis
besar, prinsip ini terdiri atas 3 bagian besar, yaitu prinsip ekonomi gerakan yang
dihubungkan dengan:

1. Tubuh manusia dan gerakannya


Terdapat beberapa prinsip ekonomi gerakan(referensi[6]):
 Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama
 Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada
waktu istirahat
 Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan
berlawanan arah
 Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat
 Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu
pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam
pekerja

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI – ITB 4


TI 3104 Perancangan Teknik Industri I
Modul 2 : Pemetaan dan Analisis Metode Kerja

 Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan memperlambatkan


gerakan tersebut
 Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti dari pada
gerakan yang dikendalikan
 Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan
irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi si pekerja
 Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata

2. Pengaturan tata letak tempat kerja


 Sebaiknya diusahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap
 Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah, cepat dan enak
untuk dicapai
 Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan
prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia di tempat
yang dekat untuk diambil
 Mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang
 Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan teratur sedemikian rupa
sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan terbaik
 Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga alternatif
berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang
menyenangkan
 Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya bersikap
(mempunyai postur) yang baik
 Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga
dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan

3. Perancangan peralatan
 Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari
perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakan dengan kaki dapat
ditingkatkan
 Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian agar mempunyai lebih dari satu
kegunaan
 Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
pemegangan dan penyimpanan
 Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya seperti
pekerjaan mengetik. Beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan
kekuatan masing-masing jari
 Roda tangan, pulang dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur
sedemikian sehingga beban dapat melayaninya dengan posisi yang baik, dan
dengan tenaga yang minimum

III.2 METODE IDENTIFIKASI MASALAH


Dalam suatu sistem kerja, sering dijumpai inefisiensi kerja yang dapat berupa suatu
pemborosan-pemborosan kerja. Kita dapat menghilangkan inefisiensi kerja tersebut dengan

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI – ITB 5


TI 3104 Perancangan Teknik Industri I
Modul 2 : Pemetaan dan Analisis Metode Kerja

melakukan perbaikan terhadap sistem kerja menggunakan metode 8 langkah pemecahan


masalah.

3.2.1 7 Jenis Pemborosan


Fujio Cho mendefinisikan pemborosan sebagai sesuatu yang lebih dari kebutuhan
minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat dan waktu kerja, yang mutlak
diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk. Namun secara lebih jauh lagi,
pemborosan diartikan sebagai segala sesuatu yang tidak memberikan nilai tambah.
Metode pengelompokkan pemborosan yang umum digunakan adalah 7 jenis
pemborosan yang dikembangkan oleh Shigeo Shingo, yaitu sebagai berikut :
1. Over produksi
Kegiatan produksi di luar kebutuhan menyebabkan pemborosan yang
menimbulkan biaya-biaya tambahan seperti biaya inventory, ruang kerja, modal,
mesin, tenaga kerja dan lain-lain.
2. Waktu menunggu
Waktu menunggu, baik pada material, operator, maupun mesin, merupakan
kegiatan pemborosan.
3. Transportasi
Transportasi merupakan kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah, namun
sifatnya ‘perlu ada’, sehingga perlu diminimasi.
4. Pemrosesan
Proses produksi yang tergolong pemborosan adalah proses yang sebenarnya dapat
dihilangkan, yang biasanya terjadi karena kesalahan penyusunan metode kerja.
5. Tingkat persediaan barang
Penyimpanan barang yang berlebihan, baik berupa inventory maupun work in
process, menimbulkan pemborosan terutama dalam hal biaya.
6. Gerakan kerja
Seringkali terdapat gerakan kerja yang tidak memberikan nilai tambah terhadap
produk, yang sebenarnya dapat dihilangkan.
7. Cacat produksi
Cacat produksi dapat menimbulkan kerja, biaya dan waktu tambahan bila
diperlukan rework, serta dapat menurunkan citra perusahaan bila cacat tersebut
sampai di tangan konsumen.

3.2.2 8 Langkah Pemecahan Masalah


Untuk memperbaiki suatu sistem kerja yang dikatakan tidak efisien, perlu dilakukan
penelusuran sumber masalah yang menyebabkan ketidakefisienan tersebut. Setelah
itu, masalah tersebut harus diperbaiki dan tidak boleh terjadi lagi. Metode 8 langkah
pemecahan masalah memberikan tahapan sistematis yang membantu dalam perbaikan
sistem kerja tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan prioritas masalah
2. Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan masalah
3. Meneliti sebab-sebab yang paling berpengaruh
4. Menyusun langkah-langkah perbaikan
5. Melaksanakan langkah-langkah perbaikan
6. Meneliti hasil perbaikan yang dilakukan

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI – ITB 6


TI 3104 Perancangan Teknik Industri I
Modul 2 : Pemetaan dan Analisis Metode Kerja

7. Mencegah terulangnya masalah yang sama


8. Menyelesaikan masalah selanjutnya yang belum terpecahkan sesuai dengan
kategori skala prioritas berikutnya

3.2.3 Seven tools


Seven tools atau yang biasa disebut Seven Quality Control tools merupakan salah satu
metode untuk menjabarkan masalah-masalah yang terdapat pada suatu sistem kerja,
kemudian mencari penyebab dari permasalahan tersebut, sehingga dapat diterapkan
untuk pengendalian kualitas (quality control). Yang termasuk dalam 7 tools
diantaranya:
1. Check sheet
Check sheet merupakan lembar pemeriksaan untuk memudahkan dan
menyederhanakan pencatatan data.
2. Histogram
Histogram menggambarkan bentuk distribusi karakteristik mutu yang dihasilkan
oleh data yang dikumpulkan melalui check sheet.
3. Diagram pareto
Diagram ini menggambarkan unsur karakteristik mutu yang paling dominan dari
unsur-unsur lainnya. Diagram pareto dapat digunakan untuk mengetahui faktor
penyebab masalah yang memiliki frekuensi paling tinggi.
4. Diagram sebab akibat
Fishbone diagram digunakan untuk mencari semua penyebab dari suatu
permasalahan berdasarkan komponen-komponen yang terkait pada sistem kerja
tersebut.
5. Stratifikasi
Tool ini mengelompokkan sekumpulan data yang mempunyai karakteristik sama.
6. Diagram tebar
Scatered diagram digunakan untuk menentukan korelasi antara penyebab dan
akibat yang timbul dari suatu permasalahan.
7. Grafik dan peta kendali
Tool ini digunakan untuk menetapkan batas-batas tindakan pengambilan
keputusan dalam pengendalian mutu secara statistik.

3.2.4 Five whys


Metode five whys digunakan untuk mencari sumber permasalahan. Metode ini
dilakukan dengan mengulang-ulang pertanyaan ‘mengapa’, sampai ditemukan elemen
dasar yang dapat diperbaiki. Masalah yang dianalisis merupakan masalah yang
diprioritaskan. Metode ini dapat dipadukan dengan metode 5W1H.

3.2.5 5W1H
Metode ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang meliputi what, why, who, where,
when dan how. Pertanyaan-pertanyaan ini digunakan untuk memperoleh gambaran
lebih jelas dan lengkap tentang perbaikan suatu system kerja. Misalnya untuk
perbaikan sistem kerja, dijabarkan sebagai berikut:
 what : apa yang perlu diperbaiki

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI – ITB 7


TI 3104 Perancangan Teknik Industri I
Modul 2 : Pemetaan dan Analisis Metode Kerja

 why : mengapa perbaikan diperlukan


 who : siapa yang harus melakukan perbaikan
 where : di mana perbaikan perlu dilakukan
 when : kapan perbaikan perlu dilakukan
 how : bagaimana perbaikan dilaksanakan

IV. REFERENSI
[1] Barnes, R.M. Motion and Time Study, Design and Measurement of Work. John Wiley & Sons,
Inc, New York, USA. 1982.
[2] Niebel, B.W. and Freivalds, A. Methods, Standard and Work Design. 9th ed. Mc-Graw Hill,
New York. 1999.
[3] Nurminato, Eko. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Surabaya : Guna
Widya, 2004.
[4] Proceeding Lokakarya I – II Methods Engineering. Laboratorium Perancangan Sistem Kerja
dan Ergonomi, Teknik Industri ITB, Bandung. 1994 – 1996.
[5] Sutalaksana, I.Z., dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Laboratorium Tata Cara Kerja dan Ergonomi,
Teknik Industri ITB, Bandung. 2006.

V. ALAT DAN BAHAN


 Assembly Chart hasil praktikum PTI modul sebelumnya(AC Terbaik)  dipersiapkan oleh
praktikan
 Dongkrak dan Gambar Teknik komponen penyusun produk dongkrak  dipersiapkan oleh
praktikan
 Video proses perakitan (dilakukan praktikan pada saat praktikum)
 Video proses inspeksi (dilakukan praktikan pada saat praktikum)
 Video Camera (4)  dipersiapkan asisten
 Tripod (4)  dipersiapkan asisten
 Kamera (1)  dipersiapkan asisten
 Dongkrak (2)  dipersiapkan asisten
 Kunci L (2)  dipersiapkan asisten
 Termometer ruang (1)  dipersiapkan asisten
 Higrometer ruang (1)  dipersiapkan asisten
 Luxmeter (1)  dipersiapkan asisten
 Sound Level Meter(1)  dipersiapkan asisten

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI – ITB 8


TI 3104 Perancangan Teknik Industri I
Modul 2 : Pemetaan dan Analisis Metode Kerja

VI. FLOWCHART PRAKTIKUM


start

Perakitan Pengukuran Pemetaan layout


AC terbaik
dongkrak Lingkungan fisik kondisi existing

Video perakitan
dongkrak

Pembuatan
PTKTK & analisis
pemborosan

Analisis PTKTK

End

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI – ITB 9


TI 3104 Perancangan Teknik Industri I
Modul 2 : Pemetaan dan Analisis Metode Kerja

VII. TATA TULIS LAPORAN


Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian praktikum, praktikan menyusun laporan praktikum
yang garis besar formatnya adalah sebagai berikut:

BAB I `Pendahuluan

1.1 Latar belakang dan Tujuan Praktikum


1.2 Flowchart Pengerjaan Laporan

BAB II` Pengumpulan Data Praktikum

2.1 Peta-peta Kerja Existing Perakitan


2.1.1. Assembly Chart
2.1.2. Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri Proses Perakitan
2.2 Peta-peta Kerja Existing Inspeksi
2.2.1. Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri Proses Inspeksi

BAB III Pengolahan Data

3.1 Tujuh Jenis Pemborosan (check sheet dan histogram)


3.1.1 Perakitan
3.1.2 Inspeksi
3.2 Delapan Langkah Pemecahan Masalah
3.2.1 Penentuan Prioritas Masalah
3.2.1.1 Perakitan
3.2.1.2 Inspeksi
3.2.2 Identifikasi Akar Permasalahan
3.2.2.1 Perakitan
3.2.2.2 Inspeksi
3.2.3 Identifikasi Penyebab-penyebab yang Berpengaruh terhadap Permasalahan
3.2.3.1 Perakitan
3.2.3.2 Inspeksi
3.2.4 Penyusunan Langkah-langkah Perbaikan
3.2.4.1 Perakitan
3.2.4.2 Inspeksi
3.3 Pemetaan kondisi existing stasiun kerja

BAB IV Analisis
4.1 Analisis Penggunaan PTKTK
4.2 Analisis Pemborosan Elemen Kerja Therblig
4.3 Analisis Prinsip Ekonomi Gerakan
4.3.1 Perakitan
4.3.2 Inspeksi

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI – ITB 10


TI 3104 Perancangan Teknik Industri I
Modul 2 : Pemetaan dan Analisis Metode Kerja

4.4 Analisis Delapan Langkah Pemecahan Masalah


4.4.1 Analisis Penentuan Prioritas Masalah
4.4.2 Analisis Identifikasi Akar Permasalahan
4.4.3 Analisis Identifikasi Penyebab-penyebab yang Berpengaruh terhadap
Permasalahan
4.4.4 Analisis Penyusunan Langkah-langkah Perbaikan
4.5 Analisis Kondisi Existing Stasiun Kerja
4.6. Aplikasi Pemetaan Metode Kerja di Industri
4.7 Analisis Keterkaitan Antar Modul

BAB V Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI – ITB 11

Anda mungkin juga menyukai