Nama : Ny. A
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : jl. Kelinci Tondo
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pendidikan : SMP
Tanggal Pemeriksaan : 07 oktober 2019
Tempat Pemeriksaan : Rumah Sakit Undata Ruangan mawar
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Nyeri kepala
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang perempuan 16 tahun sudah menikah masuk ke rumah
sakit umum daerah undata palu pada tanggal 30 september 2019 masuk
dengan keluhan pingsan dan nyeri kepala, nyeri ulu hati, sesak dan nyeri
dada dan dirawat di IGD selama 1 hari dan langsung dipulangkan.
Kemudian pada tanggal 2 bulan oktober 2019 pasien masuk ke rumah
sakit kembali dengan keluhan yang sama dan dokter IGD mendiagnosis
dengan cephalgia e.c dyspepsia dan di konsul ke dokter saraf, dan dokter
saraf mendiagnosis vertigo + sinusitis kemudian di konsul ke dokter jiwa
dengan diagnosis depresi disertai keluhan nyeri kepala. Keluhan disertai
dengan lemas dan pingsan, pada saat pasien pasien pingsan merasakan
tangan dan kaki kaku dan pasien masih mendengarkan suara. Gejala ini
sudah berlangsung sekitar 7 hari, biasanya pasien merasakan nyeri ulu
hati, mual, sesak, nyeri dada tembus belakang. Dari hasil pemeriksaan
fisik pasien didapatkan norma. Penyakit ini membuat pasien merasa
gelisah dan susah tidur sehingga mengganggu pekerjaaannya.
Pasien mengatakan setelah lulu SMP pasien dinikahkan oleh orang
tuanya atas kemauan sendiri dan dinikahkan dengan pacarnya. pasien
mengatakan tidak mendapatkan masalah setelah berkeluarga.
Menurut pasien, ia lahir secara normal dibantu oleh dukun dan
tidak mengalami masalah saat lahir. Saat masih SD ia juga mengaku
memiliki banyak teman, Hubungan pasien dengan orangtua dan saudara
serta lingkungan sekitar baik, pasien sangat menyayangi keluarganya
terutama orangtua,. Pasien juga tidak pernah sakit parah dan tidak pernah
dirawat di RS, tidak mengalami trauma, pernah mengalami kejang saat
berumur dibawah 1 tahun. Pada umur 11 tahun pasien mengatakan pernah
mengalami demam tinggi dan merasakan lumpuh pada kedua kaki, tidak
mengkonsumsi alkohol maupun NAPZA.
Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (-)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan waktu Senggang (+)
Faktor Stressor Psikososial
Tidak terdapat gangguan stressor psikososial
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis
sebelumnya.
Faktor stressor pekerjaan tidak ada
Riwayat penyakit fisik pasien tidak ada
Riwayat penyakit psikis pasien tidak ada
E. Riwayat Sekolah
Pasien menyelesaikan pendidikan sampai SMP.
F. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak kelima dari 5 bersaudara dan hubungan bersama ayah, ibu
dan sauadaranya baik. Pasien memiliki seorang suami dan memiliki hubungan
yang baik.
G. Situasi Sekarang
Pasien mengalami gelisah dan susah tidur saat keluhannyaa muncul.
H. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupan.
Pasien menyadari dirinya sakit secara penuh, dan membutuhkan pengobatan.
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
Penampilan:
Tampak seorang wanita memakai baju daster hijau lengan pendek
postur tinggi 163 cm. rambut lurus tampak wajah pasien sesuai
umurnya.
Kesadaran: Compos Mentis
Perilaku dan aktivitas psikomotor: tampak tenang, melakukan gerakan normal.
Pembicaraan : Bicara spontan, intonasi baik, artikulasi jelas.
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan afektif
Mood : Normal
Afek : Normal
Keserasian : serasi (appropriate)
Empati : tidak dapat diraba rasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai taraf pendidikannya.
Daya konsentrasi : Baik
Orientasi : Baik
Daya ingat
Jangka Pendek : Baik
Jangka sedang : Baik
Jangka Panjang : Baik
Pikiran abstrak : Baik
Bakat kreatif : -
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan persepsi
Halusinasi : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berpikir
Arus pikiran :
A. Produktivitas : Ide Cukup
B. Kontinuitas : Relevan
C. Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi Pikiran
A. preokupasi : Tentang penyakitnya
B. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian impuls
Baik
G. Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian Realitas : Baik
H. Tilikan (insight)
Derajat 4: kesadaran bahwa penyakit disebabkan oleh sesuatu yang tidak
diketahui di dalam diri pasien.
I. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
Pemeriksaan fisik :
Status internus: T : 110/70 mmHg, N:80x/menit, S: 36,7 ̊ C, P : 20 x/menit.
GCS : E4M6V5, pupil bundar isokor, reflex cahaya (+)/(+), kongjungtiva tidak
pucat, sclera tidak ikterus, jantung dan paru dalam batas normal, fungsi motorik
dan sensorik ke empat ekstremitas dalam batas normal
Pemeriksaan Neurologi
1. Pemeriksaan Kaku kuduk :
- Pemeriksaan kernig
- Pemeriksaan Brudszinski
2. Pemeriksaan nervus kranial
- Nervus I , Olfaktorius (pembau) (normal)
- Nervus II, opticus (normal)
- Nervus III, Oculomotrius (normal)
- Nervus IV, Throclearis (normal)
- Nervus V, Thrigeminus (normal)
- Nervus VI, Abdusen (normal)
- Nervus VII, Facialis (normal)
- Nervus VIII, Auditorius/ vestibulochoclearis (normal)
- Nervus IX, Glosophariangeal (normal)
- Nervus X, Vagus (normal)
- Nervus XI, Accessorius (normal)
- Nervus XII, Hypoglosal (normal)
VIII. DIAGNOSIS
Gangguan konversi
VIII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Faktor pendukung :
- Tidak ada gangguan organik
- Ada support keluarga
- Sudah menikah
- Tidak ada faktor genetik
Faktor yang memperburuk :
- Terkena diusia muda
IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek
samping obat yang diberikan.
LEARNING OBJEKTIF
JAWAB
Penyakit paraplegia ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang dialami
sekarang oleh pasien.
2.
Epilepsi Pingsan Psikogenik
Pasien epilepsi tidak mengingat apa Masih bisa menangkap apa yang
yang terjadi pada dirinya selama terjadi disekitarnya, seperti masih
serangan muncul dapat mendengar suara orang
disekitarnya
1) Represi (Repression)
Merupakan cara individu untuk menekan perasaan frustasi, konflik
batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan
kecemasan. individu mencoba merepresikan perasaannya dengan
melakukan usaha seperti, lebih sering mengomunikasikan berita baik
daripada berita buruk, selalu mengingat hal positif daripada hal yang
negatif. contoh, individu bermimpi bahwa orang tersayangnya meninggal
dunia. ini akan menimbulkan kecemasan dari dalam dirinya. Untuk
menekan perasaan cemasnya, dia mencoba berfikir positif, bahwa yang
tadi dia mimpikan tidak akan mungkin terjadi.
2) Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Individu melakukan pembentukan reaksi ketika dia berusaha
menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya dan
menampilkan wajah yang berlawanan dari ekspresi wajah yang
berlawanan dengan yang sebenarnya. Sigmund Freud berpendapat bahwa
pembentukan reaksi digunakan banyak orang yang kelihatannya
"bermoral" sebenarnya berjuang dengan susah payah melawn
ketidakbermoralan mereka sendiri. Contohnya, seorang ustad yang
berkotbah menentang Free Sex (Sex bebas) pada kalangan remaja, ternyata
dia sendiri melakukan hal tersebut. Apakah pendeta berperilaku suci
karena sebenarnya merasa jahat dan tidak suci?? Pembentukan reaksi
(Reaction Formation) merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri
yang paling sering digunakan di kalangan masyarakat.
3) Fiksasi
Fiksasi merupakan bentuk pertahanan diri dimana individu
dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustasi dan
mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak
sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan
normalnya terhenti untuk sementar atau selamanya. Fikasi menyebabkan
individu menjadi tergantung kepada individu yang lain. Contoh, seorang
remaja yang disuruh orang tuanya mencari pekerjaan. remaja tersebut
merasa kalau dia kerja nanti, akan ada masalah-masalah baru terutama
dalam dirinya. Seperti, dimarahi atasan, tidak diterima pekerjaan, diejek
temannya karena pekerjaan yang sebagai pelayan, ataupun yang lainnya.
Hal ini membuat individu tadi terfikasi dan akhirnya tidak jadi bekerja.
Hal ini bisa berlangsung sementara atau selamanya.
4) Pengalihan(Displacement)
Pengalihan merupakan bentuk pertahanan diri menghadapi anxietas
adalah dengan cara memindahkannya dari objek yang mengancam kepada
objek yang lebih aman hostilitasnya di rumah kepada anak-anaknya.
contohnya, seorang mahasiswa yang dimarahi dosennya karena telat
mengumpulkan tugas, akan mencoba mencari bentuk pengalihan seperti
bermain tinju untuk melampiaskan amarahnya, atau bermain game. Intinya
dia mencari objek lain sebagai bentuk pengalihan dari rasa amarah, cemas,
takut, dll. Ini juga merupakan mekanisme pertahanan diri yang sering
dipakai.
5) Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan diri dimana impuls yang
menyebabkan kecemasan dikeluarkan dengan cara mengarahkan
kecemasan tersebut ke orang lain. jadi intinya, kecemasan yang
dihadapinya dilampiaskan ke orang lain. Akan tetapi, hal ini berbeda
dengan pengalihan. Contoh dari proyeksi misalnya, seorang laki-laki
menyukai seorang wanita, ketika ditanya sahabat dari laki-laki ini, laki-
laki tersebut mengatakan bahwa wanita itulah yang menyukai dan
mengejar-ngejar dia. Dia mencoba memproyeksikan kecemasanya.
6) Rasionalisasi
Bentuk mekanisme pertahanan diri adalah cara individu
memproduksi alasan-asalan "baik" untuk menjelaskan egonya yang
terhantam. Rasionalisasi membantu untuk membenarkan berbagai tingkah
laku spesifik dan membantu untuk melemahkan pukulan yang berkaitan
dengan kekecewaan. contohnya, seorang mahasiswa yang telat datang ke
kampus. Ketika ditanya dosen, dia mengatakan bahwa di jalan macet.
Padahal yang sebenarnya, bahwa dia telat bangun pagi. Dia menggunakan
alasan "MACET" sebagai bentuk suatu yang dapat diterima akal
(rasional).
7) Menyangkal Kenyataan (Denial)
Penyangkalan merupakan sebuah tindakan menolak mengaku adanya
stimulus yang menyebabkan timbulnya rasa cemas. Bila individu
menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan maksud untuk
melindungi dirinya sendiri. Contohnya, seorang anak yang telah divonis
dokter mengidap kanker hati, ketika anak tersebut menanyakan kepada
orang tuanya sakit apa yang sedang diidapnya, orang tua menjawab bahwa
kamu hanya sakit perut biasa, nanti minum obat juga sembuh. Orang
tuanya mencoba menyangkal kenyataan yang ada, agar tidak menimbulkan
kecemasan. Intinya berbohong kepada diri sendiri.
6. Faktor stressor
a. Menikah muda umur 16 tahun
b. Perbedaan umur dengan suami
c. Pasien memiliki riwayat penyakit sinusitis
8.
Syncop Pingsan Psikogenik
Terjatuh secara tiba tanpa berfikir Jatuh ditempat yang aman, tidak
dimana tempatnya ingin membahayakan dirinya
11. Penatalaksaan
a. Farmakoterapi :
- Diazepam 5 mg 2x1
- Trifluoperazine 1 mg dan sanmopril 7,5 mg (2 X 1)
b. Psikoterapi suportif
- Konseling
- Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa
lega
- Persuasi: Membujuk pasien agar memastikan diri untuk selalu
kontrol dan minum obat dengan rutin.
- Sugesti: Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat
sembuh (penyakit terkontrol).
- Desensitisasi: Pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di dalam
lingkungan kerja untuk meningkatkan kepercayaan diri.
c. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang sekitarnya
sehingga tercipta dukungan sosial dengan lingkungan yang kondusif untuk
membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan
berkala.
12. Prognosis
Dubia ad bonam
Faktor pendukung :
- Tidak ada gangguan organik
- Ada support keluarga
- Sudah menikah
- Tidak ada faktor genetik
13. Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai
efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping
obat yang diberikan.