Anda di halaman 1dari 19

KEPRIBADIAN MENURUT GORDON W.

ALLPORT
Diajukan kepada Titi Ratna Garnasih, S.Psi., M.Psi. untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Psikologi Kepribadian

Disusun:

Jeri Ramdani (1181040061)


Lisna Nurul Fauziyah (1181040065)
Khopipah Serin M (1181040063)
Fhany Bimantara P (1181040044)
Titeu Latifa (1181040120)

Program Studi Tasawuf Psikoterapi


Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
2019
PRAKATA

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Tidak lupa Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Kepribadian Ibu Titi Ratna Garnasih, S.Psi., M.Psi. yang telah membimbing kami dalam
penyelasaian makalah ini, terimakasih pula kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan pada pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik.

Bandung, 27 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

PRAKATA................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PEENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Riwayat W. Allport ......................................................................................... 3

2.2 Teori Kepribadian W. Allport......................................................................... 4

2.3 Struktur Kepribadian W. Allport .................................................................... 5

2.4 Perkembangan Kepribadian W. Allport.......................................................... 8

2.5 Aplikasi Kepribadian Menurut W. Allport ..................................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak tahun tiga-puluhan pemikiran-pemikiran yang terutama di dalam psikologi


ialah mengenai kuantifikasi atau pencarian dasar-dasar tak sadar yang mendorong tingkah laku
manusia. Dalam situasi ilmiah yang demikian itu Gordon W. Allport mengambil jalannya sendiri
yang berbeda atau menyimpang dalam pandangan umum itu; dia mengadakan penyelidikan
secara kualitatif dan mengutamakan dorongan-dorongan sadar. Dengan cara ini dia dapat
membuat sintesis antara pemikiran psikologi yang tradisional dengan teori kepribadian.

Pemikirannya yang teliti dan sistematis dapat mempersatukan gagasan-gagasan yang


berasal dari berbagai pemikiran yang terkenal dalam lapangan psikologi seperti ahli-ahli
psikologi Gesltalt, W. Stern, W. James Mc.Dougall dari psikologi Gestalt dan Stern, diambilnya
pendirian yang menolak cara yang analitis dan perhatian yang mendalam terhadap kekhususan
individu serta kebutuhan tingkah laku. Dari James, diambilnya pendirian yang humanitis serta
keraguan terhadap kemampuan tak terbatas metode psikologis untuk benar-benar memahami
tingkah laku manusia. Seperti Mc.Dougall, Allport sangat mementingkan atau menekankan
pentingnya variable-variabel pendorong, pentingnya faktor-faktor konstitusional. Kecuali itu
terlihat juga bahwa dia sangat menghargai hasil-hasil yang memberikan oleh ahli-ahli psikologis
di masa lampau.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana riwayat W. Allport?

2. Bagaimana teori kepribadian W. Allport?

3. Bagaimana struktur kepribadian W. Allport

4. Bagaimana perkembangan kepribadian W. Allport?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui riwayat W. Allport


2. Untuk mengetahui teori kepribadian W. Allport

3. Untuk mengetahui struktur kepribadian W. Allport

4. Untuk mengetahui perkembangan kepribadian


BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Riwayat W. Allport
Gordon W. Allport dilahirkan di Indiana pada tahun 1897 tetapi dibesarkan serta
mendapat pendidikan yang mula-mula di Cleveland. Ayahnya seorang dokter, saudaranya tiga
orang semuanya laki-laki. Dia menyelesaikan pelajaran “undergraduate”-nya di Harvard
University. Tahun 1919 menyelesaikan pelajarannya dengan keahlian pokok ilmu politik dan
filsafat. Setelah itu ia mengajar di Istanbul dalam mata kuliah Sosiologi dan bahasa Inggris.
Kemudian sesudah itu ia kembali ke Harvard untuk belajar dan tahun 1922 mendapat Ph.D.
dalam psikologi. Tahun 1922-1924 dia belajar di luar negeri yaitu di Berlin, Hamburg,
Cambridge (Inggris). Pengalaman dan belajarnya di luar negeri ini menyebabkan Allport besar
perhatiannya kepada soal-soal internasional, dan hal ini nyata sekali dalam kegiatan-kegiatannya
dalam selama dua puluh tahun berikutnya. Hal tersebutlah yang menyebabkan Allport menjadi
juru tafsir psikologi Jerman di Amerika Serikat selama kira-kira sepuluh tahun. Sekembalinya
dari Eropa (1924) Allport menerima jabatan sebagai instruktur pada Departement of Social
Ethics di Harvard. Jadi di sini dia juga kembali kepada keahliannya yang dipelajari di Harvard
dulu. Pada tahun 1926 dia diangkat sebagai guru besar pembantu dalam psikologi di Darmouth
College; dia ada di sana selama 4 tahun kemudian kembali lagi ke Harvard. Allport memegang
peran utama dalam pembentukan Departement of Social Ethics di Harvard University, suatu
usaha untuk mengadakan integritas secara sebagian (partial) daripada psikologi, sosiologi, dan
antropologi.

Karena latar belakang pengalamannya mengajar di perguruan-perguruan tinggi yang


bertahun-tahun itu maka dalam tulisan-tulisannya Allport menunjukkan perhatiannya yang besar
pada segi didaktisnya.

Bertentangan dengan penulis-penulis teknis lainnya yang tujuannya yang utama


menyusun pernyataan-pernyataan yang tak dapat dibantah dan tahan kritik Allport lebih
mementingkan soal-soal dalam bentuk yang melayang-layang dan provokatif. Hal yang demikian
ini menyebabkan dia banyak mendapat kritik. Dalam pada itu masalah umum bagi para ahli
psikologi.
Selama kariernya itu Allport banyak menerima kehormatan, antara lain dipilih sebagai
presiden dari “The American Psychological Study Association” dan presiden dari “The Society
for Psychological Study of Social Issue”. Kecuali itu dua belas tahun lamanya dia sebagai editor
“Journal of Abnormal and Social Psychologi”, suatu majalah yang sangat besar pengaruhnya.
Luas serta bergam-ragam karya Allport itu dapat dilihat dari tulisan-tulisannya.

2.2 Teori Kepribadian W. Allport

Bagi Allport definisi bukanlah sesuatu yang boleh dipandang enteng. Sebelum sampai
kepada definisinya sendiri dia mengemukakan dan membahas lima puluh definisi yang
dikemukakan oleh para ahli dalam bidang tersebut. Definisi-definisi tersebut digolongkan
menjadi:

 Yang menunjuk etymologi atau sejarah pengertian itu;

 Yang mempunyai arti theologis;

 Yang mempunyai arti filosofis;

 Yang mempunyai arti sosiologis;

 Yang berhubungan dengan segi lahiriah;

 Yang mempunyai arti psychologis.

Setelah membahas pengertian-pengertian tersebut sampai mengunsur maka dia lalu


berusaha mengkombinasikan unsur-unsur yang telah ada dalam definisi-definisi yang lebih
dahulu itu dengan menghindari kekurangan-kekurangan yang pokok.

Secara singkat dia definisikan kepribadian itu sebagai “What a man really is”. Tetapi
definisi itu dianggapnya sendiri terlampau singkat, dan karena itu mengemukakan definisi yang
lebih memadai.

Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu yang


menentukan penyesuaian yang unik dengan lingkungannya. Suatu fenomena dinamik yang
memiliki elemen psikologik dan fisiologik, yang berkembang dan berubah, yang memainkan
peran aktif dalam berfungsinya individu.
Definisi kepribadian ini memiliki 3 unsur pokok:

 Istilah dynamic organization dipakai merangkum dua pengertian; kepribadian terus


menerus bekembang dan berubah, dan di dalam diri individu ada pusat organisasi yang
mawadahi semua komponen kepribadian menghubungkan satu dengan lainnya.

 Istilah psychophysical system menyiratkan bahwa kepribadian bukan hanya konstruk


hipotetik (yang dibuat oleh pengamat) tetapi merupakan fenomena nyata yang
merangkum elemen mental dan neural, disatukan ke dalam unitas kepribadian.

 Istilah determine mempertegas kembali bahwa kepribadian adalah sesuatu dan


mengerjakan sesuatu, bukan sekedar konsep yang menjelaskan tingkah laku orang tetapi
bagian dari individu yang berperan aktif dalam tingkah laku orang itu.

Allport juga mempertimbangkan untuk tidak memakai istilah karakter dan temperamen
sebagai sinonim personaliti. Menurutnya, karakter mengesankan suatu aturan tingkah laku
dengan mana orang atau perbuatannya akan dinilai: orang sering digambarkan memiliki karakter
yang baik atau jelek. Karakter bersebrangan dengan kepribadian yang menggambarkan deskripsi
tingkah laku yang bebas dari penilaian (“karakter adalah kepribadian yang menilai, dan
kepribadian adalah karakter yang tidak menilai”). Temperament mengacu ke disposisi yang
berkait erat dengan determinan biologic atau fisiologik. Jadi, hereditas memainkan peran penting
dalam temperamen, sebagai bahan baku bersama-sama kecerdasan dan fisik membentuk
kepribadian.

2.3 Struktur Kepribadian W. Allport

1. Sifat (Trait)

Trait adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip,
suatu struktur neoropsikik yang memiliki kemampuan untuk menjadikan banyak stimuli
berfungsi ekuivalen, dan memulai serta membimbing bentuk-bentuk tingkah laku yang adaptif
dan ekspresif. Jadi, trait sebagai struktur neoropsikik membimbing orang untuk bertingkah laku
yang konsisten lintas waktu dan tempat, merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip.
Allport menjelaskan sifat-sifat yang terpenting dari trait, sebagai berikut:

 Nyata: trait itu bukan konsep abstrak tetapi objek nyata, yakni struktur neuropsikis. Suatu
hari nanti, neurofisiologi akan dapat menjelaskan (misalnya pada trait takut, agresif,
kejujuran, introversi, ekstraversi, dll) bagaimana berlangsungnya proses integrasi,
penjembatanan, dan tahap urutan yang berhubungan dengan konstruk hipotetik kita
sekarang ini.

 Membuat banyak stimuli berfungsi ekuivalen: mengandung pengertian bahwa trait itu
telah menetapkan orang untuk memandang berbagai stimulus memiliki makna yang sama
dan merespon stimuli itu dengan tingkah laku yang mirip.

 Mengubah/menentukan tingkah laku: trait muncul bukan hanya kalau ada stimulus yang
sesuai. Tenaga dorongannya bervariasi, traits yang kuat memiliki kekuatan motif untuk
menggerakan tingkah laku, mendorong orang mencari stimulus yang sesuai hingga dapat
menampung ekspresi trait itu. Trait yang lemah hanya berperan membimbing tingkah
laku yang sudah siap untuk bergerak.

 Empirik: trait dapat disimpukan melalui berbagai pembuktian empiric. Pertama, trait
disimpulkan dari terjadinya tingkahlaku berulang yang mempunyai makna yang sama,
mengikuti rentangan stimulus tertentu yang memiki makna personal yang sama. Kedua,
trait disimpulkan berdasarkan keajegan tingkah laku. Namun keajegan ini tidak mutlak
karena trait bisa disimpulkan dari kesatuan keselarasan yang lembut dari berbagai
manifestasi tingkah laku individu. Ketiga, trait disimpulkan dari jawaban atau kegiatan
merespon stimuli kuisioner.

 Kemandirian yang relatif: trait dapat dikenali bukan dari kemandiriannya yang kaku,
tetapi dari kecenderungannya di seputar operasi pengaruhmya. Tingkah laku dari suatu
trait tertentu dipengaruhi oleh trait yang lain, saling tumpang tindih tanpa batas yang jelas.

Allport membedakan antara trait umum (commo trait disebut juga nomothetic trait);
dengan trait individual (individual trait disebut juga personal disposition atau morphological
traits atau idiographic trait):

 Trait umum:

Adalah sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang, dipakai untuk
membandingkan orang dari latar budaya yang berbeda. Sekelompok orang lebih suka
terbuka atau lebih sopan dibanding kelompok lain. Asumsi yang mendasari trait ini
adalah persamaan evolusi dan pengaruh sosial.
 Traits Individual:

Merupakan manifestasi trait umum pada diri seseorang, sehingga selalu unik bagi orang
itu, konstruk neuropsikik yang membimbing, mengarahkan, dan memotivasi tingkah laku
penyesuaian yang khas. Sifat unik itu merupakan gambaran yang tepat dari struktur
kepribadian seseorang.

2. Traits-Habit-Atitud

Allport secara cermat membedakan penggunaan istilah trait-atitud-habit-type yang dalam


kehidupan sehari-hari dianggap sinonim. Trait-attitude, dan habit semua predisposisi, mereka
bisa unik, mereka semua produk faktor genetic dan belajar, dan masing-masing mungkin
mengawali atau membimbing tingkah laku. Type dianggap sebagai super ordinasi dari ketiga
konsep lainnya.

 Sifat (trait) adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang
mirip, penentu kecenderungan yang bersifat umum; dapat dipakai dalam lebih banyak
situasi, dan memunculkan lebih banyak variasi respon. Trait merupakan kombinasi atau
taraf umum dari dua habit atau lebih.

 Kebiasaan (habit) Seperti trait tetapi sebagai penentu kecenderungan habit bersifat
khusus, hanya dipakai untuk merespon satu situasi atau stimulus dan pengulangan dari
situasi atau stimulus itu.

 Sikap (Attitude) lebih umum dibanding habit tetapi kurang umum dibanding trait.
Attitude terentang dari yang sangat spesifik sampai yang sangat umum, sedang trait
selalu umum. Attitude berbeda dengan habit dan trait dalam hal sifatnya yang evaluatif.

 Tipe (type) adalah kategori nomotetik, dan konsep yang jauh lebih luas dibanding tiga
konsep di atas. Sebagai suatu kategori, tipe akan mengelompokkan manusia menjadi
beberapa jenis atau tingkah laku. Tipe merangkap ketiga konsep yang lain,
menggambarkan kombinasi trait-habit-atitud yang secara teoritik dapat ditemui pada diri
seseorang. Namun manakala kita mengalisis individu dalam hal tipenya, kita kehilangan
pengamatan sifat keunikannya. Karena tidak ada orang yang cocok dengan tipe secara
sempurna, tipe menjadi pembeda artifisial yang mengaburkan realita.
3. Trait dan Konsistensi Pribadi

Allport (kerja bersama Odberg) mengumpulkan hampir 18.000 kata, umumnya kata sifat
dalam bahasa Inggris yang bermakna trait, tidak termasuk kata-kata majemuk yang
menggabungkan beberapa sifat, seperti pecinta sejati, atau haus kasih sayng. Kalau kata-kata
yang maknanya berdekatan, kata yang maknanya sementara, dan kata yang sangat evaluative
(misalkan terhormat, menjijikkan, atau setan) dibuang, akan tertinggal sekitar 5000 kata yang
benar-benar menggambarkan karakteristik seseorang. Kalau gambaran trait seseorang merupakan
kombinasi dari 10 dari 5000 kata itu, variasi sifat manusia menjadi tidak terbatas.

Trait dimiliki seseorang melalui kerjasama antara aspek-aspek keturunan dengan aspek
lingkungan-belajar. Ketika suatu trait sudah menjadi bagian dari kepribadian seseorang, maka
traits itu akan menjadi penentu model respon terhadap stimulus yang mirip. Trait membuat
tingkahlaku orang menjadi konsisten, karena memakai pola sesuai dengan trait yang dimilikinya.
Misalkan, anak yang diasuh dengan kasih saying dalam keluarga besar, akhirnya
mengembangkan trait senang berteman (gregariousness). Stimulus-stimulus yang mengandung
makna hubungan interpersonal akan direspon oleh pola gregarious itu. Sebaliknya orang yang
memiliki trait malu (shyness) akan merespon berbagai stimulus yang mengandung unsur
kepercayaan diri (self esteem) dengan pola yang sama.

4. Propium (Propius [latin] = milik)

Propium adalah aspek kepribadian teoritisi lain yang memberi nama self atau ego, istilah
yang Allport tidak mau memakainya, karena keduanya sudah diberi makna yang bermacam-
macam oleh banyak teoritisi. Propium adalah sesuatu yang mengenainya kita segera sadar,
sesuatu yang hangat, sentral, dan privat dari kehidupan kita, sehingga menjadi inti dari
kehidupan. Pengertian propium ini mencakup semua aspek yang menimbulkan kehidupan
emosional individu menjadi berbeda-beda, membuat kehidupan diri menjadi terpisah dari orang
lain, dan menciptakan unitas dari sikap, persepsi, dan tujuan hidup seseorang. Sebelum propium
muncul-berkembang tidak ada kesadaran diri. Ketika bayi lahir, belum ada pemisahan “aku”
belum ada perasaan kesadaran diri; mereka mereaksi lingkungan secara otomatis dan reflektif,
tanpa perasaan diri yang menjadi penengah antara stimulus dengan responnya.

2.4 Perkembangan Keperibadian Menurut W. Allport


Jelas dari bahasan otonomi fungsional bahwa Allport berpendapat ada perubahan
signifikan antara anak-anak dengan orang dewasa. Orang mungkin bisa mengatakan Allport
menawarkan dua teori terpisah mengenai kepribadian: teori pertama adalah teori motivasi model
sederhana, biologik, peredaan ketegangan, cocok untuk menjelaskan tingkah laku bayi. Teori
kedua adalah model yang lebih kompleks, dibutuhkan untuk menjelaskan tingkah laku orang
dewasa. Di suatu tempat (waktu) antara bayi dan dewasa ada transformasi lengkap, walaupun
tidak dengan tiba-tiba. Orang dewasa yang masak dan sehat secara kualitatif berbeda dengan
bayi; alasan tingkah laku orang dewasa berbeda total dengan alasan tingkah laku bayi.

1. Perkembangan Masa Bayi

Allport memandang bayi yang baru lahir sebagai makhluk hereditas, primitive drive, dan
reflex behavior. Bayi tidak mempunyai kepribadian. Bayi membawa potensi tertentu, seperti
fisik dan temperamen, tetapi pemenuhan potensi ini menunggu pertumbuhan dan maturasi.
Tingkah laku bayi sebagian besar dapat dijelaskan sebagai kegiatan umum atau kumpulan
respon-respon yang tidak jelas yang melibatkan semua sistem otot. Bayi dapat memberi respon
spesifik dalam bentuk reflex, sperti mengisap dan menelan.

Menurut Allport sumber motivasi tingkahlaku bayi adalah arus aktivitas yang mengatur
bayi untuk bereaksi. Sesusai dengan perkembangan bayi, motivasinya lebih sarat dengan warna
biologis; tegangan yang menuntut kepuasan dan menghindar dari rasa sakit. Berarti, tahun
pertama kehidupan itu paling tidak penting dalam perkembangan kepribadian, walaupun pada
pertengahan tahun pertama ini bayi mulai mengembangakan kualitas tingkah laku yang awety
(mislnya perbedaan ekspresi emosi). Secara umum orok dilahirkan sebagai makhluk biologis.
Dia tidak tahu apa itu lapar, ngompol, dan sakit. Ini disebut Allport sebagai berpusat pada
kesendirian (solo centered), dan bukan berpusat pada diri (self centered), karena perasaan diri
pada masa itu belum ada. Baru dalam tahap-tahap berikutnya, bayi mengembangkan kesadaran
diri yang kemudian akan membimbing bayi mengembangakan motif yang hampir tidak lagi
berhubungan dengan motif asli dari tingkah laku itu.

2. Perkembangan Masa Dewasa


Penentu utama tingkah laku dewasa yang masak adalah seperangkat sifat (trait) yang
terorganisir dan seimbang, yang mengawali dan membimbing tingkahlaku sesuai dengan prinsip
otonomi fungsional. Bagaimana trait itu berkembang tidaki penting bagi Allport, karena dalam
usia dewasa mereka memperoleh kekuatan motifnya dari sumber kekinian. Masa lalu tidak
penting, kecuali hal itu tampak dalam dinamis aktivitas masa kinin. Secara umum, trait berfungsi
dalam keadaan sadar dan rasional, mengikuti pola-pola perjuangan menjadi propriate. Jadi, untuk
memehami orang dewasa, harus dapat digambarkan dahulu aspirasi da tujuan-tujuan hidupnya.

3. Kualitas Kepribadian yang Masak

Tidak semua orang dewasa mencapai maturitas sepenuhnya. Orang-orang yang


mengalami gangguan melakukan perbuatan tanpa tahu mengapa perbuatan itu dilakukan; tingkah
laku mereka lebih dekat hubungannya dengan peristiwa anak-anak alih-alih peristiwa masa kini
atau masa yang akan datang. Tingkat seberapa besar fikiran dan keinginan sadar mengambil alih
motivasi tak sadar, dan tingkat seberapa jauh trait bebas dari asalnya yang kekanak-kanakan,
adalah ukuran kenormalan dan kemasakan seseorang. Allport lebih tertarik dengan tingkah laku
normal alih-alih tingkah laku neurotik, dan mengusulkan beberapa penanda kualitas kemasakan
kepribadian berikut;

 Perluasan persaan diri (Extension of the sense of self): kemampuan untuk berpartisipasi
dan menyenangi rentang aktivitas uang luas, kemampuan mengidentifikasikan diri dan
interesnya terhadap orang lain dan interes orang lain kepadanya, kemampuan masuk ke
masa depan, berharap dan merencanakan.

 Mengakrabkan diri dengan orang lain (Warm relating of self to others): kemampuan
bersahabat dab kasih saying, keintiman yang melibatakan hubungan cinta dengan
keluarga dan teman, kasih saynag yang diekspresikan dalam menghormati dan
mengahargai hubungan dengan orang lain.

 Kemampuan emosional, penerimaan diri (Emotional security, self acceptance)


kemampuan menghindari aksi berlebihan terhadap masalah yang menyinggung dorongan
spesifik (misalnya menereima dorongan seks memuaskan sevaik mungkin tidak
menghalangi tetapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustasi, persaan
seimbang.
 Persepsi, keterampilan, tugas yang realistis (realistic perceptions, skills, assignment):
kemampuan memandang orang, objek, dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan
minat memecahkan masalah, memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan
tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panic,
rendah diri, atau tingkah laku destruksi lainnya.

 Objektivitas diri: insight dan humor (self objectivication: insight and humor):
kemampuan untuk memandang secara objektif diri sendiri dan orang lain. Orang
membutuhkan insight-pemahaman yang mendalam mengenai diri sendiri dan orang lain.
Orang juga membutuhkan humor menghubungkan temuannya secara positif dengan
dirinya sendiri dan orang lain pada saat yang sama mellihat ketidak teraturan dan
kekacauan pada dirinya dan orang lain.

 Menyatukan filsafat hidup (Unifying philosophy of life): Seharusnya ada latar belakang
alur keseriusan yang lengkap yang memberi tujuan dan makna kepada apapun yang
dilakukan orang. Agama adalah salah satu sumber terpenting dari filosofi semacam itu,
walaupun bukan satu-satunya.

2.5 Aplikasi

1. Pendekatan Morfogenetik

` Allport menulis panjang lebar khusus mengenai metoda yang dipakai pakar-pakar
psikologi kepribadian dalam mengembangkan teorinya. Mungkin dilatar belakangi oleh
banyaknya kritik metodologik terhadap teori kepribadian, akhirnya dia memujikann teori
morfogenetik sebagai metoda yang subjektif tetapi memenuhi legitimasi ilmiah. Allport memulai
dengan menginvertarisasi metoda yang biasa dipakai pakar-pakar kepribadian. Ada 11 metode
yang menurutnya memenuhi legitimasi validasi dan reliabilitas, semuanya mengacu kepada
metoda utma ilmu pengetahuan, yakni pengamatan diikuti dengan interpretasi (observation
followed by interpretation). Metoda-metoda yang dimaksud adalah:

 Dinagnosis konstitusi dan fisiologi.

 Oenelitian keanggotaan, status, dan peran sosiokultural.

 Dokumen pribadi dan studi kasus.


 Teknik menilai diri

 Sampling tingkahlaku

 Rating pengamat

 Tes dan skala kepribadian

 Tes projektif

 Analisis dalam: asosiasi bebas dan analisis mimpi

 Pengukuran ekspresi tingkahlaku

 Prosedur sinaptik: mengkombinasikan berbagai teknik asesmen.

Metode-metodee di atas dapat dipakai untuk melakukan penelitian nomotetik


(menemukan hokum-hukum fungsi jiwa manusia), atau penelitian idiografik (memahami
keunikan/fungsi spesifik individual). Posisi teori Allport sangat menekankan karakteristik
individual dari idiografik, walaupun pendekatan nomotetik tetap dianggap berguna sebatas
membandingkan antar individu. Pendekatan idiografik ini oleh Allport kemudian dikembangkan
menjadi pendekatan morfogenetik. Ada dua alasan pemakaian istilah morfogenetik ini, pertama
istilah idiografik dipakai oleh banyak pakar kepribadian dengan makna yang beragam, sehingga
sering terjadi salah pakai dan salah pemahaman. Kedua, idiografik hanya menggambarkan secara
deskriptif hasil amatan, sedang morfogenetik menganalisis pola kepemilikan sifat-sifat individu,
dan melakukan perbandingan antar individu. Metoda-metoda yang dipakai dalam pendekatan
morfogenetik murni adalah:

 Catatan verbatim dari: wawancara, laporan mimpi, dan pengakuan perbuatan.

 Buku harian dan surat-surat.

 Kuesioner dan skala kepribadian dan tes projeksi.

 Dokumen ekspresi diri:karangan, lukisan, corat-coret, tandatangan, lenggang jalan,


otobiografi.

 Jabatan tangan, pola suara, tampang.


 Tes standar dam skala penilaian diri yang mengungkap sifat/kepribadian, termasuk
semimorfogenetik kalau lebih membandingkan aspek-aspek di dalam diri orang itu
sendiri, alih-alih membandingkan dengan orang lain (misalnya skor ipsatif).

Gabungan antara dokumen pribadi dengan data hasil wawancara dan observasi mungkin
dapat dianalisis secara impresionalistim seperti pada hipotesa psikoanalisis, atau dianalisis
memakai statistik analisis isi atau analisis factorial. Namun Allport mengingatkan bahwa riset
dokumen pribadi mengandung dua hal penting

 Studi dokumen pribadi adalah strategi idiografik untuk mengukur unitas, keunikan, dan
konsistensi dari individu.

 Pendekatan kasus tunggal memperlakukan penelitian kepribadian sebagai usaha untuk


memahami secara utuh organisme dari sisi pandangan subjektif atau fenomenal.
Dampaknya, penedekatan kasus tunggal memecahykan kekacauan kepribadian dengan
memakai pemecah orang itu sendiri.

2. Psikoterapi

Bagi Allport, pribadi yang sehat dan masak adalah orang yang terus menerus dalam
kondisi berubah (becoming), sedang pribadi yang tidak sehat dan tidak masak adalah mereka
yang perkembangannya mandeg. Allport setuju dengan Freud bahwa perkembangan individu
dapat terpenjara sebagai akibat kesalahan hubungan dengan orang tua, khususnya dengan ibunya
pada masa awal kanak-kanak. Semua orang membutuhkan keamanan dan perlindungan, dam
kekurangan cinta dan kasih sayang dapat berdampak buruk dan berjangka lama terhadap
pertumbuhan. Untuk mengatasi kekurangan itu, Allport berpendapat orang harus merasa
“diterima merasa dicintai dan belajar mencintai. Menurutnya, “bentuk terbaik dari terapi adalah
memberi cinta dan menerima cinta.

Terapi itu hanya satu sisi dari gambaran manusia. Ada banyak orang yang memiliki latar
belakang rasa aan dan cinta ternyata belakangan menjadi neurotic. Walaupun latarbelakang
keamanan dan cinta membuat mereka bebas berkembang, masalah lain muncul merusak. Orang
mendapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat normal, dan sering penyesuaian
itu menghalangi pertumbuhan yang positif. Ini terjadi karena masyarakat sendiri sedang sakit.
Kondisi masyarakat yang penuh ketidakadilan, hipokrit (munafik), perang, perbedaan kelas
sosial, adalah potensial berbenturan dengan aspirasi pribadi. Dampaknya bisa muncul
pembatasan perluasan diri, gambaran diri menyimpang, lumpuhnya usaha menjadi propriate, dan
sikap tidak toleran kepada kelompok lain. Mereka juga menilai dirinya dan tujuan hidupnya
berdasarkan nilai-nilai orang lain. Tugas terpis menurut Allport adalah membantu mereka
menyadari sumber-sumber yang memelencengkan tujuan hidupnya, dan membantu merka
mencapai kemasakan dan kesejahteraan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

W. Allport adalah seseorang yang memegang peran utama dalam pembentukan


Departement Of Social Ethish di Hardvard University. selama karirnya itu allport banyak
menerima kehormatan, antara lain sebagai presiden dari "the American Psycological Study
association" dan prsiden dari "the Society for psycological Study of Sicial issue".

Secara singkat, Allport mendefinisikan kepribadian itu sebagai "what a man really is".
Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu yang menentukan
penyesuaian yang unik dengan lingkungannya. definisi kepribadian ini memiliki tiga unsur
pokok, yaitu istilah dynamic organization, istilah psycophisical system, istilah determine.

Struktur kepribadian W. Allport diantaranya adalah sifat (trait), traits-habit-attitude, trait


dan konsistensi pribadi, propium (propius=milik). perkembangan kepribadian menurut W.
Allport diantaranya perkembangan masa bayi, perkembangan masa dewasa, kualitas kepribadian
yang masak. dan selanjutnya aplikasi menurut W. Allport adalah pendekatan morfogenetik dan
psikoterapi.
Daftar Pustaka

Alwisol. (2017). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Sujanto, Agus. (2014). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara

Suryabrata, Sumadi. (2014). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai