Anda di halaman 1dari 31

OVERDENTURE

UNTUK MENUNJANG PERAWATAN PROSTETIK

MAKALAH

Disusun oleh:
Drg. LISDA DAMAYANTI, Sp. Pros.
NIP: 132206506

BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2009
DAFTAR ISI

BAB I
PENGANTAR PEMBUATAN OVERDENTURE
A. INDIKASI DAN PERENCANAAN OVERDENTURE ………………………………………………..…………………... 1
I. INDIKASI ……………………………………………………………………………………………………………….. 1
a. Keuntungan, Kerugian dan Indikasi …………………………………………………….……………………….. 1
b. Spektrum Indikasi ………………………………………………………………………………………………….. 2
II. PERENCANAAN ……………………………..……………………………………………………………………….. 3
a. Dasar-dasar ………………………………………………………………………………………………………… 3
b. Proses Perencanaan …………………………………………………………………………………………….... 4
III. KRITERIA EVALUASI ………………………………………………………………………………………………… 5
a. Faktor-faktor Klinis ……………………………………………………………………………………………….... 5
b. Faktor-faktor Non Klinis ………………………………………………………………………………………….... 7
B. PERAWATAN AWAL ………………………………………………………………………………………………………. 7
I. PROSEDUR PERIODONTAL ……………..………………………………………………………………………… 7
a. Perawatan Awal ……………………………………………………………………………………………………. 7
b. Pembedahan Periodontal …………………………………………………………………………………………. 9
c. Konsekuensi dari Persiapan Periodontal yang Tidak Sempurna …………………………………………….. 10
II. PROSEDUR PROSTETIK TAHAP AWAL ……………………..…………………………………………………… 11
a. Perubahan Awal Menjadi Overdenture Provisional ……………………………………………………………. 12
b. Modifikasi Gigi Tiruan Sebagian yang Sudah Ada ……………………………………………………………... 12
c. Perawatan Awal Prostetik ……………………………………………………………………………………….... 14
d. Tindakan Diagnostik Fungsional …………………………………………………………………………………. 15
III. PROSEDUR BEDAH ……………………………………………………..…………………………………………… 17
IV. PROSEDUR ENDODONTIK …………………………………………………………………………………………. 18

BAB II
PILIHAN DISAIN DAN KEMUNGKINAN DUKUNGAN UNTUK OVERDENTURE
A. PILIHAN DISAIN ……………………………………………………………………………………………………………. 20

B. ELEMEN-ELEMEN PENDUKUNG ………………………………………………..……………………………………… 20

C. KAITAN-KAITAN RETENTIF ……………………………………………………………………………………………… 22

I. PRINSIP-PRINSIP PEMBUATAN …………………………………………..……………………………………….. 22

II. FUNGSI-FUNGSI ……………………………………………………………..………………………………………. 22

III. MEKANISME RETENTIF …………………………………………………………………..………………………… 22

IV. KAITAN KAKU …………………………………………………………………………………………………………. 23

V. KAITAN TIDAK KAKU ……………………………………………………………………..…………………………. 23

VI. KAITAN RESILIEN ………………………………………………………………………..…………………………... 24

D. PEMILIHAN KAITAN YANG TEPAT …………………………………………………………….……………………….. 24

E. KAITAN TUNGGAL LAWAN KONEKTOR BATANG …………………………………………………………………... 27


BAB I

PENGANTAR PEMBUATAN OVERDENTURE

Konsep overdenture meliputi sejumlah kemungkinan pemecahan untuk pasien-pasien dengan kehilangan
hampir seluruh giginya. Dukungan biasanya diperoleh dari jaringan periodontal dan mukosa serta bentuk luarnya mirip
dengan gigi tiruan lengkap.
Di Inggris disebut “overdentures” dan di Jerman disebut “Prothesenhybrid”. Kedua istilah ini menggambarkan
gigi tiruan lengkap dengan sebagian didukung oleh gigi asli, istilah yang pertama menggambarkan penutupan di bagian
luar, sementara istilah yang kedua menunjukkan konstruksi dua bentuk. Semuanya menunjukkan konsep yang penting.
Ide untuk meninggalkan sisa akar gigi di rahang dan membuat gigi tiruan di atasnya telah dikenal lebih dari
seratus tahun. Tujuannya adalah untuk menghambat atau mencegah resorpsi linggir tersisa yang tidak dapat dihindari
selalu mengikuti setelah pencabutan gigi. Overdenture lebih unggul daripada gigi tiruan konvensional dalam kemampuan
menggigit, efisiensi pengunyahan dan penerimaan daya yang berbeda. Proprioseptik melalui reseptor periodontal
memegang peranan penting dalam fungsi neuromuskular.

A. INDIKASI DAN PERENCANAAN OVERDENTURE


I. INDIKASI
a. Keuntungan, Kerugian dan Indikasi
Overdenture dengan dukungan kombinasi antara periodontal dan mukosa mempunyai sejumlah keuntungan
yang berarti bila dibandingkan dengan gigi tiruan lengkap. Yang paling penting adalah:
• Fungsi stabilitas yang lebih besar untuk menjaga bentuk linggir tersisa yang dekat dengan gigi sandaran
(dengan atau tidak menggunakan kaitan).
• Retensi yang lebih baik, khususnya bila kaitan digunakan pada protesa di rahang bawah.
• Peningkatan efisiensi pengunyahan karena stabilitas dan retensi yang lebih baik.
• Tekanan pada mukosa berkurang.
Pengurangan perluasan landasan gigi tiruan di rahang atas. Pada palatum hanya perlu ditutup sebagian bila
elemen retentif digunakan. Hal ini sering memberikan efek psikologis yang sangat penting bagi pasien.
• Mudah beradaptasi.
• Merupakan latihan bagi penggunaan gigi tiruan lengkap di kemudian hari dengan menyiapkan lintasan pola
refleks yang tepat.
Kekurangannya:
• Biaya yang lebih besar, hal ini berhubungan langsung dengan luasanya perawatan sebelum pembuatan
protesa, penggunaan kaitan retentif dan usaha setelah pemasangan. Penghematan mungkin dilakukan
dengan menggunakan elemen perlekatan yang dipasang secara langsung atau menyalurkan semuanya ke
perlekatan-perlekatan.
• Dibutuhkan usaha yang lebih besar dari pasien dan dokter giginya untuk merawat protesa.
Terdapat sejumlah faktor non klinis yang perlu diperhatikan dalam seleksi untuk overdenture. Di antaranya
adalah sikap pasien terhadap kesehatan giginya, penggunaan gigi tiruan lepasan, kemampuan dan keinginan untuk
bekerja sama serta situasi keuangannya.
Indikasi perawatan overdenture:
• Tersisa paling sedikit satu gigi yang masih dapat dipertahankan.
• Kebersihan mulut yang cukup baik untuk menghambat atau mencegah karies yang cepat atau kerusakan
jaringan periodontal.
• Jika prognosa untuk pemakaian gigi tiruan lengkap yang buruk karena adanya resorpsi linggir yang berat,
xerostomia, refleks muntah yang berat, kemampuan belajar yang kurang, faktor psikologis dll.
• Kerusakan gigi tersisa akan menjadi lebih parah oleh tipe perawatan yang lain.
• Tidak ada tipe perawatan prostetik yang menjanjikan hasil perawatan yang lebih baik, sebanding dengan
biaya yang dikeluarkan.

1
b. Spektrum Indikasi
Spektrum indikasi untuk overdenture meliputi perawatan jangka pendek dalam persiapan untuk gigi tiruan
lengkap sampai perawatan definitif jangka panjang. Klasifikasi dapat dibuat berdasarkan berapa lama protesa
diperkirakan akan digunakan:
• Overdenture immediate
• Overdenture transitional
• Overdenture definitive
Jenis overdenture yang dibuat di atas ditentukan oleh seberapa jauh prognosa bagi gigi yang tersisa.

(Keterangan Gambar: 1, 2, 3)
STRUKTUR UTAMA DARI………………………………………………

1. ……….overdenture sementara jangka


pendek.
Bila prognosa untuk gigi yang tersisa
sangat buruk keadaannya, akar
penyangga tanpa koping akar maupun
elemen retentif digunakan untuk
struktur pendukung bagi protesa
transisi jangka pendek sampai GTL
diperlukan. Bagian lepasan
overdenture sementara dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat
dengan mudah dirubah menjadi GTL.

2. ……….overdenture sementara jangka


sedang.
Elemen retentif yang terpasang
langsung pada gigi penyangga
digunakan untuk mendukung maupun
menahan GT merupakan perawatan
untuk jangka pendek hingga sedang
pada kasus dimana prognosa gigi sisa
pada marginal. Bagian lepasan
overdenture ini tidak menutupi gusi
baik fasial dan proksimal dan diperoleh
melalui coran diperkuat dengan
kerangka logam yang disesuaikan.

3. ……….overdenture sementara jangka


panjang atau tetap.
Coran dowel koping dengan elemen
retentif digunakan sebagai struktur
pendukung dan pertahanan untuk
perawatan jangka menengah hingga
jangka panjang bila prognosa untuk
gigi yang tersisa adalah baik. Bagian
lepasan overdenture tetap dapat dibuat
dengan ruang supragingiva terbuka
baik pada sekeliling gigi penyangga
maupun hanya pada permukaan fasial
dan proksimal, overdenture harus
diperkuat dengan coran kerangka
logam yang disesuaikan.

2
II. PERENCANAAN
a. Dasar-dasar
Dasar-dasar dari setiap perencanaan prostetik adalah pemeriksaan klinis dan radiologis yang menyeluruh serta
diagnosa seperti yang telah digambarkan pada bagian gigi tirruan lengkap. Bagi perawatan overdenture, evaluasi dan
perhatian yang cermat juga harus diberikan kepada kesehatan gigi yang tersisa, jaringan periodontal, tes vitalitas dan
radiografis. Riwayat kesehatan umum juga sangat penting. Seringkali faktor-faktor non klinis (status sosial, keuangan,
harapan dan kebutuhannya, kemampuan dan keinginan untuk bekerja sama) lebih menentukan daripada keadaan klinik.

(Keterangan Gambar: 4, 5)

4. Radiografik panoramik
Radiografik panoramik memberikan pandangan yang sangat baik bagi rencana perawatan. Film intra oral dari tiap
gigi sangat diperlukan untuk mengevaluasi secara terperinci.

5. Kartu pemeriksaan
Semua hasil pemeriksaan klinis dicatat pada kartu pemeriksaan. Diantaranya adalah kegoyangan gigi, kedalaman
poket, perlekatan gusi, keadaaan inflamsi dari tepi gusi dan indeks plak sebagai parameter dari kondisi periodontal
ditambah vitalitas gigi dan kondisi jaringan keras gigi (karies dan erosi servik).

3
b. Proses Perencanaan
Rencana perawatan pada tahap pertama gigi-gigi yang dapat dipertahankan diidentifikasi, pada tahap kedua
keperluan untuk retensinya ditentukan. Hanya pada tahap lanjut rencana protesa definitif dan pembuatan disainnya
dibuat.
(Keterangan Gambar: 6)
PROSES PERENCANAAN DAN RANGKAIAN PERAWATAN

6. Perencanaan tahap 1
Mengidentifikasi gigi yang masih dapat dipertahankan dan tidak ada harapan. Tahap ini dilakukan secara cermat
dengan melakukan identifikasi pada indikasi-indikasi.
Perencanaan tahap 2
Menetapkan manfaat dan atau perlunya mempertahankan pada gigi-gigi yang dapat dipertahankan. Berdasarkan
hasil ini, pilihan perawatan disampaikan dan didiskusikan dengan pasien. Selanjutnya menyusun rencana
sementara dan menyampaikan terapi awal yang diperlukan.

4
Perencanaan tahap 3
Menetapkan rencana perawatan tetap berdasarkan jumlah gigi penyangga dan tipe konstruksi. Hal ini hanya dapat
dilakukan setelah reevaluasi intensif rencana sementara berdasarkan kondisi yang ada pada akhir perawatan
awal. Keputusan akhir mengenai detil konstruksi tidak dibuat hingga sesudah uji coba akhir pada gigi tiruan
percobaan.
A. Keputusan evaluasi negatif: tanpa overdenture
B. Keputusan evaluasi positif: rencana perawatan sementara
C. Keputusan evaluasi kembali negatif sementara: perawatan awal lebih lanjut
D. Keputusan evaluasi kembali negatif tetap: perawatan dengan overdenture
E. Keputusan evaluasi kembali positif tetap: rencana perawatan tetap

III. KRITERIA EVALUASI


a. Faktor-faktor Klinis
Identifikasi gigi yang dapat dipertahankan biasanya merupakan kegiatan yang paling mudah dari semua proses
keputusan perencanaan karena pada tahap perencanaan awal, semua gigi-gigi yang tidak jelas harapannya
dipertimbangkan untuk dipertahankan.
Sebagai bantuan dalam membuat keputusan ada 4 parameter dimana kondisi klinis yang nyata dari setiap gigi
dan prognosanya harus saling berhubungan. Parameter itu adalah: lokasi strategis dari tiap gigi, beban yang akan
ditahan, kebersihan mulut penderita serta perluasan perawatan yang diperlukan untuk mempertahankan gigi.
• Lokasi strategis dari gigi diukur dengan seberapa besar kehilangan gigi tersebut akan mempengaruhi disain
dari protesa. Makin sedikit gigi yang tersisa dan makin kuat indikasinya untuk overdenture, makin besar
kepentingan strategis dari tiap gigi.
• Jika prognosa gigi akan menjadi buruk oleh daya yang biasa (sebagai contoh dimana garis dukungan di
antara dua gigi sandaran akan menempatkan gigi penyangga ketiga dibawah tekanan), nilai strategisnya
harus dievaluasi dengan perhatian khusus.
• Kebersihan mulut yang baik akan meningkatkan kesempatan untuk mempertahankan gigi meskipun pada
gambaran klinis awal dan radiologisnya buruk. Kesehatan mulut yang buruk yang gagal diperbaiki selama
tahap perawatan preprostetik adalah alasan dalam pemilihan gigi sandaran khususnya bila overdenture
dimaksudkan sebagai pemecahan untuk waktu yang cukup lama dan jangka panjang.
• Akhirnya perlu perawatan yang diperpanjang untuk meyelamatkan gigi penyangga harus dipertimbangkan
karena memerlukan tambahan waktu dan biaya.

(Keterangan Gambar: 7, 8, 9, 10)


EVALUASI CALON GIGI PENYANGGA

7. Kemampuan untuk mempertahankan


Gambaran klinis dari gigi-gigi yang rusak karena karies atau periodontitis. Radiologis menunjukkan gigi 31, 41 dan
42 sudah tidak memiliki tulang pendukung, tidak ada harapan lagi. Yang dapat dipertahankan adalah gigi 33, 32
dan 43. Walaupun 32 dan 43 berjejal dan mengalami karies akar yang dalam.

5
8. Manfaat mempertahankan gigi lawan kebutuhan mempertahankan gigi
Tidak ada manfaat mempertahankan gigi 32 karena nilai strategisnya rendah. Upaya dilakukan untuk merawat dan
mempertahankan gigi 43 sebab tanpa gigi tersebut dukungan hanya pada satu sisi dan asimetri. Gigi tiruan
sebagian yang ada disesuaikan atau dirubah menjadi overdenture sementara sesudah pemotongan mahkota
kaninus.

9. Beberapa pertimbangan pada kepentingan strategis gigi individual………..


Karena kedalaman overbite kongenital, prognosa GTL RA dipertanyakan. Dukungan utama pada gigi anterior. GT
akan berhadapan dengan gigi asli anterior.

10. ……....dan pengaruh rencana perawatan


Berdasarkan pertimbangan hal tersebut, akar gigi 14,11 dan 23 diperkuat. Dapat dilakukan dengan upaya dan
biaya yang masuk akal. Kedalaman overbite yang khas penting untuk keharmonisan dental fasial pasien dapat
ditiru pada GT tanpa kehilangan kestabilan fungsionalnya.

6
b. Faktor-faktor Non Klinis
Hasil-hasil dari evaluasi klinis harus dipertimbangkan dengan faktor non klinis agar terbentuk keputusan yang
menyeluruh. Faktor non klinis memegang peranan penting yang menentukan dalam pembuatan rencana perawatan
yang menyeluruh.
Faktor-faktor non klinis yang terutama di antaranya adalah keinginan, harapan dan kebutuhan pasien.
Disamping itu perlu dipertimbangkan faktor lainnya yang berperan sebagai parameter seperti sikap pasien terhadap
situasinya, status keuangan, status sosial (psikologi), kondisi kesehatan umum dan kemampuan bekerja sama.

B. PERAWATAN AWAL
Sebelum pasien ditangani dengan suatu overdenture, biasanya diperlukan suatu kondisi jaringan melalui suatu
tahap persiapan yang meliputi prosedur periodontal, prostetik, bedah dan endodontik. Tindakan-tindakan tersebut adalah
penting karena akan memberikan kontribusi terhadap kesehatan dan perawatan dari periodontal di sekitar gigi
penyangga.

I. PROSEDUR PERIODONTAL
Perawatan periodontal awal merupakan bagian terpenting dari keseluruhan tahap persiapan. Pada tahap ini
perawatan periodontal dibagi menjadi tahap-tahap sebagai berikut:
• Terapi awal
• Terapi bedah
Terapi awal (tahap higienis) ditujukan pada penyebab terjadinya penyakit dengan cara pengangkatan plak
supragingiva dan mikroflora subgingiva yaitu dengan maksud mengurangi inflamsi dan mempercepat penyembuhan
luka.
Setelah terapi awal dilaksanakan, pasien dievaluasi ulang ulang untuk menilai kemauan dan kemampuannya
dalam bekerjasama dan untuk mengevaluasi kondisi dari jaringan. Kondisi jaringan yang tidak sehat dan kebersihan
mulut yang tidak baik memprediksikan hasil yang buruk untuk jangka panjang. Pada keadaan demikian prosedur bedah
tidak layak dilakukan. Pada setiap kasus, perawatan periodontal harus dilakukan sebelum preparasi akar gigi
penyangga.

a. Perawatan Awal
Perawatan awal meliputi langkah-langkah untuk menghasilkan lingkungan mulut yang lebih bersih melalui
profilaksis gigi geligi, scaling dan root planing, ekskavasi karies dan penempatan tumpatan sementara (terutama karies
servikal), penghilangan iritasi gusi yang iatrogenik, eliminasi adanya trauma yang disebabkan gigi tiruan yang tidak baik
dan instruksi prosedur oral higienis. Setelah plak penyebab gingivitis dapat diatasi, permukaan akar subgingival
dibersihkan dan dipoles pada skaling dan root planing yang dalam. Epitel saku gusi dan jaringan penghubung
subepitelial yang sudah terinfiltrasi diangkat melalui kuretase jaringan lunak secara tertutup. Setelah itu hasil dari
langkah-langkah perawatan terdahulu dievaluasi.

7
(Keterangan Gambar: 11, 12, 13)
PERAWATAN AWAL

11. Pembuangan partikel-partikel yang besar


Kalkulus supragingiva dan deposit-deposit dihilangkan secara mekanik dengan alat ultrasonik dan scaler tangan.
Permukaan gigi kemudian harus dipoles dengan karet dan pasta poles.

12. Instruksi kebersihan mulut


Pasien harus diinformasikan, dimotivasi dan diinstruksikan untuk mempertahankan kebersihan mulutnya dengan
mengikuti program oral higienis dengan bantuan alat-alat pembersih yang disesuaikan dengan kemampuan
pasiennya.

13. Scaling dan root planing


Kalkulus subgingival harus dihilangkan dengan alat kuretase dan permukaan akar dihaluskan.

8
b. Pembedahan Periodontal
Setelah tercapai kerjasama yang baik dari pasien dan plak kontrol yang baik, barulah pembedahan periodontal
yang diperlukan dapat dilaksanakan. Prosedurnya meliputi:
• Root planing dengan pandangan langsung.
• Bedah pengurangan poket periodontal dengan cara gingivektomi dan atau prosedur flap.
• Bedah pemanjangan mahkota.
• Memperluas perlekatan gusi melalui bedah mukogingiva.
Bila karies akar meluas sampai di bawah tulang, maka mahkota klinis harus diperpanjang melalui pembedahan
agar akar dapat dipertahankan dan dipergunakan sebagai gigi penyangga pada overdenture.

(Keterangan Gambar: 14, 15, 16)


PROSEDUR BEDAH

14. Bila ada karies subgingival dilakukan gingivektomi sederhana


Kiri : kondisi sebelum gingivektomi
Kanan : kondisi sesudah 4 minggu gingivektomi

15. Pemanjangan mahkota gigi secara pembedahan


Bila karies akar meluas sampai di bawah tulang, maka mahkota klinis harus diperpanjang melalui pembedahan
agar akar dapat dipertahankan dan digunakan sebagai gigi penyangga pada overdenture.

9
16. Graft free gingiva
Bila daerah attached gingiva tidak mencukupi di bagian bukal dan lingual, maka dilakukan graft free gingiva.
Kanan : kondisi sesudah 4 minggu pembedahan.

c. Konsekuensi dari Persiapan Periodontal yang Tidak Sempurna


Apabila perawatan periodontal awal tidak berhasil, maka hasil yang teramati pertama kali adalah adanya
tendensi peningkatan inflamasi gusi di sekitar gigi penyanggga sampai terjadinya perdarahan. Hal ini menyebabkan
preparasi gigi penyangga dan pencetakan akan lebih sulit dilakukan.
Konsekuensi tambahan dapat terlihat selama masa perawatan dan membahayakan hasil pengobatan serta
prognosa. Dibawah kondisi yang menguntungkan, jaringan rusak yang terinflamasi selama preparasi gigi secara
perlahan akan membaik dan resesi gusi pun muncul. Hasil kondisi periodontal kemungkinan agak lebih baik dari
sebelumnya. Bagaimanapun bila resesi gusi tidak diantisipasi dan preparasi akar tidak dimodifikasi dan kemudian
diperpendek, maka ruang yang sebenarnya dapat dipergunakan sebagai bagian retentif akan percuma saja.
Dibawah kondisi yang tidak baik seperti kebersihan mulut yang buruk, penempatan tepi koping akar pada
subgingiva atau pembuatan koping akar dan landasan gigi tiruan yang tidak tepat, maka luka yang terjadi saat preparasi
gigi pada jaringan yang terinflamasi tidak akan sembuh. Hiperplasi gusi dan jaringan granulasi bertambah, yang pada
banyak kasus nantinya membutuhkan pengangkatan secara bedah. Bila tidak terdapat lagi perlekatan gusi, maka
mukosa bergerak dapat memberikan tegangan pada tepi gusi dan menyebabkan resesi yang berlanjut. Bagaimanapun
situasi ini tetap dapat diatasi bahkan setelah gigi tiruan selesai dibuat.

(Keterangan Gambar: 17, 18, 19, 20)


AKIBAT PERSIAPAN PERIODONTAL YANG TIDAK SEMPURNA

17. Perdarahan
Peningkatan inflamasi gusi di sekitar gigi penyangga
sampai terjadinya perdarahan, membuat pencetakan
akan lebih sulit dilakukan.

10
18. Resesi gusi
Dengan kondisi yang menguntungkan, jaringan rusak
yang terinflamasi selama preparasi gigi secara perlahan
akan membaik dan resesi gusi pun muncul. Hasil
kondisi periodontal akan lebih baik dari sebelumnya.

19. Hiperplasi inflamasi gusi


Dengan kondisi yang tidak baik, luka yang terjadi saat
preparasi gigi pada jaringan yang terinflamasi tidak
akan sembuh. Gusi berproliferasi dengan penempatan
margin koping di subgingiva.

20. Tegangan dari mukosa yang bergerak


Bila tidak terdapat gusi cekat, mukosa bergerak dapat
memberikan tegangan pada tepi gusi dan menyebab-
kan resesi yang berlanjut.

II. PROSEDUR PROSTETIK TAHAP AWAL


Kepentingan dari prosedur prostetik selama tahap awal perawatan adalah untuk menolong jaringan pendukung
gigi tiruan dan sistem neuromuskular kondisinya menjadi baik yang memungkinkan untuk menerima adanya suatu
overdenture.
Prosedur prostetik seringkali dilakukan bersamaan dengan tahap lainnya. Yang utama adalah:
• Perubahan suatu gigi tiruan sebagian menjadi overdenture sementara.
• Modifikasi gigi tiruan yang sudah ada.
• Perawatan awal dengan suatu gigi tiruan sebagian lepasan.
• Prosedur diagnostik fungsional.

11
a. Perubahan Awal Menjadi Overdenture Provisional
Jaringan periodontal dari gigi-gigi yang tersisa seringkali ditemukan terluka akibat cangkolan, lingual konektor
dan bagian gigi tiruan sebagian yang tidak terdukung. Hanya sebagian kecil saja dari bagian gigi tiruan ini yang dapat
dimodifikasi sehingga tidak menyebabkan trauma lebih lanjut terhadap jaringan pendukung gigi tiruan.
Seringkali masalah-masalah seperti ini berhasil diatasi dengan cara perubahan awal dari gigi tiruan sebagian
menjadi overdenture sementara yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen gigi tiruan yang
membahayakan. Terapi periodontal dan profilaksis dari gigi-gigi penyangga yang nantinya diharapkan untuk pembuatan
overdenture akan menjadi titik awal keberhasilan daripada bila trauma akibat tidak pasnya suatu gigi tiruan terus
berlanjut.

(Keterangan Gambar: 21, 22)

21. Situasi klinis


Gigi tiruan sebagian dibuat dan dipasang, tetapi menyebabkan trauma pada margin periodontium gigi kaninus
kanan dengan adanya landasan, penghubung lingual dan cangkolan roach. Luka terbesar pada sisi distal dan
lingual gigi.

22. Perubahan yang mengikuti


Dengan overdenture penghubung dan cangkolan dihilangkan. Modifikasi protesa dengan dukungan gigi diikuti
perawatan periodontal gigi penyangga menghilangkan trauma dari komponen gigi tiruan.

b. Modifikasi Gigi Tiruan Sebagian yang Sudah Ada


Salah satu indikasi untuk mengganti gigi tiruan sebagian dengan suatu overdenture adalah adanya kerusakan
jaringan yang diakibatkan oleh pemakaian gigi tiruan. Landasan gigi tiruan yang terlalu panjang, pendek dan yang
adaptasinya tidak baik menghasilkan pengumpulan beban di daerah-daerah tertentu pada linggir alveolar dan mukosa.
Hal ini menimbulkan tekanan dan friksi yang berulang pada suatu tempat, hiperplasi inflamasi atau inflamasi menyeluruh

12
pada mukosa. Penampilan yang sama dapat juga disebabkan oleh oklusi yang tidak tepat atau akibat toksin kimia akibat
akumulasi plak pada bagian anatomis gigi tiruan.
Mukosa mulut dapat dipelihara dengan memperbaiki tepi landasan dan relining sementara gigi tiruan. Relining
menghilangkan iritasi mekanis dan kimia untuk waktu tertentu. Perbaikan oklusi yang mungkin melibatkan pembuatan
hubungan maksila-mandibula yang baru akan mendukung tindakan ini. Seringkali hal ini dapat memperbaiki keadaan
neuromuskular terutama ketika perbaikan dimensi vertikal yang terlalu rendah dilakukan pada saat bersamaan.

(Keterangan Gambar: 23, 24, 25)

23. Situasi radiografi


Radiografi panoramik menunjukkan sebagian daerah tidak bergigi yang berkurang dukungan periodontalnya.
Beberapa gigi (14, 12, 21 dan 45) diindikasikan untuk dicabut.

24. Protesa yang terpasang


Pasien memakai GTS dengan cangkolan, ada pembengkakan pada jaringan lunak. Karena kurangnya dukungan
oklusal posterior dan dimensi vertikal yang rapat, gigi anterior dan permukaan anatomi trauma.

13
25. Protesa yang telah dikoreksi
Overdenture transisi imediat tidak dibuat. Setelah gigi 12, 14, 21 dan 45 dicabut, GT direline dan gigi yang hilang
diganti. Cangkolan ditambahkan pada gigi 13, 23, 33, 35, 37 dan 43 sehingga dukungan protesa dari gigi.
Dimensi vertikal diperbaiki dan trauma oklusal dihilangkan.

c. Perawatan Awal Prostetik


Bila memungkinkan suatu peralihan tiba-tiba dari gigi-gigi asli tanpa suatu protesa menjadi gigi tiruan lengkap
atau overdenture harus dicegah. Jika tidak pasien mungkin mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan protesa.
Masalah-masalah kecil muncul jika gigi-gigi yang tidak selayaknya dipertahankan dicabut sejak awal sehingga hanya
terdapat selang waktu yng singkat saja bagi pasien untuk memakai gigi tiruan imediat yang sederhana. Hal ini memicu
terjadinya fase awal dari resorpsi tulang yang cepat setelah pencabutan dan memberikan waktu bagi pasien untuk
membiasakan diri memakai suatu protesa dan selanjutnya gigi tiruan ini diubah menjadi suatu imediat overdenture.
Variasi dari kebiasaan inin diindikasikan hanya apabila gigi penyangga yang direncanakan tidak cocok menerima
cangkolan gigi tiruan bahkan untuk waktu yang singkat atau jika cangkolan tersebut akan merusak periodontal.

(Keterangan Gambar: 26, 27, 28)

26. Pandangan radiografi


Gigi molar, premolar dan insisif lateral kanan RA tidak ada harapan. Overdenture direncanakan yang didukung
dengan mempertahankan gigi insisif dan kaninus.

14
27. Situasi klinis
Terdapat protrusif pada gigi insisif RA.

28. Protesa awal


GTSL imediat dipasang setelah gigi dicabut sambil menunggu remodelling linggir alveolar.

d. Tindakan Diagnostik Fungsional


Beberapa pasien saat oklusi menunjukkan ukuran dimensi vertikal yang ekstrim rendahnya akibat parahnya
atrofi linggir alveolar atau abrasi dari gigi tiruan atau gigi aslinya. Hal semacam ini tidak dapat diperbaiki dengan hanya
meninggikan gigitan walaupun pasien mempunyai derajat kemampuan yang cukup untuk adaptasi neuromuskular.
Perencanaan peninggian dimensi vertikal harus dicobakan dalam waktu percobaan yang diperpanjang. Splin peninggian
gigitan dapat dipasang atau oklusi dari gigi tiruan yang telah ada ditambah dengan resin akrilik tergantung dari kondisi
dan tipe protesa yang sudah ada.
Setelah beberapa minggu atau bulan kemampuan adaptasi dari sistem neuromuskular pasieb dapat dievaluasi
dengan menggunakan berbagai macam parameter seperti misalnya kondisi mulut pasien yang sebenarnya, fonetik,
kemampuan mastikasi dan gangguan fungsional, aktifitas parafungsi, abrasi dan fisiognomi. Perubahan dimensi vertikal
adalah penting dan dapat dengan mudah diselesaikan. Setiap penambahan ketinggian dimensi vertikal harus dievaluasi
secara menyeluruh sebelum dipergunakan sebagai dasar dari gigi tiruan akhir.

15
(Keterangan Gambar: 29, 30, 31)
PENINGGIAN DIMENSI VERTIKAL

29. Abrasi yang ekstrim


Dengan kondisi seperti ini, proses pemulihan memakan waktu yang lama karena memerlukan toleransi dan
adaptasi sistem neuromuskular.

30. Splin diagnostik peninggian gigitan


Toleransi neuromuskular dan hasil estetik dari protesa yang akan datang dapat diketahui dengan memasangkan
splint peninggian gigitan.

31. Splin diagnostik peninggian gigitan, pandangan palatal


Dengan jelas dapat dilihat posisi oklusal tentatif yang didukung oleh regio anterior

16
III. PROSEDUR BEDAH
Urutan prosedur bedah yang mungkin diperlukan dalam mempersiapkan pasien untuk memakai overdenture
meliputi hampir seluruh tindakan dari bedah mulut. Hasil foto rontgen dari lebih kurang 25 % kasus menunjukkan temuan
yang memerlukan tindakan bedah seperti halnya fraktur ujung akar gigi, gigi impaksi, kista dan kelainan lain di dalam
atau di atas tulang.
Prosedur bedah yang paling sering dilakukan adalah pencabutan gigi yang tidak bisa diharapkan lagi. Bila
pencabutan dilakukan manfaatnya harus diambil untuk meningkatkan kondisi periodontal dari gigi-gigi tetangganya yang
diselamatkan yaitu dengan cara skaling terbuka atau tertutup, irisan eksisi atau flap.
Kemampuan dari linggir alveolar untuk mendukung gigi tiruan dapat juga dilakukan dengan cara mengeksisi
papila interdental kemudian dengan cermat mengadaptasikan ujung-ujung dari luka dan menjahitnya dengan rapi.
Koreksi bedah prostetik dari jaringan lunak seperti halnya eksisi fibroma, frenektomi labial dan bukal dan memperdalam
vestibulum seringkali diperlukan dalam mempersiapkan linggir dengan kehilangan sebagian gigi untuk menerima suatu
overdenture.
Setiap intervensi bedah menghasilkan beberapa resorpsi tulang lokal dan pengerutan mukosa. Untuk alasan
ini, maka pembedahan harus direncanakan sejak awal paling tidak tiga atau empat bulan sebelum protesa definitif.

(Keterangan Gambar: 32, 33, 34, 35)

32. Kondisi awal 33. Kondisi setelah dicabut


Gigi 41, 42 dan 45 dicabut, dukungan overdenture dari
akar gigi 32, 43 dan 44 yang dipertahankan. Kaninus
kanan sebagai pengangga untuk protesa provisional,
tetapi nantinya akan dicabut.

34. Tambahan prosedur bedah 35. Tampilan klinis setelah 3 minggu


Untuk meningkatkan keadaan periodontal, root
planing dan kuretase dilakukan pada gigi tersisa.

17
IV. PROSEDUR ENDODONTIK
Terdapat persentase yang tinggi bagi gigi penyangga untuk overdenture yang akan memerlukan perawatan
endodontik. Pada kasus-kasus lain, perawatan endodontik diperlukan karena gigi akan diperpendek sampai hampir
setinggi gusi atau karena bagian dari saluran akar akan memerlukan suatu pasak atau sekrup atau karena gigi nonvital
dan tidak terdapat pengisian saluran akar atau pengisian tidak sempurna.
Guttaperca point digunakan dengan suatu sealer saluran akar yang menambah kepastian penutupan lengkap
dari saluran, akan tetapi hal-hal berikut harus diperhatikan:
• Saat saluran diekskavasi untuk membentuk suatu ruang, maka guttaperca tidak boleh seluruhnya diangkat.
• Perhatian khusus harus dilakukan saat preparasi ruang untuk pasak didekat apeks untuk memastikan bahwa
tidak terjadi pendorongan guttaperca ke apeks.
Aturannya perawatan endodontik dilakukan baik sebelum atau bersamaan dengan perawatan periodontal yang
diperlukan.

(Keterangan Gambar: 36, 37, 38, 39, 40)

36. Langkah preparasi 37. Instrumen mekanik saluran akar


Prosedur endodontik harus dilakukan dengan Saluran akar dipreparasi dengan panjang kerja
kondisi yang aseptik. Rubber dam bisa digunakan yang telah disesuaikan.
bila memungkinkan.

38. Gambaran radiografi preoperatif 39. Penentuan panjang kerja secara radiografi
Dengan menempatkan alat untuk mencegah
overinstrumen dan terlalu lebarnya saluran akar.

18
40. Pengisian saluran akar
Pengisian saluran akar dicek dengan radiografi
postoperatif.

19
BAB II

PILIHAN DISAIN DAN KEMUNGKINAN DUKUNGAN


UNTUK OVERDENTURE

Ada bermacam-macam pilihan yang tersedia bagi dokter gigi untuk dukungan dan retensi overdenture.
Disamping disain-disain yang lebih kompleks dan mahal ada juga cara-cara yang sederhana dengan biaya yang tidak
terlalu membebani pasien. Hal ini juga berlaku untuk kasus-kasus dengan prognosis yang kurang menguntungkan.
Semua unsur pendukung untuk overdenture seluruhnya tertutup oleh protesa lepasan oleh karena itu tidak terlihat. Jenis
dan kompleksnya disain dan jenis perawatan yang dibutuhkan oleh gigi penyanggga sangat dipengaruhi oleh biaya.

A. PILIHAN DISAIN
Bagaimana gigi yang tersisa dan akar dirawat dan digabungkan kedalam konstruksi tergantung pada jenis
disain yang dipilih. Akar-akar gigi dapat hanya berfungsi sebagai pendukung gigi tiruan atau memberikan dukungan
maupun retensi untuk overdenture. Sarana-sarana pendukung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
• Elemen Pendukung (non retentif)
- Akar yang ditutup dengan amalgam, komposit atau semen glass ionomer
- Koping emas pada akar tanpa ikatan
• Perlekatan retentif
- Perlekatan tunggal
- Perlekatan disatukan secara langsung pada saluran akar tanpa koping
- Perlekatan dikombinasikan dengan koping
- Perlekatan batang
- Perlekatan teleskop
Bila prognosis jangka panjang untuk overdenture diragukan, maka lebih baik mempertahankan akar-akar yang
ada dibawah gigi tiruan sementara untuk diobservasi. Dengan cara ini sejumlah fleksibilitas pada konstruksi disain akhir
dipertahankan. Jika retensi cukup dan pasien dapat beradaptasi dengan baik terhadap gigi tiruan bahkan tanpa adanya
kaitan, akar-akar gigi masih dapat diekstraksi sebelum perawatan prostetik yang tetap.

B. ELEMEN-ELEMEN PENDUKUNG
Unsur-unsur pendukung overdenture adalah semua yang berperan menyalurkan daya kunyah ke periodontium.
Metoda yang paling sederhana dan murah untuk menambah dukungan pada overdenture dari gigi-gigi tersisa adalah
menutup akar-akar yang telah dirawat endodontik dengan amalgam, komposit atau semen glass ionomer. Satu
prasyarat untuk retensi jangka panjang dari akar-akar dibawah landasan gigi tiruan adalah perawatan yang sangat
cermat dari struktur rongga mulut dan protesa. Plak kontrol dapat dicapai melalui aplikasi topikal dari agen penghambat
plak seperti fluoride dan klorheksidin.
Akar-akar gigi yang hanya berperan sebagai unsur pendukung seringkali ditutup oleh koping emas pelindung
untuk mencegah karies. Jika gigi penyangga telah dipendekkan sampai setinggi gusi, koping harus dihubungkan ke
saluran akar oleh sebuah post atau sebuah inlay sentral. Jika gigi yang telah dipreparasi berada pada beberapa
milimeter diatas puncak linggir, koping emas tidak memerlukan tambahan retensi dari pasak. Pada pasien usia lanjut
pulpa telah menyusut sehingga gigi dapat dipendekan tanpa devitalisasi.
Koping akar berbentuk kubah juga dapat dipertimbangkan bila ruangan yang tersedia tidak cukup untuk kaitan
dan tambahan retensi gigi tiruan sama sekali tidak diperlukan.
Mempertahankan akar gigi pada tempatnya sebagai unsur pendukung membantu mempertahankan kontur
linggir sehingga penampilan gigi tiruan jauh lebih baik. Unsur pendukung seperti itu dapat menciptakan stabilitas yang
lebih baik untuk protesa dengan menambah permukaan dukungan periodontal. Unsur pendukung tersebut tidak
memperlihatkan seberapa banyak unsur pendukung menonjol diatas gusi, unsur pendukung menonjol diatas gusi, unsur

20
pendukung mengalami sedikit atau tanpa dya memotong. Untuk alasan inilah akar dengan keterlibatan periodontal yang
beratpun dapat berguna untuk jangka panjang sebagai unsur pendukung dengan syarat akar tersebut telah mendapat
perawatan periodontal yang tepat.

(Keterangan Gambar: 41, 42, 43, 44)


DUKUNGAN ELEMEN NONRETENTIF

41. Koping akar emas tanpa elemen retentif

42. Koping akar emas dengan post untuk menahan gaya horisontal

43. Penutupan akar dengan amalgam

21
44. Peningkatan dukungan permukaan periodontal
Dapat dikombinasikan dengan elemen retentif. Akar sentral kanan RA didukung oleh elemen non retentif dan
dihubungkan dengan ikatan retentif pada dua akar untuk meningkatkan dukungan periodontal. Hal ini bertindak
sebagai indirect retainer dan mencegah pergerakan tipping pada GT RA terhadap gaya menggigit.

C. KAITAN-KAITAN RETENTIF
I. PRINSIP-PRINSIP PEMBUATAN
Kaitan retentif untuk overdentureterdiri dari dua bagian yang terpisah, bagian male dan female. Mayoritas
disebut kaitan tersembunyi bagian male dilekatkan ke gigi penyangga sebagai unsur primer sementara bagian female
tertanam pada landasan gigi tiruan sebagai unsur sekunder.
Kebanyakan kaitan tersembunyi dibuat pabrik. Kaitan ini lebih murah dari kaitan yang dibuat oleh tekniker gigi
seperti milled bar dan teleskop. Lagipula unsur sekundernya lebih mudah diaktivasi dan penggantiannya tidak mahal.

II. FUNGSI-FUNGSI
Pada dasarnya kaitan overdenture yang tersembunyi mempunyai fungsi yang sama sebagai cangkolan pada
gigi tiruan sebagian, yaitu:
• Menahan protesa terhadap gaya-gaya yang cenderung melepaskannya.
• Memberi dukungan periodontal untuk protesa.
• Menyalurkan daya otot-otot pengunyahan dari protesa ke periodonsium sedekat mungkin dengan jurusan
aksial.
• Mendistribusikan gaya-gaya memotong.
• Menstabilkan atau menngikat gigi penyangga.

III. MEKANISME RETENTIF


Fungsi utama kaitan retentif adalah untuk menahan gigi tiruan pada tempatnya terhadap gaya pelepasan. Ini
dapat dicapai oleh gesekan anatara komponen male dan female atau oleh retensi aktif yang diberikan oleh pegas yang
dipaskan ke dalam lekukan. Gaya retentif dari elemen penjangkar paling sedikit harus 400 gr untuk memastikan retensi
yang cukup untuk gigi tiruan. Akan tetapi tidak boleh melebihi 1000 gr karena daya tensile yang berlebihan pada gigi
penyangga dapat merusak jaringan periodontium. Makin banyak jumlah kaitan yang diikutsertakan dalam disain, makin
rendah retentif dari setiap elemen.
Jenis khusus dari kaitan tersembunyi yang bukan disain male-female adalah penjangkar magnetik. Sistem
magnetik terdiri dari magnet cobalt-samarium yang dipasang ke dalam landasan gigi tiruan dan dowel koping yang
bermagnet atau plat penahan dari logam paladium-kobalt-nikel. Gaya retentif magnetik adalah antara 150 dan 400 gram,
permanen dan konstan. Perlekatan magnet adalah elmen retentif yang tidak kaku dan oleh karena itu sangat sedikit

22
menyalurkan gaya menggesek ke akar. Pada saat ini perlekatan magnet tidak dapat direkomendasikan secara umum
karena daya tahan terhadap korosi yang rendah.

(Keterangan Gambar: 45)

45. Mekanisme penjangkaran


Kiri: Bagian male dan female sebagai kaitan retentif, memegang secara bersama-sama memberikan retensi yang
aktif, yang meliputi elemen tekanan pegas dengan penggunaan undercut contoh: Gerber retensi silinder.
Tengah dan kanan:
Bagian male dan female memegang bersama-sama memberikan retensi friksi (contoh: Conod post dan anchor
bona spherical).

IV. KAITAN KAKU


Kaitan retentif menjadi kaku jika kaitan ini memegang gigi penyangga secara bodily dan tidak memungkinkan
adanya pergerakan antara penjangkar dan protesa kecuali rotasi pada sumbu panjang elemen pada kasus gigi tunggal.
Bahkan dengan kaitan kakupun ada sedikit pergerakan atau main dimana dapat bertambah saat kaitan digunakan.
Keuntungannya:
• Mengurangi beban pada linggir ompong selama fungsi dan parafungsi
• Kemiringan yang minimum pada gigi penyangga saat menerima gaya lateral
Kerugiannya:
• Gaya dan pergerakan yang digunakan oleh gigi tiruaan hampir seluruhnya disalurkan ke gigi penyangga.

V. KAITAN TIDAK KAKU


Kaitan retentif yang tidak kaku memungkinkan pergerakan rotasi dari gigi tiruan disekitar penjangkar pada satu
bidang atau lebih atau pergerakan-pergerakan bodily vertikal. Makin banyak jumlah kaitan yang tidak kaku yang
digunakan pada gigi tiruan yang sama, makin terbatas pergerakan tiap gigi.
Keuntungannya:
• Mengurangi efek dari gaya tipping pada gigi penyangga (prinsip memendekkan).
Kerugiannya:
• Tekanan yang lebih besar pada jaringan pendukung gigi tiruan (resorpsi linggir).
• Tipping yang lebih besar pada gigi dibawah gaya lateral.

23
(Keterangan Gambar: 46)

46. Tipe-tipe kaitan


Silinder retensi (kiri) dan conod post (tengah) adalah contoh kaitan kaku, sedangkan Dalbo rotex anchor adalah
kaitan tidak kaku.

VI. KAITAN RESILIEN


Jika elemen retentif memberikan pergerakan vertikal yang bebas menuju jaringan pendukung elemen ini
disebut kaitan resilien. Bilamana menungkinkan hindari penggunaan jenis elemen ini. Umumnya kaitan resilien
konstruksinya lebih kompleks dan secara mekanik lebih sensisitf dari kaitan yang non resilien. Biasanya membutuhkan
ruangan yang besar tetapi yang lebih penting pergerakan vertikal daru gigi tiruan dengan kaitan yang resilien
mempercepat resorpsi linggir.

D. PEMILIHAN KAITAN YANG TEPAT


Pada kebanyakan kasus, pemilihan akhir yang tepat dibuat hanya setelah gigi tiruan telah dicoba ke dalam
mulut pasien. Besarnya ruang antar maksila dan fasiolingual yang tersedia untuk elemen retentif setelah gigi-gigi
disusun mempengaruhi pemilihan retainer. Kaitan yang terbesar dan paling stabil harus digabung karena kaitan tersebut
memberikan retensi yang palingkokoh untuk gigi tiruan dan paling sedikit menjadi sasaran penggunaan.
Bila memungkinkan kaitan yang kaku harus digunakan karenakaitan ini tidak terlalu membebani linggir ompong
selama fungsi dan parafungsi dan lebih sedikit memerlukan perbaikan daripada kaitan yang tidak kaku.
Kaitan yang tidak kaku dapat diindikasikan pada keadaan sebagai berikut:
• Pada saat pendistribusian gigi-gigi yang tersisa tidak menguntungkan stabilitas gigi tiruan. Hal ini dapat
menimbulkan pergerakan tipping dan goyang yang tidak diinginkan, khususnya bila dukungan jaringan lunak
lebih resilien dan atau kurang diperluas sampai batas normal.
• Bila hanya pasak yang pendek yang dapat digunakan untuk menahan koping. Jika kaitan yang kaku
digunakan diatas pasak yang pendek, pergerakan yang tidak terkontrol dari gigi tiruan dapat melepaskan
pasak apada akar.
Ide dibalik kaitan yang tidak kaku adalah untuk mengurangi gaya putar protesa yang mendesak periodontium
dari gigi penyangga dengan memendekkan mahkota klinis gigi asli sehingga sama tinggi dengan gusi dan memberikan
sambungan yang longgar antara gigi tiruan dan akar yang tersisa.
Kaitan yang dihubungkan secara langsung pada ruang saluran akar tanpa koping cocok sebagai retainer untuk
overdenture sementara. Ini merupakan kasus-kasus dimana akar telah dilemahkan oleh penyakit periodontal untuk
menyesuaikan penempatan kaitan yang mahal tetapi masih dapat digunakan sebagai retainer gigi tiruan transisi.
Perawatan dengan waktu yang terbatas seperti ini juga diindikasikan untuk pasien usia lanjut karena perawatan tersebut
lebih murah dan memudahkan adaptasi gigi tiruan lengkap. Kerugiannya yaitu tanpa koping retentif dapat menambah
resiko karies dan fraktur akar.

24
Terdapat batasan indikasi untuk perlekatan resilien misalnya gigi yang tersisa secara topografik tidak
menguntungkan penyusunan dan kompresibilitas jaringan lunak tinggi. Pada salah satu situasi ini overdenture harus
sering diperiksa setelah penempatan sehingga setiap pergerakan gigi tiruan yang akan membahayakan gigi
penyangga/kedudukan gigi tiruan dapat dihilangkan segera melalui pengukuran-pengukuran yang tepat, seperti relining
landasan/mengganti bagian female dari kaitan.

(Keterangan Gambar: 47, 48, 49, 50, 51)

47. Indikasi untuk kaitan tidak kaku


Distribusi daerah pada gigi penyangga dengan penggunaan kaitan tidak kaku antara gigi penyangga dan gigi
tiruan.

48. Kaitan tunggal untuk penjangkar kaku


Silinder retensi pada kaninus memastikan retentifnya GT dimana elemen friksi pada insisif sentral memberikan
dukungan periodontal pada saat pasien menggigit. Molar kedua kiri adalah vital dan dipasang mahkota teleskop
untuk tambahan retensi.

25
49. Konektor batang untuk penjangkar kaku
Semua jenis batang friksi dapat digunakan untuk menahan gigi tiruan pada tempatnya, mencegah tipping dan
pecahnya gigi penyangga dan pada saat yang sama sebagai splint gigi-gigi sandaran.

50. Kaitan tunggal untuk penjangkar tidak kaku


Penjangkar spherical adalah contoh kaitan sebagai retainer tunggal overdenture (contoh: sandri-narboni).
Mengikuti pergerakan GT sepanjang gigi penyangga dan meneruskan bagian terbesar tekanan yang mengenai
mukosa di bawah landasan gigi tiruan.

51. Konektor batang untuk penjangkar tidak kaku


Gigi penyangga displint bersama-sama menggunakan bar dengan bentuk bundar atau lonjong. Hal ini
memberikan retensi bagi GT. Bila bar lurus akan mengikuti pergerakan GT sepanjang sumbu panjang bar.
(Dolder bar joint).

26
E. KAITAN TUNGGAL LAWAN KONEKTOR BATANG
Penyangga overdenture dibiarkan terpisah atau dihubungkan oleh batang tergantung pada jumlah, distribusi
dan keadaan periodontal dari akar yang tersisa.

(Keterangan Gambar: 52, 53, 54)

52. Distribusi mekanik yang tidak menguntungkan gigi penyangga


Posisi dan distribusi gigi penyangga dengan penggunaan kaitan tunggal.

53. Kurva pada linggir anterior


Konektor batang yang lurus mengurangi untuk lidah sehingga tidak
diindikasikan

54. Contoh klinis


Penjangkar bola pada kaninus kiri menahan GT, premolar dua kanan sebagai elemen pendukung nonretentif.
Pada keadaan ini GT dukungannya secara periodontal dan retensi meknis. Mukosa di bawah landasan gigi tiruan
adalah bagian yang menerima tekanan yang mengurangi kaninus kanan dari tekanan berlebih.

27
Indikasi kaitan tunggal:
• Hanya satu gigi yang tersisa.
• Gigi penyangga berada pada posisi diagonal.
• Jarak yang terlalu panjang untuk dijembatani oleh batang.
• Ruang di atas linggir sisa untuk penempatan kaitan tidak mencukupi. Pada kasus seperti ini penempatan
batang seringkali menyebabkan bagian landasan anterior gigi tiruan terletak terlalu jauh ke lingual dan
melewati batas ruang lidah.
• Lengkung yang berbentuk V di depan. Pada keadaan ini batang yang diproduksi pabrik tidak sama dengan
retainer individual, seringkali membatasi ruang untuk lidah pada arah labiolingual yang menyebabkan
gangguan bicara dan pengunyahan. Umumnya kaitan tunggal lebih mudah dibersihkan daripada konektor
batang.

Indikasi konektor batang:


• Gigi penyangga dengan masalah periodontal dengan bertambahnya kegoyangan dimana splinting primer
langsung dengan batang diperlukan. Tentunya splinting primer yang sebenarnya dapat diselesaikan hanya
dengan menggunakan batang penghubung non linear yang berjarak lebih dari 2 penyangga.
• Akar yang hanya dilengkapi pasak yang sangat pendek, khususnya pada saat pergerakan gigi tiruan yang
lebih dari normal diharapkan karena distribusi dari gigi penyangga, sifat landasan gigi tiruan atau
mengantisipasi resorpsi linggir di bawah segmen gigi tiruan dukungan mukosa.
• Konektor batang memberikan stabilitas mekanik yang lebih besar dan lebih awet daripada kaitan tunggal.
Peringatan: Batang yang menghubungkan akar penyangga yang kuat ke akar yang goyang, yang telah
melemah periodontalnya dapat bertindak sebagai lengan pengungkit yang dapat merusak penyangga yang
lebih kuat jika dinamik dari gigi tiruan tidak menguntungkan. Pada keadaan ini kaitan tunggal mempunyai
prognosis yang lebih baik.

(Keterangan Gambar: 55, 56, 57)


KONEKTOR BATANG

55. Splinting pada gigi penyangga yang tidak menguntungkan


Gigi yang miring sebagai kaitan tunggal menyebabkan tekanan eksentrik yang menyebabkan gigi penyangga
tidak berguna bila dihubungkan dengan batang.
Kanan: Bila sumbu panjang akar divergen. Batang kaitan screw harus digunakan (schubiger screw block).

28
56. Perluasan dukungan periodontal
Stabilitas GT dapat ditingkatkan dengan pemasangan batang pada koping akar. Karena kuatnya ungkitan bagian
cantilever bar ke koping, maka penjangkar dowel harus panjang dan kuat.

57. Batang bundar


Batang yang bundar dapat diadaptasikan dengan mudah pada kontur linggir alveolar. Retensi kaku GT dengan
menggunakan klip bar kecil.

29

Anda mungkin juga menyukai