Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH MATEMATIKA HINDU

Matematika India atau juga bisa disebut Matematika Hindu muncul pada abad ke-26 SM
dan berakhir pada abad ke-14 M. Matematika India ini berkembang setelah matematika China
dan berakhir tepat sebelum munculnya matematika Eropa abad pertengahan. Matematika India
dimulai sejak munculnya sebuah peradaban yang terletak di daerah aliran Sungai Indus.
Peradaban ini biasa disebut Peradaban Lembah Indus. Kota-kota yang mereka tempati kala itu
diatur secara geometris.

Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno
yang hidup sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan dan
India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappa Lembah Indus, karena
kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai
Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus
berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang
pernah mengalir.

Sekitar abad ke-15 SM bangsa India diusir oleh bangsa Arya yang datang dari Asia
Tengah. Selama kira-kira 1000 tahun bangsa Arya menyempurnakan tulisan Hindu dan bahasa
Sansekerta. Beberapa penulis agama juga menulis sejarah matematika karena dalam
pembangunan altar Budha direntangkan tali yang menunjukkan pengenalan tigaan Pythagoras.

Kemudian lahirlah matematika Vedanta yang berkembang di India sejak Zaman besi.
Sekitar abad ke-9 SM, seorang matematikawan bernama Shatapatha Brahmana mulai
menemukan pendekatan nilai π, dan kemudian antara abad ke-8 dan ke-5 SM, Sulba Sutras
memberikan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan rasional, bilangan prima,
aturan tiga dan akar kubik yaitu dengan menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari
seratus ribuan, memberikan metode konstruksi lingkaran dan perhitungan luasnya menggunakan
susunan persegi, menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat serta menggembangkan Tripel
Pythagoras secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema
Pythagoras.
Pada tahun 550 bangsa Hindu menemukan bilangan nol dan penulisan sistem letak untuk
bilangan. Angka India atau Argam Hindiyyah dimulai satu tempat kosong untuk angka nol, ini
terbukti telah dituliskan posisi itu pada Kitab Injil orang India. Para ahli matematika India telah
lama menemukan bilangan nol, tetapi belum ada simbolnya. Kemudian Aryabrata menyebut
bilangan nol dengan kata “kha”. Aryabrata telah memasukkan nol dalam sistem perhitungan
bukan sekedar tempat kosong. Konsep bilangan nol menggunakan satu tempat kosong di dalam
pengaturan bentuk tabel telah dikenal dan digunakan di India dari abad ke-6. Naskah tertua yang
diketahui menggunakan nol adalah karya Jain dari India yang berjudul Lokavibhaaga, berangka
tahun 458. Penggunaan simbol nol oleh orang India yang pasti adalah di Gwalior Tablet Stone
pada tahun 876. Dokumen tersebut tercetak pada lempengan tenbaga dengan simbol “o” kecil
tercetak di situ. Ensiklopedi Britanica mengatakan “Literatur Hindu membuktikan bahwa
bilangan nol mungkin telah dikenal di depan kelahiran Kristus, tetapi tidak ada catatan yang
ditemukan dengan simbol seperti itu di depan abad ke-9”. Ide-ide brilian dari matematikawan
India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada tahap-
tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India)
yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan
nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut sebagai Sistem Bilangan
Desimal.

A. SISTEM BILANGAN INDIA


Penomoran India berdasarkan basis 10. Ada beberapa macam angka di India yaitu angka
Brahmi, angka Gupta dan angka Nagari.

1. Angka Brahmi
Kebanyakan sistem angka kedudukan yang menggunakan 10 sebagai asas yang digunakan
di seluruh dunia adalah berasal dari India. Sistem angka India lazimnya dikenali di Barat sebagai
sistem angka Hindu-Arab atau angka Arab, karena ia diperkenalkan di Eropa melalui orang
Arab. Digit 1 hingga 9 dalam sistem angka Hindu-Arab berevolusi dari angka Brahmi. Angka
Brahmi ditemukan pada prasasti di gua dan kuil di daerah dekat Poona, Bombay dan Uttar
Pradesh, prasasti yang berbeda, berbeda pula bentuk simbolnya. Angka Brahmi sudah digunakan
lebih lama sampai abad 4M.
2. Angka Gupta
Periode Gupta adalah selama dinasti Gupta memerintah sampai ke Magadha di Timur laut
India pada awal abad 4 M sampai akhir abad 6 M. Angka Gupta dibangun dari angka Brahmi
dan tersebar luas oleh kerajaan Gupta. Angka Gupta lalu berkembang menjadi angka Nagari
kadang-kadang juga disebut angka Devahagari.

3. Angka Nagari
Angka Nagari sering disebut-sebut oleh Al-Biruni sebangai “kebanyakan bilangan” karena
banyak dikirim ke dalam dunia Arab. Angka Nagari sering disebut angka Devanagari. Angka
India menyebar ke bagian dunia antara abad 7 sampai 16 M dan sudah menyebar sampai di
Eropa diakhir abad 5 M.
Angka Hindu- Perkataan Sanskrit
Devanagari Arab untuk angka ordinal

० 0 śūnya (शून्य)

१ 1 éka (एक)

२ 2 dvi (द्वि)

३ 3 trí (त्रि)

४ 4 chatúr (चतुर )्
५ 5 pañch (पञ्च)

६ 6 ṣáṣ (षष ्)

७ 7 saptá (सप्त)

८ 8 aṣṭá (अष्ट)

९ 9 náva (नि

Berdasarkan angka-angka yang ditemukan di India kita dapat mengetahui perkembangan sistem
angka India yaitu dari angka Brahmi menuju angka Gupta kemudian kedalam angka Nagari dan
selanjutnya angka-angka India tersebut dikembangkan di bangsa Arab dan berkembang menjadi
angka modern yang kita gunakan sekarang ini.

4. Sejarah Nol
Sekitar 650 M penggunaan nol sebagai angka sudah masuk pada matematika India. Bangsa
India juga menggunakan sistem tempat nilai dan nol untuk menandakan tempat yang kosong.
Bahkan ada buktinya penyangga tempat yang kosong pada posisi angka dari awal 200M di India
tetapi beberapa sejarawan menyangkal hal tersebut karena dianggap tidak asli.

Sekitar tahun 500 M Aryabhata merancang sistem angka yang belum terdapat angka nol. Ia
menggunakan kata “kha” untuk posisi dan selanjutnya digunakan untuk menandakan tempat
yang kosong pada sistem penulisan. Cukup menarik ketika dokumen yang sama kadang-kadang
menggunakan titik untuk menandakan hal yang tidak diketahui yang biasanya kita menggunakan
x. Belakangan matematika India mensahkan nol pada posisi angka namun belum ada simbol
yang mewakilinya.

Brahmagupta mencoba memberikan aturan pada aritmatika dengan melibatkan angka nol
dan negative pada abad ke-7. Ia menjelaskan bahwa menentukan angka dan jika kamu
mensubtrasikannya sendiri maka kamu mendapat nol. Ia memberikan peraturan tambahan yang
berhubungan dengan nol. Sbb :
a) “The sum of zero and a negative number is negative, the sum of a positif number and
zero is positive, the sum of zero and zero is zero” Jumlah angka nol dan negatif adalah
negatif, jumlah angka nol dan positif adalah positif, jumlah nol dan nol adalah nol.
b) “A negative number subtracted from zero is positive, a positive number subtracted from
zero is negative, zero subtracted from a negative number is negative, zero subtracted
from positive number is positive, zero subtracted from zero is zero” Angka negatif
dikurangi dari nol adalah positif, angka positif dikurang dari nol adalah negatif, nol
dikurangi dari angka negatif adalah negatif, nol dikurangi dari nol adalah nol.
Sebenarnya Brahma gupta berkata sangat sedikit ketika ia mengemukakan bahwa n
dibagi nol adalah n/0. Ia salah ketika ia mengklaim bahwa nol dibagi nol adalah nol. Akan tetapi,
suatu percobaan yang jenius dari orang pertama yang kita tahu mencoba untuk mengembangkan
aritmatika pada angka negatif dan nol.

Pada 830 Mahavira menulis Ganita Sara Samgraha yang dibuat untuk memperbaharui
buku Brahmagupta. Ia menyatakan bahwa “a number multiplied by zero is zero, and a number
remain the same when zero is substracted from it”. Angka yang dikalikan nol hasilnya nol, dan
angka akan tetap sama apabila nol disubtraksikan dengan angka tersebut.

Bagaimanapun juga ia mencoba untuk memperbaiki pernyataan Brahmagupta tentang


pembagian nol yang terlihat banyak membuat kesalahan. Ia menulis “a number remains
unchanged when divided by zero” Angka akan tetap sama jika dibagi dengan nol.

Bhaskara menulis lebih dari 500 tahun setelah Brahmagupta. Ia menulis “A quantity
devided by zero becomes a fraction the denominator of which is zero. This fuction is termed an
infinite quantity. In this quantity consisting of that which has zero for its divisor, there is no
alteration, though many may be inserted or extracted; as no change take place in the infinite
and immutable God when worlds are created or destroyed, though numrous orders of beings are
absorbed or put fourth”. Banyaknya pembagian nol menjadi penyebut bilangan pecahan adalah
nol. Bilangan pecahan ini mempunyai batas yang tidak terbatas. Dalam jumlah ini terdiri dari nol
sebagai penyebut tidak ada perubahan, walaupun banyak yang dimasukkan atau dikeluarkan
tidak ada perubahan Tuhan yang tidak terbatas dan tidak dapat digantikan ketika dunia
diciptakan atau dihancurkan, walau banyak sekali pesanan yang diserap maupun dikeluarkan.
Maka Bhaskara mencoba untuk memecahkan masalah dengan menulis n/0 = ∞ di lihat
pertama kali mungkin kita terbujuk untuk percaya Bhaskara benar, tetapi tentu saja dia tidak
benar. Apabila benar bahwa waktu nol adalah harus sejajar dengan semua angka n, maka semua
angka adalah sejajar. Matematika India tidak menyimpulkan pada hal pembenaran bahwa sesuatu
tidak dapat dibagi dengan nol. Akan tetapi, Bhaskara juga mempunyai pernyataan yang benar
seperti 02 = 0 dan 0 = 0.

Bangsa Maya yang hidup di Amerika Tengah, yang sekarang dikenal Meksiko Selatan,
Guetemala, dan Utara Belize. Pada tahun 665 mereka menggunakan sistem angka nilai-tempat
dengan nilai dasar 20 dengan menggunakan simbol 0.

Suatu kerja yang jenius dari matematikawan India dikirimkan matematikawan Islamis
dan Arabis jauh ke barat. Inilah awal bagi Al’Khwarizmi yang menulis Al’Khwarizmi on the
Hindu Art of Reckoning. Yang menggambarkan sistem angka place-value dengan nilai dasar 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 0. Hasil inilah yang digunakan Irak dimana 0 dianggap awal dari sistem
penulisan.

B. TOKOH MATEMATIKA INDIA

a) Panini
Pāṇini (kira-kira abad ke-5 SM) yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta.
Notasi yang dia gunakan sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan aturan-
aturan meta, transformasi, dan rekursi.

b) Pingala
Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad pertama SM) di dalam risalahnya prosody
menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem bilangan biner. Pembahasannya tentang
kombinatorika meter bersesuaian dengan versi dasar dari teorema binomial. Karya Pingala juga
berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci (yang disebut mātrāmeru).

c) Surya Siddhanta
Surya Siddhanta (kira-kira 400) memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan
balikan sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan gerak sejati benda-benda langit,
yang bersesuaian dengan posisi mereka sebenarnya di langit. Daur waktu kosmologi dijelaskan
di dalam tulisan itu, yang merupakan salinan dari karya terdahulu, bersesuaian dengan rata-rata
tahun siderik 365,2563627 hari, yang hanya 1,4 detik lebih panjang daripada nilai modern
sebesar 365,25636305 hari. Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan bahasa Latin
pada Zaman Pertengahan.

Surya Siddhanta adalah salah satu buku astronomi terawal India, meskipun karya tersebut
dalam bentuk yang kita kenal sekarang berasal dari sekitar setelah tahun 400 M. Dalam
Siddhanta terdapat peraturan-peraturan yang menjelaskan pergerakan benda-benda angkasa yang
sesuai dengan letak asli mereka di langit. Tidak diketahui siapa penulis Siddhanta atau kapan
buku ini pertama kali disusun, namun umumnya versi-versi yang ditemukan berasal dari sekitar
abad ke-4. Matematikawan dan astronom India dari periode-periode selanjutnya, misalnya
Aryabhata merujuk kepada naskah ini, sementara terjemahan-terjemahan dalam bahasa Arab dan
Latin kelak menjadi berpengaruh di Timur Tengah dan Eropa.

d) Aryabhata
Aryabhata adalah matematikawan dan astronom India yang lahir pada tahun 475 M dan
meninggal pada tahun 550 M. Dia hidup di zaman yang sulit untuk mengembangkan
matematika. Bahkan, pada masa itu dia merupakan satu-satunya orang yang menemukan rumus-
rumus matematika sebelum lahirnya ahli-ahli matematika pada masa modern kini.

Pada tahun 499 M, saat usianya baru 23 tahun ia sudah berhasil membuat sebuah karya
besar. Karyanya itu adalah sebuah Kitab yang ia beri judul mirip dengan namanya yakni
Aryabhatiya. Kitab ini begitu populer karena didalamnya ia memperkenalkan fungsi versinus,
menghasilkan tabel trigonometri India pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik
algoritma aljabar, infinitesimal, dan persamaan diferensial, serta memperoleh solusi seluruh
bilangan untuk persamaan linear oleh sebuah metode yang setara dengan metode modern. Tak
hanya matematika, di dalam kitab ini ia juga menuliskan perhitungan astronomi yang akurat
berdasarkan sistem heliosentrisgravitasi. Saking populernya, kitab ini diterjemahkan kedalam
bahasa Arab pada abad ke-8 M, dan kemudian dalam bahasa Latin pada abad ke-13 M.

Penemuannya yang lain dalam matematika adalah penemuan rumus π (phi). Ia


memberikan nilai π yang bersesuaian dengan 62832/20000 = 3,1416. Ia juga membuat rumus
untuk menemukan luas segitiga, lingkaran, dll. Dalam rumus lingkaran, ia membuat peraturan
yang menyatakan komponen utama pemecahan keliling sebuah lingkaran ada pada diameternya.

e) Brahma Gupta
Ahli matematika besar Hindu berikutnya adalah Brahma Gupta, yang hidup dari tahun
598 sampai 660 M. Karyanya dikenal sebagai Brahma-Siddhanta dan ini terdiri dari dalil dan
peraturan (theorem and rules). Pada tahun 628 M Brahma Gupta menulis sebuah buku berjudul
Brahma Gupta Siddhanta sebagai perbaikan dari buku sebelumnya. Dalam buku barunya ini ia
menulis 2 bab tentang matematika, yaitu bab 12 dan 18 yang didalamnya terdapat teorema-
teorema yang sudah diakui sebagai teorema yang benar. Namun ada pendapat beberapa ahli yang
mengatakan bahwa teorema Brahma Gupta tidak benar. Disamping itu terdapat pula teorema-
teorema Brahma Gupta yang eksak yaitu dengan memanfaatkan rumus-rumus Archimedes Heron
untuk menentukan jari-jari lingkaran luar suatu segitiga.

f) Mādhavan
Mādhavan dari Sangamagrama lahir dengan nama Irinjaatappilly Madhavan
Namboodiri (1350 – 1425) adalah matematikawan dan astronom India dari kota Irinjalakkuda
(dekat Cochin, Kerala, India). Ia merupakan pendiri sekolah astronomi dan matematika Kerala.
Mādhava dianggap sebagai salah satu matematikawan-astronom terbesar pada abad pertengahan,
dan telah menyumbangkan kontribusi dalam deret takhingga, kalkulus, trigonometri, geometri
dan aljabar. Karya Madhava diduga dikirim ke Eropa melalui misionaris-misionaris Yesuit dan
pedagang yang aktif disekitar pelabuhan Kochi, sehingga memberikan pengaruh terhadap
perkembangan kalkulus di Eropa.

C. PENEMUAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN MATEMATIKA DI INDIA

1. The Sulba Sutra


Catatan tertua matematikawan India yang berisi lampiran teks-teks agama yang
memberikan aturan sederhana untuk membangun altar berbagai bentuk, seperti kotak, persegi
panjang, dan lain-lain. lampiran ini juga memberi metode untuk membuat lingkaran dengan
memberikan persegi yang luasnya sama. Serta berisi penjelasan verbal awal mengenai teorema
Pythagoras.
2. The Siddhanta Surya
Catatan yang memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan sinus invers, dan
meletakkan aturan untuk menentukan gerakan yang sebenarnya posisi benda-benda langit.

3. Naskah Bakhshali
Naskah Bakhsahali sebuah buku petunjuk tentang aturan-aturan dan contoh ilustrasi dan
pemecahannya. Terutama tentang Aritmatika dan Aljabar serta beberapa Geometri dan
pengukuran. Naskah tersebut memberikan banyak pernyataan aturan kemudian diikuti contoh
dan tanda matematika serta pembuktiannya. Hanya sebagian besar disimpan, maka kita tidak
dapat memastikan ukuran atau keseimbangan antara topik yang berbeda. Sebagian besar naskah
telah rusak dan hanya sekitar 70 daun pelepah pohon yang tersisa yang masih bertahan hingga
naskah ini ditemukan. Naskah tersebut diperkirakan disusun sekitar 400M.

4. Nilai π
Aryabhata bekerja pada pendekatan untuk π dan memungkinkan telah sampai pada
kesimpulan bahwa π adalah tidak rasional. Pada bagian kedua dari Aryabhata (ganitapada 10), ia
menulis dalam bahasa sansekerta, yang artinya :
“tambahkan 4 dan 100, kalikan dengan 8, dan kemudian menambahkan 62.000. dengan aturan
ini keliling lingkaran dengan diameter 20.000 dapat ditemui menjadi
∏ = = 3.1416

5. Geometri
Basis dan inspirasi dari keseluruhan matematika India adalah geometri. Bekas-bekas
peninggalan awal pengetahuan geometri dari peradaban Lembah Indus dapat ditemukan pada
penggalian kota Harappa dan Mohenjo-daro, dimana terdapat bukti berupa alat penggambar
lingkaran yang berasal dari 2500 SM. Ilmu geometri yang berasal dari India dapat diketahui
melalui sebuah catatan konstruksi geometri para pendeta Weda yang disebut Sulbasutra.
Sulbasutra adalah panduan untuk pembangunan altar-altar tersebut untuk pemujaan dan
menjelaskan sejarah geometri bangsa India. Altar-altar ini memiliki bentuk berbeda-beda tetapi
berdiri di wilayah yang sama. Sulbasutra berisi penjelasan verbal awal mengenai teorema
Pythagoras meskipun juga telah diketahui oleh bangsa Babilonia. Dalil-dalil Sutrasulba
berhubungan dengan pembagian gambar-gambar seperti garis lurus, persegi panjang, lingkaran
dan segitiga. Geometri Hindu terutama untuk keperluan praktek. Geometri yang pertama
mengenai pendirian altar agama Hindu. Pendirian altar itu terkait dengan teorema Pythagoras.

6. Trigonometri
Penelitian trigonometri oleh Aryabhata dalam kitab Ganitapada 6, Aryabhata
mengemukakan luas segitiga, yang artinya :
“untuk segitiga, hasil yang tegak lurus dengan sisi setengah merupakan daerah”

7. Penelitian Aljabar oleh Aryabhata


Didalam kitab Aryabhata, Aryabhata memberikan hasil elegan untuk penjumlahan dari
serangkaian bilangan kuadrat dan bilangan pangka 3 :
Rumus untuk penjumlahan kubus
13 + 23 +...+ n3 = ( 1+ 2 + ... + n)2
Jika x, y, dan r merupakan sisi segitiga dan memenuhi persamaan x2 +y2 =r2 maka segitiga
tersebut pastilah siku-siku, dan dikatakan x, y, dan r adalah tripel pythagoras.
Untuk mencari tripel pythagoras kita bisa menggunakan rumus-rumus berikut :
x=a2 – b2
y=2ab
r=x2 +y2
dengan ketentuan a>b
Kita bisa memakai rumus tersebut sebagai berikut:

A B A2 – B2 2ab A2 + B2

2 1 3 4 5

3 1 8 6 10

3 2 5 12 13

4 1 15 8 17
Daftar Pustaka

Amhar, Fahmi. (2011). Menjadi Matematikawan Mulia. [Online]. Tersedia:


http://famhar.multiply.com/journal/item/217?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fite
m [6 Maret 2014]

Anonim. (2001). A Mathematical Chronology. [Online]. Tersedia: http://www-groups.dcs.st-


and.ac.uk/~history/Chronology/full.html [6 Maret 2014]

Anonim. (2010). Famous Indian Mathematicians Biography . [Online]. Tersedia: http://cbse-


sample-papers.blogspot.com/2008/09/short-biographies-of- famous.html [6 Maret 2014]

Anonim. (2005). Origin of Mathematics in India. [Online]. Tersedia:


http://www.indiaheritage.org/science/math.htm [6 Maret 2014]

Gongol, William J. (2003). The Aryabhatiya: Foundations of Indian Mathematics . [Online].


Tersedia: http://www.gongol.com/research/math/aryabhatiya/ [6 Maret 2014]

School of Mathematics and Statistics University of St Andrews, Skotlandia. Aryabhata the


Elder. [Online]. Tersedia: http://www.learn-
math.info/indonesian/historyDetail.htm?id=Aryabhata_I [6 Maret 2014]

Shankara. (2009). The Aryabhatiya of Aryabhata – English [Online]. Tersedia:


http://hinduebooks.blogspot.com/2009/04/aryabhatiya-of-aryabhata-english.html [6 Maret
2014]

Anda mungkin juga menyukai