DEMAM DENGUE
Disusun Oleh:
dr. Sherly
KABUPATEN BANGKA
2019
1
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 LAPORAN KASUS ............................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 13
2.1 Definisi ........................................................................................ 13
2.2 Epidemiologi ............................................................................... 13
2.3 Etiologi ........................................................................................ 14
2.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis ............................................... 14
2.5 Patofisilogi dan Patogenesis ........................................................ 17
2.6 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang ....................................... 18
2.7 Penatalaksanaan ........................................................................... 19
2.8 Komplikasi dan Pencegahan ........................................................ 21
BAB 3 DISKUSI KASUS .............................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24
2
BAB 1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : DMM
Gender : Laki-laki
Umur : 9 tahun
MR : 00.42.57
Alamat : jl. Ahmad Yani perumahan SMK yapensa
Pekerjaan : siswa
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam tiba-tiba muncul dan tinggi, bersifat terus-menerus , demam turun dengan obat
penurun panas tetapi naik kembali. Suhu tubuh tertinggi saat demam dirumah 38,5ºC. Riwayat
berpergian ke daerah endemis malaria (-), menggigil (-), mual dan muntah (-). Riwayat
perdarahan spontan , seperti mimisan, gusi berdarah , bintik-bintik merah dikulit tidak
dijumpai. Os juga mengeluhkan adanya nyeri pada betis sebelah kanan sejak 2 hari yang lalu ,
nyeri dirasakan terutama saat betis ditekan dan saat berjalan. Nyeri retroorbita (+), nyeri sendi
(-). Riwayat terkena air banjir atau bermain di air yang tercemar (-). Os juga mengeluhkan
adanya batuk (+) sejak 2 hari yang lalu , dahak (-) , pilek (-). BAK dan BAB dalam batas
normal. BAB terakhir 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit dengan konsistensi normal.
Riwayat keluarga atau orang di sekitar menderita DBD tidak dijumpai.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata:
Sens : Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg
HR : 96x/m
3
RR : 20x/m
Temp : 37,8 ºC
BB : 23 kg
TB : 131 cm
BB/U : 85%
TB/U : 98%
BB/TB : 92%
Kesan : Gizi baik
Status Lokalisata:
a. Kepala: Tidak ditemukan kelainan
b. Mata: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (ø 3mm), refleks
cahaya (+/+)
c. Telinga: Tidak ditemukan kelainan
d. Hidung: Tidak ditemukan kelainan
e. Mulut: Tidak ditemukan kelainan
f. Leher: Tidak ditemukan kelainan
g. Thorax Depan:
Inspeksi : Bentuk : simetris
Pergerakan : tidak ada ketinggalan bernafas
Palpasi : Nyeri Tekan : (-)
Fremitus : Sf kanan = kiri
Iktus : tidak terlihat, teraba di ICS V 1cm medial LMCS
Perkusi : Paru : Sonor
Batas paru-hati R/A : R: ICS V LMCD, A: ICS VI LMCD
4
Peranjakan : 1cm
Jantung
Batas Atas Jantung : ICS III
Batas Kanan Jantung : ICS V, LPSD
Batas Kiri Jantung : ICS V, 1cm medial LMCS
Auskultasi : Paru
Suara Pernapasan : vesikuler
Suara Tambahan : Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
M1 > M2, T1 > T2, A2 >A1, P2 > P1 desah sistolis (-), desah diastolis (-)
HR : 96x/m, regular.
Thorax Belakang
Inspeksi : Simetris fusiformis, tidak ada ketinggalan bernapas
Palpasi : sf kanan = kiri,kesan normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernapasan : vesikuler
Suara tambahan : tidak ada
h. Abdomen:
Inspeksi : simetris, vena kolateral (-), caput medusae (-)
Palpasi : soepel
Hati : Pembesaran : tidak ada pembesaran
Permukaan : tidak teraba
Pinggir : tidak teraba
Nyeri Tekan : (-)
Limpa : Pembesaran : (-) Schuffner (-), Haecket (-)
Ginjal : Ballottement : (-)
Perkusi : Shifting dullnes (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
i. Ektremitas : Oedem (-), CRT < 2 detik , akral hangat.
j. Genitalia : Laki-laki , dalam batas normal.
DIAGNOSIS KERJA
Demam dengue dd/ Demam berdarah Dengue dd/ Demam Tifoid
5
RENCANA TINDAKAN
Cek lab (DR, Malaria , Widal)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium (26/11/2019)
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Darah Rutin
Hb 12,4 10.5 – 15.0 g/dL
Ht 36 35 – 45 %
Eritrosit 4.8 3.6 – 5.8 juta/mm3
Leukosit 2.200 5.000-14.000 /mm3
Trombosit 117.000 150.000-450.000
MCV 73 70 – 93 fl
MCH 26 22 – 34 pg
MCHC 35 26 – 34 %
Diff. Count
Segmen 40 25 -60 %
Lympho 54 25 – 50 %
Mono 6 1–6%
Malaria
Malaria Negatif Negatif
Widal
S. Typhi O Negatif Negatif
S. Paratypi OA Negatif Negatif
S. Paratypi OB Negatif Negatif
S. Paratypi OC 1/80 Negatif
S. Typhi H Negatif Negatif
S. Paratypi HA Negatif Negatif
S. Paratypi HB Negatif Negatif
S. Paratypi HC Negatif Negatif
DIAGNOSIS
Demam dengue
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 60cc/jam
Paracetamol 3 x 250 mg (IV)
Codein tab 3 x 5 mg
6
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
/Jam
26-11- 2019 Pasien masuk Sens = CM Obs.febris H-4 - Cek DR ulang
/ 20.50 ke ruangan TD = 107/82 ec susp demam (27/11/2019)
rawat inap. mmhg dengue dd - IVFD RL 60 cc
HR = 100x/i demam berdarah / jam
RR = 20x/i dengue - Paracetamol 3 x
T = 37,8 ºC 250 mg (IV)
- Codein tab 3 x 5
mg (p.o)
27-11- 2019 Batuk sudah Sens = CM Obs.febris H-5 - IVFD RL 60 cc
/ 06.00 bekurang , TD = 110/79 ec susp demam / jam
demam (-) mmhg dengue dd - Paracetamol 3 x
HR = 86x/i demam berdarah 250 mg (IV)
RR = 22x/i dengue - Codein tab 3 x 5
T = 36,7 ºC mg (p.o)
- Pondex syr 3 x
5 ml (p.o)
7
Tanggal S O A P
/Jam
27-11- 2019 Nyeri perut Sens = CM Obs.febris H-5 - Cek DR ulang /
/ 12.00 (+), BAB (-) VAS = 5 ec demam 12 jam
sudah 2 hari. TD = 112/80 dengue - Cek IgM, IgG
mmhg - Foto polos
HR = 80x/i BNO
RR = 20x/i - IVFD RL 100
T = 37,5 ºC cc/jam
Pemfis : (5cc/kgBB/jam)
abdomen : - Omeprazole 1x
soepel , BU(+) N 20 mg (p.o) a.c
. - Paracetamol 3 x
250 mg (IV)
- Codein tab 3 x 5
mg (p.o)
- Pondex syr 3x 5
ml (p.o)
- Fleet enema 1
8
IgG dan IgM
IgG Dengue (-) Negatif (-) Negatif
IgM Dengue (-) Negatif (-) Negatif
Tanggal S O A P
/Jam
28-11- 2019 BAB (-) sudah Sens = CM Obs.febris H-6 - Cek DR setiap
/ 08.00 3 hari, pilek TD = 100/75 ec demam pagi
(+). mmhg dengue - Menunggu
HR = 86x/i expertise foto
RR = 20x/i polos BNO
T = 37,3 ºC - IVFD RL 100
Pemfis : cc/jam
abdomen : (5cc/kgBB/jam)
soepel , BU(+) - Omeprazole 1x
N, nyeri perut 20 mg (p.o) a.c
(+) . - Paracetamol 3 x
250 mg (IV)
- Codein tab 3 x 5
mg (p.o)
- Pondex syr 3x 5
ml (p.o)
- Laxadyn syr 2x
cth II
- Trifed 2x1 tab
- Nebul NaCl
0.9% 5 cc
9
Leukosit 1.500 5.000-14.000 /mm3
Trombosit 100.000 150.000-450.000
MCV 74 70 – 93 fl
MCH 26 22 – 34 pg
MCHC 35 26 – 34 %
Diff. Count
Segmen 40 25 -60 %
Lympho 52 25 – 50 %
Mono 8 1–6%
Tanggal S O A P
/Jam
29-11- 2019 BAB (-) sudah Sens = CM Obs.febris H-7 - Cek DR setiap
/ 06.00 4 hari, batuk TD = 107/82 ec demam pagi
(+). mmhg dengue - IVFD RL 75
HR = 96x/i cc/jam
RR = 20x/i (3cc/kgBB/jam)
T = 36,8ºC - Omeprazole 1x
Pemfis : 20 mg (p.o) a.c
abdomen : - Paracetamol 3 x
soepel , BU(+) 250 mg (k/p)
N. - Codein tab 3 x 5
mg (p.o)
- Pondex syr 3x 5
ml (p.o) »
STOP
- Laxadyn syr 2x
cth II
- Trifed 2x1 tab
- Dulcolax supp
(pagi)
- PSSIDI 3x1 cth
10
Obat injeksi dan
cairan infus
dihentikan.
11
Tanggal S O A P
/Jam
30-11- 2019 Sudah tidak Sens = CM Obs.febris H-8 - Omeprazole 1x
/ 06.00 ada keluhan. TD = 110/80 ec demam 20 mg (p.o) a.c
mmhg dengue - Codein tab 3 x 5
HR = 100x/i mg (p.o)
RR = 22x/i - Laxadyn syr 2x
T = 36,8ºC cth II » STOP
- Trifed 2x1 tab
- PSSIDI 3x1 cth
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok.1
2.2 Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden
DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.2 Pada
tahun 2016, DBD berjangkit di 463 kabupaten/kota dengan angka kesakitan sebesar 78,13 per
100.000 penduduk, namun angka kematian dapat ditekan dibawah 1 %, yaitu 0,79 %.3
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A.
aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi
air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).2
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu
• Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dilingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke
tempat lain;
• Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan
terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin;
• Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk
13
2.3 Etiologi
Penyebab penyakit dengue adalah Arthrophod borne virus , family Flaviviridae, genus
flavivirus. Terdapat empat serotipe virus yang dikenal yakni DEN-1 , DEN-2 , DEN-3 dan
DEN-4. Keempat serotipe virus ini telah ditemukan diberbagai wilayah Indonesia. Hasil
penelitian di Indonesia menujukkan bahwa dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat
dan merupakan serotipe yang paling luas penyebarannya disusul oleh dengue-2 , dengue-1, dan
dengue-4. Terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotipe tersebut diatas, akan
menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang bersangkutan.
Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae) betina.
Ae aegepyti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti
Ae.albopticus, Ae.polynesiensis, Ae.scutelaris dan Ae.niveus juga dianggap sebagai vektor
sekunder. Nyamuk jantan akan bertahan hidup dengan menghisap cairan tumbuhan atau sari
bunga, sedangkan nyamuk betina lebih suka menghisap darah manusia daripada hewan
(bersifat antropofilik). Aktivitas menggigit nyamuk Aedes aegypti biasanya mulai pagi hari
dan petang hari , dengan 2 puncak aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Nyamuk
aedes biasanya akan menghisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan
darah, sehingga sangat efektif sebagai penular penyakit. Jangkauan terbang nyamuk Aedes
betina rata-rata 40 meter dan nyamuk aedes aegypti dapat hidup dan berkembang biak sampai
ketinggian daerah ± 1.000 m dpl.3
15
- Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti petekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena,
maupun berupa uji tourniquet positif.
- Trombositopenia (Trombosit ≤ 100.000/mm3)
- Adanya kebocoran plasma (plasma leakage) akibat dari peningkatan
permeabilitas vaskular yang ditandai salah satu atau lebih tanda berikut :
o Peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi ≥ 20% dari nilai baseline
atau peurunan sebesar itu pada fase konvalesens.
o Efusi pleura, asites atau hipoproteinemia/hypoalbuminemia.
- Syok : tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya syok pada penderita Demam Berdarah Dengue dapat dilihat pada
Boks A.
- Demam berdarah dengue dengan syok (Sindrom syok dengue ) :
o Memenuhi kriteria demam berdarah dengue
o Ditemukan adanya tanda dan gejala syok hipovolemik baik yang
terkompensasi maupun yang dekompensasi.
16
2.5 Patofisiologi dan Patogenesis
Virus Dengue yang masuk ke dalam tubuh akan beredar dalam sirkulasi darah danakan
ditangkap oleh makrofag (AntigenPresenting Cell). Viremia akan terjadi sejak 2 hari sebelum
timbul gejala hingga setelah lima hari terjadinya demam. Antigen yang menempel pada
makrofag akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lainnya untuk menangkap
lebih banyak virus. Sedangkan sel T-Helper akan mengaktifasi sel T-Sitotoksik yang akan
melisis makrofag. Telah dikenali tiga jenis antibodi yaitu antibody netralisasi, antibodi
hemagglutinasi, antibody fiksasi komplemen.6
Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya mediator-mediator yang merangsang
terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, nyeri otot, dan gejala lainnya. Juga bisa
terjadi aggregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia ringan.6
Demam tinggi (hiperthermia) merupakan manifestasi klinik yang utama pada penderita
infeksi virus Dengue sebagai respon fisiologis terhadap mediator yang muncul. Sel penjamu
yang muncul dan beredar dalam sirkulasi merangsang terjadinya panas. Faktor panas yang
dimunculkan adalah jenis-jenis sitokin yang memicu panas seperti TNF -α, IL-1, IL-6, dan
sebaliknya sitokon yang meredam panas adalah TGF-β, dan IL-10.6
Respon innate immune terhadap infeksi virus Dengue meliputi dua komponen yang
berperan penting di periode sebelum gejala infeksi yaitu antibodi IgM dan platelet. Antibodi
alami IgM dibuat oleh CD5 + B sel, bersifat tidak spesifik dan memiliki struktur molekul
mutimerix. Molekul hexamer IgM berjumlah lebih sedikit dibandingkan molekul pentameric
IgM namun hexamer IgM lebih efisien dalam mengaktivasi komplemen.Antigen Dengue dapat
dideteksi di lebih dari 50% “Complex Circulating Imun”. Kompleks imun IgM tersebut selalu
ditemukan di dalam dinding darah dibawah kulit atau di bercak merah kulit penderita dengue.
Oleh karenanya dalam penentuan virus dengue level IgM merupakan hal yang spesifik.6
Infeksi virus Dengue mengakibatkan muncul respon imun humoral dan seluler, antara
lain anti netralisasi, anti hemaglutinin, anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya
adalah IgM pada infeksi primer. Hari kelima demam dapat ditemukan antibody IgM dalam
darah. meningkat pada minggu pertama hingga minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90
hari. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat pada hari ke-14 demam sedangkan pada
infeksi sekunder kadar IgG meningkat pada hari kedua. Karenanya diagnosis infeksi primer
ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari kelima sakit, sedangkan pada infeksi
sekunder diagnosis dapat ditegakkan lebih dini.6
Pada infeksi primer antibodi netralisasi mengenali protein E dan monoclonal antibodi
17
terhadap NS1, Pre M dan NS3 dari virus dengue sehingga terjadi aktifitas netralisasi atau
aktifasi komplemen sehingga sel yang terinfeksi virus menjadi lisis. Proses ini melenyapkan
banyak virus dan penderita sembuh dengan memiliki kekebalan terhadap serotipe virus yang
sama.6
Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes menyerang organ RES seperti sel
kupfer di sinusoid hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfatik, sumsum tulang serta paru-
paru. Dalam peredaran darah virus akan difagosit oleh monosit. Setelah genom virus masuk ke
dalam sel maka dengan bantuan organel-organel sel genom virus akan memulai membentuk
komponen-komponen strukturalnya.setelah berkembang biak di dalam sitoplasma sel maka
virus akan dilepaskan dari sel.6
Diagnosis pasti dengan uji serologis pada infeksi virus dengue sulit dilakukan karena
semua flavivirus memiliki epitope pada selubung protein yang menghasilkan “cross reaction”
atau reaksi silang. Infeksi oleh satu serotipe virus DEN menimbulkan imunitas protektif
terhadap serotipe tersebut, tetapi tidak ada “cross protektif” terhadap serotipe virus yang lain.6
Perubahan patofisiologis dalam DBD dan DSS dapat dijelaskan oleh 2 teori yaitu
hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) dan hipotesis antibody
dependent enhancement (ADE).
Teori infeksi sekunder menjelaskan bahwa apabila seseorang mendapatkan infeksi
primer dengan satu jenis virus, maka akan terdapat kekebalan terhadap infeksi virus jenis
tersebut untuk jangka waktu yang lama. Pada infeksi primer virus Dengue antibodi yang
terbentuk dapat menetralisir virus yang sama (homolog). Namun jika orang tersebut mendapat
infeksi sekunder dengan jenis virus yang lain, maka virus tersebut tidak dapat dinetralisasi dan
terjadi infeksi berat. Hal ini disebabkan terbentuknya kompleks yang infeksius antara antibodi
heterolog yang telah dihasilkan dengan virus Dengue yang berbeda.6
Pada teori kedua (ADE), terdapat 3 hal yang berkontribusi terhadap terjadinya DBD
dan DSS yaitu antibodies enhance infection, T-cells enhance infection, serta limfosit T dan
monosit. Teori ini menyatakan bahwa jika terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus
tertentu, maka antibodi tersebut dapat mencegah penyakit, tetapi sebaliknya apabila antibodi
yang terdapat dalam tubuh tidak dapat menetralisir penyakit, maka justru dapat menimbulkan
penyakit yang berat.6
2.7 Penatalaksanaan
Tatalaksana Demam Dengue
Sebagian besar anak dapat dirawat dirumah dengan memberikan nasihat perawatan
pada orang tua anak. Berikan anak banyak minum dengan air hangat atau oralit untuk
mengganti cairan yang hilang akibat demam dan muntah. Berikan parasetamol untuk demam.
Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang perdarahan.
Anak harus dibawa ke rumah sakit apabila demam tinggi , kejang, tidak bisa minum, muntah
terus-menerus.9
19
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
- Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
- Berikan parasetamol bila demam.
- Berikan infus sesuai denga dehidrasi sedang :
o Berikan hanya larutan isotonic seperti Ringer Laktat/Asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
▪ Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
▪ Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
▪ Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
o Apaila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
membutuhkan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan.
- Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tatalaksana syok
terkompensasi (compensated syok).9
20
2.8 Komplikasi & Pencegahan
Komplikasi dari infeksi demam dengue dapat berupa syok hipovolemik, ensefalopati
dengue, sesak dan gagal nafas akibat overload cairan (edema paru, asites), bahkan sampai
kematian. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk memberantas
sarang nyamuk berupa kegiatan 3M Plus yang meliputi :
• Menguras dan menyikat tempat penampungan air (TPA)
• Menutup TPA
• Memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi TPA
atau membuangnya ke tempat pembuangan sampah tertutup
PLUS :
• Menaburkan bubuk larvasida
• Memelihara ikan pemakan jentik
• Menanam pohon pengusir nyamuk (sereh, zodiac, lavender, geranium, dll)
• Memakai obat anti nyamuk (semprot, bakar maupun oles)
• Menggunakan kelambu, pasang kawat kasa, dan lain-lain
• Menggunakan cara lain disesuaikan dengan kearifan lokal.
21
BAB 3
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
22
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang Hasil pemeriksaan pasien :
- Berdasarkan manifestasi klinis yang ada
Hb = 12,4 gr/dl
- Leukopenia (Leukosit ≤ 5.000 / mm3)
Ht = 36 %
- Trombositopenia (Trombosit < 150.000 /
Leukosit = 2.200 /mm3
3
mm )
Trombosit = 117.000/mm3
- Peningkatan hematokrit 5-10 %
- Tidak ada tanda kebocoran plasma.
Penatalaksanaan Tatalaksana pada pasien :
- Berikan anak banyak minum dengan air
IVFD RL 60cc/jam
hangat oralit atau jus buah untuk
Paracetamol 3 x 250 mg (IV)
mengganti cairan tubuh yang hilang
Codein tab 3 x 5 mg
akibat demam atau muntah.
- Berikan parasetamol untuk demam
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Candra, A. Demam Berdarah Dengue 2010: Epidemiologi, Patogenesis dan Faktor Risko
Penularan. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012.
2. Hadinegoro, Sri Rezeki S. "The revised WHO dengue case classification: does the system
need to be modified? ." Paediatrics and international child health32.sup1 (2012): 33-38.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta. 2017.
4. Hadinegoro SR, Moedjito I, Chairulfatah A. Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi
Virus Dengue pada Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014.
5. World Health Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of
Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. India. 2011.
6. Frans E H. Patogenesis Infeksi Virus Dengue. 2014
7. Heydari M, Metanat M, Rouzbeh-Far MA, Tabatabaei SM, Rakhshani M, Sepehri-Rad N,
Keshtkar-Jahromi M. Dengue fever as an emerging infection in southeast Iran. The
American journal of tropical medicine and hygiene. 2018 May 9;98(5):1469-71.
8. Simmons CP, Farrar JJ, van Vinh Chau N, Wills B. Dengue. New England Journal of
Medicine. 2012 Apr 12;366(15):1423-32.
9. World Health Organization. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Pedoman bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di Kabupaten/Kota. Jakarta : WHO Indonesia.
2009.
10. Irmayanti D, Yuniarti F, Dewi R, Ismawati I, Rusmartini T. Hubungan Pengetahuan dan
Tindakan Keluarga dalam Pencegahan Penyakit dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya : 2019.
24