Anda di halaman 1dari 20

POLA PENYEMBUHAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS

GUNUNG PATI, KOTA SEMARANG PERIODE JULI-


DESEMBER TAHUN 2019

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Diajukan oleh :

Herlina Andriani

165010061

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2019
I. JUDUL

Pola Penyembuhan Pasien Hipertensi di Puskesmas Gunung Pati, Kota Semarang

Periode Juli-Desember Tahun 2019

II. INTISARI

Hipertensi merupakan penyakit heterogen (degenerative) yang disebabkan

karena pembuluh darah mengalami penyempitan yang dapat menghambat peredaran

aliran darah. Penyakit Hipertensi masih menempati proporsi terbesar Jawa Tengah dari

seluruh PTM (Penyakit Tidak Menular) yang dilaporkan, yaitu sebesar 64,83%. Tujuan

penelitian untuk mengetahui efektivitas pengobatan hipertensi. Penelitian yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian non eksperimental deskriptif

retrospektif. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Gunung Pati Kota Semarang pada

bulan Juli- Desember 2019. Data berupa deskripsi pasien dan data terapi obat. Data-

data penelitian dianalisis mengikuti rancangan deskriptif non-analitik kemudian diolah

dengan program microsoft exel dan disajikan dalam bentuk presentase, nilai rata-rata

dan tabel.

Kata kunci: Hipertensi, penyembuhan

III. LATAR BELAKANG MASALAH

Kebanyakan orang dahulu penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) belum

menjadi masalah yang serius, kemungkinan kesadaran untuk melakukan pemeriksaan

dan keinginan untuk mengetahui tekaanan darahnya masih sangat kurang untuk

dilakukan. Kemungkinan lain yang dapat memicu tekanan darah naik yaitu karena pola
hidup, pola makan, aktivitas fisik yang dapat menimbulkan stress emosional, banyak

ditemukan dalam era modern ini. Di era sekarang banyak orang yang berkunjung ke

dokter atau apotek hanya untuk mengecek tekanan darahnya bukan karena mereka sakit

melainkan upaya untuk peningkatan (promotif) atau pencegah (preventif) (Anies,

2017).

Tekanan darah menggambarkan kerja jantung, dimana tekanan darah

dipengaruhi oleh tahanan perifer. Jika tahanan perifer meningkat maka kerja jantung

akan ekstra keras untuk mengatasi agar darah terus mengalir, tekanan tertinggi saat

ejeksi diteruskan ke arteri sebagai tekanan sitolik. Sebaliknya tekanan terendah sesaat

sebelum pemompaan disebut tekanan diastolik pada arteri. Tekanan darah tinggi

disebabkan cardiac output (curah jantung) meningkat dan tahanan pembuluh darah

perifer juga meningkat (Judha, Erwanto, & Retnaningsih, 2012).

Hipertensi salah satu penyakit kardiovaskuler yang sangat dikenal oleh kalangan

manapun. Hipertensi juga salah satu penyebab utama gangguan jantung dapat

diperkirakan 4.5% dari beban penyakit secara menyeluruh dan prevalensinya hampir

sama besar dinegara berkembang maupun negara maju. Selain menyebabkan gagal

jantung, hipertensi juga berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit

serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab atas tingginya biaya pengobatan

untuk mengunjungi ke dokter, perawatan rumah sakit dan atau pemakaian obat-obatan

jangka panjang (Muchid, 2007).


Menurut laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan penyebab

kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya

mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013 menunjukkan prevalensi

hipertensi secara nasional mencapai 25,8%. Penderita hipertensi di Indonesia

diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang hipertensi terkendali. Hipertensi

terkendali adalah mereka yang menderita hipertensi dan mereka tahu sedang berobat

untuk itu. Sebaliknya sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita

hipertensi, sehingga mereka cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat.

Penyakit Hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari seluruh PTM

(Penyakit Tidak Menular) yang dilaporkan, yaitu sebesar 64,83%, sedangkan urutan

kedua terbanyak adalah Diabetes Mellitus sebesar 19,22%. Dua penyakit tersebut

menjadi prioritas utama pengendalian PTM di Jawa Tengah. Jika Hipertensi dan

Diabetes Melitus tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan PTM lanjutan

seperti Jantung, Stroke, Gagal Ginjal, dan sebagainya. Jumlah penduduk berisiko (> 18

th) yang dilakukan pengukuran tekanan darah pada tahun 2017 tercatat sebanyak

8.888.585 atau 36,53 %. Dari hasil pengukuran tekanan darah, sebanyak 1.153.371

orang atau 12,98% dinyatakan hipertensi/tekanan darah tinggi. Berdasarkan jenis

kelamin, persentase hipertensi pada kelompok perempuan sebesar 13,10%, lebih

rendah dibanding pada kelompok laki-laki yaitu 13,16%. (Profil Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 2017)


Berdasarkan data yang didapatkan di Puskesmas Gunung Pati Semarang dalam

kurun waktu April-Mei, pasien hipertensi sebanyak 471 orang periode April dan

sebanyak 257 orang periode Mei (Rekam Medik Diruang Poli Gigi Puskesmas Gunung

Pati Kota Semarang Tahun 2019).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menyusun Skripsi dan

melakukan penelitian yang berjudul “Pola Penyembuhan Pasien Hipertensi di

Puskesmas Gunung Pati, Kota Semarang Periode Juli-Desember Tahun 2019“.

IV. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

a. Bagaimana pola penyembuhan hipertensi pada pasien di Puskesmas Gunung Pati

yang meliputi jenis obat, golongan obat, variasi jumlah obat hipertensi, tepat

indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis?

V. PENTINGNYA SKRIPSI DIUSULKAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada peneliti lain

mengenai penggunaan obat-obat hipertensi sebagai pengobatan hipertensi yang dapat

digunakan sebagai acuan pengobatan hipertensi.

VI. TUJUAN PENELITIAN


A. Untuk mengetahui pola penyembuhan hipertensi pasien di Puskesmas Gunung

Pati yang meliputi jenis obat, golongan obat, variasi jumlah obat hipertensi, tepat

indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis.

VII. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

Tekanan darah yang meningkat perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara

berulang-ulang untuk memastikan dan mengetahui penyebab dari hipertensi itu sendiri

(Katzung, 1997). Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri

dalam milimeter merkuri. Biasanya dikenal dengan tekanan darah sistolik dan tekanan

darah diastolik. Tekanan darah sistolik diperoleh selama kontraksi jantung dan tekanan

darah diastolik diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi (Muchid, 2007).

Hipertensi atau yang lebih dikenal tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi

dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang

mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian

(mortalitas) (Dalimartha, 2008).

Hipertensi merupakan penyakit heterogen (degeneratif) yang disebabkan karena

pembuluh darah mengalami penyempitan yang dapat menghambat peredaran aliran

darah. Penyempitan ini mengakibatkan beban jantung bertambah dan kerja jantung

ekstra keras dalam melakukan pemompaan jantung. Hal ini berdampak pada

peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2015).


Hipertensi dapat diartikan dengan meningkatnya tekanan darah arteri yang

persisten. Tekanan darah diastolic lebih dari 90mmHg dan tekanan darah sistolik lebih

dari 140mmHg (Sukandar, et al., 2013).

B. Jenis Hipertensi

Berdasarkan jenis penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua:

a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer atau hipertensi essensial merupakan jenis hipertensi yang

tidak diketahui penyebabnya. Jenis hipertensi ini lebih dari 90% merupakan

hipertensi essensial dari semua kasus hipertensi.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi primer merupakan jenis hipertensi kausa tertentu. Jenis hipertensi

ini kurang dari 10% (Bustan, 2015).

Berdasarkan gangguan tekanan darah :

a. Hipertensi sistolik

b. Hipertensi diastolic (Bustan, 2015).

Berdasarkan beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah:

a. Hipertensi ringan

b. Hipertensi sedang

c. Hipertensi berat (Bustan, 2015).


Berbagai macam batasan tingginya tekanan darah untuk dapat disebut hipertensi.

Batasan baku yang digunkaan WHO adalah : Hipertensi jika tekanan darah sistolik

(TDS) > 160mmHg atau tekanan darah diastolik (TDD) > 95 mmHg (Bustan, 2015).

Klasifikasi tekanan darah berdasarkan WHO adalah:

a. Hipertensi ringan: TDD 90-110mmHg

b. Hipertensi sedang: TDD 110-130mmHg

c. Hipertensi berat: > 130mmHg (Bustan, 2015).

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah menurut risiko.

Status Risiko Tekanan Darah

Normal Sistolik < 120mmHg

Diastolik < 80mmHg

Berisiko/ prahipertensi Sistolik 120-139mmHg

Diastolik 80-89mmHg

Hipertensi Sistolik ≥ 140mmHg

Diastolik ≥ 90mmHg

(Bustan, 2015)

C. Upaya Pencegahan

Faktor keturunan memegang peran penting terjadinya hipertensi, namun cara dan

pola hidup juga sangat mempengaruhi untuk menjauhi hipertensi. Pola hidup yang baik
juga dapat meningkatkan efektivitas obat-obat hipertensi dan mengurangi penyakit

jantung dan pembuluh .Berikut upaya pencegahan yang dapat dilakukan:

a. Kontrol teratur

Mengingat hipertensi sering kali tidak memberikan gejala dan hebatnya

risiko untuk jangka panjang (bila tidak ditangani), maka perlu sekali untuk

mengenali penyakit “tersembunyi” ini sedini mungkin. Maka dari itu

dianjurkan untuk melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala.,

misal setiap 1 atau 2 tahun sekali, terutama bagi merekan yang usianya diatas

45tahun atau mereka yang memiliki riwayat hipertensi. Dari data klinis

ternyata bahwa terapi penurunan tekanan darah dapat mengurangi terjadinya

stroke dengan 35-40%: infark jantung dengan 20-25%; gagal jantung dengan

>50%.

b. Melakukan diet berat badan

Kelebihan berat badan (kegemukan) dapat menyebabkan meningkatkan

volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. Jika bobot ekstra dihilangkan,

tekanan darah dapat turun kurang lebih 0,5-0,7 mmHg setiap kg penurunan

berat badan. (Dianjurkan BMI antara 18,5-24,9kg/m2).

c. Diet garam

Mengurangi garam merupakan tindakan yang paling umum dilakukan dapat

diperkirakan sebagai berikut: Jika kadar natrium rendah difiltrat glomeruli,

maka lebih banyak air yang akan keluar untuk menormalisasi kadar garam

dalam darah. Banyak air yang keluar dapat mengakibatkan tekanan darah
turun. Pengurangan setiap gram garam sehari berefek penurunan tensi

1mmHg. Konsumsi garam sehari harus dibatasi < 6gram, untuk mencapai

penurunan tekanan darah yang nyata. Tetapi hal ini sangat sulit

terealisasikan.

d. Membatasi Kolesterol

Memperbanyak konsumsi serat-serat nabati, serat nabati dalam makanan

juga dapat membantu menurunkan tekanan darah. Orang-orang yang sering

mengkonsumsi buah-buahan (yang memiliki banyak serat) dan sayuran

memiliki tekanan darah lebih terkontrol dibandingkan orang biasa.

e. Berhenti merokok

Nikotin yang terkandung dalam tembakau dapat memperkuat kerja jantung

dan memperkecil ukuran arteri sehingga sirkulasi darah berkurang dan

tekanan darah meningkat. Karbomonoksida (CO) yang terkandung dalam

asap rokok akan mengikat hemoglobin lebih cepat dan lebih kuat

dibandingkan oksigen (O2), hingga penyerapan oksigen diparu-paru sangat

kurang. Selain itu, asap yang bersifat karsinogen dan dalam jangka panjang

dapat merusak dinding pembuluh dengan efek atherosclerosis. Karena itu

pasien hipertensi menunjukkan risiko kematian yang meningkat akibat

infark jantung.

f. Membatasi minum kopi

Kofein dalam kopi dapat menciutkan pembuluh darah secara akut dapat

meningkatkan TD dengan terjandinya gangguan ritme (sementara). Kopi


tubruk dapat meningkatkan kadar kolesterol darah akibat kandungan lemak

jenuhnya. Kopi ekstrak/ larut tanpa lemak tidak memperlihatkan efek

buruknya. Minum lebih dari 5 cangkir sehari meningkatkan risiko infrak

sampai 70%, terutama pada wanita dengan angina pectoris atau hipertensi.

Dalam jangka panjang terlalu banyak minum kopi juga mengakibatkan

meningkatkan kadar LDL.

g. Membatasi minum alkohol

Alkohol mempunyai banyak khasiat antara lain; vasodilatasi, peningkatan

HDL-kolesterol, fibrinolitis dan mengurangi kecondongan-beku darah.

Tetapi minum lebih dari 40gram sehari dalam jangka waktu lama dapat

meningkatkan tensi diastolis sampai 0,5mm/10gram alkohol.

h. Cukup istirahat dan tidur

Selama periode istirahat dan tidur cukup judapat menurunkan TD. Juga

mengurangi stress berlebih dan latihan relaksasi mental sangat berguna

untuk menurunkan TD.

i. Gerak badan

Walaupun TD meningkat saat mengeluarkan tenaga akut, namun olahraga

teratur dapat menurunkan TD, karena saraf parasimpatik relatif lebih aktif

daripada sistem simpatik dengan kerja vasokonstriksinya. Jalan setiap hari

setidaknya 30menit cukup untuk memberikan hasil (Tjay & Rahardja, 2017).

D. Penggolongan Obat
a. Diuretika

Diuretika didalam ginjal dapat menurunkan volume darah dan juga tekanan

darah dengan cara meningkatkan pengeluaran garam dan air. Disamping itu

diperkirakan berpengaruh langsung terhadap dinding pembuluh, yaitu

menurunnya konsentrasi Natrium membuat dinding lebih kebal terhadap

nor-adrenalin, hingga daya tahannya berkurang (Tjay & Rahardja, 2017).

b. Penghambat ACE

ACE membantu memproduksi angiotensin II (berperan penting dalam

regulasi tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan

dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda tetapi prinsipnya merupakan

sel endothelial. Kemudian, tempat utama produksi angiotensin II adalah

pembuluh darah bukan ginjal. Inhibitor ACE mencegah perubahan

angiotensin I menjadi angiotensin II (vasokonstriktor potensial dan stimulus

sekresi aldosteron). Inhibitor ACE ini juga mencegah degradasi bradikinin

dan menstimulasi sintesis senyawa vasodilator lainnya termasuk

prostaglandin E2 dan prostasiklin. Pada kenyataannya, inhibitor ACE

menurunkan tekanan darah pada penderita dengan aktivitas renin plasma

normal, bradykinin, dan produksi jaringan ACE yang penting dalam

hipertensi (Sukandar, et al., 2013).

c. Penghambat Reseptor Angiotensi II (ARB)

Angiotensi II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk ACE)

dan jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti Chymases.
Inhibitor ACE hanya menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan

langsung reseptor angiotensin tipe I (AT1), reseptor yang memperantai efek

angiotensin II (vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik,

pelepasan hormon antidiuretic, dan konstriksi arteriol eferan glomerulus)

(Sukandar, et al., 2013).

d. Bloker

Mekanisme hipotensi β bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan

menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik

jantung dan inhibisi pelepasan renin dari ginjal (Sukandar, et al., 2013).

e. Penghambat Saluran Kalsium (CCB)

CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat

saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan (voltage sensitive) sehingga

mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler kedalam sel. Relaksasi otot

polos vascular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi

tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridin dapat menyebabkan

aktivasi reflex simpatetik dan semua golongan ini (kecuali amilodipin)

memberikan efek inotropik negatif (Sukandar, et al., 2013).

VIII. LANDASAN TEORI


Berdasarkan data diatas, rata-rata penggunaan obat hipertensi menunjukkan

jumlah yang hampir sama dari tiap jenis obat yang paling banyak digunakan

adalah amlodipine diikuti dengan furosemide (Hapsari & Agusta, 2017)


Data tersebut menunjukkan bahwa golongan obat hipertensi terbanyak adalah golongan

penghambat kanal kalsium yaitu Amlodipin, Nifedipin, Diltiazem, diikuti oleh

golongan Penghambat reseptor angiotensin yaitu losartan, irbesartan, telmisartan,

valsartan, dan kandesartan (Hapsari & Agusta, 2017).

Pasien menjadi subyek penelitian merupakan pasien hipertensi dengan penyakit

penyerta seperti diabetes mellitus , gangguan ginjal, dan berdasarkan JNC VII pada

pasien hipertensi dengan penyakit penyerta pilihan terapi anti hipertensi adalah

golongan penghambat kananl kalsium, penghambat reseptor angiotensin, penghambat

ACE, Beta-bloker dan diuretic (Hapsari & Agusta, 2017).


IX. HIPOTESIS

Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat diperoleh hipotesis yaitu :

A. Pasien diharapkan sembuh jika diberikan obat hipertensi (amlodipine dan

furosemide) dan golongan obat (penghambat kanal kalsium) yang sesuai.

B. Pasien diharapkan sembuh jika diberikan terapi secara tepat obat dan tepat dosis.

C. Tepat dosis dan tepat obat diharapkan memberikan terapi yang maksimal.

X. RENCANA PENELITIAN

A. Definisi operasional penelitian ini adalah:

a. Periode adalah total lamanya data penelitian yaitu periode bulan Juli 2019 –

Desember 2019

b. Jenis obat adalah pembagian dari obat yang diresepkan terdiri dari obat

generik dan non-generik

c. Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan

keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.

B. Rancangan penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian non eksperimental

metode deskriptif dan pengambilan data retrospektif.

a. Variabel bebas : penggunaan obat hipertensi.

b. Variabel tergantung : evaluasi ketepatan jenis obat, golongan obat,

variasi jumlah obat, dosis obat yang diberikan

c. Variabel terkendali : jenis hipertensi, umur pasien, jenis kelamin


C. Populasi, sampel dan teknik sampling

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua data rekam medik pasien

hipertensi di Puskesmas Gunung Pati Kota Semarang pada bulan Juli-Desember Tahun

2019.

Sampel penelitian harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : (a) data rekam medik pasien hipertensi di

Puskesmas Gunung Pati Kota Semarang pada bulan Juli-Desember Tahun 2019. (b)

data rekam medis yang memiliki kelengkapan data yang meliputi : biodata pasien

(nama, usia, jenis kelamin), data obat (nama obat, bentuk sediaan). Sedangkan kriteria

eksklusi penelitian ini adalah rekam medis pasien lengkap tapi tidak bisa dibaca oleh

peneliti.

D. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Gunung Pati Kota Semarang pada bulan

Februari- Maret 2020.

E. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif yaitu meneliti kebelakang dengan

menggunakan data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah data yang mengandung

obat hipertensi dari data rekam medis pasien penderita hipertensi di Puskesmas Gunung

Pati Kota Semarang. Dilakukan seleksi berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, jenis

obat, golongan obat dan bentuk sediaan.

F. Jalannya penelitian
Langkah pengambilan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data rekam medis

pasien adalah:

a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim

Semarang untuk dapat melakukan penelitian di Puskesmas Gunung Pati

Kota Semarang

b. Menghubungi Direktur bidang pendidikan dan penelitian Puskesmas

Gunung Pati Kota Semarang untuk mendapatkan izin melakukan penelitian,

dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas.

c. Melakukan penelitian di bagian rekam medis Puskesmas Gunung Pati

Semarang dengan mengambil data periode bulan Juli 2019 – Desember

2019.

d. Mencatat data yang dibutuhkan dari data rekam medis, serta menuliskan

penggunaan obat yang didiagnosa menderita hipertensi dari Instalasi

Farmasi.

G. Analisis data

Hasil penelitian terdiri dari data deskripsi dan data terapi obat. Data deskripsi pasien

digunakan untuk mencari persentase jenis kelamin, usia. Sedangkan data terapi obat

digunakan untuk memperoleh gambaran pola penggunaan obat pada pasien dengan

diagnosa utama hipertensi meliputi jenis, golongan dan bentuk sediaan obat. Data-data

penelitian tersebut dianalisis mengikuti rancangan deskriptif non-analitik kemudian


diolah dengan program microsoft exel dan disajikan dalam bentuk presentase, nilai

rata-rata, histogram dan tabel.

XI. FASILITAS YANG DIPERLUKAN

Penelitian ini dilakukan di puskesmas sebagai berikut:

A. Puskesmas Gunung Pati Kota Semarang

XII. JADWAL WAKTU PENELITIAN

Tahapan Waktu Pelaksanaan

Pembuatan Proposal Juni 2019 s/d November 2019

Ujian Proposal Desember 2019

Persiapan Penelitian Januari 2020

Pelaksanaan Penelitian Februari 2020 s/d Maret 2020

Pengolahan Data April 2020 s/d Mei 2020

Penyusunan Laporan Februari 2020 s/d Mei 2020

XIII. DAFTAR PUSTAKA

Anies. (2017). Bunga Rampai Fenomena Unik Tentang Penyakit. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Bustan, M. N. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Dalimartha, S. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.

Hapsari, W. S., & Agusta, H. F. (2017). Pola Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien
Hipertensi Rawat Jalan BPJS di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo. Jurnal Farmasi
Sains dan Praktis, Vol III, No. 2.
Judha, M., Erwanto, R., & Retnaningsih, L. N. (2012). Anatomi dan Fisiologi: Rangkuman
Sederhana Belajar Anatomi Fisiologi. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Katzung, B. G. (1997). Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi IV. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Muchid, A. (2007). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. P., & Kusnandar. (2013). Iso
Farmakoterapi Buku I. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.

Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2017). Obat-Obat Penting: Kasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai