Anda di halaman 1dari 6

Ni Nyoman Intan Sawitri Saraswati

XI A 5 / 31

A. Sejarah HIV AIDS


Pada awal mulanya kasus HIV dan AIDS ditemukan di rumah sakit–rumah sakit di
negara Afrika Sub Sahara pada akhir tahun 1970-an. Ketika tahun 1979 di Amerika
Serikat ditemukan seorang gay muda dengan Pneumocystis Carinii dan dua orang gay
muda dengan Sarcoma Kaposi. Beberapa tahun kemudian CDC Amerika serikat yang
mengamati kasus HIV dan AIDS melihat peningkatan kasus infeksi yang tidak lazim
berupa Infeksi Oportunistik yang merusak sistem kekebalan tubuh. Semula para dokter
tidak mengetahuii penyebab rusaknya kekebalan tadi. Infeksi oportunistik ini hanya
dilaporkan terjadi pada orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak oleh kanker
atau oleh obat-obat penekan sistem kekebalan tubuh, misalnya: mereka yang menjalani
pencangkokan organ tubuh. Kondisi ini kemudian di sebut dengan AIDS. Sementara itu
HIV ditemukan oleh DR. Luc Montagnier dkk dari institut Pasteur Perancis. Mereka
berhasil mengisolasi virus penyebab AIDS. Kemudian pada Juli 1994, DR Robert Gallo
dari lembaga kanker Nasional menyatakan bahwa dia menemukan virus baru dari
penderita AIDS yang diberi nama HTLV – III. Virus itu terus berkembang dengan nama
HIV. Di Indonesia, HIV pertama kali dilaporkan di Bali pada bulan April 1987, terjadi
pada orang berkebangsaan Belanda. Secara signifikan kasus HIV/AIDS terus meningkat.

B. Bahaya HIV AIDS

DALAM BIDANG KESEHATAN

Berikut adalah bahaya HIV AIDS bagi tubuh, anak – anak, remaja dan ibu hamil :

1. Munculnya penyakit Tuberkolosis (TBC)

Infeksi ini paling umum dan banyak ditemukan pada penderita HIV. Dimana bakteri
tuberkolosis yang menyebabkan infeksi ini, dapat membuat penderitanya mengalami
demam tak berkesudahan, batuk berdarah, tubuh menjadi lemah dan seakan tidak
punya tenaga untuk beraktifitas meski hanya aktifitas ringan seperti bergeser posisi
duduk.

2. Terserang penyakit tipes

Penyakit tipes merupakan penyakit umum yang sering menyerang. Dimana gejala
yang ditimbulkan seperti sakit perut, diare yang tak berkesudahan, demam tinggi,
batuk, mual dan muntah tanpa henti. Namun, bila infeksi bakteri salmonella ini
sampai menyerang penderita HIV, kondisinya akan semakin memburuk dan perlu
penanganan dokter lebih lanjut.

3. Terkena penyakit infeksi herpes

Bagi penderita HIV terserang infeksi herpes bisa menjadi masalah yang sangat serius.
Bagaimana tidak, infeksi herpes yang menyerang kulit, alat kelamin, mata, paru –
paru, jantung dan bagian saluran pencernaan akan sulit diobati. Sebab hingga saat ini
hanya ada obat meredakan sakit infeksi herpes ini saja, kalau untuk
menyembuhkannya dari penderita HIV, belum ada obatnya.

4. Terkena radang kulit

Karena menurunnya daya tahan tubuh, penderita HIV mudah sekali terserang radang
kulit yang disebabkan oleh virus candida. Dimana infeksi ini menyerang seluruh
bagian kulit, lidah, tenggorokan, alat kelamin, juga dapat menyerang bagian dalam
tubuh.
5. Terancam akan bahaya radang selaput otak (meningitis)

Bahaya selanjutnya yang mengancam penderita HIV yakni peradangan selaput dan
cairan pada sum sum tulang belakang dan otak. Kondisi ini dapat menyebabkan
penderitanya mengalami pusing dan sakit kepala akut yang tak berkesudahan. Bahkan
karena penyakit ini, banyak penderita HIV yang nyawanya tidak tertolong.

6. Resiko terkena kanker

Karena banyaknya bakteri dan virus yang berkembang di dalam tubuh dan organ
dalam tubuh penderita HIV, sangat umum terjadi bagi penderita HIV untuk terserang
sarcoma Kaposi. Yakni penyakit kanker yang menyerang pembuluh darah. Ditandai
dengan warna kulit tiba – tiba berubah menjadi merah, merah muda atau keunguan
dan juga menyerang paru – paru dan saluran pencernaan.

7. Terserang penyakit syaraf (neurologis)

Semakin berkembang dan meluasnya infeksi bakteri dan virus pada tubuh penderita
HIV, mengakibatkan sistem syaraf pada tubuh makin melemah. Ditandai dengan
kondisi yang tiba – tiba cemas tidak berkesudahan, lupa ingatan, kesulitan dalam
berjalan, gangguan mental hingga demensia.

8. Mudah terkena gagal ginjal

Penyakit umum selanjutnya yang sering menyerang penderita HIV yakni infeksi
bakteri dan peradangan pada ginjal yang ditandai dengan gangguan sistem kemih.

9. Mengalami pertumbuhan tubuh yang buruk

Bagi bayi dan anak – anak penderita HIV, setiap bulannya tidak ada perkembangan
grafik pertumbuhan yang signifikan. Ditandai dengan jelas sekali, berat badan tidak
bertambah dan tubuh tampak kurus sekali.

10. Perkembangan tumbuhnya melambat

Bayi dan anak – anak penderita HIV, perkembangan tumbuhnya tidak sewajar dan
senormal bayi dan anak – anak pada umumnya. Dimana gejala yang mudah dikenali
adalah tidak bertambahnya berat badan dan tinggi pada bayi dan anak – anak
penderita HIV.

11. Sering mengalami kejang

Bayi dan anak – anak penderita HIV, akan sangat sering mengalami kejang tanpa
sebab yang disertai demam tinggi, lantaran daya tahan tubuhnya lemah. Jika sudah
terjadi seperti ini, pertolongan pertama dokter ahli sangat dibutuhkan supaya kejang
tidak berlanjut dan tidak berakibat fatal.

12. Infeksi pada telinga

Bagi bayi dan anak – anak penderita HIV, mudah terinfeksi bagian tubuhnya adalah
hal yang wajar terjadi. Meski infeksi pada bagian telinga yang ditandai dengan
gangguan pendengaran akut belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya, namun
kondisi infeksi pada telinga ini bisa diminimalisir dengan pemberian obat.

13. Mengalami diare yang tak berkesudahan

Bukan karena salah asupan makan atau karena cuaca ekstrim yang menyebabkan
diare tak kunjung berhenti. Namun karena daya tahan tubuh yang kian hari makin
melemah, menyebabkan infeksi virus dan bakteri sudah mulai menjalari saluran
pencernaan. Dengan perhatian khusus dalam menjaga asupan makan, adalah solusi
terbaik yang disarankan oleh dokter gizi bagi bayi dan anak – anak penyandang HIV.
14. Mudah terkena sariawan

Penyebaran jamur candida pada mulut yang menjadi penyebab utama sariawan, dapat
dicegah dan diminimalisir efek jangka panjangnya dengan memperhatikan asupan
makan dan kebersihan rongga mulut. Bayi dan anak – anak penderita HIV yang
sering dan mudah mengalami sariawan, ada baiknya Anda ajak periksa ke dokter
untuk pemberian obat demi penanganan lebih lanjut.

15. Sering mengalami demam

Kondisi bayi dan anak – anak penderita HIV yang sering mengalami demam ini tidak
bisa diabaikan begitu saja. Harus ada pendampingan khusus dan perhatian ekstra
untuk meminimalisir rasa sakit yang dideritanya dengan pemberian obat yang teratur.

16. Terjadi infeksi pada paru – paru

Karena kondisi daya tahan tubuhnya yang melemah, bayi dan anak – anak penderita
HIV sangat rentan dan sensitif sekali akan kondisi lingkungan yang tidak steril.
Seperti gangguan polusi udara ataupun benda berjamur yang bersentuhan langsung
dengan kulit. Terlihat sepele sepertinya, namun berakibat fatal bagi penderita HIV.
Dimana jamur yang tak kasat mata tersebut akan menyebabkan infeksi dan
mengganggu saluran pernapasan, dengan kondisi susah bernapas, napas yang
terengah – engah dan terdengar berat, yang kemudian akan berimbas pada infeksi
paru – paru. Bila sudah merasakan gejala seperti ini, pertolongan dokter untuk
pengobatan lebih lanjut sangat diperlukan sekali.

17. Penularan perinatal

Dimana sang ibu yang terkena virus HIV ketika mengandung janin, tidak serta merta
sang janin akan terkena virus HIV. Mengingat, plasenta pada bayi melindungi
bercampurnya darah sang ibu kepada janin. Namun ketika sang ibu menyusui
bayinya, 30 % kemungkinan tertular virus HIV sangat tinggi. Apalagi waktu
berlangsungnya menyusui di atas 18 bulan. Jadi sangat dianjurkan kepada ibu hamil
yang sudah positif terkena virus HIV untuk tidak menyusui bayinya supaya bayi
selamat dari virus HIV tersebut.

18. Bahaya pada janin

Ibu hamil yang sudah positif terkena virus HIV, resiko untuk melahirkan bayi
premature sangat tinggi. Mengingat kondisi fisik ibu yang semakin melemah diikuti
dengan menurunnya daya tahan tubuh.

19. Resiko persalinan

Ibu hamil dengan kondisi positif mengidap virus HIV, selama proses persalinannya
akan berdampak besar kepada orang sekitar yang membantu bersalin seperti dokter,
bidan ataupun suster. Dimana penggunaan alat bantu melahirkan yang terkena darah
ibu hamil penderita HIV akan menjadi penyebab awal penularan virus HIV kepada
dokter, bidan atau suster bila kondisi kulit mereka terbuka karena luka. Juga dapat
menjadi penyebab penularan kepada ibu hamil lainnya, karena penggunaan alat bantu
melahirkan yang sama.

20. Tumor
Bahaya AIDS selanjutnya adalah tumor, Tumor merupakan pertumbuhan sel-sel
dalam tubuh yang abnormal atau tidak normal. Pengidap AIDS akan merasakan
berbagai gejala saat terkena tumor diantaranya adalah merasa sangat lelah,
demamdisertai menggigil, tidak nafsu makan, penurunan berat badan tanpa adanya
sebab serta berkeringat pada malam hari. Hal yang dapat dilakukan untuk mengobati
tumorini antara lain operasi pengangkatan , kemoterapi, radioterapi, dan terapi
biologis.
Tidak hanya dilihat dari segi kesehatan ,segi sosial ekonomi juga akan mendapatkan
dampak dari seseorang yang terkena penyakit AIDS ini . Karena mereka yang
mengidap penyakit AIDS akan mempunyai tekanan untuk pengobatannya ditengah-
tengah sosial ekonomi yang semakin tidak stabil ,dampak tersebut antara lain yaitu :

1. Pekerjaan Hilang
Salah satu dampak yang sangat merugikan bagi penderita AIDS dalam segi sosial
ekonomi adalah kehilangan pekerjaan. Karena di masyarakat cenderung menge-judge
seseorang yang mengidap AIDS , masyarakat beranggapan bahwa pengidap AIDS
harus di jauhi karena takut tertular. Selain itu di beberapa lowongan pekerjaan
terdapat tes kesehatan yang mengakibatkan pengidap AIDS tidak di terima. Selain itu
, pengidap AIDS yang bekerja sebelumnya banyak yang memilih lebih baik keluar
dari pekerjaannya dari pada melanjutkannya.

2. Sulit melakukan aktivitas


Hal yang mungkin sulit dilakukan pengidap AIDS yaitu melakukan aktivitas sehari-
hari. Adanya berbagai penyakit yang mengenai mengenai pengidap AIDS tersebut lah
yang membuat tubuhnya semakin melemah yang membuatnya mengalami berdaya
saat melakukan aktivitas. Pengidap AIDS memerlukan beberapa supervisi atau
bantuan saat melakukan aktivitas tertentu.

3. Tidak di terima di lingkungan


Anggapan negatif terhadap penyakit AIDS yang membuat mereka tidak diterima
dilingkungan masyarakat ,banyaknya masyarakat yang pengetahuannya kurang
menyebabkan pengidap AIDS di jauhi. Walaupun sikap masyarakat tersebut tidak
benar tapi masih banyak hambatan bagi penderita AIDS untuk kembali ke lingkungan
awalnya.

4. Cenderung Menarik Diri


Seseorang yang di diagnosis terkena AIDS akan mengalami berbagai masalah
dilingkungan sosialnya , mereka merasa dirinya tidak berguna ,malu dan akhirnya
mereka memilih untuk menarik diri dari lingkungannya , karena tidak adanya
dukungan dari masyarakat. Hal tersebut justru akan memperparah keadaannya.

Salah satu bahaya AIDS yang sangat dikhawatirkan yaitu dari psikologisnya , karena
seseorang yang mengidap AIDS akan mengalami berbagai tekanan batin yang akan
berdampak pada psikologisnya sendiri antara lain :

1. Depresi
Adanya cibiran negatif dari orang lain membuat pengidap AIDS merasa dirinya
terasingkan ,tidak ada yang peduli sehingga mereka sulit mendapatkan solusi dari
keluh kesah terhadap kondisinya yang akan membuat mereka depresi. Hal ini justru
akan membuat pengidap keadaan pengidap AIDS semakin buruk.

2. Ingin Bunuh Diri


Banyak pegidap AIDS memilih jalan akhir dengan cara bunuh diri , karena tak
sanggup menghadapi penyakitnya tersebut. Akibat dari tidak adanya dukungan
masyarakat ,keluarga dan rasa sakit yang dialaminya pun yang membuat mereka ingin
mengakhiri hidupnya saja.

3. Gila
Kebanyakan orang yang terkena penyakit AIDS berujung pada kegilaan atau
skizofrnia, karena mereka tak sanggup mengatasi masalahnya terutama masalah
tekanan batin.

4. Kematian
Bahaya dari penyakit AIDS yang sangat menakutkan dan paling fatal adalah
kematian. Hal ini terjadi karena tubuh pengidap penyakit AIDS sudah tidak mampu
untuk menangkal semua penyakit penyakit lain yang silih berganti menyerang tubuh.
C. Cara Penularan HIV AIDS
HIV AIDS hidup di semua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular melalui cairan
tubuh tertentu, yaitu :

 Darah
 Air Mani (Cairan, bukan Sel Sperma)
 Cairan Vagina
 Air Susu Ibu (ASI)

Kegiatan yang dapat menularkan HIV AIDS adalah :

 Hubungan seks tanpa kondom


 Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
 Peralatan dokter yang tidak steril, contohnya: peralatan dokter gigi
 Mendapatkan transfusi darah yang mengandung HIV
 Ibu HIV-positif ke bayinya: waktu dalam kandungan, ketika melahirkan atau
melalui ASI.

HIV AIDS tidak menular melalui :

 Bersentuhan
 Berciuman, bersalaman dan berpelukan.
 Peralatan makan dan minum
 Kamar mandi
 Kolam renang
 Gigitan nyamuk
 Tinggal serumah bersama orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
 Duduk bersama dalam satu ruangan tertutup

D. Cara Pencegahan HIV AIDS

1). Membiasakan Diri dengan Perilaku Seks yang Sehat

Sebagian besar penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual. Oleh karena itu,
membiasakan diri dengan perilaku seks yang sehat dapat menjauhkan diri dari penularan
HIV. Misalnya, dengan tidak berhubungan seks di luar nikah, tidak berganti-ganti
pasangan, dan menggunakan pengaman (terutama pada kelompok perilaku beresiko
tinggi) sewaktu melakukan aktivitas seksual.

2). Menggunakan Jarum Suntik dan Alat-alat Medis yang Steril

Para tenaga medis hendaknya memperhatikan alat-alat kesehatan yang mereka gunakan.
Jarum suntik yang digunakan harus terjamin sterilitasnya dan sebaiknya hanya sekali
pakai. Jadi, setiap kali menyuntik pasien, seorang tenaga medis harus memakai jarum
suntik yang haru. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penularan HIV melalui jarum
suntik. Selain itu, penggunaan sarung tangan lateks setiap kontak dengan cairan tubuh
juga dapat memperkecil peluang penularan HIV.

3). Menjauhi Segala Bentuk Penggunaan Narkoba

Para pangguna narkoba sangat rentan tertular HIV, terutama pengguna narkoba suntik.
Fakta menunjukkan bahwa penyebaran HIV di kalangan pengguna narkoba suntik tiga
sampai lima kali lebih cepat dibanding perilaku resiko lainnya.

4). Tidak Terima Transfusi Darah dari Orang yang Mengidap HIV

Pemeriksaan medis yang ketat pada setiap transfusi darah dapat mencegah penularan
HIV. Sebelum transfusi darah berlangsung, para ahli kesehatan sebaiknya melakukan tes
HIV untuk memastikan bahwa darah yang akan didonorkan bebas dari HIV.
5). Menganjurkan Wanita Pengidap HIV untuk Tidak Hamil
Meskipun hamil adalah hak setiap wanita, namun bagi wanita pengidap HIV dianjurkan
untuk tidak hamil. Sebab, wanita hamil pengidap HIV dapat menularkan virus kepada
janin yang dikandungnya. Jika ingin hamil, sebaiknya mereka selalu berkonsultasi
dengan dokter.

Anda mungkin juga menyukai