Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh merupakan satu kesatuan dari sel yng selalu bekerja setiap
saat. Dalam proses tersebut, dihasilkan zat-zat yang sisa yang harus
dikeluarkan oleh tubuh itu sendiri. Pengeluaraan ini harus dilakukan karena
zat tersebut bersifat racun bagi tubuh. Proses pengeluaran itu biasanya
disebut juga dengan proses eliminasi.
Proses eliminasi tersebut juga terdiri dari dua bagian yaitu eliminasi
alvi dan urin. Urine dihasilkan oleh system perkemihan yang melibatkan
organ terpenting urinary yaitu ginjal. Untuk itu karena ginjal itu organ
terpenting dalam system perkemihan, maka sudah sepantasnya kita menjaga
ginjal kita agar tidak terjadi berbgai penyakit yang disebabkan oleh adanya
gangguan dari fungsi ginjal.
Mengingat pentingnya fungsi dari ginjal tersebut maka dalam
kesempatan kali ini penulis maupun kelompok ingin memaparkan mengenai
proses dari system perkemihan yang mana melibatkan berbagai macam
organ yang berkaitan dalam system perkemihan.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem urinaria atau sistem perkemihan
2. Mengetahui susunan sistem perkemihan
3. Mengetahui tahap pembentukan urin
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem perkemihan
Sistem perkemihan adalah suatu system dimana terjadi proses penyaringan
darah. Sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh dan larut dalam air dan
dilarutkan berupa urine .
 Sistem perkemihan mempunyai 4 fungsi :
1. Membuang sisa metabolisme
2. Untuk salah satu ion yang mempengaruhi konsentrasi dalam
keseimbangan asam basa
3. Untuk keseimbangan nilai ph
4. Untuk keseimbangan cairan di dalam tubuh
5. Membentuk Urine
 Organ system perkemihan
1. Ginjal
2. Ureter
3. Vesika Urinaria
4. Uretra
B. Fungsi organ system perkemihan adalah sebagai berikut :
1. Ginjal
Adalah sepasang organ berbentuk kacang dengan panjang 4 sampai 5 inci
yang terletak di belakang rongga abdomen ( diantara rongga perut dan otot
punggung ), satu di satu masing-masing sisi kolomna vertebralis, sedikit di atas
garis pinggang. Setiap ginjal mendapat satu arteri renalis dan satu vena renalis, yang
masing-masing masuk dan keluar ginjal di indentasi ginjal yang menyebabkan
organ ini berbentuk seperti ginjal.
Ginjal bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya untuk menghasilkan urine,
mengonservasi bahan-bahan yang akan dipertahankan dalam tubuh dan
mengeluarkan bahan-bahan yang tidak diinginkan dalam tubuh melalui urine.
Setelah terbentuk, urine mengalir kepada suatu rongga pengumpul sentral, pelvis
ginjal yang terletak di bagian dalam medial tiap-tiap ginjal.
 Bagian-bagian ginjal :
1. Renal pelvis
Merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan
medulla dengan ureter . Renal pelvis memiliki percabangan yaitu
Kaliks mayor dan kaliks minor . Masing-maing ginjal memiliki
sekitar 2 -3 kaliks mayor dan 8-18 kaliks minor .
2. Medulla renalis
Merupakam bagian tengah ginjal , terdiri dari 8-18 piramida
. bagian apeks dari piramida adalah papilla , piramida terdiri dari
Tubulus dan Duktus kolektipus dari Nefron . Tubulus dalam
piramida berperan dalam Reabsorpsi zat-zat yang terfiltrasi . Urine
berjalan dari medulla ke kaliks minor , kaliks mayor dan renal pelvis
. Dari renal pelvis urine ke ureter dan masuk ke kandung kandung
kemih
3. Cortex renalis
Paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area
juxtamedullari mempunyai kapiler-kapiler menembus medulla
melalui pyramid membentuk renal kolum . Kolum terdiri dari
tubulus ginjal yang mengalirkan urine ke kaliks minor
 Bagian ginjal dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Nefron
Adalah merupakan suatu unit fungsional yang dimana
disetiap ginjal memiliki 1 juta nefron.Setiap nefron terdiri dari
kapsul bowman yang mengitari rumabi kapiler glomerulus, tubulus
kontrotus, lengkung henle, dan tubukulus kontrotus distal.
Bagian-bagian Nefron dibagi menjadi :
a. Glomerulus
Bagian ini yang mengandung anyaman kapiler yang
terletak di dalam kapsul bowman dan menerima darah dari
arteriola aferen dan meneruskan darah ke system vena
melalui arteriol aferen.Glomerulus berdiameter 200mm, di
bentuk oleh invagiansi suatu anyaman kapiler yang
menempati kapsula bowman dimana cairan di filtrasikan.
b. Tubulus
Filtrasi glomerulus yang memasuki tubulus nefron
mengalir melalui tubulus proksimal
Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan
berakhir sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (pars
desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun oleh selapis sel
kuboid dengan batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel bulat,
bundar, biru dan biasanya terletak agak berjauhan satu sama
lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan).
Permukaan sel yang menghadap ke lumen mempunyai paras
sikat (brush border). Tubulus ini terletak di korteks ginjal.
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi
filtrat glomerulus 80-85 persen dengan cara reabsorpsi via
transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino dan
protein seperti bikarbonat, akan diresorpsi.
c. Lengkung Henle
Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis
selanjutnya ke segmen tebal, panjangnya 12 mm, total
panjangnya ansa henle 2-14 mm. Klorida secara aktif diserap
kembali pada cabang asendens gelung Henle dan natrium
bergerak secara pasif untuk mempertahankan kenetralan
listrik.Sekitar 25% natrium yang difiltrasi diserap kambali
karena darah nefron termeable terhadap air. Reabsorbswwwi
klorida dan natrium di pars esendens penting untuk
pemekatan urine karena membantu mempertahankan
integritas gradiens konsentrasi medulla. Kalium terfiltrasi
20-25% diabsorpsi pada pars esendens lengkung Henle.
Proses pasif terjadi karena gradient elektrokimia yang timbul
sebagai akibat dari reabsorpsi aktif klorida pada segmen
nefron ini.
d. Tubulus distalis
Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang
berkelok-kelok dan letak jauh dari kapsula Bowman,
panjangnya 5 mm. Tubulus distal dari masing-masing nefron
bermuara ke duktus koligentis yang panjangnya 20 mm.
Masing-masing duktus koligens berjalan melalui korteks dan
medulla ginjal bersatu membentuk suatu duktus yang
berjalan lurus dan bermuara pada duktus belini, seterusnya
menuju kaliks minor, ke kaliks mayor, dan akhirnya
mengosongkan isinya ke dalam pelvis renalis pada apeks
masing-masing pyramid medulla ginjal. Panjang nefron
keseluruhan di tambah dengan duktus koligentis adalah 45-
46 mm. Nefron yang berasal dari glomerulus korteks
mempunyai Ansa Henle yang memanjang ke dalam pyramid
medulla.
e. Duktus koligentes

Saluran yang secara metabolic tidak aktif.Pengaturan


secara halus dari ekskresi natrium urine terjadi disini dengan
aldosteron yang paling berperan terhadap reabsorbsi
natrium.Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi dan
menyekresi kalium.Ekskresi aktif kalium dilakukan pada
duktus koligen kortikal dan dikendalikan oleh
aldosteron.Reabsorbsiaktif kalium murni terjadi dalam
duktus kolige medulla. Sepanjang perjalanan ini zat di
reabsorbsi dan di sekresi secara selektif oleh epitel tubulus,
dan cairan yang dihasilkan memasuki pelvis ginjal sebagai
urine.Reabsorbsi memegang peranan lebih penting daripada
sekresi pembentukan urin. Tetapi sekresi sangat penting
dalam menentukan ion kalium, hydrogen dan beberapa zat
lain di dalam urine.
2. Ureter
Ureter memiliki panjang sekitar 20-30 cm. Ureter berfungsi
mentransfort urine dari ginjal ke kandung kemih terdiri dari 3 lapis yaitu :
- Epitel mukosa pada bagian dalam
- Otot polos pada bagian tengah
- Jaringan ikat pada bagian luar
Ureter adalah suatu saluran berdinding otot polos yang keluar
dibatas medial dekat dengan arteri dan vena renalis.Terdapat dua ureter,
setiap ureter mengangkut urine dari masing-masing ginjal ke sebuah
kandung kemih. Ureter memiliki 2 saluran masing-masing menyambung
dari ginjal ke kandung kemih. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan
peristaltic setiap 5 menit sekali untuk mendorong air kemih masuk kedalam
kantung kemih.
3. Vesika urinaria (kandung kemih)
Kandung kemih, terletak dibelakang os.pubis di dalam rongga
pelvis, pada orang dewasa kapasitas maksimum vesika urinaria sekitar
500ml .bentuk dan batas-batasnya sangat berfariasi sesuai dengan jumlah
urine yang dikandungnya. Vesika urinaria menampung urine secara
temporer.Secara periode, urine dikosongkan dari kandung kemih keluar dari
melalui saluran lain, uretra, akibat kontraksi kandung kemih.
Kandung kemih berfungsi menampung urine untuk sementara waktu.
Terdapat segitiga bayangan yang terdiri dari 3 lubang, yaitu 2 lubang ureter
dan 1 lubang uretra pada dasar kandung kemih yang disebut dengan
trigonum/ trigon. Lapisan dinding kandung kencing (dari dalam ke luar) :
lapisan mukosa, sub mukosa, otot polos dan lapisan fibrosa. Lapisan otot
disebut dengan otot detrusor. Otot longitudinal pada bagian dalam dan luar
dan lapisan sirkular pada bagian tengah. Ukuran kandung kencing berbeda-
beda. Pada usia dewasa kandung kencing mampu menampung sekitar 300-
500 ml urine. Pada keadaan tertentu kandung kencing dapat menampung 2x
lipat lebih jumlah keadaan normal.Persyarafan utama kandung kemih
adalah nervous pelvikus yang berhubungan dengan medula spinalis melalui
pleksus sakralis terutama berhubungan dengan medula spinalis segmen S2
dan S3. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung
kemih. Syaraf motorik yang menjalar dalam nervous pelvikus adalah serat
parasimpatis. Selain nervous pelvikus terdapat 2 tipe persyarafan lain yang
penting untuk kandung kemih yatu serat otot lurik yang berjalan melalui
nervous pundendal menuju sfringter eksternus. Ini adalah serat syaraf
somatik yang mempersyarafi dan mengontrol otot lurik pada springter.
Kandung kemih juga menerima syaraf simpatis dari rangkaian simpatis
melalui nervous lipogastrikus terutama berhubungan dengan segmen L2
medula spinalis. Serat simpatis ini merangsang pembuluh darah dan sedikit
mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat syaraf sensorik
juga berjalan melalui syaraf simpatis dan penting dalam menimbulkan
sensasi rasa penuh dan rasa nyeri
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih dan fungsinya menyalurkan urine keluar .
pada wanita berunkuran pendek dan lurus, berjalan langsung dari leher
kandung kemih ke luar. Pada pria uretra jauh lebih panjang dan berjalan
melengkung dari kandung kemih ke luar, melalui kelenjar prostat dan
penis.Uretra pria mempunyai fungsi ganda, yaitu menjadi saluran untuk
mengeluarkan urine dari kandung kemih dan saluran untuk semen dari
organ-organ reproduksi.
C. Proses pembentukan Urine
Dalam pembentukan urine Di dalam nefron melalui 3 proses yaitu filtrasi
glomerulus , reabsorbsi tubulus dan sekresi tubulus
1. Filtrasi Glomerulus
Proses filtrasi terjadi di kapiler globerulus pada kapsul bownman
dan Merupakan proses yg pasif tdk selektif, dimana cairan & zat-zat
terlarutnya terdorong melalui membran semi permeabel melalui tekanan
hidrostatik. Sejumlah volume cairan yg terfiltrasi dari darah ke dalam kapsul
bowman dalam setiap menitnya . selain penyaringan glomerulus jugan
melakukan penyerapan sel-sel darah dan protein plasma . hasilpenyaringan
ini kemudian akan menghasilkan urine primer yang serupa dengan darah
tapi tidak mengandung protein
2. Reabsorpsi Tubulus
Pada saat proses filtrasi mengalir melalui tubulus bahan-bahan yang
bermanfaat bagi tubuhdi kembalikan ke plasma kapiler peritubulus.
Perpindahan yang selektif dari bagian dalam tubulus kedalam darah disebut
reabsorpsi tubulus.Bahan-bahan yang di reabsorpsi tidak keluar melalui
urine tapi dibawa oleh kapiler ke system vena dan jantung untuk di
resirkulasi.Sementara bahan-bahan yang tidak dapat dibutuhkan harus
dikeluarkan tetap berada di urine.
3. Sekresi Tubulus
Proses ke 3 ini adalah pemibadahan selektif bahan-bahan dari
kapiler peritubulus kedalam lumen tubulus. Sekresi tubulus merupakan
mekanisme untuk mengeluarkan dari plasma secara cepat untuk
mengekstraksi sejumlah bahan dari plasma yang tidak terfiltrasi di kapiler
dan memmindahkannya kebahan yang sudah ada di tubulus sebagai hasil
filtrasi.
Ginjal menghasilkan vitamin yaiu:
1. Renin
2. Eritropoetin
3. 1,25 dihidroksikolekalsiterol
Komposisi normal urine yaitu:
% Zat terlarut
90 AIR
5 Natrium
Kalium
Fosfat
Sulfat
Kreatinin
Asam urat
Kalsium
Magnesium
Bikarbonat
Asam urat
Ammonia
Nitrogen
Glukosa

D. Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :
 Bakteri gram negatif : E. Coli, Entherobacter, Pseudomonas, Serrativa.
 Bakteri gram positif ; Staphylococcus Saprophyt, streptococcus.
 Virus : jarang ditemukan
 Jamur : jarang ditemukan
 Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu :
1.) Intake minum yang kurang setiap harinya
2.) Personal hygiene yang salah
3.) Hubungan sex yang berlebihan
4.) Urine Reflux
5.) Trauma Urethra
6.) Penggunaan instrumen yang tidak steril : pemasangan kateter.
7.) Sabun dengan pH yang tidak seimbang dan cenderung ke peningkatan
pH
8.) Spray hygiene wanita yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi
9.) Usia di atas 65 tahun dengan penyakit diabetes mellitus
10.) Batu ginjal, yang dapat menyebabkan obstruksi urine.
E. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh


mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang
mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,
enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal
mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi
pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal
dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk
melalui urethra secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan
karena hubungan sex yang terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada
wanita muda, dimana jarak antara vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat
membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH
vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada
vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka
mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria. Pada penyakit DM
kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung glukosa dan adanya
gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh darah )
di ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga
kuman menjadi lebih mudah berkembang.

Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran


mikroorganisme ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang
menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih,
ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini
memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine
ke pelvis ginjal.

Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung


kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana
dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada
urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat
selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses
fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra)

Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya
kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih
terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit,
pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna
urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri terutama pada keadaan
trauma urethra.

F. Tanda dan Gejala


Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri
yang mungkin dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak menyadari
adanya infeksi. Pada keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala biasanya :
1. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).
2. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
3. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung
kemih yang tidak tuntas.
4. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi
low back pain.
5. Spasme kandung kemih.
6. Warna urine yang keruh.
7. Hematuri pada keadaan lanjut.
8. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium

1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH


meningkat.

2) Urine kultur

3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Riwayat kesehatan sekarang

Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala yang kompleks dan


tampak di seluruh tubuh. Riwayat sakit harus mencakup informasi berikut yang
berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.

1. Keluhan utama pasien atau alasan utama mengapa ia datang ke rumah


sakit.

2. Adanya rasa nyeri: kaji lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan
urinasi; faktor-faktor yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya.

3. Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan,
perubahan nafsu makan, sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus,
dan penglihatan kabur.

4. Pola eliminasi

a.) Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.

b.) Kaji perubahan warna urin.

c.) Kaji adanya darah dalam urin.

d.) Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal
urinasi, atau akhir urinasi.

e.) Hesitancy; mengejan : nyeri selama atau sesudah urinasi.

f.) Inkontinensia (stress inkontinensia; urge incontinence; overflow


incontinence; inkontinensia fungsional). Adanya inkontinensia fekal
menunjukkan tanda neurologik yang disebabkan oleh gangguan
kandungkemih.
g.) Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan
tidak adekuatnya pengosongan kandung kemih.

5. Pola nutrisi – metabolik

a.) Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi,
alkohol, minuman berkarbonat. Minuman tersebut sering
memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan.

b.) Kaji adanya dehidrasi ; dapat berkontribusi terjadinya infeksi


saluran kemih, pembentukkan batu ginjal, dan gagal ginjal.

c.) Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan


yang mengandung tinggi protein dapat menyebabkan pembentukkan
batu saluran kemih. Makanan pedas memperburuk keadaan
inflamasi system perkemihan.

d.) Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut


dapat mempengaruhi status cairan.

e.) Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral, dan


terapi herbal.

B. Riwayat kesehatan masa lalu

1. Riwayat infeksi traktur urinarius

a. Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk


menanggani infeksi traktus urinarius, berapa lama dirawat.

b. Adanya gejala panas atau menggigil.

c. Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil


pemeriksaan diagnostik renal atau urinarius

2. Riwayat keadaan berikut ini :

a. Hematuria, perubahan warna, atau volume urin.

b. Nokturia dan sejak kapan dimulainya.


c. Penyakit pada usia kanak-kanak (“strep throat”, impetigo, sindrom
nefrotik).

d. Batu ginjal (kalkuli renal), ekskresi batu kemih ke dalam urin.

e. Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius


(diabetes mellitus, hipertensi, trauma abdomen, cedera medula spinalis,
kelainan neurologi lain, lupus eritematosus sistemik, scleroderma, infeksi
streptococcus pada kulit dan saluran napas atas, tuberculosis, hepatitis virus,

gangguan kongenital, kanker, dan hyperplasia prostate jinak).

3. Untuk pasien wanita : kaji jumlah dan tipe persalinan (persalinan pervaginan,
sectio caesarea); persalinan dengan forseps; infeksi vagina, keputihan atau iritasi;
penggunaan kontrasepsi.

4. Adanya atau riwayat lesi genital atau penyakit menular seksual.

5. Pernahkah mengalami pembedahan ; pelvis atau saluran perkemihan.

6. Pernahkah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.

7. Kaji riwayat merokok. Merokok dapat mengakibatkan risiko kanker kandung


kemih. Angka kejadian tumor kandung kemih empat kali lebih tinggi pada perokok
daripada bukan perokok.

C. Riwayat kesehatan keluarga

1. Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam keluarga
(polisistik renal, abnormalitas kongenital saluran kemih, sindrom Alport’s /
nephritis herediter).

2.Kaji adanya masalah eliminasi yang dikaitkan dengan kebiasaan keluarga

D. Riwayat kesehatan sosial

1. Kaji riwayat pekerjaan, apakah terpapar oleh bahan-bahan kimia seperti phenol
dan ethylene glycol. Bau ammonia dan kimia organic dapat meningkatkan risiko
kanker kandung kemih. Pekerja tekstil, pelukis, peñata rambut, dan pekerja industri
mengalami risiko tinggi terkena tumor kandung kemih. Seseorang yang lebih sering
duduk cenderung mengalami statis urin sehingga dapat menimbulkan infeksi dan
batu ginjal.

2. Seseorang yang mengalami demineralisasi tulang dengan keterbatasan aktivitas


fisik menyebabkan peningkatan kalsium dalam urin.

3. Laki-laki cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau epididimis setelah


mengangkat barang berat atau mengendarai mobil dengan jarak jauh.

4. Perlu juga informasi tempat tinggal pasien. Dataran tinggi lebih berisiko terjadi
batu saluran kemih karena kandungan mineral meningkat dalam tanah dan air di
daerah dataran tinggi.

E. Pengobatan

1. Diuretik dapat mengubah kuantitas dan karakter output urin.

2. Phenazopyridine (pyridium) dan nitrofurantoin (macrodantin) dapat mengubah


warna urin.

3. Anticoagulant dapat menyebabkan hematuria.

4. Antidepresant, antihistamin, dan obat-obatan untuk mengatasi gangguan


neurology dan musculoskeletal, dapat mempengaruhi kemampuan kandung kemih
atau sphinter untuk berkontraksi atau relaksasi secara normal.

F. Pola persepsi – kognitif

1. Apakah gangguan eliminasi urin mempengaruhi perasaan dan kehidupan normal


pasien.

2. Bagaimana perasaan pasien saat menggunakan kateter, kantung urin.

2. PEMERIKSAAN FISIK

A. Pemeriksaan Fisik

1. Umum : Status kesehatan secara umum : lemah, letarghi


2. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh

3. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan

Teknik pemeriksaan fisik Kemungkinan kelainan yang

ditemukan

1. Inspeksi

a. Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran
keringat.

b. Mulut

c. Wajah

d. Abdomen

Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau


pembengkakan, kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi
gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur
kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi.

Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.

Stomatitis, napas bau amonia

Moon face

Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri
permukaan indikasi disfungsi

renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.

e. Meatus urinary

Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai
sarung tangan untuk membuka meatus urinary.
Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan.
Perhatikan meatus urinary

2. Palpasi

a. Ginjal

1) Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi
ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi.

Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan.

2) Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.

3) Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka.
Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau
ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi, bengkak,
atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki biasanya terdapat deviasi meatus
urinary seperti defek kongenital.

Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis
renal yang serius.

Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal.

Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik.

Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.

4) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri
mendorong ke atas.

5) Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan

b. Kandung kemih

Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin
maka palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.

3. Perkusi
a. Ginjal

1) Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.

2) Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA),


lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan
kepalan tangan dominan.

3) Ulangi prosedur untuk ginjal kanan

Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.

Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi glomerulonefritis atau
glomerulonefrosis.

b. Kandung kemih

1) Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas
150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi
umbilicus.

2) Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui


fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.

Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan
terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis.

4. Auskultasi

Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut


kostovertebral dan kuadran atas

abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis,
maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran


perkemihan
2. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan

4. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa saluran
perkemihan yang dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat berkemih,
nyeri pinggang, nyeri supra pubik, low back pain dan spasme kandung kemih.

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria Hasil :

Dapat mengontrol rasa nyeri, nyeri berkurang bahkan hilang, ekspresi wajah
rileks

Rencana Tindakan :

1) Kaji adanya rasa nyeri baik lokasi, intensitas, frekuensi dan lamanya nyeri

Rasional : Perubahan lokasi atau intensitas nyeri merupakan indikasi proses


infeksi dan memberikan intervensi berdasarkan tingkat nyeri yang dirasakan.

2) Beri posisi yang nyaman menurut klien

Rasional : Posisi pilihan klien dapat meningkatkan kenyamanan dan


mengurangi rasa nyeri.

3) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

Rasional : Nafas dalam dapat menurunkan rasa nyeri

4) Beri kompres hangat pada daerah yang nyeri

Rasional : Rasa hangat dapat memvasodilatasi pembuluh darah sekitar


sehingga nyeri dapat berkurang
5) Anjurkan klien minum 8 – 10 gelas per hari sesuai indikasi

Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa urethra

6) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti spasmodik dan penozopyridine


(untuk meredakan iritasi saluran kemih)

Rasional : Golongan obat di atas dapat mengurangi nyeri dan iritasi saluran
kemih.

2. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang dimanifestasikan oleh


adanya peningkatan suhu, tachicardia, menggigil dan malaise.

Tujuan : menurunkan suhu tubuh.

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam batas normal : 36 – 37 oC

perabaan tidak hangat , tidak menggigil.

Rencana Tindakan :

1) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam terutama suhu dan nadi.

Rasional : Untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan.

2) Kaji keadekuatan hidrasi baik mukosa mulut dan kulit

Rasional : Demam dapat meningkatkan pengeluaran cairan terutama keringat.

3) Beri kompres hangat, biasa atau dingin pada dahi, axila dan lipatan paha.

Rasional : Kompres yang diberikan pada kulit dapat mengurangi atau


menurunkan suhu secara evaporasi.
4) Anjurkan klien untuk banyak minum 2 – 2,5 liter per hari

Rasional : Menurunkan suhu melalui pengeluaran urine yang banyak.

5) Monitor intake dan out put cairan

Rasional : Memastikan hidrasi tetap adekuat dan memonitor fungsi renal.

6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik

Rasional : Antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh.

3. Resiko tinggi infeksi berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan


tentang penyebab, pencegahan kekambuhan dan perawatan.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil : Pasien mengetahui penyebab, pencegahan dan perawatan


yang benar tentang infeksi saluran kemih.

Rencana Tindakan :

1) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih 2 – 2,5 liter air dan hindari
konsumsi kopi dan alkohol

Rasional : Mengurangi iritasi pada mukosa kandung kemih

2) Jelaskan untuk tidak menahan keinginan berkemih, kosongkan kandung


kemih secara sempurna setiap kali berkemih

Rasional : Mencegah distensi kandung kemih

3) Ajarkan perawatan perineal yang benar terutama setelah berkemih dan


defekasi, bersihkan dari depan ke belakang

Rasional : Mencegah perpindahan mikroorganisme yang ada di anus


4) Jaga kebersihan perineal agar tetap kering dan bersih keringkan depan
sampai ke belakang

Rasional : Mencegah perkembangan mikroorganisme

5) Gunakan celana dalam dari bahan katun

Rasional : Menyerap cairan dan keringat

6) Gunakan celana yang longgar dan jangan terlalu ketat

Rasional : Memperlancar aliran darah

7) Jelaskan pentingnya mengkonsumsi antibiotik sesuai dengan resep atau


sampai habis

Rasional : Antibiotik mengatasi infeksi dan mencegah resistens

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai
hasil yang optimal. Sebelum melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat
hendaklah menjelaskan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien.
Dalam pelaksanaan, perawatan melakukan fungsinya sebagai independent,
interdependent dan dependent. Pada fungsi independent perawat melakukan
tindakan atas dasar inisiatif sendiri. Contohnya memberikan latihan pernapasan
perut dalam posisi duduk dan berbaring. Pada fungsi interdependent, perawat
melakukan fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Dan fungsi
independent perawat melakukan fungsi tambahan untuk menjalankan program
dari tim kesehatan lain seperti pengobatan.
Di samping itu perawat harus memperhatikan keadaan umum dan respon
pasien selama pelaksanaan. Dan untuk melatih pasien agar mandiri, sebaiknya
dalam tahap pelaksanaan ini adalah sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan dan
dokumentasi. Pada fase persiapan, perawat dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan. Selain itu perawat juga harus mampu menganalisa situasi dan
kondiri pasien baik fisik maupun mentalnya sehingga dalam merencanakan,
memvalidasi rencana serta dalam pelaksanaannya perawat akan terhindar dari
kesalahan.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat digunakan
sebagai alat pengukur keberhasilan suatu rencana keperawatan yamg telah
dibuat. Meskipun evaluasi dianggap sebagai tahap akhir dari proses keperawatan
proses ini tidak berhenti, yang telah terpecahkan dan masalah yang perlu dikaji
ulang, direncanakan kembali, dilaksanakan dan dievaluasikan kembali.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
System perkemihan merupakan suatu system dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih)
Antomi system perkemihan terdiri dari :
1. Ginjal
2. Uretra
3. Kandung kemih
4. Uretha

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, apabila ada kekurangan mohon maklum
adanya dan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Anda mungkin juga menyukai