Teori Big Five
Teori Big Five
TINJAUAN PUSTAKA
2) Extraversion (E)
Individu extraversion dalam berinteraksi akan lebih banyak memegang
kontrol dan lebih intim. Extraversion dicirikan dengan antusiasme yang tinggi,
pandai dan senang bergaul, memiliki emosi yang positif, enerjik, dan ramah
terhadap orang lain. Extraversion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam
bergaul, sedangkan seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang rendah
lebih menarik diri dari lingkungannya. Extraversion mudah mudah bosan,
sehingga individu ini sangat termotivasi dengan tantangan dan hal baru.
Terdapat 6 skala yang menggambarkan dimensi Extraversion Menurut Costa &
Widiger, yaitu, Warmth (Individu yang hangat terhadap sesama, mudah bergaul),
Gregariousness (senang berinteraksi dengan orang banyak, membangun relasi),
Assertiveness, Activity (Senang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, memiliki
energi dan semangat yang tinggi), Excitement-seeking (mencari sensasi dan
berani mengambil resiko), Positive Emotion (memiliki emosi positif seperti
cinta, dan kebahagiaan)
3) Openness(O)
Openness mengacu pada bagaimana seseorang dapat menerima suatu ide
atau situasi yang baru. Individu yang memiliki skor tinggi pada openness
memiliki imajinasi yang tidak terbatas, broad-mindedness, kreatif dan mampu
melihat keindahan dunia secara berbeda. Individu yang kreatif dan memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu
masalah. Individu dengan skor openness yang rendah memiliki pemikiran yang
sempit dan tidak menyukai adanya perubahan, dan rasa ingin tahu yang rendah
pula. Menurut Costa & Widiger (dalam Moberg, 1999), didalam dimensi
opennes terdapat skala Fantasy (imajinasi yang tinggi dan aktif), Aesthetic
(Individu yang memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni dan keindahan),
Feelings (sadar akan emosi dan perasaannya), Action (Curiousity yang tinggi,
keinginan untuk mencoba hal baru), Ideas (berpikiran terbuka terhadap berbagai
hal dan ide-ide baru), Values (peduli terhadap nilai-nilai yang terkandung di
masyarakat)
4) Agreeableness (A)
McCrae & Costa (dalam Beaumont & Stout, 2003) mengindikasikan
individu dengan dimensi agreeableness sebagai seseorang yang ramah, lembut,
tidak menuntut, menghindari konflik, penyabar, dan cenderung untuk mengikuti
orang lain. Dalam hubungan interpersonal individu dengan skor agreeableness
tinggi, ketika dihadapkan dengansuatu konflik, self-esteem mereka akan
cenderung menurun. Sedangkan orang-orang dengan tingkat agreeableness yang
rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif. Terdapat 6 skala
yang ada dalam dimensi agreeableness, Trust(memiliki tingkat kepercayaan
terhadap orang lain), Straightforwardness (perilaku apa adanya), Altruism
(memiliki keinginan untuk membantu orang lain), Compliance (reaksi yang
muncul terhadap konflik interpersonal), Modesty (sederhana dan rendah hati),
Tender-mindedness (peduli terhadap orang lain).
5) Conscientiousness (C)
Conscientiousness yang ditunjukkan dengan ciri seperti individu yang
pekerja keras, taat pada aturan dan norma/disiplin, ambisius, teratur, berorientasi
pada prestasi, tertib, efisien, terorganisir, dan bertanggung jawab. Perencanaan
yang matang, pengorganisasian yang efektif, dan manajemen waktu yang
efisien memungkinkan seorang individu untuk memiliki lebih banyak dalam
waktu yang tersedia, mampu mengurangi tekanan waktu, sehingga dapat
mengurangi stres, ketegangan dan mampu meminimalisir konflik (Goldberg,
1992). Individu dengan Conscientiousness tinggi cenderung untuk selalu
memberikan yang terbaik dalam melakukan tugas, sehingga keberhasilannya
menghasilkan suasana hati yang positif, meningkatkan self-esteem (Goldberg,
1992). Costa & Widiger menyebutkan terdapat 6 skala dari dimensi
Conscientiousness yaitu, Competence (memiliki kesanggupan dalam melakukan
sesuatu), Order (memiliki kemampuan mengorganisasi), Dutifulness
(memegang erat prinsip yang ada dalam hidup), Achievement-striving
(kemampuan individu dalam berprestasi), Self-discipline (kemampuan mengatur
diri sendiri), Deliberation (berpikir sebelum bertindak).
Sedangkan didalam Five Factor Model (Feist & Feist, 2009, hal. 422)
Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai ciri-ciri yang terdapat dalam setiap
dimensi yang terdapat dalamBig Five :
1. Keseimbangan Waktu
Menurut Schermerhorn (2005) hal ini merupakan jumlah waktu yang
diberikan oleh individu untuk pekerjaannya dan hal di luar pekerjaan. Waktu
yang digunakan oleh karyawan dalam melakukan pekerjaan terhitung mulai dari
karyawan memulai perjalanan dari rumah menuju tempat bekerjanya hingga
kembali lagi ke rumah.Keseimbangan waktu ini merupakan jumlah waktu yang
diberikan oleh karyawan pada pekerjaannya dan diseimbangkan dengan
kehidupan pribadi keluargamereka dan lingkungan sosial.Pada aspek kehidupan
pribadi, keseimbangan yang dimiliki karyawan menunjukkan bahwa tuntutan
dari lingkungan keluarga, serta sosial terhadap karyawan tidak mengurangi
waktu professional dalam menyelesaikan pekerjaan.
2. Keseimbangan Keterlibatan
Schermerhorn dalam Malika (2005) memberikan penjelasan bahwa
keseimbangan keterlibatan adalah tingkat keterlibatan psikologis dan komitmen
yang diberikan oleh individu dalam bekerja dan dalam melakukan hal di luar
pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila karyawan hanya
mengalokasikan waktu demi tercapainya keseimbangan tidaklah cukup,
melainkan perlu adanya keterlibatan yang berkualitas disetiap kegiatan. Apabila
karyawan menghabiskan waktu selama ± 8 jam untuk bekerja setiap harinya,
dan tersisa 5 jam untuk keperluan pribadi, keluarga, dan sosialnya, kondisi
tersebut dikategorikan sebagai ketidakseimbangan waktu.
Namun apabila dalam waktu tersisa 5jam tersebut karyawan dapat
memberikan yang terbaik, terlibat secara physical dan emotional dalam
kegiatannya, maka keseimbangan keterlibatan bisa tercapai.
3. Keseimbangan Kepuasan
Schermerhorn menjelaskan keseimbangan ini berkaitan dengan
kepuasanyang dicapai individu dalam bekerjadan berbagai hal diluar pekerjaan.
Kepuasan dari diri sendiri akan muncul apabila individu menganggap apa yang
diperbuatnya selama ini cukup baik dalam memenuhi kebutuhan pekerjaan
maupun keluarga. Halini dapat dilihat dari kondisi didalam keluarga, hubungan
dengan teman-teman maupun rekan kerja, serta kualitas dan kuantitas pekerjaan
yang diselesaikan.Kondisi yang buruk dapat menurunkan tingkat kepuasan dan
mengakibatkan stres.
Keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dan pribadi dapat terwujud
bila individu memiliki kondisi emosi, fisik, dan mental yang baik untuk
beraktivitas (Buck dalam Ramadhani M, 2003)
Dari ketiga faktor diatas ada beberapa indikator yang mendukung
variabel tersebut, yaitu:
- Pengelolaan waktu
- Keterlibatan di berbagai aktivitas di dalam dan diluar pekerjaan
- Pemenuhan harapan keluarga dan rekan kerja
- Kepuasan terhadap diri sendiri
Openness
Conscientiousness
Work-Life Balance
Extraversion
Agreeableness
Neuroticism
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Penelitian yang dilakukan tentang Work-life balances sebagian besar berfokus pada
faktor organisasi (kebijakan keluarga, tunjangan hidup) dan karakteristik keluarga (status
perkawinan, struktur keluarga, status orangtua, dukungan keluarga) dan dampaknya
terhadap keseimbangan kehidupan kerja.Penulis melihat ada hal yang penting untuk dikaji
yang berkaitan dengan work-life balance, yaitu dalam hal individual differences.Dan
bagaimana pentingnya individual differences dalam menjaga keseimbangan antara kerja
dan kehidupan diluar pekerjaan, terutama yang disebabkan oleh faktor-faktor
kepribadian.Untuk mendukung penelitian ini, teori kepribadian yang peneliti gunakan
adalah big five personality traits.
Kata "kepribadian" berasal dari kata Latin persona, yang berarti topeng yang
dikenakan oleh seniman teater untuk melambangkan karakter. Dengan pemahaman bahwa
kepribadian mempengaruhi perilaku, penulis memberikan pemikiran bahwa kepribadian
seorang individu mempengaruhi kemampuannya untuk menyeimbangkan kehidupan
pribadinya dengan kehidupan pekerjaan.Penulis menggunakan model teori kepribadian
Costa dan McCrae yang dikenal dengan istilah OCEAN yang merupakan singkatan dari
kelima dimensi Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism.
Peneliti memilih menggunakan Five Factor Model dari Costa dan McCrae adalah karena
Five Factor Model dianggap dapat ditemukan diseluruh variasi budaya yang ada. Lalu
melihat dari kelima dimensi Big Five, dimensi apa yang paling signifikan berperan terhadap
tingkat Work-Life Balance.